Anda di halaman 1dari 174

DRAF RAPERMEN

VER. 22 MARET 2021

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR………………………….

TENTANG

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN


PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 huruf f dan


Pasal 15 huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai
tugas menyusun rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
b. bahwa untuk melaksanakan Pasal 10 dan Pasal 60
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016
-2-

tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan


Permukiman;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat tentang Penyusunan
Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5188);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 101, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5883);
5. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2020 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 40);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 473).
-3-

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang selanjutnya disingkat RP3KP
adalah hasil perencanaan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman yang terkoordinasi dan
terpadu secara lintas sektoral dan lintas wilayah administratif.
2. Rencana Kawasan Permukiman yang selanjutnya disingkat
RKP adalah dokumen rencana sebagai pedoman dalam
memenuhi kebutuhan lingkungan hunian di perkotaan dan
perdesaan serta tempat kegiatan pendukung yang dituangkan
dalam rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
3. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan yang
selanjutnya disingkat RP3 adalah dokumen rencana sebagai
pedoman dalam memenuhi kebutuhan penyediaan perumahan
beserta prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan
sebagai bagian dari perwujudan pemanfaatan tata ruang yang
mengacu pada RKP.
4. Perumahan dan Kawasan Permukiman yang selanjutnya
disingkat PKP adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan
kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
-4-

kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,


pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
5. Penyelenggaraan PKP adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu.
6. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai
tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,
cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya.
7. Rumah Komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan
tujuan mendapatkan keuntungan.
8. Rumah Swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa
dan upaya masyarakat.
9. Rumah Umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
10. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan khusus.
11. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas
pejabat dan/atau pegawai negeri.
12. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
13. Permukiman adalah bagian dari Lingkungan hunian yang
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di Kawasan Perkotaan atau kawasan
perdesaan.
14. Lingkungan Hunian adalah bagian dari kawasan permukiman
yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.
-5-

15. Kawasan Permukiman adalah bagian dari Lingkungan Hunian


di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau Lingkungan Hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
16. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik Lingkungan Hunian
yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat
tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
17. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang
berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
18. Kawasan Siap Bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah
sebidang tanah yang fisiknya serta Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan
Lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata
ruang.
19. Lingkungan Siap Bangun yang selanjutnya disebut Lisiba
adalah sebidang tanah yang fisiknya serta Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan
Perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan
merupakan bagian dari Kawasan Siap Bangun sesuai dengan
rencana rinci tata ruang.
20. Utilitas Umum adalah kelengkapan penunjang untuk
pelayanan lingkungan hunian.
21. Lintas Daerah adalah wilayah irisan dari kabupaten/kota yang
berbatasan langsung dengan dua atau lebih kabupaten/kota
lainnya.
22. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
23. Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.
24. Perumahan Kumuh adalah perumahan yang mengalami
-6-

penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.


25. Backlog rumah adalah kondisi kesenjangan antara jumlah
rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan
rakyat.
26. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak.
27. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
28. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
29. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perumahan dan Kawasan
permukiman.

Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan

Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai
acuan penyusunan RP3KP bagi daerah provinsi, daerah
kabupaten dan daerah kota
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mewujudkan RP3KP yang
terkoordinasi dan terpadu lintas sektoral, lintas wilayah dan
lintas pemangku kepentingan, baik vertikal maupun horizontal.

Bagian Ketiga
-7-

Ruang Lingkup

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Pengaturan RP3KP Provinsi, RP3KP Kabupaten dan RP3KP
Kota;
b. Pengaturan penetapan dan peninjauan kembali; dan
c. Pengaturan kelembagaan dan pembinaan

BAB II
RP3KP

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
(1) RP3KP merupakan satu kesatuan sistem perencanaan yang
terkoordinasi, terpadu, dan berkelanjutan dalam pembangunan
dan pengembangan PKP.
(2) RP3KP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun untuk:
a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan PKP;
b. memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur,
terencana, terpadu, dan berkelanjutan;
c. memenuhi kebutuhan lingkungan hunian sebagai tempat
tinggal dan tempat kegiatan pendukung bagi penghuninya
secara terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan;
d. memenuhi kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas umum
PKP yang terpadu; dan
e. menghasilkan program dan kegiatan bidang PKP dalam
rangka mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
rencana tata ruang wilayah.
(3) RP3KP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri
atas:
a. RP3KP Provinsi;
-8-

b. RP3KP Kabupaten; dan


c. RP3KP Kota.
(4) RP3KP Kabupaten dan RP3KP Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b dan huruf c memuat:
a. RKP; dan
b. RP3.
(5) RKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a menjadi
acuan dalam penyusunan RP3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf b.

Bagian Kedua
Kedudukan, Peran dan Prinsip RP3KP

Paragraf 1
Kedudukan

Pasal 5
(1) Kedudukan RP3KP dalam sistem perencanaan pembangunan
merupakan bagian yang terintegrasi dengan rencana
pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
(2) Kedudukan RP3KP dalam sistem perencanaan ruang
merupakan:
a. jabaran dan pengisian rencana tata ruang dalam bentuk
rencana untuk pembangunan dan pengembangan PKP yang
terkoordinasi dan terpadu;dan
b. rencana PKP di daerah yang mempunyai kedudukan yang
sama dengan rencana pemanfaatan ruang atau kawasan
fungsional lainnya.

Paragraf 2
Peran

Pasal 6
Peran RP3KP dalam kerangka pembangunan wilayah sebagai:
-9-

a. pedoman dalam pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan


PKP; dan
b. pedoman bagi seluruh pelaku pembangunan PKP dalam
menyusun dan menjabarkan kegiatannya masing- masing.

Paragraf 3
Prinsip

Pasal 7
Prinsip RP3KP meliputi:
a. satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari sistem
perencanaan pembangunan daerah dan rencana tata ruang;
b. integrasi kegiatan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah, antar sektor serta antara dunia usaha
dan masyarakat;
c. kesesuaian dengan kondisi dan potensi daerah;
d. partisipatif; dan
e. ketersediaan tanah untuk pembangunan PKP.

Bagian Ketiga
Jangka Waktu Rencana

Pasal 8
Jangka waktu RP3KP Provinsi, RP3KP Kabupaten dan RP3KP
Kota selama 20 (dua puluh) tahun.

BAB III
RP3KP PROVINSI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 9
(1) RP3KP Provinsi merupakan arahan dan acuan untuk mengatur
- 10 -

dan mengoordinasikan pembangunan dan pengembangan PKP


sebagai perwujudan pola ruang dan struktur ruang
berdasarkan rencana tata ruang provinsi.
(2) RP3KP Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. tujuan, kebijakan dan strategi pembangunan dan
pengembangan PKP Provinsi;
b. rencana PKP kewenangan Provinsi;
c. rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum;
dan
d. indikasi program PKP kewenangan Provinsi.
(3) RP3KP Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam peta skala antara 1:25.000 (dua puluh lima
ribu) sampai dengan 1:10.000 (sepuluh ribu).

Bagian Kedua
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan
Pengembangan PKP Provinsi

Paragraf 1
Tujuan Pembangunan dan Pengembangan PKP
Provinsi

Pasal 10
(1) Tujuan Pembangunan dan Pengembangan PKP Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a harus
sejalan dengan visi dan misi pembangunan daerah provinsi.
(2) Tujuan Pembangunan dan Pengembangan PKP Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan:
a. arah kebijakan PKP dalam rencana pembangunan nasional
jangka panjang dan jangka menengah;
b. arah kebijakan PKP dalam rencana pembangunan provinsi
jangka panjang dan jangka menengah;
c. arah kebijakan dan strategi PKP dalam rencana tata ruang
diatasnya;
d. tugas dan wewenang pemerintah provinsi sesuai ketentuan
- 11 -

perundang-undangan; dan
e. isu strategis, potensi unggulan dan karakteristik PKP Provinsi.

Paragraf 2
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan
Pengembangan PKP Provinsi

Pasal 11
(1) Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan PKP
Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a
merupakan arahan kebijakan penyelenggaraan PKP Provinsi
yang mengacu pada kebijakan dan strategi PKP nasional dan
kebijakan rencana tata ruang dalam pengembangan PKP
tingkat Provinsi.
(2) Dalam hal kebijakan dan strategi nasional belum ditetapkan,
Pemerintah Daerah provinsi dapat menyusun kebijakan dan
strategi provinsi mengacu pada dokumen rencana
pembangunan dan dokumen rencana tata ruang
(3) Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan PKP
Provinsi dirumuskan dengan kriteria:
a. arahan kebijakan dan upaya-upaya strategi pembangunan
dan pengembangan PKP yang dapat diimplementasikan
dalam jangka waktu perencanaan; dan
b. mampu menjawab isu-isu strategis dan tantangan
pengembangan PKP di tingkat provinsi.

Bagian Ketiga
Rencana PKP Kewenangan Provinsi

Pasal 12
(1) Rencana PKP kewenangan provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b meliputi:
a. rencana PKP lintas kabupaten/kota;
- 12 -

b. rencana penyediaan rumah yang layak huni dan rehabilitasi


rumah yang tidak layak huni bagi korban bencana provinsi;
c. rencana penyediaan rumah yang layak huni bagi masyarakat
yang terkena relokasi program pemerintah provinsi; dan
d. penataan dan peningkatan kualitas kawasan Permukiman
Kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan dibawah
15 (lima belas) ha.
(2) Rencana PKP lintas kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. rencana PKP perkotaan;
b. rencana PKP perdesaan; dan/atau
c. rencana Kasiba dan Lisiba.

Bagian Keempat
Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum

Pasal 13
(1) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
huruf c merupakan satu kesatuan sistem perencanaan
penyediaan dan pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum sesuai kebutuhan berdasarkan standar dan terintegrasi
dengan rencana sistem Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
wilayah.
(2) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. rencana keterpaduan sistem/jaringan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum; dan
b. rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
berdasarkan proyeksi kebutuhan dalam jangka waktu
perencanaan.

Bagian Kelima
Indikasi Program PKP Kewenangan Provinsi
- 13 -

Pasal 14
(1) Indikasi program PKP kewenangan provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf d merupakan indikasi
program pembangunan yang dibutuhkan untuk mewujudkan
PKP kewenangan provinsi
(2) Indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. program dan kegiatan;
b. lokasi, volume, anggaran dan jangka waktu; dan
c. pelaksana dan/atau penanggungjawab.
(3) Indikasi program PKP disusun untuk jangka waktu 20 tahun
yang dijabarkan dalam target 5 (lima) tahunan.

Bagian Keenam
Tata Cara Penyusunan RP3KP Provinsi

Pasal 15
(1) Tata cara penyusunan RP3KP Provinsi meliputi tahap:
a. persiapan;
b. pengumpulan data dan informasi;
c. identifikasi;
d. perumusan tujuan, kebijakan dan strategi pembangunan dan
pengembangan PKP Provinsi;
e. penyusunan konsep rencana; dan
f. penyusunan rencana.
(2) Penyusunan RP3KP Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melibatkan seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota di
wilayah provinsi.

Pasal 16
(1) Tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf
a meliputi:
a. penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB); dan
- 14 -

b. pembentukan tim penyusun.


(2) Tahap pengumpulan data dan informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf b dilakukan melalui:
a. pengumpulan data primer; dan
b. pengumpulan data sekunder.
(3) Tahap identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf
c meliputi:
a. identifikasi kebijakan;
b. identifikasi fisik wilayah;
c. identifikasi sosial, budaya dan kependudukan;
d. identifikasi perekonomian;
e. identifikasi PKP; dan
f. identifikasi Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum.
(4) Tahap identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menghasilkan profil Provinsi sebagai dasar menyusun tujuan,
konsep rencana dan rencana.
(5) Tahap perumusan tujuan, kebijakan dan strategi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf d meliputi:
a. perumusan tujuan penyelenggaraan PKP; dan
b. perumusan kebijakan dan strategi pengembangan dan
pembangunan PKP.
(6) Tahap penyusunan konsep rencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf e meliputi:
a. alternatif konsep rencana;
b. pemilihan konsep rencana; dan
c. perumusan rencana terpilih menjadi muatan RP3KP provinsi.
(7) Tahap penyusunan rencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf f meliputi:
a. rencana PKP kewenangan provinsi;
b. rencana keterpaduan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum;
dan
c. indikasi program PKP kewenangan provinsi.
(8) Tahap penyusunan RP3KP Provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- 15 -

BAB IV
RP3KP KABUPATEN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 17
(1) RP3KP Kabupaten merupakan arahan dan acuan untuk
mengatur dan mengoordinasikan pembangunan dan
pengembangan PKP dalam perwujudan pemanfaatan pola ruang
PKP berdasarkan rencana tata ruang kabupaten.
(2) RP3KP Kabupaten disusun mengacu pada RP3KP Provinsi.
(3) Dalam hal RP3KP Provinsi belum ditetapkan, Pemerintah Daerah
Kabupaten dapat menyusun RP3KP Kabupaten mengacu pada
dokumen rencana pembangunan dan dokumen rencana tata
ruang.
(4) Penyusunan RP3KP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi.
(5) RP3KP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. tujuan pembangunan dan pengembangan PKP
Kabupaten;
b. RKP Kabupaten; dan
c. RP3 Kabupaten.

Bagian Kedua
Tujuan Pembangunan dan Pengembangan PKP Kabupaten

Pasal 18
(1) Tujuan Pembangunan dan Pengembangan PKP Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (5) huruf a sejalan
dengan visi dan misi pembangunan daerah kabupaten.
(2) Tujuan Pembangunan dan Pengembangan PKP Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan:
- 16 -

a. arah kebijakan PKP dalam rencana pembangunan nasional,


provinsi dan kabupaten jangka panjang dan jangka menengah;
b. arah kebijakan dan strategi PKP dalam rencana tata ruang
nasional dan rencana tata ruang provinsi;
c. tugas dan wewenang pemerintah kabupaten sesuai ketentuan
perundang-undangan; dan
d. isu strategis, potensi unggulan dan karakteristik PKP
Kabupaten.

Bagian Ketiga
RKP Kabupaten

Paragraf 1
Umum

Pasal 19
(1) Perencanaan Kawasan Permukiman harus mencakup:
a. peningkatan sumber daya perkotaan atau perdesaan;
b. mitigasi bencana; dan
c. penyediaan atau peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum.
(2) RKP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 17 ayat
(5) huruf b disusun untuk memenuhi kebutuhan Lingkungan
Hunian dan tempat kegiatan pendukung dalam jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
(3) RKP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. kebijakan dan strategi pengembangan dan pembangunan
Kawasan Permukiman;
b. rencana Lingkungan Hunian perkotaan dan Lingkungan Hunian
perdesaan;
c. rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum;
dan
d. indikasi program pembangunan dan pemanfaatan Kawasan
Permukiman.
(4) RKP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan
- 17 -

dalam peta skala 1:25.000 (dua puluh lima ribu) sampai dengan
1:5.000 (lima ribu)

Paragraf 2
Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Permukiman

Pasal 20

Kebijakan dan strategi pengembangan dan pembangunan Kawasan


Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) huruf
a disusun untuk melaksanakan arahan pengembangan Kawasan
Permukiman meliputi:
a. hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian Lingkungan
Hunian di luar kawasan lindung;
b. keterkaitan Lingkungan Hunian perkotaan dengan Lingkungan
Hunian perdesaan;
c. keterkaitan antara pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan
dan pengembangan kawasan perkotaan;
d. keterkaitan antara pengembangan Lingkungan Hunian perdesaan
dan pengembangan kawasan perdesaan;
e. keserasian tata kehidupan manusia dengan Lingkungan Hunian;
f. keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap
orang; dan/atau
g. lembaga yang mengoordinasikan pengembangan Kawasan
Permukiman.

Paragraf 3
Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan Dan Lingkungan
Hunian Perdesaan

Pasal 21
(1) Rencana Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. rencana pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan;
b. rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan; dan
- 18 -

c. rencana pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan.


(2) Rencana Lingkungan Hunian perdesaan sebagaimana dalam pasal
19 ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. rencana pengembangan Lingkungan Hunian perdesaan;
b. rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perdesaan; dan
c. rencana pembangunan kembali Lingkungan Hunian perdesaan.

Pasal 22
(1) Rencana Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21 ayat (1) huruf a dilakukan dengan:
a. menentukan sebaran Permukiman dan Perumahan perkotaan
berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, RDTR,
dan/atau peraturan zonasi; dan
b. merumuskan arahan pengembangan satuan Permukiman dan
Perumahan perkotaan berdasarkan proyeksi pertumbuhan
penduduk dan karakteristik kegiatan kawasan perkotaan.
(2) Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan dengan pendekatan administrasi kecamatan yang
mempertimbangkan jangkauan pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum sesuai standar.
(3) Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendukung perwujudan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) dalam
rencana sistem pusat kegiatan di wilayah Kota;
(4) Sebaran satuan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditentukan dengan pendekatan administrasi kelurahan yang
mempertimbangkan jangkauan pelayanan Prasarana, Sarana Dan
Utilitas Umum sesuai standar.
(5) Sebaran satuan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mendukung perwujudan Pusat Lingkungan (PL) dalam rencana
sistem pusat kegiatan di wilayah kota.
(6) Sebaran Perumahan dalam RP3 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a akan dijelaskan lebih lanjut dalam RP3.
(7) Arahan pengembangan satuan Permukiman dan Perumahan
berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk sebagaimana
- 19 -

dimaksud pada ayat (1) huruf b dirumuskan dengan


mempertimbangkan:
a. pertumbuhan penduduk dan proyeksi penduduk serta distribusi
penduduk;
b. daya dukung ruang untuk kebutuhan fungsi hunian;
c. ketersediaan lahan dalam menentukan rencana alokasi ruang dan
penentuan rencana intensitas bangunan untuk melihat kapasitas
ruang fungsi hunian;
d. efektifitas penggunaan tanah yang tersedia; dan
e. rencana intensitas bangunan sesuai dengan rencana tata ruang.
(8) Arahan pengembangan satuan Permukiman dan Perumahan
perkotaan berdasarkan karakteristik kegiatan kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a. fungsi dan peran Lingkungan Hunian dalam mendukung
pengembangan kawasan perkotaan berdasarkan posisi
Lingkungan Hunian pada konstelasi pengembangan wilayah dan
rencana tata ruang;
b. hubungan antara Kawasan Permukiman dengan kawasan
peruntukan lainnya dalam tata ruang berdasarkan hubungan
fungsional;
c. potensi Lingkungan Hunian dan sebaran Permukiman yang
meliputi potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia,
potensi ekonomi, potensi sosial dan budaya untuk melihat
komoditas/sektor unggulan; dan
d. peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian berdasarkan
karakteristik kegiatan melalui peningkatan kinerja pelayanan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum dan rencana
pengembangan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

Pasal 23
(1) Rencana pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (2) huruf a
dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
dari Lingkungan Hunian perkotaan yang telah terbangun.
- 20 -

(2) Rencana pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup penyusunan
rencana:
a. peningkatan efisiensi potensi Lingkungan Hunian perkotaan
dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan.
b. peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan;
c. peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perkotaan;
d. pencegahan terhadap tumbuhnya perumahan kumuh dan
Permukiman Kumuh; dan
e. pencegahan tumbuh dan berkembangnya Lingkungan Hunian
yang tidak terencana dan tidak teratur.
(3) Penyusunan rencana peningkatan efisiensi potensi Lingkungan
Hunian perkotaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
melalui:
a. kajian fungsi dan peranan perkotaan sesuai arahan rencana tata
ruang Kawasan Perkotaan;
b. identifikasi potensi Lingkungan Hunian perkotaan yang meliputi
potensi potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia,
potensi ekonomi, potensi sosial dan potensi budaya;
c. kajian kebijakan peningkatan efisiensi potensi Lingkungan Hunian
perkotaan dalam mendukung fungsi dan peranan perkotaan, yang
memanfaatkan sumber daya dan kegiatan sosial ekonomi
setempat; dan
d. rumusan indikasi program elisiensi Lingkungan Hunian
perkotaan.
(4) Rencana peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berisi:
a. identilikasi pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan yang ada;
b. identifikasi kebutuhan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan
sesuai alokasi rencana tata ruang kawasan perkotaan dan standar
teknis;
c. arahan peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan
yang ada;
- 21 -

d. arahan penyediaan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan yang


belum ada;
e. indikasi program peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian
perkotaan yang ada berdasarkan arahan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum; dan
f. indikasi program peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian
perkotaan yang belum ada berdasarkan arahan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
(5) Rencana peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c berisi:
a. identifikasi kinerja kapasitas Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perkotaan yang ada;
b. kajian keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perkotaan sesuai rencana tata ruang kawasan
perkotaan dan standar;
c. arahan peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perkotaan yang ada; dan
d. indikasi program penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perkotaan yang belum ada secara
terpadu.
(6) Rencana pencegahan terhadap tumbuhnya Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
berisi:
a. arahan pencegahan tumbuh dan berkembangnya Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh pada lokasi tidak kumuh;
b. indikasi program pengawasan dan pengendalian terhadap
kesesuaian persetujuan, standar teknis, dan kelaikan fungsi; dan
c. indikasi program pendampingan dan pelayanan informasi.
(7) Rencana pencegahan tumbuh dan berkembangnya Lingkungan
Hunian yang tidak terencana dan tidak teratur sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan melalui pemberian arahan
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh.
- 22 -

Pasal 24

(1) Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) huruf b
dimaksudkan untuk membangun Lingkungan Hunian baru
perkotaan pada Kawasan Permukiman sesuai rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.
(2) Perencanaan pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup penyusunan:
a. rencana penyediaan lokasi Permukiman;
b. rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
c. rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
(3) Rencana penyediaan lokasi permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a mencakup:
a. identifikasi lokasi Permukiman baru perkotaan sesuai arahan
rencana tata ruang Kawasan Perkotaan;
b. identifikasi pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah pada lokasi Permukiman baru perkotaan;
c. arahan penyediaan tanah Permukiman baru perkotaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, dan/ atau
setiap orang; dan
d. indikasi program penyediaan tanah untuk Permukiman baru
perkotaan sesuai rencana tata ruang.
(4) Rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
mencakup:
a. identifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Permukiman di sekitar lokasi permukiman baru perkotaan;
b. identifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Permukiman pada lokasi Permukiman baru perkotaan sesuai
arahan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan;
c. rencana integrasi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Permukiman baru perkotaan dengan Prasana, Sarana dan Utilitas
Umum yang telah ada; dan
- 23 -

d. indikasi program penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas


Umum Permukiman pada lokasi Permukiman baru perkotaan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
(5) Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
mencakup:
a. identifikasi rencana lokasi jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi pada lokasi Permukiman baru perkotaan
sesuai arahan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan; dan
b. indikasi program penyediaan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi pada lokasi Permukiman baru perkotaan.
(6) Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan:
a. Lingkungan Hunian baru skala besar dengan Kasiba; dan
b. Lingkungan Hunian baru selain skala besar dengan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
(7) Lingkungan Hunian baru skala besar sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) huruf a merupakan Lingkungan Hunian yang direncanakan
secara menyeluruh dan terpadu yang pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap.
(8) Lingkungan Hunian baru selain skala besar sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf b Lingkungan Hunian yang direncanakan secara
menyeluruh dan terpadu yang pelaksanaannya diselesaikan dengan
jangka waktu tertentu.
(9) Rencanaan pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan penetapan
lokasi pembangunan Lingkungan Hunian baru yang dapat diusulkan
oleh badan hukum bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
atau Pemerintah Daerah.
(10) Lokasi pembangunan Lingkungan Hunian baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan bupati
(11) Penetapan lokasi pembangunan Lingkungan Hunian baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan hasil
studi kelayakan:
a. rencana pembangunan perkotaan atau perdesaan;
- 24 -

b. rencana penyediaan tanah; dan


c. analisis mengenai dampak lalu lintas dan lingkungan.

Pasal 25

(1) Rencana pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) huruf c dimaksudkan
untuk memulihkan fungsi Lingkungan Hunian perkotaan.
(2) Rencana pembangunan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara penyusunan:
a. rencana rehabilitasi;
b. rencana rekonstruksi; atau
c. rencana peremajaan.
(3) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a merupakan
pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan melalui
perbaikan dan/atau pembangunan baru untuk memulihkan fungsi
hunian secara wajar sampai tingkat yang memadai.
(4) Rencana rehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a
mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan rehabilitasi;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan rehabilitasi; dan
c. indikasi program pelaksanaan rehabilitasi Lingkungan Hunian
perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang.
(5) Rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan
melalui perbaikan dan/atau pembangunan baru dengan sasaran
utama menumbuh kembangkan kegiatan perekonomian, sosial, dan
budaya.
(6) Rencana rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan rekonstruksi;
- 25 -

b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perkotaan yang


membutuhkan rekonstruksi; dan
c. indikasi program pelaksanaan rekonstruksi Lingkungan Hunian
perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang.
(7) Peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan yang
dilakukan melalui penataan secara menyeluruh.
(8) Rencana peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan peremajaan;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan peremajaan; dan
c. indikasi program pelaksanaan peremajaan Lingkungan Hunian
perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang.

Pasal 26

(1) Rencana Lingkungan Hunian perdesaan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 21 pada ayat (2) dilakukan dengan:
a. menentukan sebaran Permukiman dan Perumahan perdesaan
berdasarkan rencana peraturan zonasi; dan
b. merumuskan arahan pengembangan satuan Permukiman dan
Perumahan perdesaan berdasarkan proyeksi pertumbuhan
penduduk dan karakteristik kegiatan kawasan perdesaan.
(2) Rencana sebaran Permukiman dan Perumahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. rencana sebaran Lingkungan Hunian; dan
b. rencana sebaran satuan Permukiman.
(3) Sebaran Lingkungan Hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a ditentukan dengan pendekatan administrasi kecamatan yang
mempertimbangkan jangkauan pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum sesuai standar teknis.
- 26 -

(4) Sebaran Lingkungan Hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


mendukung perwujudan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dalam
rencana sistem pusat kegiatan di wilayah kabupaten.
(5) Sebaran satuan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b ditentukan dengan pendekatan administrasi kelurahan yang
mempertimbangkan jangkauan pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum sesuai standar.
(6) Sebaran satuan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mendukung perwujudan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dalam
rencana sistem pusat kegiatan di wilayah kabupaten.
(7) Arahan pengembangan satuan Permukiman dan Perumahan
berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a. pertumbuhan penduduk dan proyeksi penduduk serta distribusi
penduduk;
b. daya dukung ruang untuk kebutuhan fungsi hunian;
c. ketersediaan tanah dalam menentukan rencana alokasi ruang dan
penentuan rencana intensitas bangunan untuk melihat kapasitas
ruang fungsi hunian;
d. efektifitas penggunaan tanah yang tersedia; dan
e. rencana intensitas bangunan sesuai dengan rencana tata ruang.
(8) Arahan pengembangan satuan Permukiman dan Perumahan
perkotaan berdasarkan karakteristik kegiatan Kawasan Perkotaan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a. fungsi dan peran Lingkungan Hunian dalam mendukung
pengembangan kawasan perkotaan/perdesaan berdasarkan posisi
Lingkungan Hunian pada konstelasi pengembangan wilayah dan
rencana tata ruang;
b. hubungan antara Kawasan Permukiman dengan kawasan
peruntukan lainnya dalam tata ruang berdasarkan hubungan
fungsional yang terjadi;
c. potensi Lingkungan Hunian dan sebaran Perumahan yang
meliputi potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia,
- 27 -

potensi ekonomi, potensi sosial dan budaya untuk melihat


komoditas/sektor unggulan yang didorong/dipacu; dan
d. peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian berdasarkan
karakteristik kegiatan melalui peningkatan kinerja pelayanan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum dan rencana
pengembangan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

Pasal 27

(1) Rencana pengembangan Lingkungan Hunian perdesaan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (2) huruf a
dimaksudkan mengembangkan dan meningkatkan kualitas dari
lingkungan hunian perdesaan yang telah terbangun.
(2) Rencana Pengembangan Lingkungan Hunian perdesaan dimaksud
pada ayat (1) mencakup penyusunan:
a. rencana peningkatan efisiensi potensi Lingkungan Hunian
perdesaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perdesaan;
b. rencana peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perdesaan;
c. rencana peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perdesaan;
d. rencana penetapan bagian Lingkungan Hunian perdesaan yang
dibatasi dan yang didorong pengembangannya; dan
e. rencana peningkatan kelestarian alam dan potensi sumber daya
perdesaan.
(3) Rencana peningkatan efisiensi potensi Lingkungan Hunian
perdesaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perdesaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mencakup:
a. identifikasi fungsi dan peranan perdesaan sesuai arahan rencana
tata ruang kawasan perdesaan;
b. identifikasi potensi Lingkungan Hunian perdesaan yang meliputi
potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, potensi
ekonomi, potensi sosial dan potensi budaya;
c. arahan peningkatan efisiensi potensi Lingkungan Hunian
perdesaan dalam mendukung fungsi dan peranan perdesaan,
melalui efisiensi pemanfaatan sumber daya dan efisiensi kegiatan
produktif; dan
- 28 -

d. indikasi program peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya


dan efisiensi kegiatan produktif
(4) Rencana peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perdesaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup:
a. identifikasi pelayanan Lingkungan Hunian perdesaan yang ada;
b. identifikasi kebutuhan pelayanan Lingkungan Hunian perdesaan
sesuai perhitungan dan proyeksi populasi rencana tata ruang
kawasan perdesaan dan standar teknis;
c. arahan peningkatan pelayanan lingkungan perdesaan yang ada;
d. arahan penyediaan pelayanan lingkungan perdesaan yang belum
ada;
e. indikasi program peningkatan pelayanan lingkungan perdesaan
yang ada sesuai arahan peningkatan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum; dan
f. indikasi program penyediaan pelayanan lingkungan perdesaan
yang belum ada sesuai arahan peningkatan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
(5) Rencana peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perdesaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c mencakup:
a. identifikasi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perdesaan yang ada;
b. identifikasi keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perdesaan sesuai rencana tata ruang
kawasan perdesaan dan standar ;
c. arahan peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perdesaan yang ada; dan
d. arahan penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perdesaan yang belum ada secara terpadu.
(6) Rencana penetapan bagian Lingkungan Hunian perdesaan yang
dibatasi dan yang didorong pengembangannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d mencakup:
a. identifikasi bagian Lingkungan Hunian perdesaan yang dibatasi
dan didorong pengembangannya sesuai arahan tata ruang
kawasan perdesaan;
- 29 -

b. arahan pembatasan pengembangan bagian Lingkungan Hunian


perdesaan berupa pembatasan intensitas dan pembatasan
kegiatan tertentu; dan
c. arahan pengembangan bagian Lingkungan Hunian perdesaan
berupa peningkatan intensitas dan pengembangan kegiatan
tertentu.
(7) Rencana peningkatan kelestarian alam dan potensi sumber daya
perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e mencakup:
a. identifikasi kondisi alam yang dimiliki;
b. identifikasi potensi sumber daya perdesaan yang dimiliki;
c. arahan peningkatan kelestarian alam dan sumber daya perdesaan
melalui pengendalian dampak lingkungan; dan
d. indikasi program pengendalian dampak lingkungan.

Pasal 28

(1) Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perdesaan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (2) huruf b
dimaksudkan membangun Lingkungan Hunian baru perdesaan yang
belum terbangun pada kawasan peruntukan Permukiman sesuai
rencana tata ruang wilayah.
(2) Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perdesaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan:
a. rencana penyediaan lokasi permukiman;
b. rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
c. rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.
(3) Rencana penyediaan lokasi Permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a mencakup:
a. identifikasi lokasi Permukiman baru perdesaan sesuai arahan
rencana tata ruang kawasan perdesaan;
b. identifikasi penguasaan tanah pada lokasi Permukiman baru
perdesaan;
c. arahan penyediaan tanah Permukiman baru perdesaan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau setiap orang; dan
- 30 -

d. indikasi program penyediaan tanah untuk Permukiman baru


sesuai rencana tata ruang.
(4) Rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup:
a. identifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Permukiman di sekitar lokasi Permukiman baru perdesaan;
b. identifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum pada
lokasi Permukiman baru perdesaan sesuai arahan rencana tata
ruang kawasan perdesaan;
c. rencana integrasi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Permukiman baru perdesaan dengan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum yang telah ada; dan
d. indikasi program penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum pada lokasi permukiman baru perdesaan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau setiap orang.
(5) Rencana penyediaan lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c mencakup:
a. identifikasi rencana lokasi jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi pada lokasi Permukiman baru perdesaan
sesuai arahan rencana tata ruang kawasan perdesaan; dan
b. indikasi program penyediaan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi pada lokasi Permukiman baru perdesaan.

Pasal 29

(1) Perencanaan pembangunan kembali Lingkungan Hunian perdesaan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (2) huruf c dimaksudkan
untuk memulihkan fungsi Lingkungan Hunian perdesaan.
(2) Rencana pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan
dan/atau Lingkungan Hunian perdesaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan cara penyusunan:
a. rencana rehabilitasi;
b. rencana rekonstruksi; dan
c. rencana peremajaan
- 31 -

(3) Rencana rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a


mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perdesaan yang
membutuhkan rehabilitasi;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perdesaan yang
membutuhkan rehabilitasi;
c. arahan pelaksanaan rehabilitasi Lingkungan Hunian perdesaan
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau setiap orang; dan
d. indikasi program pelaksanaan rehabilitasi Lingkungan Hunian
perdesaan.
(4) Rencana rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perdesaan yang
membutuhkan rekonstruksi;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perdesaan yang
membutuhkan rekonstruksi;
c. arahan pelaksanaan rekonstruksi Lingkungan Hunian perdesaan
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau setiap orang; dan
d. indikasi program rekonstruksi Lingkungan Hunian perdesaan.
(5) Rencana peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perdesaan yang
membutuhkan peremajaan;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perdesaan yang
membutuhkan peremajaan;
c. arahan pelaksanaan peremajaan Lingkungan Hunian perdesaan
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau setiap orang; dan
d. indikasi program peremajaan Lingkungan Hunian perdesaan.

Paragraf 4
Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
- 32 -

Pasal 30

(1) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) huruf c dilakukan
sebagai pengikat satu kesatuan sistem Perumahan dan Kawasan
Permukiman sesuai dengan hierarkinya berdasarkan rencana tata
ruang wilayah.
(2) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan:
a. rencana tata ruang;
b. rencana penyediaan tanah; dan
c. kebutuhan pelayanan sesuai dengan standar dan hierarki PKP.
(3) Penyusunan rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum dilakukan untuk mengintegrasikan perencanaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum dari segi:
a. sistem pelayanan sesuai hierarki PKP;
b. kapasitas pelayanan sesuai kebutuhan hierarki PKP;
c. persyaratan teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. kewenangan penyediaan dan pelayanan;
e. waktu/tahun penyediaan dan pelayanan; dan
f. prasyarat/kriteria kesiapan penyediaan dan pelayanan.
(4) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dengan:
a. rencana keterpaduan jaringan sistem Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum; dan
b. rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

Paragraf 5
Indikasi Program Pembangunan dan Pemanfaatan Kawasan
Permukiman

Pasal 31

(1) Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan


permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) huruf
- 33 -

d disusun dalam rangka memberikan arahan program untuk


mewujudkan rencana pengembangan, pembangunan baru,
dan/atau pembangunan kembali Lingkungan Hunian dan
perwujudan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
(2) Penyusunan indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan Indikasi pogram terdiri atas:
a. program dan kegiatan;
b. volume, anggaran dan jangka waktu; dan
c. instansi pelaksana/penanggungjawab.
(3) Penyusunan indikasi program dilakukan secara terkoordinasi
dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat serta
memperhatikan sumber pembiayaan lainnya.

Bagian Keempat
RP3 Kabupaten

Paragraf 1
Umum

Pasal 32

(1) RP3 Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (5)


huruf c terdiri:
a. kebijakan pembangunan dan pengembangan;
b. rencana kebutuhan penyediaan rumah;
c. rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
d. program pembangunan dan pemanfaatan.
(2) Kebijakan pembangunan dan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup strategi pembangunan
dan pengembangan perumahan.
(3) RP3 Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk rencana:
a. pembangunan dan pengembangan;
b. pembangunan baru; atau
c. pembangunan kembali
(4) RP3 Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
- 34 -

RKP, meliputi rencana perumahan di dalam Lingkungan Hunian


perkotaan dan/atau Lingkungan Hunian perdesaan.
(5) RP3 Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (6)
huruf c dituangkan dalam peta skala 1:25.000 (dua puluh lima ribu)
sampai dengan 1:5.000 (lima ribu)

Paragraf 2
Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan

Pasal 33

(1) Kebijakan pembangunan dan pengembangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a mengacu pada kebijakan
dan strategi pembangunan dan pengembangan PKP provinsi dan
nasional.
(2) Kebijakan pembangunan dan pengembangan PKP kabupaten
dirumuskan dengan kriteria:
a. mengakomodasi kebijakan PKP nasional dan provinsi pada
tingkat kabupaten;
b. mengakomodasi kebijakan rencana tata ruang dalam
pengembangan PKP tingkat kabupaten;
c. arahan kebijakan dan upaya-upaya strategi pembangunan dan
pengembangan PKP yang jelas, realistis dan dapat
diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan;
d. mampu menjawab isu-isu strategis dan tantangan pengembangan
PKP di tingkat kabupaten;
e. memperhatikan daya dukung lingkungan; dan
f. mendorong pemberdayaan masyarakat dan swasta/ dunia
usaha.

Paragraf 3
Rencana Kebutuhan Penyediaan Perumahan

Pasal 34

(1) Rencana kebutuhan penyediaan rumah sebagaimana dimaksud


- 35 -

dalam Pasal 32 ayat (1) huruf b dilakukan untuk:


a. menangani Backlog rumah; dan
b. meningkatkan kualitas rumah dan perumahan.
(2) Rencana kebutuhan penyediaan rumah terdiri dari:
a. rencana pembangunan dan pengembangan perumahan pada
Lingkungan Hunian perkotaan dan Lingkungan Hunian
perdesaan yang telah terbangun;
b. rencana pembangunan perumahan baru pada Lingkungan
Hunian baru perkotaan dan Lingkungan Hunian baru perdesaan;
dan
c. rencana pembangunan kembali Perumahan pada Lingkungan
Hunian perkotaan dan Lingkungan Hunian perdesaan yang telah
terbangun.

Pasal 35

(1) Rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan pada


Lingkungan Hunian perkotaan dan Lingkungan Hunian perdesaan
yang telah terbangun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(2) huruf a terdiri dari:
a. rencana pemanfaatan Perumahan;
b. rencana pencegahan Perumahan Kumuh; dan
c. rencana peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh.
(2) Rencana pemanfaatan perumahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. rencana pemanfaatan Rumah;
b. rencana pemanfaatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
c. rencana pelestarian Rumah, Perumahan dan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum.
(3) Rencana pencegahan Perumahan Kumuh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. pengawasan dan pengendalian; dan
b. pemberdayaan masyarakat.
(4) Rencana peningkatan kualitas Perumahan Kumuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam hal lokasi memiliki klasifikasi
- 36 -

kekumuhan ringan dengan status tanah legal dilakukan


penanganan dengan pola pemugaran melalui:
a. perbaikan rumah tidak layak huni; dan/atau
b. perbaikan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

Pasal 36

(1) Rencana pembangunan Perumahan baru Lingkungan Hunian baru


perkotaan dan Lingkungan Hunian baru perdesaan sebagaimana
dimaksud pada pasal 34 ayat (2) huruf b terdiri dari:
a. rencana Perumahan skala besar; dan/atau
b. rencana Perumahan selain skala besar.
(2) Rencana Perumahan skala besar sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a mencakup:
a. rencana kapasitas daya tampung Perumahan;
b. rencana jenis dan bentuk Rumah;
c. rencana hunian berimbang sesuai ketentuan perundang-
undangan; dan
d. rencana skenario pentahapan pembangunan.
(3) Rencana Perumahan skala besar pada Lingkungan Hunian baru
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
dilakukan melalui rencana pembangunan Kasiba dan/atau Lisiba.
(4) Rencana pembangunan Perumahan selain skala besar pada
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
mencakup:
a. rencana kapasitas daya tampung Perumahan;
b. rencana jenis dan bentuk Rumah;
c. rencana hunian berimbang sesuai ketentuan perundang-
undangan; dan
d. rencana penyediaan dan keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum.

Pasal 37

(1) Rencana pembangunan kembali perumahan pada Lingkungan


Hunian perkotaan dan Lingkungan Hunian perdesaan sebagaimana
- 37 -

dimaksud pada pasal 34 ayat (2) huruf c mengacu kepada rencana


pembangunan kembali Lingkungan Hunian pada RKP yang
dilakukan melalui:
a. rehabilitasi;
b. rekonstruksi; dan/atau
c. peremajaan.
(2) Rencana pembangunan kembali perumahan pada Lingkungan
Hunian perkotaan dan Lingkungan Hunian perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. rencana peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh;
b. rencana peningkatan nilai lokasi dan kebutuhan Perumahan;
c. rencana penyediaan dan rehabilitasi rumah layak huni bagi
korban bencana; dan
d. rencana fasilitasi penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat
yang terkena relokasi program pemerintah.
(3) Rencana peningkatan kualitas Perumahan Kumuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari:
a. peremajaan; atau
b. pemukiman kembali.
(4) Peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan
dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan
status tanah legal.
(5) Pemukiman kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dilakukan dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan
hingga berat dengan status tanah ilegal.
(6) Rencana penataan perumahan sesuai nilai lokasi dan kebutuhan
Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai sosial dan ekonomi
perumahan secara berkelanjutan melalui peremajaan Perumahan.
(7) Rencana penyediaan dan rehabilitasi rumah layak huni bagi korban
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri dari:
a. rehabilitasi Rumah;
b. pembangunan kembali Rumah Khusus ramah bencana; dan
c. pendampingan akses sewa Rumah layak huni.
(8) Rencana fasilitasi penyediaan Rumah layak huni bagi masyarakat
- 38 -

yang terkena relokasi program pemerintah sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf d terdiri dari:
a. pendampingan penggantian kerugian; dan
b. penyediaan rumah layak huni melalui Rumah Susun umum atau
Rumah Khusus.

Paragraf 4
Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum

Pasal 38

(1) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf c merupakan
satu kesatuan sistem perencanaan penyediaan dan pelayanan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan sesuai
kebutuhan dan terintegrasi dengan sistem Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Lingkungan Hunian perkotaan atau Lingkungan
Hunian perdesaan.
(2) Penyusunan rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan:
a. sistem pelayanan dan hierarki Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum;
b. kapasitas pelayanan sesuai kebutuhan;
c. keterpaduan antara Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Perumahan dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian;
d. keterpaduan antar sistem jaringan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum perumahan; dan
e. ketentuan teknis pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Perumahan.
(3) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. rencana keterpaduan sistem jaringan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum; dan
- 39 -

b. rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


berdasarkan proyeksi kebutuhan dalam jangka waktu
perencanaan.
(4) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempertimbangkan
kemudahan akses bagi Penyandang Disabilitas, pengarusutamaan
tujuan pembangunan berkelanjutan, pengarusutamaan gender,
pengarusutamaan modal sosial dan budaya, pengarusutamaan
transformasi digital serta Rencana Aksi Nasional dan Mitigasi
Adaptasi Perubahan Iklim serta Pengurangan Risiko Bencana (RAN
MAPI PRB).

Paragraf 5
Program Pembangunan dan Pemanfaatan

Pasal 39

(1) Program pembangunan dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. program dan kegiatan;
b. volume, anggaran dan jangka waktu; dan
c. instansi pelaksana/penanggungjawab.
(2) Program pembangunan dan pemanfaatan Perumahan disusun
untuk jangka waktu 20 tahun yang disusun dengan target 5 (lima)
tahunan dan dijabarkan rinci untuk 5 tahun pertama.
(3) Program pembangunan dan pemanfaatan Perumahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kelima
Tata Cara Penyusunan RP3KP Kabupaten

Pasal 40

(1) Tata cara penyusunan RP3KP Kabupaten meliputi tahap:


a. persiapan;
- 40 -

b. pengumpulan data dan informasi;


c. identifikasi;
d. perumusan tujuan penyelenggaraan PKP Kabupaten;
e. penyusunan RKP Kabupaten; dan
f. penyusunan RP3 Kabupaten.
(2) Penyusunan RP3KP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berkoordinasi dengan pemerintah provinsi.

Pasal 41

(1) Tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a


meliputi:
a. penyusunan KAK dan RAB; dan
b. pembentukan tim penyusun;
(2) Tahap pengumpulan data dan informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf b dilakukan melalui:
a. pengumpulan data primer; dan
b. pengumpulan data sekunder.
(3) Tahap identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf c
meliputi:
a. identifikasi kebijakan;
b. identifikasi kondisi fisik wilayah;
c. identifikasi sosial, budaya dan kependudukan;
d. identifikasi kondisi perekonomian;
e. identifikasi kondisi PKP; dan
f. identifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
(4) Tahap identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menghasilkan profil PKP Kabupaten,
(5) Tahap perumusan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
huruf d meliputi:
a. kajian pendekatan dan pertimbangan pengembangan dan
pembangunan PKP;
b. reviu peran dan kedudukan PKP mengacu arahan kebijakan
pembangunan, kebijakan rencana tata ruang, dan kebijakan
sektoral lainnya; dan
c. perumusan tujuan penyelenggaraan PKP.
- 41 -

(6) Tahap penyusunan RKP Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 43 huruf e meliputi:
a. penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan dan
pembangunan kawasan permukiman;
b. penyusunan rencana Lingkungan Hunian perkotaan dan
Lingkungan Hunian perdesaan;
c. penyusunan rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum; dan
d. penyusunan indikasi program pembangunan dan pemanfaatan
Kawasan Permukiman.
(7) Tahap penyusunan RP3 Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf f meliputi:
a. penyusunan kebijakan pembangunan dan pengembangan;
b. penyusunan rencana kebutuhan penyediaan rumah;
c. penyusunan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Perumahan; dan
d. penyusunan program pembangunan dan pemanfaatan.
(8) Tahap penyusunan RP3KP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB V
RP3KP KOTA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 42
(1) RP3KP Kota merupakan arahan dan acuan untuk mengatur dan
mengoordinasikan pembangunan dan pengembangan PKP dalam
perwujudan pemanfaatan pola ruang PKP berdasarkan rencana
tata ruang kota.
(2) RP3KP Kota disusun mengacu pada RP3KP Provinsi.
(3) Dalam hal RP3KP Provinsi belum ditetapkan, Pemerintah Daerah
- 42 -

Kota dapat menyusun RP3KP Kota mengacu pada dokumen


rencana pembangunan dan dokumen rencana tata ruang.
(4) Penyusunan RP3KP Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi.
(5) RP3KP Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. tujuan penyelenggaraan PKP Kota;
b. RKP Kota; dan
c. RP3 Kota.

Bagian Kedua
Tujuan Penyelenggaraan PKP Kota

Pasal 43
(1) Tujuan penyelenggaraan PKP Kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (5) huruf a sejalan dengan visi pembangunan daerah
kota.
(2) Tujuan penyelenggaraan PKP Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun berdasarkan:
a. arah kebijakan PKP dalam rencana pembangunan nasional,
provinsi dan kota jangka panjang dan jangka menengah;
b. arah kebijakan dan strategi PKP dalam rencana tata ruang
nasional dan rencana tata ruang provinsi;
c. tugas dan wewenang pemerintah kota sesuai ketentuan
perundang-undangan; dan
d. isu strategis, potensi unggulan dan karakteristik PKP Kota.

Bagian Ketiga
RKP Kota

Paragraf 1
Umum

Pasal 44
(1) Perencanaan Kawasan Permukiman harus mencakup:
a. peningkatan sumber daya perkotaan;
- 43 -

b. mitigasi bencana; dan


c. penyediaan atau peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum.
(2) RKP Kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 ayat (5) huruf b
disusun untuk memenuhi kebutuhan Lingkungan Hunian dan
tempat kegiatan pendukung dalam jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
(3) RKP Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri
atas:
a. kebijakan dan strategi pengembangan dan pembangunan
Kawasan Permukiman;
b. rencana lingkungan hunian perkotaan;
c. rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum;
dan
d. indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan
permukiman
(4) RKP Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dituangkan
dalam peta skala 1:5.000 (lima ribu).

Paragraf 2
Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Permukiman

Pasal 45
Kebijakan dan strategi pengembangan dan pembangunan Kawasan
Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf a
disusun untuk memberikan arah:
a. hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian Lingkungan
Hunian di luar Kawasan Lindung;
b. keterkaitan antara pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan
dan pengembangan kawasan perkotaan;
c. keserasian tata kehidupan manusia dengan Lingkungan Hunian;
d. keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap
orang; dan/atau
- 44 -

e. lembaga yang mengoordinasikan pengembangan Kawasan


Permukiman.

Paragraf 3
Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan

Pasal 46
Rencana Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud
pada pasal 44 ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. rencana pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan;
b. rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan; dan
c. rencana pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan.

Pasal 47
(1) Rencana Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat (3) huruf b dilakukan dengan:
a. menentukan sebaran Permukiman dan Perumahan perkotaan
berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, RDTR,
dan/atau peraturan zonasi; dan
b. merumuskan arahan pengembangan satuan Permukiman dan
Perumahan perkotaan berdasarkan proyeksi pertumbuhan
penduduk dan karakteristik kegiatan kawasan perkotaan.
(2) Lingkungan hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan dengan pendekatan administrasi kecamatan yang
mempertimbangkan jangkauan pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum sesuai standar.
(3) Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendukung perwujudan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) dalam
rencana sistem pusat kegiatan di wilayah Kota;
(4) Sebaran satuan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditentukan dengan pendekatan administrasi kelurahan yang
mempertimbangkan jangkauan pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum sesuai standar.
- 45 -

(5) Sebaran satuan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


mendukung perwujudan Pusat Lingkungan (PL) dalam rencana sistem
pusat kegiatan di wilayah kota.
(6) Sebaran Perumahan dalam RP3 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a akan dijelaskan lebih lanjut dalam RP3.
(7) Arahan pengembangan satuan Permukiman dan Perumahan
berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a. pertumbuhan penduduk dan proyeksi penduduk serta distribusi
penduduk;
b. daya dukung ruang untuk kebutuhan fungsi hunian;
c. ketersediaan tanah dalam menentukan rencana alokasi ruang dan
penentuan rencana intensitas bangunan untuk melihat kapasitas
ruang fungsi hunian;
d. efektifitas penggunaan tanag yang tersedia; dan
e. rencana intensitas bangunan sesuai dengan rencana tata ruang.
(8) Arahan pengembangan satuan Permukiman dan Perumahan
perkotaan berdasarkan karakteristik kegiatan Kawasan Perkotaan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a. fungsi dan peran Lingkungan Hunian dalam mendukung
pengembangan kawasan perkotaan berdasarkan posisi Lingkungan
Hunian pada konstelasi pengembangan wilayah dan rencana tata
ruang;
b. hubungan antara Kawasan Permukiman dengan kawasan
peruntukan lainnya dalam tata ruang berdasarkan hubungan
fungsional;
c. potensi Lingkungan Hunian dan sebaran Pemukiman yang meliputi
potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, potensi
ekonomi, potensi sosial dan budaya untuk melihat
komoditas/sektor unggulan; dan
d. peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian berdasarkan
karakteristik kegiatan melalui peningkatan kinerja pelayanan
- 46 -

Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum dan rencana pengembangan


Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

Pasal 48
(1) Rencana pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 huruf a dimaksudkan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas dari Lingkungan Hunian
perkotaan yang telah terbangun.
(2) Rencana pengembangan Lingkungan Hunian Perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup penyusunan rencana:
a. peningkatan efisiensi potensi Lingkungan Hunian perkotaan
dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan.
b. peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan;
c. peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perkotaan;
d. pencegahan terhadap tumbuhnya Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh; dan
e. pencegahan tumbuh dan berkembangnya Lingkungan Hunian yang
tidak terencana dan tidak teratur.
(3) Penyusunan rencana peningkatan efisiensi potensi Lingkungan
Hunian perkotaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
melalui:
a. kajian fungsi dan peranan perkotaan sesuai arahan rencana tata
ruang kawasan perkotaan;
b. identifikasi potensi Lingkungan Hunian perkotaan yang meliputi
potensi potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia,
potensi ekonomi, potensi sosial dan potensi budaya;
c. kajian kebijakan peningkatan efisiensi potensi Lingkungan Hunian
perkotaan dalam mendukung fungsi dan peranan perkotaan, yang
memanfaatkan sumber daya dan kegiatan sosial ekonomi setempat;
dan
d. rumusan indikasi program efisiensi Lingkungan Hunian perkotaan.
(4) Rencana peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berisi:
- 47 -

a. identilikasi pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan yang ada;


b. identifikasi kebutuhan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan
sesuai alokasi rencana tata ruang kawasan perkotaan dan standar;
c. arahan peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan yang
ada;
d. arahan penyediaan pelayanan Lingkungan Hunian perkotaan yang
belum ada;
e. indikasi program peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian
perkotaan yang ada berdasarkan arahan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum; dan
f. indikasi program peningkatan pelayanan Lingkungan Hunian
perkotaan yang belum ada berdasarkan arahan keterpaduan
Prasarana,Sarana, dan Utilitas Umum.
(5) Rencana peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c berisi:
a. identifikasi kinerja kapasitas Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perkotaan yang ada;
b. kajian keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perkotaan sesuai rencana tata ruang kawasan
perkotaan dan standar;
c. arahan peningkatan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perkotaan yang ada; dan
d. indikasi program penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perkotaan yang belum ada secara terpadu.
(6) Rencana pencegahan terhadap tumbuhnya Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
berisi:
a. arahan pencegahan tumbuh dan berkembangnya Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh pada lokasi tidak kumuh;
b. indikasi program pengawasan dan pengendalian terhadap
kesesuaian perizinan, standar, dan kelaikan fungsi; dan
c. indikasi program pendampingan dan pelayanan informasi.
(7) Rencana pencegahan tumbuh dan berkembangnya Lingkungan
Hunian yang tidak terencana dan tidak teratur sebagaimana
- 48 -

dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan melalui pemberian arahan


pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh.

Pasal 49
(1) Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 huruf b dimaksudkan untuk
membangun Lingkungan Hunian baru perkotaan pada Kawasan
Permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
(2) Perencanaan pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup penyusunan:
a. rencana penyediaan lokasi Permukiman;
b. rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
c. rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
(3) Rencana penyediaan lokasi Permukiman Sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a mencakup:
a. identifikasi lokasi permukiman baru perkotaan sesuai arahan
rencana tata ruang kawasan perkotaan;
b. identifikasi pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah pada lokasi Permukiman baru perkotaan;
c. arahan penyediaan tanah Permukiman baru perkotaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, dan/ atau
setiap orang; dan
d. indikasi program penyediaan tanah untuk Permukiman baru
perkotaan sesuai rencana tata ruang.
(4) Rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup:
a. identifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum di sekitar
lokasi Permukiman baru perkotaan;
b. identifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Permukiman pada lokasi Permukiman baru perkotaan sesuai
arahan rencana tata ruang kawasan perkotaan;
- 49 -

c. rencana integrasi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


permukiman baru perkotaan dengan Prasana, Sarana dan Utilitas
Umum yang telah ada; dan
d. indikasi program penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
permukiman pada lokasi Permukiman baru perkotaan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
(5) Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
mencakup:
a. identifikasi rencana lokasi jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi pada lokasi permukiman baru perkotaan
sesuai arahan rencana tata ruang kawasan perkotaan; dan
b. indikasi program penyediaan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi pada lokasi permukiman baru perkotaan.
(6) Rencanaan pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan:
a. Lingkungan Hunian baru skala besar dengan Kasiba; dan
b. Lingkungan Hunian baru selain skala besar dengan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum.
(7) Lingkungan Hunian baru skala besar sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) huruf a merupakan Lingkungan Hunian yang direncanakan
secara menyeluruh dan terpadu yang pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap.
(8) Lingkungan Hunian baru selain skala besar sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf b Lingkungan Hunian yang direncanakan secara
menyeluruh dan terpadu yang pelaksanaannya diselesaikan dengan
jangka waktu tertentu.
(9) Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan penetapan
lokasi pembangunan Lingkungan Hunian baru yang dapat diusulkan
oleh badan hukum bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
atau Pemerintah daerah.
(10) Lokasi pembangunan Lingkungan Hunian baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan walikota.
- 50 -

(11) Penetapan lokasi pembangunan Lingkungan Hunian baru


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan hasil
studi kelayakan:
a. rencana pembangunan perkotaan atau perdesaan;
b. rencana penyediaan tanah; dan
c. analisis mengenai dampak lalu lintas dan lingkungan.

Pasal 50
(1) Rencana pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 huruf c dimaksudkan untuk
memulihkan fungsi Lingkungan Hunian perkotaan.
(2) Rencana pembangunan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara penyusunan:
a. rencana rehabilitasi;
b. rencana rekonstruksi; atau
c. rencana peremajaan.
(3) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a merupakan
pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan melalui
perbaikan dan/atau pembangunan baru untuk memulihkan fungsi
hunian secara wajar sampai tingkat yang memadai.
(4) Rencana rehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a
mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan rehabilitasi;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan rehabilitasi; dan
c. indikasi program pelaksanaan rehabilitasi Lingkungan Hunian
perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
daerah, dan/atau setiap orang.
(5) Rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan
melalui perbaikan dan/atau pembangunan baru dengan sasaran
utama menumbuh kembangkan kegiatan perekonomian, sosial, dan
budaya.
- 51 -

(6) Rencana rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)


mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan rekonstruksi;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan rekonstruksi; dan
c. indikasi program pelaksanaan rekonstruksi Lingkungan Hunian
perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang.
(7) Peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
pembangunan kembali Lingkungan Hunian perkotaan yang dilakukan
melalui penataan secara menyeluruh.
(8) Rencana peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) mencakup:
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan peremajaan;
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan Hunian perkotaan yang
membutuhkan peremajaan; dan
c. indikasi program pelaksanaan peremajaan Lingkungan Hunian
perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang.

Paragraf 4
Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum

Pasal 51
(1) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf c dilakukan
sebagai pengikat satu kesatuan sistem Perumahan dan Kawasan
Permukiman sesuai dengan hierarkinya berdasarkan rencana tata
ruang wilayah.
(2) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan:
a. rencana tata ruang;
- 52 -

b. rencana penyediaan tanah; dan


c. kebutuhan pelayanan sesuai dengan standar teknis dan hierarki
PKP.
(3) Penyusunan rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum dilakukan untuk mengintegrasikan perencanaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum dari segi:
a. sistem pelayanan sesuai dengan hierarki PKP;
b. kapasitas pelayanan sesuai kebutuhan hierarki PKP;
c. persyaratan teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. kewenangan penyediaan dan pelayanan;
e. waktu/tahun penyediaan dan pelayanan; dan
f. prasyarat/kriteria kesiapan penyediaan dan pelayanan.
(4) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dengan:
a. rencana keterpaduan jaringan sistem Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum; dan
b. rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

Paragraf 5
Indikasi Program Pembangunan dan Pemanfaatan Kawasan
Permukiman

Pasal 52
(1) Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan
permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf d
disusun dalam rangka memberikan arahan program untuk
mewujudkan:
a. rencana pengembangan, pembangunan baru; dan/atau
b. pembangunan kembali Lingkungan Hunian dan perwujudan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
(2) Penyusunan indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. program dan kegiatan;
b. volume, anggaran dan jangka waktu; dan
- 53 -

c. instansi pelaksana/penanggungjawab.
(3) Penyusunan indikasi program dilakukan secara terkoordinasi antara
pemerintah daerah, pemerintah pusat dan masyarakat melalui Forum
PKP serta memperhatikan sumber pembiayaan lainnya.

Bagian Keempat
RP3 Kota

Paragraf 1
Umum

Pasal 53
(1) RP3 Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (5) huruf c
terdiri atas:
a. kebijakan pembangunan dan pengembangan;
b. rencana kebutuhan penyediaan Rumah;
c. rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
d. program pembangunan dan pemanfaatan.
(2) Kebijakan pembangunan dan pengembangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a mencakup strategi pembangunan dan
pengembangan Perumahan.
(3) RP3 Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
bentuk rencana:
a. pembangunan dan pengembangan;
b. pembangunan baru; atau
c. pembangunan kembali.
(4) RP3 Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada RKP
meliputi rencana perumahan di dalam Lingkungan Hunian
perkotaan.
(5) RP3 Kota sebagaimana dimaksud pada pasal 45 ayat (1) dituangkan
dalam peta skala 1:5.000 (lima ribu).

Paragraf 2
Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan
- 54 -

Pasal 54
(1) Kebijakan pembangunan dan pengembangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 ayat (1) huruf a mengacu pada kebijakan dan strategi
pembangunan dan pengembangan PKP provinsi dan nasional.
(2) Kebijakan PKP kota dirumuskan dengan kriteria:
a. mengakomodasi kebijakan PKP nasional dan provinsi pada tingkat
kota;
b. mengakomodasi kebijakan rencana tata ruang dalam
pengembangan PKP tingkat kota;
c. arahan kebijakan dan upaya-upaya strateginya jelas, realistis dan
dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan:
d. mampu menjawab isu-isu strategis dan tantangan pengembangan
PKP di tingkat kota;
e. memperhatikan daya dukung lingkungan; dan
f. mendorong pemberdayaan masyarakat dan swasta/ dunia usaha

Paragraf 3
Rencana Kebutuhan Penyediaan Rumah

Pasal 55
(1) Rencana kebutuhan penyediaan rumah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 ayat (1) huruf b dilakukan untuk:
a. menangani Backlog rumah; dan
b. meningkatkan kualitas rumah dan perumahan.
(2) Rencana kebutuhan penyediaan rumah terdiri dari:
a. rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan pada
Lingkungan Hunian perkotaan yang telah terbangun;
b. rencana pembangunan Perumahan baru pada Lingkungan Hunian
baru perkotaan; dan
c. rencana pembangunan kembali Perumahan pada Lingkungan
Hunian perkotaan yang telah terbangun.

Pasal 56
(1) Rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan pada
Lingkungan Hunian perkotaan yang telah terbangun sebagaimana
- 55 -

dimaksud dalam pasal 55 ayat (2) huruf a terdiri dari:


a. rencana pemanfaatan Perumahan;
b. rencana pencegahan Perumahan Kumuh;
c. rencana peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh; dan
d. rencana pembangunan dan pengembangan Rumah Swadaya.
(2) Rencana pemanfaatan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri dari:
a. rencana pemanfaatan Rumah;
b. rencana pemanfaatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
c. rencana pelestarian Rumah, Perumahan dan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum.
(3) Rencana pencegahan perumahan kumuh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. pengawasan dan pengendalian; dan
b. pemberdayaan masyarakat.
(4) Rencana peningkatan kualitas perumahan kumuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam hal lokasi memiliki klasifikasi
kekumuhan ringan dengan status tanah legal dilakukan penanganan
dengan pola pemugaran melalui:
a. perbaikan Rumah tidak layak huni; dan/atau
b. perbaikan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
(5) Rencana pembangunan dan pengembangan Rumah Swadaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit meliputi:
a. rencana fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS);
dan
b. rencana pengembangan klinik Perumahan.

Pasal 57
(1) Rencana pembangunan Perumahan baru Lingkungan Hunian baru
perkotaan sebagaimana dimaksud pada pasal 55 ayat (2) huruf b
terdiri dari:
a. rencana Perumahan skala besar; dan/atau
b. rencana Perumahan selain skala besar.
(2) Rencana Perumahan skala besar sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a mencakup:
- 56 -

a. rencana kapasitas daya tampung Perumahan;


b. rencana jenis dan bentuk rumah;
c. rencana hunian berimbang sesuai ketentuan perundang-
undangan; dan
d. rencana skenario pentahapan pembangunan.
(3) Rencana perumahan skala besar pada Lingkungan Hunian baru
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
dilakukan melalui rencana pembangunan Kasiba dan/atau Lisiba.
(4) Rencana pembangunan Perumahan selain skala besar pada
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b mencakup:
a. rencana kapasitas daya tampung Perumahan;
b. rencana jenis dan bentuk Rumah;
c. rencana hunian berimbang sesuai ketentuan perundang-
undangan; dan
d. rencana penyediaan dan keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum

Pasal 58
(1) Rencana pembangunan kembali perumahan pada Lingkungan
Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada pasal 55 ayat (2)
huruf c mengacu kepada rencana pembangunan kembali lingkungan
hunian pada RKP yang dilakukan melalui:
a. rehabilitasi;
b. rekonstruksi; dan/atau
c. peremajaan.
(2) Rencana pembangunan kembali Perumahan pada Lingkungan
Hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. rencana peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh;
b. rencana penataan Perumahan sesuai nilai lokasi dan kebutuhan
Perumahan;
c. rencana penyediaan dan rehabilitasi rumah layak huni bagi korban
bencana; dan
d. rencana fasilitasi penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat
yang terkena relokasi program pemerintah.
(3) Rencana peningkatan kualitas Perumahan Kumuh sebagaimana
- 57 -

dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari:


a. peremajaan; dan
b. pemukiman kembali.
(4) Peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan
dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status
tanah legal.
(5) Pemukiman kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dilakukan dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan
hingga berat dengan status tanah ilegal.
(6) Rencana penataan perumahan sesuai nilai lokasi dan kebutuhan
perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai sosial dan ekonomi
perumahan secara berkelanjutan melalui peremajaan perumahan.
(7) Rencana penyediaan dan rehabilitasi rumah layak huni bagi korban
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri dari:
a. rehabilitasi rumah;
b. pembangunan kembali rumah khusus ramah bencana; dan
c. pendampingan akses sewa rumah layak huni.
(8) rencana fasilitasi penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat
yang terkena relokasi program pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c terdiri dari:
a. pendampingan penggantian kerugian; dan
b. penyediaan rumah layak huni melalui Rumah Susun umum atau
Rumah Khusus.
Paragraf 5
Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum

Pasal 59
(1) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf c merupakan
satu kesatuan sistem perencanaan penyediaan dan pelayanan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum perumahan sesuai kebutuhan
dan terintegrasi dengan sistem Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian perkotaan.
(2) Penyusunan rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
- 58 -

Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan


memperhatikan:
a. sistem pelayanan dan hierarki Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum;
b. kapasitas pelayanan sesuai kebutuhan;
c. keterpaduan antara Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum
Perumahan dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Lingkungan Hunian;
d. keterpaduan antar sistem jaringan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Perumahan; dan
e. ketentuan teknis pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Perumahan.
(3) Rencana keterpaduan prasarana, sarana dan utilitas umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. rencana keterpaduan sistem jaringan prasarana, sarana dan
utilitas umum; dan
b. rencana pelayanan prasarana, sarana dan utilitas umum
berdasarkan proyeksi kebutuhan dalam jangka waktu
perencanaan.
(4) Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempertimbangkan
kemudahan akses bagi Penyandang Disabilitas, pengarusutamaan
tujuan pembangunan berkelanjutan, pengarusutamaan gender,
pengarusutamaan modal sosial dan budaya, pengarusutamaan
transformasi digital serta Rencana Aksi Nasional dan Mitigasi
Adaptasi Perubahan Iklim serta Pengurangan Risiko Bencana (RAN
MAPI PRB).

Paragraf 6
Program Pembangunan dan Pemanfaatan

Pasal 60
(1) Program pembangunan dan pemanfaatan Perumahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. program dan kegiatan;
- 59 -

b. volume, anggaran dan jangka waktu; dan


c. instansi pelaksana/penanggungjawab.
(2) Program pembangunan dan pemanfaatan Perumahan disusun untuk
jangka waktu 20 tahun yang disusun dengan target 5 (lima) tahunan
dan dijabarkan rinci untuk 5 tahun pertama.
(3) Program pembangunan dan pemanfaatan Perumahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kelima
Tata Cara Penyusunan RP3KP Kota

Pasal 61
(1) Tata cara penyusunan RP3KP Kota meliputi tahap:
a. persiapan;
b. pengumpulan data dan informasi;
c. identifikasi;
d. perumusan tujuan penyelenggaraan PKP Kota;
e. penyusunan RKP Kota; dan
f. penyusunan RP3 Kota.
(2) Penyusunan RP3KP Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkoordinasi dengan pemerintah provinsi.

Pasal 62
(1) Tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a
meliputi:
a. penyusunan KAK dan RAB; dan
b. pembentukan tim penyusun;
(2) Tahap pengumpulan data dan informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 huruf b dilakukan melalui:
a. pengumpulan data primer; dan
b. pengumpulan data sekunder.
(3) Tahap identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c
meliputi:
a. identifikasi kebijakan;
- 60 -

b. identifikasi kondisi fisik wilayah;


c. identifikasi sosial, budaya dan kependudukan;
d. identifikasi kondisi perekonomian;
e. identifikasi kondisi PKP; dan
f. identifikasi kondisi prasarana, sarana dan utilitas umum.
(4) Tahap identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menghasilkan profil PKP Kota.
(5) Tahap perumusan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
huruf d meliputi:
a. kajian pendekatan dan pertimbangan pengembangan dan
pembangunan PKP;
b. reviu peran dan kedudukan PKP mengacu arahan kebijakan
pembangunan, kebijakan rencana tata ruang, dan kebijakan
sektoral lainnya; dan
c. perumusan tujuan penyelenggaraan PKP.
(6) Tahap penyusunan RKP Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
huruf e meliputi:
a. penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan dan
pembangunan kawasan permukiman;
b. penyusunan rencana lingkungan hunian perkotaan;
c. penyusunan rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum; dan
d. penyusunan indikasi program pembangunan dan pemanfaatan
Kawasan Permukiman.
(7) Tahap penyusunan RP3 Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
huruf f meliputi:
a. penyusunan kebijakan pembangunan dan pengembangan;
b. penyusunan rencana kebutuhan penyediaan Rumah;
c. penyusunan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
perumahan; dan
d. penyusunan program pembangunan dan pemanfaatan.
(8) Tahap penyusunan RP3KP Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- 61 -

BAB VI
PENETAPAN RP3KP

Pasal 63
(1) RP3KP Provinsi ditetapkan dengan peraturan daerah.
(2) RP3KP Kabupaten/Kota ditetapkan dengan peraturan
bupati/walikota.
(3) RP3KP khusus DKI Jakarta ditetapkan dengan peraturan gubernur
sesuai dengan muatan RP3KP Kabupaten/Kota.
(4) Penetapan RP3KP Provinsi dan RP3KP Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan:
a. buku rencana; dan
b. album peta.
(5) Prosedur penyusunan peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB VII
PENINJAUAN KEMBALI

Pasal 64
(1) Peninjauan kembali RP3KP Provinsi, RP3KP Kabupaten, dan RP3KP
Kota merupakan upaya untuk penyesuaian kembali antara RP3KP
dan kebutuhan pembangunan PKP yang memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal, serta
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(2) Peninjauan kembali RP3KP Provinsi, RP3KP Kabupaten, dan RP3KP
Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali RP3KP Provinsi, RP3KP Kabupaten, dan RP3KP
Kota dilakukan berdasarkan:
a. penyesuaian kebutuhan pembangunan PKP;
b. perubahan rencana tata ruang;
- 62 -

c. bencana alam skala besar; dan/atau


d. pemekaran wilayah.
(4) Pemekaran wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
merupakan pembentukan wilayah administrasi baru pada tingkat
provinsi dan/atau tingkat kabupaten/kota dari wilayah administrasi
provinsi dan/atau wilayah administrasi kabupaten/kota induknya.
(5) Dalam hal hasil peninjauan kembali terdapat perubahan muatan
RP3KP Provinsi, RP3KP Kabupaten, dan RP3KP Kota maka dilakukan
perubahan RP3KP Provinsi, RP3KP Kabupaten, dan RP3KP Kota.

BAB VIII
KELEMBAGAAN

Pasal 65
(1) Gubernur atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
menunjuk Organisasi Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
urusan bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk
menyusun dan memanfaatkan RP3KP.
(2) Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan koordinasi dengan Pokja PKP dan badan/dinas lain
dalam penyusunan dan pemanfaatan RP3KP.
(3) Proses penyusunan dan pemanfaatan RP3KP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melibatkan peran masyarakat melalui Forum PKP
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
PEMBINAAN

Pasal 66
(1) Pembinaan dalam penyusunan dan pemanfaatan RP3KP
dilaksanakan secara berjenjang dari:
a. Menteri kepada gubernur, bupati/walikota, dan pemangku
kepentingan;
- 63 -

b. gubernur kepada bupati/walikota dan pemangku kepentingan;


dan
c. bupati/walikota kepada pemangku kepentingan.
(2) Pembinaan dalam penyusunan RP3KP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. koordinasi dalam penyusunan RP3KP;
b. sosialisasi pedoman penyusunan RP3KP Provinsi, RP3KP
Kabupaten dan RP3KP Kota;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyusunan
RP3KP;
d. pendidikan dan pelatihan penyusunan RP3KP;
e. pendampingan dan pemberdayaan dalam penyusunan RP3KP;
dan/atau
f. pengembangan sistem informasi dan komunikasi RP3KP.
(3) Pembinaan dalam pemanfaatan RP3KP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pemantauan, evaluasi dan koreksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 67
(1) Koordinasi dalam penyusunan RP3KP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (2) huruf a merupakan kegiatan sinkronisasi dan
evaluasi antar pemerintahan dalam penyusunan RP3KP.
(2) Koordinasi dalam penyusunan RP3KP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
a. perumusan dan penetapan kebijakan dan strategi nasional di
bidang PKP sebagai dasar penyusunan kebijakan dan strategi
pembangunan dan pengembangan PKP dalam RP3KP;
b. pengawasan dan pengendalian kebijakan di bidang PKP sebagai
acuan pengawasan dan pengendalian kebijakan dalam RP3KP;
c. pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah
lingkungan serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang
mengutamakan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal
dalam pelaksanaan RP3KP.
- 64 -

Pasal 68

Sosialisasi pedoman penyusunan RP3KP Provinsi/Kabupaten/Kota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b dilakukan oleh
Menteri kepada Gubernur dan/atau Bupati/Walikota.

Pasal 69

Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyusunan RP3KP


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf c dilakukan
kepada pemerintah daerah dalam menyusun RP3KP sampai pada tahap
legislasi.

Pasal 70

(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66


ayat (2) huruf d mencakup materi:
a. teknis penyusunan data, tujuan penyelenggaraan PKP serta
kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan PKP;
b. teknis dalam menganalisis dan menentukan rencana
pembangunan dan pengembangan PKP; dan
c. teknis dalam menentukan program pembangunan dan
pengembangan PKP.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui kerja sama dengan Pemerintah daerah,
perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 71

(1) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada Pasal 66 ayat (2) huruf


e dilakukan melalui penyusunan petunjuk pelaksanaan atau
petunjuk teknis penyusunan RP3KP.
(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk peningkatan kapasitas dan kompetensi pemerintah daerah
provinsi dan kabupaten/kota dalam menyusun RP3KP.

Pasal 72
- 65 -

(1) Pengembangan sistem layanan informasi dan komunikasi RP3KP


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf f dilakukan
untuk mendukung pelaksanaan penyusunan RP3KP dan
memberikan informasi mengenai RP3KP kepada para pemangku
kepentingan.
(2) Sistem layanan informasi dan komunikasi RP3KP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. produk hukum;
b. kebijakan dan strategi PKP;
c. program dan kegiatan; dan
d. informasi publik lainnya.
(3) Pengembangan sistem informasi dan komunikasi RP3KP
sebagaimana dimaksud Pasal 66 ayat (2) huruf f dilakukan melalui
menyusun dan menyediakan basis data, pemutakhiran data dan
jaringan.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 73
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan mengenai
RP3KP yang telah ditetapkan sebelum Peraturan Menteri ini
diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sampai RP3KP dilakukan
peninjauan kembali dan disesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini.
(2) Pemerintah Daerah harus menetapkan RP3KP paling lama 3 (tiga)
tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 74
Pada saat peraturan Menteri ini mulai berlaku maka Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang
- 66 -

Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan PKP


Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1490), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 75

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ...

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA,

M. BASUKI HADIMULJONO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal………………..

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN…NOMOR…


- 67 -

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ...
TENTANG PENYUSUNAN RENCANA
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

TAHAP PENYUSUNAN RP3KP PROVINSI

Dalam melaksanakan penyusunan RP3KP Provinsi, dapat dilakukan secara


swakelola maupun kontraktual dan dapat berkoordinasi dengan Pokja PKP dan
Forum PKP. Tahap Penyusunan RP3KP Provinsi meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri dari kegiatan:
a. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dibuat oleh dinas teknis yang menangani bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b. Pembentukan tim penyusun
Tim penyusun diprakarsai oleh dinas teknis yang menangani bidang
perumahan dan kawasan permukiman. Dalam pembentukan tim
dapat melibatkan ahli perencana wilayah dan kota. Tim penyusun
dapat melibatkan tenaga ahli atau konsultan.

Output dari tahap persiapan ini meliputi:


a. KAK dan RAB; dan
b. SK Tim Penyusun.

2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi


Pengumpulan data dan informasi perlu memperhatikan tingkat akurasi,
sumber data, tahun data. Tahapan pengumpulan data terdiri dari
kegiatan:
a. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer meliputi lokasi, luas, jumlah unit rumah
serta kondisi fisik PKP. Data primer terdiri dari:
1) Data jumlah unit rumah dan kondisi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan luas 10-15 hektar dikelompokkan
berdasarkan kondisi kekumuhan:
a) kumuh ringan;
b) kumuh sedang; dan
c) kumuh berat.
2) Data lokasi, luas, jumlah unit rumah dan kondisi PKP terdampak
bencana tingkat Provinsi;
3) Data lokasi, luas, jumlah unit rumah dan kondisi PKP terkena
relokasi program pemerintah provinsi; dan
4) Data lokasi dan kondisi budaya bermukim masyarakat
berdasarkan budaya, ciri khas suatu daerah dan lokasi
bermukim.
- 68 -

b. Pengumpulan data sekunder

1) Data dan informasi rencana pembangunan nasional, meliputi:


a) visi dan misi pembangunan nasional;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional;
c) tujuan dan sasaran pembangunan nasional;
d) program prioritas nasional; dan
e) program pembangunan nasional bidang PKP.
2) Data dan informasi rencana pembangunan provinsi, meliputi:
a) visi dan misi pembangunan daerah provinsi;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah provinsi;
c) tujuan dan sasaran pembangunan daerah provinsi;
d) program prioritas daerah provinsi; dan
e) program pembangunan daerah provinsi bidang PKP.
3) Data dan informasi rencana pembangunan masing-masing
kabupaten atau kota, meliputi:
a) visi dan misi pembangunan daerah;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah;
c) tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
d) program prioritas daerah; dan
e) program pembangunan daerah bidang PKP.
4) Data dan informasi rencana tata ruang Provinsi dan lintas
kabupaten/kota, meliputi:
a) arahan kebijakan pemanfaatan ruang PKP;
b) rencana struktur ruang; dan
c) rencana pola ruang.
5) Data dan informasi kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP di lintas kabupaten/kota, termasuk data perizinan
pembangunan PKP yang telah diterbitkan dan data izin lokasi
pemanfaatan tanah. Data dapat diperoleh melalui instrumen
Strategi Penyelenggaraan Kawasan Permukiman (SPKP) dan/atau
sumber data lainnya.
6) Data dan informasi kependudukan setiap kabupaten/kota,
meliputi:
a) jumlah penduduk menurut kelompok umur;
b) jumlah KK;
c) kepadatan penduduk;
d) laju pertumbuhan penduduk;
e) migrasi penduduk;
f) penduduk miskin;
g) jumlah penduduk menurut lapangan usaha;
h) jumlah penduduk menurut kelompok sasaran (contoh santri,
nelayan, pekerja dan PNS serta mahasiswa); dan
i) data dan informasi kependudukan lainnya sesuai kebutuhan.
7) Data dan informasi ekonomi setiap kabupaten/kota, meliputi:
a) pertumbuhan ekonomi wilayah;
- 69 -

b) kemampuan keuangan daerah;


c) pendanaan dan pembiayaan PKP; dan
d) data dan informasi ekonomi lainnya terkait bidang PKP.
8) Data dan informasi terkait PKP, meliputi:
a) daya dukung dan daya tampung kawasan permukiman;
b) jumlah dan sebaran Backlog rumah setiap kabupaten/kota;
c) sebaran perumahan dan permukiman pada area negative list
di lintas kabupaten/kota, meliputi:
(1) sempadan sungai, pantai, danau dan rel kereta api;
(2) di bawah SUTET;
(3) kawasan lindung; dan
(4) kawasan rawan bencana.
d) sebaran perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan
luas 10-15 hektar dikelompokkan berdasarkan kondisi
kekumuhan:
(1) kumuh ringan;
(2) kumuh sedang; dan
(3) kumuh berat.
e) jumlah rumah tidak layak huni (RTLH) yang termasuk dalam
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan luasan
10-15 hektar merupakan data kondisi rumah yang tidak
memenuhi syarat sebagai tempat tinggal baik dari sisi
kesehatan, keamanan dan konstruksi. Disusun untuk setiap
kabupaten/kota bersumber dari BPS dan/atau sumber
lainnya; dan
f) data kelembagaan terkait PKP tiap kabupaten/kota, termasuk
lembaga perbankan dan pengembang perumahan.
9) Data Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum lintas
kabupaten/kota yang dapat berada di:
a) kawasan metropolitan dan/atau kawasan perkotaan;
b) kawasan industri dan kawasan cepat tumbuh;
c) kota baru, kasiba dan lisiba lintas kabupaten/kota;
d) PKP perdesaan dalam peningkatan efisiensi potensi pada
kawasan cepat tumbuh;
e) PKP perdesaan tertinggal; atau
f) Kawasan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi.
10) Peta yang dibutuhkan dalam penyusunan RP3KP Provinsi,
meliputi:
a) Peta Dasar
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan skala minimal
1:25.000 sebagai peta dasar, yang mencakup kenampakan
penutup lahan, hidrografi, hipsografi, bangunan, transportasi
dan utilitas, batas administrasi dan toponimi;
b) Peta tematik paling sedikit meliputi:
(1) peta struktur ruang;
(2) peta pola ruang;
- 70 -

(3) peta penggunaan lahan; dan


(4) peta informasi kebencanaan dan rawan bencana.
c) Peta tematik lainnya yang dipilih/ditentukan sesuai
kebutuhan pembangunan dan pengembangan PKP Provinsi,
dapat berupa:
(1) peta kawasan lahan pertanian, dapat menyertakan data
luasan;
(2) peta kawasan pariwisata;
(3) peta kawasan perikanan dan pemanfaatan sumber daya
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil lainnya;
(4) peta kawasan objek vital nasional dan kepentingan
hankam;
(5) peta wilayah sungai (WS) dan daerah aliran sungai (DAS);
(6) peta klimatologi (curah hujan, angin dan temperatur);
(7) peta jaringan infrastruktur (jalan, listrik, telekomunikasi,
energi dan lain lain);
(8) peta sumber air dan prasarana sumber daya air
(bendungan, sungai, danau, saluran air, bendung dan
lain-lain);
(9) peta potensi pengembangan sumber daya air;
(10) peta kawasan industri;
(11) peta sebaran lahan gambut;
(12) peta status perizinan lokasi pemanfaatan tanah;
(13) peta sebaran perumahan kumuh dan permukiman
kumuh; dan/atau
(14) peta daerah kabupaten/kota yang berbatasan dengan
skala sekurang-kurangnya 1:25.000.

Output dari tahap kegiatan pengumpulan data meliputi:


a. kompilasi data primer; dan
b. kompilasi data sekunder.
Data primer dan data sekunder dibahas bersama Pokja PKP untuk
akurasi dan keterbaharuan data.

3. Tahap Identifikasi
Tahap identifikasi data adalah proses mengolah data primer dan
sekunder untuk dimanfaatkan dalam penyusunan rencana dengan
mempertimbangkan isu masa mendatang.
a. Identifikasi Kebijakan
1) Kebijakan tata ruang
Tujuan Mengetahui implikasi dari kebijakan tata ruang
nasional dan provinsi terhadap pembangunan
dan pengembangan PKP Provinsi.
Langkah a. Mengidentifikasi arahan tata ruang nasional
dan provinsi, seperti penetapan KSN,
penetapan Kawasan Strategis Pariwisata
- 71 -

Nasional (KSPN), penetapan Kawasan


Ekonomi Khusus (KEK), dll
b. Mengidentifikasi rencana pembangunan
sektoral, seperti rencana pembangunan jalan
tol, pelabuhan, bendungan, dll
Output a. Arahan alokasi ruang pada PKP lintas
kabupaten/kota dan PKP kewenangan
provinsi
b. Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP Provinsi sebagai dampak dari arahan tata
ruang nasional dan provinsi.

2) Kebijakan pembangunan
Tujuan Mengetahui implikasi kebijakan pembangunan
nasional dan Provinsi terhadap pembangunan
dan pengembangan PKP Provinsi.
Langkah a. Mengidentifikasi arahan dan kebijakan
pembangunan dan pengembangan PKP
mengacu pada:
1) RPJMN, contoh Program Sejuta Rumah
(PSR), Program akses sanitasi (air limbah
domestik) layak dan aman (90% rumah
tangga), Akses Air Minum Perpipaan (10
Juta Sambungan Rumah);
2) Pemanfaatan hasil rekayasa teknologi,
seperti RISHA, Rusun teknologi modular,
dll;
3) RPJP provinsi; dan
4) RPJM provinsi
b. Mengidentifikasi program PKP yang sedang
berlangsung dari program Pemerintah Pusat
maupun pemerintah provinsi
Output Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP Provinsi sebagai dampak dari kebijakan
pembangunan nasional dan provinsi.

3) Kebijakan rencana induk sektor


Tujuan Mengetahui implikasi kebijakan dan rencana
induk sektor terhadap pembangunan dan
pengembangan PKP Provinsi.
Langkah Mengidentifikasi arahan dan kebijakan
pembangunan dan pengembangan PKP,
mengacu pada:
1) Rencana induk pembangunan industri;
2) Rencana induk pengembangan pariwisata;
3) Rencana Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum skala regional; dan
- 72 -

4) Rencana sektoral lainnya

Output Kebijakan pembangunan dan pengembangan


PKP Provinsi sebagai dampak dari kebijakan
rencana induk sektor di tingkat provinsi.

b. Identifikasi Kondisi Fisik Wilayah


Tujuan Mengetahui kondisi fisik wilayah untuk
mengendalikan perkembangan PKP Provinsi dan
memaksimalkan pemanfaatan lahan sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung.
Langkah a. Mengidentifikasi kondisi geografis dan batas
administrasi
b. Mengidentifikasi kondisi topografi
c. Mengidentifikasi kondisi hidrologi
d. Mengidentifikasi lokasi rawan bencana
e. Mengidentifikasi penggunaan lahan
f. Mengidentifikasi potensi wilayah
Identifikasi masing-masing kondisi fisik dapat
merujuk pada hasil analisis fisik dasar dalam
dokumen Rencana Tata Ruang (RTR) nasional
dan provinsi.
Output Peta lokasi kesesuaian wilayah pembangunan
PKP Provinsi dan luasannya.

c. Identifikasi Sosial, Budaya dan Kependudukan


1) Kondisi Sosial
Tujuan Mengetahui kondisi sosial yang berpengaruh
terhadap kondisi PKP Provinsi.
Langkah a. Mengidentifikasi pola sebaran suku/adat
yang bermukim berdasarkan kebiasaan,
kepercayaan dan hubungan antar
masyarakat
b. Mengidentifikasi kondisi sosial pada wilayah
PKP Provinsi
Output Kebutuhan penanganan/perencanaan sesuai
dengan kearifan lokal yang berpengaruh
terhadap kondisi PKP Provinsi.

2) Kondisi Budaya Bermukim


Tujuan Mengetahui potensi dan masalah PKP di provinsi
secara umum berdasarkan budaya bermukim
masyarakat.
- 73 -

Langkah a. Mengidentifikasi pola sebaran perumahan


berdasarkan budaya bermukim masyarakat
b. Mengidentifikasi karakteristik budaya
bermukim, contoh: rumah lanting, rumah
gadang, suku bajo, suku anak dalam, dll.
c. Mengidentifikasi pola kepemilikan lahan
untuk rumah dan perumahan, contoh: sistem
Magersari - Yogyakarta merupakan tanah
milik Sultan yang dapat digunakan
masyarakat namun tidak dapat diperjual-
belikan; tanah wakaf, dll.
Output a. Potensi dan masalah perumahan dan
permukiman berdasarkan karakteristik
budaya bermukim provinsi;
b. Kearifan lokal dalam memenuhi kebutuhan
dan penanganan rumah, perumahan dan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum berdasarkan karakteristik budaya
bermukim.

3) Kondisi Kependudukan
Tujuan Mengetahui karakteristik kependudukan
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin, usia, mata
pencaharian, tingkat pendidikan dan tingkat
pendapatan
b. Mengidentifikasi laju pertumbuhan penduduk
c. Mengidentifikasi sebaran penduduk setiap
kabupaten/kota
d. Mengidentifikasi data arus pergerakan lintas
kabupaten/kota dari tempat tinggal ke tempat
kerja
Output a. Data struktur penduduk (mata pencaharian,
usia produktif, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan jenis kelamin)
b. Data segmentasi penghasilan penduduk
c. Data proyeksi laju pertumbuhan penduduk
d. Data proyeksi jumlah penduduk
e. Data distribusi dan proyeksi kepadatan
penduduk
f. Data proporsi dan proyeksi penduduk
perkotaan dan perdesaan
g. Peta pola pergerakan lintas kabupaten/kota
dari tempat tinggal ke tempat kerja.
- 74 -

d. Identifikasi Kondisi Perekonomian


1) Perkembangan perekonomian
Tujuan Mengetahui kondisi perekonomian wilayah untuk
mendukung pembangunan dan pengembangan
PKP Provinsi.
Langkah a. Mengidentifikasi program dan pembiayaan
perumahan dan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum nasional dan provinsi
b. Mengidentifikasi sektor potensial/unggulan
c. Mengidentifikasi sumber pendanaan untuk
PKP dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
dan swasta
Output a. Kondisi perkembangan perekonomian
b. Struktur perekonomian
c. Segmentasi penghasilan
d. Kondisi kemampuan pendanaan untuk PKP.

2) Supply dan Demand Perumahan


Mengetahui tingkat supply dan demand
Tujuan
perumahan di provinsi
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah pembangunan
rumah berdasarkan Persetujuan Bangunan
Gedung
b. Mengidentifikasi daya beli masyarakat
(keterjangkauan)
c. Mengidentifikasi pelaku pembangunan yang
ada
d. Mengidentifikasi kemampuan pelaku
pembangunan
Output a. Daftar pelaku pembangunan perumahan;
b. Data potensi kemampuan pasokan rumah
(supply)
c. Data potensi pasar rumah (demand)
d. Indikasi harga rumah yang bisa dijangkau
masyarakat
e. Indikasi kebutuhan subsidi untuk rumah
umum.

e. Identifikasi Kondisi PKP


1) Kemampuan daya dukung daya tampung
Tujuan Mengetahui daya dukung dan daya tampung
lahan akibat arahan kebijakan pembangunan
dan pengembangan PKP.
- 75 -

Langkah a. Overlay pola ruang permukiman dengan tata


guna lahan permukiman
b. Menganalisis aspek lingkungan dalam
mendukung pembangunan dan
pengembangan PKP (daya dukung)
c. Menghitung kemampuan dan ketersediaan
sumberdaya lainnya bagi pembangunan dan
pengembangan PKP (daya tampung)
Output a. Negative list perumahan
merupakan daftar daerah terlarang untuk
pembangunan atau pengembangan PKP,
contoh: sempadan sungai, sempadan rel
kereta, sempadan zona tegangan tinggi,
daerah rawan longsor, dll; dan
b. Jenis, bentuk, tipologi dan jumlah rumah
yang dapat ditampung di lintas
kabupaten/kota.

2) Ketersediaan dan Kebutuhan Rumah (Backlog)


Tujuan Mengetahui jumlah Backlog perumahan beserta
proyeksinya setiap kabupaten dan kota.
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah KK pada 3-5 tahun
terakhir
b. Memproyeksikan jumlah KK hingga 20 tahun
mendatang
c. Mengidentifikasi jumlah rumah berdasarkan
kepemilikan dan penghunian pada 3-5 tahun
terakhir
Output a. Backlog pada tahun penyusunan setiap
kabupaten dan kota
b. Backlog proyeksi hingga 20 tahun mendatang
setiap kabupaten dan kota
c. Arahan penyelesaian Backlog setiap
kabupaten dan kota.

3) Karakteristik Pengembangan PKP lintas kabupaten/kota


Menentukan sebaran dan karakteristik PKP yang
Tujuan
ada di lintas kabupaten/kota.
a. Mengidentifikasi arahan tata ruang nasional
Langkah
dan provinsi serta kebijakan pembangunan
yang cepat tumbuh atau direncanakan
sebagai pusat aktivitas lintas
kabupaten/kota
b. Mengidentifikasi sebaran PKP Perkotaan dan
PKP Perdesaan di lintas kabupaten/kota
- 76 -

c. Overlay arahan pembangunan dengan


sebaran PKP di lintas kabupaten/kota
d. Mengidentifikasi karakteristik PKP
a. Arahan peran dan fungsi masing-masing
Output
PKP Perkotaan dan Perdesaan
b. Sebaran Kawasan PKP lintas
kabupaten/kota.

4) Sebaran Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Tujuan Mengidentifikasi lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan luas 10-15 hektar
serta kebutuhan penanganannya.
Langkah a. Mengidentifikasi luasan perumahan kumuh
dan permukiman kumuh berikut sebaran
lokasi berdasarkan SK Bupati/Walikota
tentang Penetapan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh setiap kabupaten/kota
b. Mengidentifikasi konstelasi lokasi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh terhadap
pusat-pusat permukiman kabupaten/kota
c. Mengidentifikasi tipologi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh merupakan
pengelompokan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi
secara geografis (di atas air, di tepi air, di
dataran rendah, di perbukitan dan/atau di
daerah rawan bencana) termasuk aspek
legalitas tanah dan kesesuaian dengan
rencana tata ruang
d. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan
yang terkait karakteristik sosial, ekonomi,
budaya, fisik dan kelembagaan
Output a. Daftar lokasi dan peta sebaran perumahan
kumuh dan permukiman kumuh setiap
kabupaten/kota
b. Karakteristik perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang didalamnya
memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik,
sosial budaya, ekonomi, kelembagaan
c. Identifikasi kebutuhan penanganan masing-
masing perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.

5) Identifikasi PKP Pada Wilayah Terdampak Bencana


- 77 -

Tujuan Mengetahui kebutuhan penanganan perumahan


terdampak bencana kabupaten sesuai dokumen
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Langkah a. Mengidentifikasi sebaran lokasi/delineasi
wilayah provinsi yang terdampak bencana
provinsi (longsor, kebakaran, banjir, gempa
bumi, tsunami, dll)
b. Mengidentifikasi jumlah rumah yang
terdampak bencana provinsi berdasarkan
tingkat kerusakan sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Perumahan Rakyat
Pemerintah Daerah provinsi
c. Mengidentifikasi jumlah unit rumah rusak
yang akan ditangani dalam rencana aksi
rehabilitasi dan rekonstruksi
d. Mengidentifikasi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum yang mengalami kerusakan
dan membutuhkan rehabilitasi atau
membutuhkan pembangunan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum baru
Output a. Lokasi wilayah terdampak bencana provinsi
b. Kebutuhan penanganan pembangunan
kembali perumahan:
1) Longsor dapat dilakukan dengan relokasi
(pembangunan baru);
2) Kebakaran dapat dilakukan dengan
pembangunan kembali;
3) Banjir dapat dilakukan dengan
pembangunan kembali;
4) Gempa bumi dapat dilakukan dengan
relokasi atau pembangunan kembali; atau
5) Tsunami dapat dilakukan dengan relokasi
atau pembangunan kembali
c. Indikasi jumlah rumah dengan kebutuhan
pembangunan baru melalui rumah khusus
atau rumah umum
d. Indikasi jumlah rumah yang akan
direhabilitasi
e. Indikasi kebutuhan rehabilitasi dan/atau
penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum.

6) Identifikasi PKP Terdampak Program Pemerintah


Tujuan Mengetahui kebutuhan penanganan perumahan
terdampak program pemerintah provinsi.
- 78 -

Langkah a. Mengidentifikasi program pembangunan


pemerintah provinsi yang berdampak terhadap
PKP
b. Mengidentifikasi sebaran lokasi/delineasi
wilayah yang akan terdampak program
pemerintah provinsi
c. Mengidentifikasi jumlah rumah yang akan
terdampak program pemerintah provinsi
d. Mengidentifikasi kebutuhan fasilitasi dan
penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat
terkena relokasi program pemerintah provinsi
e. Mengidentifikasi lokasi untuk relokasi
perumahan
f. Merumuskan arahan pengembangan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum di lokasi
relokasi
Output a. Lokasi sebaran perumahan yang terdampak
program pemerintah provinsi
b. Jumlah rumah terdampak program
pemerintah provinsi berdasarkan jumlah
penerima pelayanan dasar yang memenuhi
kriteria
c. Indikasi kebutuhan penanganan perumahan
terdampak program pemerintah provinsi
(lokasi relokasi, pembangunan kembali, dll)
d. Indikasi jumlah rencana fasilitasi dan jumlah
kebutuhan rumah layak huni yang akan
dibangun
e. Indikasi kebutuhan penyediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum.

7) Kelembagaan
Tujuan Mendapatkan gambaran dan kondisi
kelembagaan bidang PKP.
Langkah a. Mendata kelembagaan terkait PKP Provinsi
b. Mendata kondisi kelembagaan terkait PKP
Provinsi
Output a. Data keberadaan dan kondisi Pokja PKP
Provinsi
b. Data keberadaan dan kondisi Forum PKP
Provinsi

f. Identifikasi Kondisi Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum


Tujuan Mengetahui kondisi dan ketersediaan serta
proyeksi kebutuhan Prasarana, Sarana dan
- 79 -

Utilitas Umum lintas kabupaten/kota.


Langkah a. Mengidentifikasi kondisi dan ketersediaan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum lintas
kabupaten/kota
b. Mengidentifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum lintas kabupaten/kota
c. Mengidentifikasi proyeksi kebutuhan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum lintas
kabupaten/kota
Output a. Peta sebaran ketersediaan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum lintas kabupaten/kota
b. Data cakupan pelayanan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum lintas kabupaten/kota
c. Data kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum lintas kabupaten/kota.

Output dari tahap identifikasi dan analisis:


Hasil dari identifikasi adalah Profil provinsi yang memuat pengolahan data
primer dan sekunder dengan mempertimbangkan isu strategis serta
proyeksi di masa mendatang. Profil memiliki muatan sebagai berikut:
1) Kajian Kebijakan;
2) Kondisi Fisik wilayah;
3) Kondisi Sosial, budaya dan kependudukan;
4) Kondisi Perekonomian;
5) Kondisi PKP; dan
6) Kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

4. Perumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan


Pengembangan PKP Provinsi
a. Perumusan Tujuan Penyelenggaraan PKP
Tujuan Merumuskan tujuan penyelenggaraan PKP
Provinsi yang akan dicapai dalam jangka waktu
perencanaan RP3KP.
Langkah a. Kajian pendekatan dan pertimbangan
pengembangan dan pembangunan PKP
b. Reviu peran dan kedudukan PKP mengacu
arahan kebijakan pembangunan, kebijakan
rencana tata ruang, dan kebijakan sektoral
lainnya
c. Mengidentifikasi arahan nasional bidang
PKP
d. Mengidentifikasi visi pembangunan daerah
provinsi
- 80 -

e. Mengidentifikasi isu strategis,


permasalahan, potensi unggulan dan
karakteristik PKP Provinsi
f. Mengidentifikasi potensi dan masalah PKP
lintas kabupaten/kota
g. Menyusun rumusan tujuan
penyelenggaraan PKP
Output Rumusan tujuan penyelenggaraan PKP Provinsi
Contoh: Mewujudkan kawasan permukiman
Provinsi Bali sebagai lingkungan tempat tinggal
yang layak huni dengan berlandaskan pada Tri
Hita Karana, dalam mendukung fungsi pusat
pariwisata, perdagangan, pertanian, serta
industri kesenian dan kerajinan

b. Perumusan Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan


Pengembangan PKP Provinsi
Penyusunan kebijakan dan strategi dalam pembangunan dan
pengembangan PKP Provinsi mengacu pada kebijakan dan strategi
nasional.
Tujuan Merumuskan kebijakan dan strategi
pembangunan dan pengembangan PKP di
provinsi
Langkah a. Melakukan tinjauan kebijakan pembangunan
dan pengembangan PKP Provinsi sebagai
dampak dari kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP di tingkat nasional dan
provinsi
b. Melakukan tinjauan kebijakan pembangunan
dan pengembangan PKP Provinsi sebagai
dampak dari arahan tata ruang nasional dan
provinsi
c. Melakukan tinjauan kebijakan pembangunan
dan pengembangan PKP Provinsi sebagai
dampak dari rencana sektoral nasional dan
provinsi
d. Mengidentifikasi permasalahan
pembangunan dan pengembangan PKP
e. Menyusun rumusan kebijakan dan strategi
pembangunan dan pengembangan PKP
Provinsi
Output a. Rumusan kebijakan dan strategi
pembangunan dan pengembangan PKP lintas
kabupaten/kota
b. Rumusan arah pembangunan dan
pengembangan PKP setiap kabupaten/kota,
meliputi:
- 81 -

1) Arah penyediaan rumah sesuai dengan


arah pengembangan PKP Provinsi,
termasuk arah penanganan Backlog
(jumlah yang akan ditangani) dan
pemenuhan kebutuhan rumah yang tidak
dapat tertampung dalam satu kota dan
harus dibangun pada kabupaten/kota
yang berbatasan
2) Arahan mitigasi bencana
3) Arahan penyediaan dan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum regional
4) Arahan penyediaan lahan

Perumusan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan


PKP terdiri atas:
1) Kebijakan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kebijakan pembangunan dan pengembangan PKP sekurang-
kurangnya meliputi:
a) kebijakan dalam pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa
teknologi di bidang PKP;
b) kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota;
c) kebijakan provinsi dalam pembangunan dan pengembangan PKP
pada lintas daerah kabupaten/kota untuk pengintegrasian PKP
dengan keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum;
d) kebijakan pola penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh terkait dengan pemugaran, peremajaan, atau pemukiman
kembali sesuai kewenangan provinsi; dan
e) kebijakan lain sesuai dengan kebutuhan daerah.

2) Strategi Perumahan dan Kawasan Permukiman


Strategi pembangunan dan pengembangan PKP sekurang-kurangnya
meliputi:
a) pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di
bidang PKP;
b) penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota strategi
pemberian bantuan dan insentif dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan pelaku pembangunan
c) pemberian bantuan dan insentif kepada pelaku pembangunan,
dapat berupa:
(1) bantuan stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
permukiman;
(2) penghapusan pajak air permukaan khusus untuk masyarakat
berpenghasilan rendah yang membeli rumah atau menyewa
rumah;
(3) fasilitasi keringanan pajak melalui koordinasi pemerintah
- 82 -

kabupaten/kota untuk untuk masyarakat berpenghasilan


rendah yang bermukim di KSP dan perumahan yang berada di
lintas kabupaten/kota dapat berupa:
 keringanan pajak reklame untuk pengembang yang
membangun rumah bersubsidi;
 keringanan PBB-P2 untuk 5 tahun pertama untuk rumah
bersubsidi yang dihuni;
 keringanan pajak BPHTB;
 keringanan pajak sewa rumah;
 keringanan pajak air tanah; dan/atau
 keringanan pajak penerangan jalan.
(4) fasilitasi kemudahan perizinan melalui koordinasi dengan
pemerintah kabupaten/kota, khusus untuk perumahan
masyarakat berpenghasilan rendah, yang berada di lintas
keb/kota dapat berupa:
 percepatan pengesahan rencana tapak;
 kemudahan penetapan peil bajir;
 penyederhanaan persyaratan perizinan membangun;
 penyederhanaan prosedur dan percepatan waktu perizinan
membangun;
 keringanan retribusi IMB; dan/atau
 kemudahan persyaratan, prosedur dan percepatan waktu
penerbitan sertifikat layak fungsi.
d) Pemberian kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian
yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan dapat
berupa:
(1) kemudahan dan/atau bantuan pembangunan perumahan bagi
MBR;
(2) kemudahan dan/atau bantuan perolehan rumah bagi MBR;
(3) penyediaan kebutuhan pemenuhan perencanaan dan
pembangunan perumahan sesuai dengan rencana tata ruang
pada masing-masing kabupaten/kota; dan
(4) keterjangkauan pembiayaan melalui pendayagunaan teknologi
pembangunan rumah, seperti pembangunan contoh RISHA.
e) Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar sektor,
antar tingkat pemerintahan, dan provinsi yang berbatasan dapat
berupa:
(1) pelaksanaan keterpaduan kebijakan pembangunan
perumahan antar pemangku lintas sektor, lintas wilayah, dan
masyarakat; dan
(2) peningkatan kapasitas kelembagaan bidang perumahan di
provinsi yang bersangkutan.
f) Ketersediaan dan pengalokasian lahan untuk PKP dapat berupa:
(1) mendorong kabupaten/kota untuk membentuk bank tanah
- 83 -

dan konsolidasi lahan mendukung penyelenggaraan PKP;


(2) mendorong kemitraan untuk pengadaan lahan PKP yang
berbatasan;
(3) mendorong kemitraan antar kabupaten/kota untuk pengadaan
lahan PKP pada lokasi yang berbatasan; dan/atau
(4) menyediakan dan mengalokasikan lahan untuk PKP.
g) Penyediaan dan pengelolaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
PKP dapat berupa:
(1) mendorong sinkronisasi keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum antar PKP pada kabupaten/kota yang
berbatasan;
(2) mendorong kemitraan pemerintah provinsi/kabupaten/kota,
swasta, dan masyarakat dalam penyediaan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum pada kabupaten/kota yang berbatasan;
(3) mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk serah terima
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum PKP;
(4) mendukung pemerintah kabupaten/kota yang berbatasan
dalam pengelolaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum PKP;
(5) menyediakan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
permukiman; dan/atau
(6) mendorong serah terima Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
dari pelaku pembangunan kepada pemerintah
kabupaten/kota.
h) pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan
kumuh dan permukiman kumuh dapat berupa:
(1) mendukung pengawasan dan pengendalian PKP lintas
kabupaten/kota; dan
(2) mendukung pemberdayaan masyarakat yang berada pada PKP
dalam lintas kabupaten/kota.
i) Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dapat berupa:
(1) mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
(2) mendukung pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan
pemugaran, peremajaan, atau pemukiman kembali sesuai
dengan lokasi kumuh dan tingkat kekumuhan; dan
(3) melaksanakan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh dengan luas 10-15 hektar.
j) Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan rumah dan
perumahan secara swadaya dapat berupa:
(1) membantu pemerintah kabupaten/kota dalam peningkatan
peran entitas keswadayaan masyarakat;
(2) membantu pemerintah kabupaten/kota dalam pelibatan
komunitas setempat sebagai pemrakarsa pembangunan PKP;
dan/atau
(3) melaksanakan pemberian bantuan pembangunan rumah
- 84 -

swadaya sesuai peraturan perundang-undangan.


k) Kerjasama pembangunan dan pengelolaan PKP di lintas
kabupaten/kota.
(1) memfasilitasi pelaksanaan KPBU untuk pembangunan PKP;
dan
(2) mendukung pengelolaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
PKP.

5. Penyusunan Konsep Rencana


a. Alternatif konsep rencana
Mengidentifikasi alternatif-alternatif rencana
Tujuan
yang PKP kewenangan provinsi yang akan dipilih
menjadi muatan RP3KP provinsi.
a. Menentukan arahan pengembangan PKP
Langkah
Provinsi
b. Merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi
pengembangan PKP Provinsi
c. Menyusun konsep rencana pengembangan
PKP Lintas kabupaten/kota
d. Menyusun konsep rencana keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
a. Konsep rencana pengembangan PKP
Output
kewenangan provinsi, meliputi:
1) konsep rencana PKP lintas
kabupaten/kota;
2) konsep rencana penyediaan rumah yang
layak huni dan rehabilitasi rumah yang
tidak layak huni bagi korban bencana
provinsi;
3) konsep rencana penyediaan rumah yang
layak huni bagi masyarakat yang terkena
relokasi program pemerintah provinsi; dan
4) konsep penataan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman kumuh
dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai
dengan dibawah 15 (lima belas) ha.
b. Konsep rencana keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum, meliputi:
1) konsep rencana keterpaduan jaringan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum;
dan
2) konsep rencana pelayanan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum.

b. Pemilihan konsep rencana


Pemilihan konsep rencana pembangunan dan pengembangan PKP
berdasarkan optimalisasi guna mencapai tujuan penyelenggaraan
- 85 -

PKP.

c. Perumusan rencana terpilih menjadi muatan RP3KP Provinsi


Konsep rencana yang sudah dipilih akan menjadi muatan dalam
RP3KP provinsi.

6. Penyusunan Rencana
a. Rencana PKP Kewenangan Provinsi
1) Rencana PKP lintas kabupaten/kota
a) Rencana PKP Perkotaan
Tujuan Menyusun rencana PKP Perkotaan lintas
kabupaten/kota dapat berupa kawasan
metropolitan, kawasan industri atau kota baru
dengan kasiba/lisiba lintas kabupaten/kota.
Langkah a. Analisis pengembangan PKP Perkotaan lintas
kabupaten/kota sesuai dengan rumusan
kebijakan dan strategi dan arah
pembangunan dan pengembangan PKP setiap
kabupaten/kota
b. Analisis penentuan prioritas penanganan PKP
c. Merumuskan kebutuhan penanganan
penyediaan rumah layak huni perumahan
d. Menentukan lokasi dan alokasi lahan untuk
kebutuhan pembangunan
e. Menentukan jenis (rumah umum, rumah
komersial, rumah swadaya), bentuk (rumah
tunggal, rumah deret, rumah susun) dan
jumlah rumah yang akan dibangun
Output a. Arahan prioritas penanganan PKP Perkotaan
lintas kabupaten/kota yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota
b. Rencana pengembangan PKP Perkotaan lintas
kabupaten/kota
c. Rencana penyediaan rumah/perumahan
layak huni pada PKP Perkotaan lintas
kabupaten/kota

b) Rencana PKP Perdesaan


Tujuan Menyusun rencana PKP Perdesaan yang
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi potensi
dapat berupa kawasan pusat pertumbuhan,
pusat aktivitas atau perdesaan tertinggal lintas
kabupaten/kota
- 86 -

Langkah a. Analisis pengembangan PKP Perdesaan lintas


kabupaten/kota sesuai dengan rumusan
kebijakan dan strategi dan arah
pembangunan dan pengembangan PKP setiap
kabupaten/kota
b. Analisis penentuan prioritas penanganan PKP
c. Merumuskan kebutuhan penanganan
penyediaan rumah layak huni perumahan
d. Menentukan lokasi dan alokasi lahan untuk
kebutuhan pembangunan
e. Menentukan jenis (rumah umum, rumah
komersial, rumah swadaya), bentuk (rumah
tunggal, rumah deret, rumah susun) dan
jumlah rumah yang akan dibangun
Output a. Arahan prioritas penanganan PKP Perdesaan
lintas kabupaten/kota yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota
b. Rencana pengembangan PKP Perdesaan lintas
kabupaten/kota
c. Rencana penyediaan rumah/perumahan
layak huni pada PKP Perdesaan lintas
kabupaten/kota

c) Rencana Kasiba dan Lisiba


Tujuan Menyusun rencana kasiba dan/atau lisiba
lintas kabupaten/kota
Langkah a. Analisis pengembangan kasiba dan/atau
lisiba
b. Analisis penentuan prioritas pembangunan
kasiba dan/atau lisiba
c. Menentukan lokasi dan alokasi lahan untuk
kebutuhan pembangunan
d. Mengidentifikasi jenis (rumah umum, rumah
komersial, rumah swadaya), bentuk (rumah
tunggal, rumah deret, rumah susun) dan
jumlah rumah yang akan dibangun
Output a. Arahan prioritas pembangunan kasiba
dan/atau lisibia lintas kabupaten/kota
b. Rencana penyediaan rumah/perumahan di
kasiba dan/atau lisiba lintas kabupaten/kota

2) Rencana penyediaan rumah layak huni dan rehabilitasi rumah


bagi korban bencana provinsi
- 87 -

Tujuan Menyusun rencana penyediaan rumah layak


huni dan rehabilitasi rumah bagi korban
bencana provinsi
Langkah a. Merumuskan kebutuhan penanganan
penyediaan rumah layak huni perumahan
terdampak bencana berdasarkan hasil
analisis dampak korban bencana
b. Menentukan lokasi lahan untuk kebutuhan
pembangunan kembali
c. Menentukan bentuk rumah (rumah tapak
atau rumah susun) dan jumlah rumah yang
akan dibangun
d. Merumuskan rencana rehabilitasi
rumah/perumahan korban terdampak
bencana
e. Merumuskan rencana rehabilitasi dan/atau
penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum
Output a. Rencana rehabilitasi rumah
b. Rencana pembangunan kembali rumah
khusus ramah bencana
c. Rencana pendampingan akses sewa rumah
layak huni.

3) Rencana penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat yang


terkena relokasi program pemerintah provinsi
Tujuan Menyusun rencana fasilitasi dan penyediaan
rumah layak huni bagi masyarakat terkena
relokasi program pemerintah provinsi
Langkah a. Merumuskan kebutuhan penanganan
penyediaan rumah layak huni perumahan
terdampak relokasi program pemerintah
provinsi berdasarkan hasil analisis dampak
program pemerintah provinsi
b. Menentukan lokasi lahan untuk kebutuhan
pembangunan kembali
c. Menentukan jenis, bentuk dan jumlah rumah
yang akan dibangun
d. Merumuskan rencana fasilitasi dan
penyediaan rumah layak huni yang akan
ditangani. Contoh rencana fasilitasi yaitu
melalui penyediaan rumah dengan skema
FLPP, bantuan uang muka dan bentuk
subsidi lainnya. Contoh penyediaan rumah
layak huni melalui pembangunan rumah
khusus.
- 88 -

Output a. Rencana penyediaan rumah baru


b. Rencana fasilitasi kepemilikan rumah.

4) Penataan dan Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan


permukiman kumuh
Tujuan Menyusun rencana pelaksanaan peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dengan luas 10-15 hektar yang telah
disusun oleh masing-masing kabupaten/kota
Langkah a. Identifikasi sebaran perumahan kumuh per
kabupaten/kota dengan luas 10-15 hektar
yang telah ditetapkan oleh masing-masing
kabupaten/kota
b. Merumuskan rencana pelaksanaan
peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman kumuh berdasarkan
karakteristik dan tipologi perumahan kumuh,
berupa:
1) pemugaran dalam hal lokasi memiliki
klasifikasi kekumuhan ringan dengan
status tanah legal;
2) peremajaan dalam hal lokasi memiliki
klasifikasi kekumuhan berat dan sedang
dengan status tanah legal;
3) pemukiman kembali dalam hal:
a) lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan
berat dan sedang dengan status tanah
ilegal; atau
b) lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan
ringan dengan status tanah ilegal.
Output Rencana pelaksanaan peningkatan kualitas
perumahan kumuh berupa pemugaran,
peremajaan atau pemukiman kembali di
perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan luas 10-15 hektar meliputi:
a. lokasi, luas lahan, jenis, bentuk, tipologi dan
jumlah rumah, dan
1) penyediaan dan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
2) Rencana pemugaran meliputi:
a) perbaikan; dan/atau
b) pembangunan kembali.
3) Rencana peremajaan meliputi:
a) pembongkaran; dan
b) penataan secara menyeluruh terhadap
bangunan dan prasarana pendukungnya.
4) Rencana pemukiman kembali meliputi:
- 89 -

a) rencana pemindahan masyarakat;


b) rencana pembongkaran permukiman; dan
c) rencana pembangunan permukiman baru.

b. Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


Tujuan Menyusun rencana kebutuhan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum sesuai standar
dan kewenangan pemerintah provinsi dengan
mempertimbangkan kemudahan akses bagi
penyandang disabilitas, pengarusutamaan gender
dan Rencana Aksi Nasional dan Mitigasi Adaptasi
Perubahan Iklim serta Pengurangan Risiko Bencana
(RAN MAPI PRB)
Langkah a. Merumuskan tingkat kebutuhan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum pada perumahan saat
ini dan 20 tahun kedepan
b. Merumuskan tingkat kebutuhan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum pada pembangunan
perumahan baru dan 20 tahun kedepan
c. Merumuskan jangkauan dan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum antara
lain:
1) SPAM lintas daerah kabupaten/kota;
2) Sistem dan pengelolaan persampahan
regional;
3) Sistem air limbah domestik regional;
4) Sistem drainase yang terhubung langsung
dengan sungai lintas daerah kabupaten/kota;
dan
5) Jalan akses yang menghubungkan
lingkungan hunian dengan jalan provinsi.
Contoh : jalan dan jembatan akses dari
permukiman yang terhubung ke jalan
nasional dan jalan provinsi; dan sistem
drainase permukiman yang terhubung
langsung dengan sungai lintas daerah
kabupaten/kota.
d. Merumuskan rencana penyediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum pada PKP Perkotaan
dan PKP Perdesaan serta pada kawasan sesuai
dengan kewenangan provinsi
Output a. Rencana keterpaduan jaringan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum; dan
b. Rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum.
- 90 -

c. Penyusunan Indikasi Program PKP Kewenangan Provinsi


Tujuan Menyusun indikasi program PKP Kewenangan provinsi.
Langkah a. Mengidentifikasi program berdasarkan rencana PKP
lintas kabupaten/kota
b. Mengidentifikasi program berdasarkan rencana
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan
program
d. Mengidentifikasi kelembagaan pelaksana program
e. Menentukan program prioritas
f. Merumuskan program untuk jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang berdasarkan rencana,
kemampuan dan potensi pembiayaan, dan
kelembagaan pelaksana
Output Matriks indikasi program pembangunan dan
pengembangan PKP Provinsi.

Program pembangunan dan pengembangan PKP yang menjadi


kewenangan provinsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Program pembangunan dan pengembangan PKP Provinsi merupakan
implementasi dari kebijakan dan strategi yang dirumuskan berdasarkan
skala prioritas daerah provinsi.
Skala prioritas penetapan program pembangunan dan pengembangan
PKP Provinsi, yaitu:
a. sejalan dengan sasaran pembangunan dan pengembangan PKP
nasional;
b. merupakan kegiatan yang mendesak dan penting untuk segera
dilaksanakan;
c. merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah provinsi;
d. memiliki ukuran kinerja yang spesifik, tegas, dan terukur sehingga
dapat secara langsung dipantau manfaatnya terhadap masyarakat di
wilayah provinsi yang bersangkutan; dan
e. realistis untuk dilaksanakan dan dapat diselesaikan sesuai dengan
target jangka waktu yang telah ditetapkan.
- 91 -

TABEL I.1
MATRIKS PEMBANGUNAN PKP DAN PENYEDIAAN TANAH

Program Pelaku Pembangunan Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan
Pembangunan danPengembang diberikan hak atas tanah  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah deret
pengembangan kepada pengembang  Tanah Hak (Milik dan/atau rumah susun
HGB/HP dengan SPPT Perorangan)
(Surat Perjanjian  Tanah Badan Usaha
Penggunaan Tanah) (HGB)
Pembangunan baru Pengembang  diberikan hak atas  Tanah UlayatRumah tunggal, rumah deret
tanah kepada  Tanah Negara dan/atau rumah susun
pengembang  Tanah Hak
(Milik
HGB/HP dengan Perorangan)
SPPT (Surat  Tanah Badan
Usaha
Perjanjian (HGB)
Penggunaan Tanah)
 HGB diatas HPL
 diberikan hak atasTanah wakaf Rumah susun sewa
tanah kepada
pengembang
HGB/HP dengan
SPPT (Surat
Perjanjian
Penggunaan Tanah)
Pembangunan kembali Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah deret
 Tanah Negara dan/atau rumah susun
- 92 -

Program Pelaku Pembangunan Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan
 Tanah Pemerintah
Pembangunan rumah khususPemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah deret
 Tanah Pemerintah dan/atau rumah susun
Pembangunan perumahan  Pemerintah  Perjanjian sewa  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah deret
tematik  Pengembang  diberikan hak atas  Tanah Negara dan/atau rumah susun
tanah kepada  Tanah Pemerintah
pengembang  Tanah Hak (Milik
HGB/HP dengan Perorangan)
SPPT (Surat  Tanah Badan Usaha
Perjanjian (HGB)
Penggunaan Tanah)
 HGB diatas HPL
Masyarakat terkena relokasiPemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah deret
program pemerintah  Tanah Pemerintah dan/atau rumah susun
Korban terdampak bencana Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah deret
 Tanah Pemerintah dan/atau rumah susun
Pengembang  diberikan hak atas
tanah kepada
pengembang
HGB/HP dengan
SPPT (Surat
Perjanjian
Penggunaan Tanah)
 HGB diatas HPL
Peningkatan kualitas rumah  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Negara Rumah tunggal atau rumah
- 93 -

Program Pelaku Pembangunan Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan
tidak layak huni  Masyarakat  Peningkatan status  Tanah Pemerintah deret
tanah (dari Girik  Tanah Hak (Milik
menjadi HGB) Perorangan)
Peningkatan kualitas  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah deret
perumahan kumuh  Masyarakat  Peningkatan status  Tanah Pemerintah dan/atau rumah susun
tanah (dari Girik  Tanah Hak (Milik
Pemugaran
menjadi HGB) Perorangan)
Peremajaan  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Ulayat Rumah susun
 Pengembang  HGB diatas HPL  Tanah Negara
 Masyarakat  Tanah Pemerintah
Pemukiman kembali  Tanah Hak Rumah tunggal, rumah deret
(Milik
dan/atau rumah susun
Perorangan)
 Tanah Badan Usaha
(HGB)
- 94 -

TABEL I.2
CONTOH MATRIKS INDIKASI PROGRAM RP3KP PROVINSI
Waktu Pelaksanaan Ket
Sumber Instansi Lima tahun ke-I II III IV
No. Program Lokasi Besaran
Pendanaan Pelaksana
1 2 3 4 5
A. Rencana PKP Lintas kabupaten/kota
1. PKP Perkotaan
a. Pembangunan Kab/Kota ….. unit KPBU (atau 1. Pemerintah
perumahan skala sumber Kab…
besar pada pembiayaan 2. Pengembang
kawasan TOD lainnya) ….

b. Pembangunan 1. Kab. … ….. unit 1. Pemerintah


rumah susun 2. Kota … pusat
pekerja industri 2. Pemerintah
pada kawasan provinsi
industri terpadu
2. PKP Perdesaan
a. Pengembangan 1. Kab … ….. unit CSR (atau 1. Pemerintah
perumahan 2. Kab … sumber pusat
mendukung pembiayaan 2. Pemerintah
kawasan desa lainnya) provinsi
wisata terpadu kab 3. Swasta
A dan kab B
3. PKP Kewenangan Provinsi
a. peningkatan Kecamatan hektar APBD Pemerintah
kualitas pada Provinsi
permukiman kab/kota
kumuh dengan luas …….. APBN Pemerintah
10 (sepuluh) hektar pusat
sampai dengan 15
(lima belas) hektar
B. Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
…dst
- 95 -

MENTERI PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

M. BASUKI HADIMULJONO
- 96 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN 2020
TENTANG PENYUSUNAN RENCANA
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PKP

TAHAP PENYUSUNAN RP3KP KABUPATEN

Dalam melaksanakan penyusunan RP3KP Kabupaten, dapat dilakukan


secara swakelola maupun kontraktual dan dapat berkoordinasi dengan
Pokja PKP dan Forum PKP. Tahap Penyusunan RP3KP Kabupaten meliputi:

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri dari kegiatan:
a. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dibuat oleh dinas teknis yang menangani bidang PKP.
b. Pembentukan tim penyusun
Tim penyusun diprakarsai oleh dinas teknis yang menangani
bidang PKP. Dalam pembentukan tim dapat melibatkan ahli
perencana wilayah dan kota. Tim penyusun dapat melibatkan
tenaga ahli atau konsultan.

Output dari tahap persiapan ini meliputi:


a. KAK dan RAB;
b. SK Tim Penyusun;

2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi


Pengumpulan data dan informasi perlu memperhatikan tingkat
akurasi, sumber data, tahun data. Tahapan pengumpulan data terdiri
dari kegiatan:
a. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer meliputi lokasi, luas, jumlah unit rumah
dan kondisi fisik PKP. Data primer terdiri dari:
1) Sebaran Perumahan dan Permukiman dikelompokkan
berdasarkan kondisi kekumuhan:
a) tidak kumuh;
b) kumuh ringan;
c) kumuh sedang; dan
d) kumuh berat.
2) Sebaran Perumahan dan Permukiman, termasuk yang berada
di area negative list, meliputi:
a) sempadan sungai, pantai, danau, dan rel kereta api;
b) di bawah SUTET;
c) kawasan lindung; dan
d) kawasan rawan bencana.
3) Tipologi Perumahan;
a) jenis Rumah, meliputi:
(1) Rumah Komersial;
(2) Rumah Umum;
- 97 -

(3) Rumah Khusus;


(4) Rumah Swadaya; dan
(5) Rumah Negara.
b) bentuk rumah, meliputi:
(1) Rumah Tunggal;
(2) Rumah Deret; dan
(3) Rumah Susun.
c) Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Kondisi rumah menggunakan data terkini yang didapatkan
dari basis data rumah tidak layak huni. RTLH dinilai
menggunakan 4 indikator sesuai SDGs yaitu ketahanan
bangunan, kecukupan luas bangunan, akses sanitasi dan
akses air minum.
4) Ketersediaan dan kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum;
5) Data lokasi dan kondisi budaya bermukim masyarakat
berdasarkan budaya, ciri khas suatu daerah dan lokasi
bermukim.

b. Pengumpulan data sekunder


Pengumpulan data sekunder perlu memperhatikan tingkat
akurasi, sumber data, tahun data (minimal 5 tahun terakhir).
Data sekunder terdiri dari:
1) Data dan informasi rencana pembangunan nasional, meliputi:
a) visi dan misi pembangunan nasional;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional;
c) tujuan dan sasaran pembangunan nasional;
d) program prioritas nasional; dan
e) program pembangunan nasional bidang PKP.
2) Data dan informasi rencana pembangunan provinsi, meliputi:
a) visi dan misi pembangunan daerah provinsi;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah provinsi;
c) tujuan dan sasaran pembangunan daerah provinsi;
d) program prioritas daerah provinsi; dan
e) program pembangunan daerah provinsi bidang PKP.
3) Data dan informasi rencana pembangunan kabupaten,
meliputi:
a) visi dan misi pembangunan daerah;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah;
c) tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
d) program prioritas daerah; dan
e) program pembangunan daerah bidang PKP.
4) Data dan informasi rencana tata ruang Provinsi meliputi:
a) arahan kebijakan pemanfaatan ruang PKP;
b) rencana struktur; dan
c) rencana pola ruang.
5) Data dan informasi rencana tata ruang kabupaten meliputi:
a) arahan kebijakan pemanfaatan ruang PKP;
b) rencana struktur; dan
- 98 -

c) rencana pola ruang.


6) Data dan informasi kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP di kabupaten, termasuk data perizinan
pembangunan PKP yang telah diterbitkan dan data izin lokasi
pemanfaatan tanah.
7) Data dan informasi kependudukan tiap kecamatan, meliputi:
a) jumlah penduduk menurut kelompok umur;
b) kepadatan penduduk;
c) laju pertumbuhan penduduk;
d) migrasi penduduk;
e) penduduk miskin;
f) jumlah penduduk menurut lapangan usaha;
g) jumlah penduduk menurut kelompok sasaran (santri,
nelayan, pekerja dan PNS serta mahasiswa); dan
h) data dan informasi kependudukan lainnya sesuai
kebutuhan.
8) Data dan informasi ekonomi di kabupaten, meliputi:
a) pertumbuhan ekonomi wilayah;
b) kemampuan keuangan daerah;
c) pendanaan dan pembiayaan PKP;
d) sebaran UMKM; dan
e) data dan informasi ekonomi lainnya terkait bidang PKP.
9) Data dan informasi terkait PKP, meliputi:
a) daya dukung dan daya tampung kawasan permukiman;
b) jumlah rumah menurut:
(1) penguasaan bangunan, meliputi:
 rumah milik sendiri
 rumah sewa/kontrak
 rumah bebas sewa
(2) kondisi fisik bangunan, meliputi:
 non permanen;
 semi permanen; dan
 permanen.
c) jumlah dan sebaran Backlog rumah setiap kecamatan;
d) jumlah dan sebaran Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
merupakan data kondisi Rumah yang tidak memenuhi
syarat sebagai tempat tinggal baik dari sisi kesehatan,
keamanan dan konstruksi. Disusun untuk setiap
kecamatan bersumber dari BPS dan/atau sumber lainnya;
e) kepadatan bangunan Rumah setiap kecamatan;
f) kondisi dan sebaran perumahan cluster (perumahan bukan
sakal besar), Rumah cluster adalah suatu Rumah yang
dibangun berkelompok dalam satu lingkungan dengan
bentuk Rumah serasi. Biasanya dilengkapi dengan pagar
pembatas yang tinggi di sekeliling perumahan. Sistem
rumah terbuka yaitu tidak ada pagar yang membatasi
antar rumah;
g) Kawasan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
- 99 -

dengan luas di bawah 10 (sepuluh) hektar yang memuat


Tabel daftar lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
h) Data Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, termasuk
sarana pemakaman umum di tiap kecamatan; dan
i) Data kelembagaan terkait PKP Kabupaten, termasuk
lembaga perbankan dan pengembang Perumahan.
10) Data Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, meliputi jumlah
ketersediaan dan cakupan pelayanan.
11) Peta Dasar dan Peta tematik, meliputi:
a) peta dasar
peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan skala minimal
1:25.000 sebagai peta dasar, yang mencakup kenampakan
penutup lahan, hidrografi, hipsografi, bangunan,
transportasi dan utilitas, batas administrasi dan toponimi;
b) peta tematik paling sedikit meliputi:
(1) peta struktur ruang;
(2) peta pola pemanfaatan ruang;
(3) peta penggunaan lahan; dan
(4) peta informasi kebencanaan dan rawan bencana.
c) peta tematik lainnya yang dipilih/ditentukan sesuai
kebutuhan pembangunan dan pengembangan PKP
Kabupaten, dapat berupa:
(1) peta kawasan lahan pertanian, dapat menyertakan
data luasan;
(2) peta kawasan pariwisata;
(3) peta kawasan perikanan dan pemanfaatan sumber
daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil lainnya;
(4) peta kawasan objek vital nasional dan kepentingan
hankam;
(5) peta wilayah sungai (WS) dan daerah aliran sungai
(DAS);
(6) peta klimatologi (curah hujan, angin dan temperatur);
(7) peta jaringan infrastruktur (jalan, listrik,
telekomunikasi, energi dan lain lain);
(8) peta sumber air dan prasarana sumber daya air
(bendungan, sungai, danau, saluran air, bendung dan
lain-lain);
(9) peta potensi pengembangan sumber daya air;
(10) peta kawasan industri;
(11) peta sebaran lahan gambut;
(12) peta status perizinan lokasi pemanfaatan tanah;
dan/atau
(13) peta sebaran perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
Output dari tahap kegiatan pengumpulan data meliputi:
a. kompilasi data primer; daN
b. kompilasi data sekunder;
Data primer dan data sekunder dibahas bersama Pokja PKP untuk
- 100 -

akurasi dan keterbaharuan data.

3. Tahap Identifikasi
Tahap identifikasi adalah proses mengolah data primer dan sekunder
untuk dimanfaatkan dalam penyusunan rencana dengan
mempertimbangkan isu masa mendatang.
a. Identifikasi Kebijakan
1) Kebijakan tata ruang
Tujuan Mengetahui implikasi dari kebijakan tata ruang
nasional, provinsi dan kabupaten terhadap
pembangunan dan pengembangan PKP
Langkah a. Mengidentifikasi arahan tata ruang, seperti
penetapan KSN, penetapan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN), penetapan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dll
b. Mengidentifikasi rencana pembangunan
sektoral, seperti rencana pembangunan jalan
tol, pelabuhan, bendungan, dll
Output a. Arahan alokasi ruang pada PKP Kabupaten
b. Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP kabupaten sebagai dampak dari arahan
tata ruang nasional, provinsi dan kabupaten.

2) Kebijakan pembangunan
Tujuan Mengetahui implikasi kebijakan pembangunan
Nasional, Provinsi dan Kabupaten terhadap
pembangunan dan pengembangan PKP
Kabupaten.
Langkah a. Mengidentifikasi arahan dan kebijakan
pembangunan dan pengembangan PKP
mengacu pada:
1) RPJMN, contoh Program Sejuta Rumah
(PSR), Program akses sanitasi (air limbah
domestik) layak dan aman (90% rumah
tangga), Akses Air Minum Perpipaan (10
Juta Sambungan Rumah)
2) pemanfaatan hasil rekayasa teknologi,
seperti RISHA, rusun teknologi modular,
dll
3) RPJP Provinsi dan RPJP Kabupaten
4) RPJM Provinsi dan RPJM Kabupaten
b. Mengidentifikasi program PKP yang sedang
berlangsung dari program pemerintah pusat
maupun daerah
Output Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP Kabupaten sebagai dampak dari kebijakan
pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten

3) Kebijakan rencana induk sektor


- 101 -

Tujuan Mengetahui implikasi kebijakan dan rencana


induk sektor terhadap pembangunan dan
pengembangan PKP Kabupaten.
Langkah Mengidentifikasi arahan dan kebijakan
pembangunan dan pengembangan PKP,
mengacu pada:
1) Rencana induk pembangunan industri
2) Rencana induk pengembangan pariwisata
3) RISPAM, SSK, SPKP dll
Output Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP Provinsi sebagai dampak dari kebijakan
rencana induk sektor di tingkat kabupaten.

b. Identifikasi Kondisi Fisik Wilayah


Tujuan Mengetahui kondisi fisik wilayah untuk
mengendalikan perkembangan PKP dan
memaksimalkan pemanfaatan lahan sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung.
Langkah g. Mengidentifikasi kondisi geografis dan batas
administrasi
h. Mengidentifikasi kondisi topografi
i. Mengidentifikasi kondisi hidrologi
j. Mengidentifikasi lokasi rawan bencana
k. Mengidentifikasi penggunaan lahan
l. Mengidentifikasi potensi wilayah
Identifikasi masing-masing kondisi fisik dapat
merujuk pada hasil analisis fisik dasar dalam
dokumen Rencana Tata Ruang (RTR)
Output Peta lokasi kesesuaian wilayah pembangunan
PKP dan luasannya.

c. Identifikasi Kondisi Sosial, Budaya dan Kependudukan


1) Kondisi Sosial
Tujuan Mengetahui kondisi sosial yang berpengaruh
terhadap kondisi PKP Kabupaten.
Langkah a. Mengidentifikasi pola sebaran suku/adat
yang bermukim berdasarkan kebiasaan,
kepercayaan dan hubungan antar
masyarakat
b. Mengidentifikasi kondisi sosial pada wilayah
PKP
Output Kebutuhan penanganan/perencanaan sesuai
dengan kearifan lokal yang berpengaruh
terhadap kondisi PKP Kabupaten.

2) Budaya Bermukim
- 102 -

Tujuan Mengetahui potensi dan masalah perumahan


dan permukiman di kabupaten berdasarkan
budaya bermukim masyarakat.
Langkah a. Mengidentifikasi pola sebaran perumahan
berdasarkan budaya bermukim masyarakat
b. Mengidentifikasi karakteristik budaya
bermukim, contoh: rumah lanting, rumah
gadang, suku bajo, suku anak dalam, dll
c. Mengidentifikasi pola kepemilikan lahan
untuk rumah dan perumahan, contoh: sistem
Magersari, Yogyakarta merupakan tanah
milik sultan yang dapat digunakan
masyarakat namun tidak dapat diperjual-
belikan, tanah wakaf, dll.
Output a. Potensi dan masalah perumahan dan
permukiman berdasarkan karakteristik
budaya bermukim
b. Kearifan lokal dalam memenuhi kebutuhan
dan penanganan Rumah, Perumahan dan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum berdasarkan karakteristik budaya
bermukim.

3) Kondisi Kependudukan
Tujuan Mengetahui karakteristik kependudukan
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin, usia, mata
pencaharian dan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan
b. Mengidentifikasi jumlah KK
c. Mengidentifikasi laju pertumbuhan penduduk
dan jumlah KK
d. Mengidentifikasi sebaran penduduk per
kecamatan
e. Mengidentifikasi data Origin Destination (OD)
dari tempat tinggal ke tempat kerja
Output a. Data struktur penduduk (mata pencaharian,
usia produktif, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, sex ratio);
b. Data segmentasi penghasilan penduduk;
c. Data proyeksi laju pertumbuhan penduduk
d. Data proyeksi jumlah penduduk dan jumlah
KK
e. Data distribusi dan proyeksi kepadatan
penduduk
f. Data proporsi dan proyeksi penduduk
perkotaan dan perdesaan
- 103 -

g. Peta pola pergerakan orang dari tempat


tinggal ke tempat kerja

d. Identifikasi Kondisi Perekonomian


1) Kondisi Perekonomian
Tujuan Mengetahui kondisi perekonomian wilayah untuk
mendukung pembangunan dan pengembangan
PKP Kabupaten.
Langkah a. Mengidentifikasi program dan pembiayaan
perumahan dan prasaran, sarana dan utilitas
umum nasional dan daerah
b. Mengidentifikasi sektor potensial/unggulan
c. Mengidentifikasi sumber pendanaan untuk
PKP dari pemerintah dan swasta
Output a. Kondisi perkembangan perekonomian
b. Struktur perekonomian
c. Segmentasi penghasilan
d. Kondisi kemampuan pendanaan untuk PKP

2) Supply dan Demand Perumahan


Mengetahui tingkat supply dan demand
Tujuan
perumahan di kabupaten
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah pembangunan rumah
berdasarkan Persetujuan Bangunan Gedung
b. Mengidentifikasi daya beli masyarakat
(keterjangkauan)
c. Mengidentifikasi pelaku pembangunan yang
ada
d. Mengidentifikasi kemampuan pelaku
pembangunan
Output a. Daftar pelaku pembangunan Perumahan;
b. Data potensi kemampuan pasokan Rumah
(supply)
c. Data potensi pasar Rumah dan lokasinya
(demand)
d. Indikasi harga Rumah yang bisa dijangkau
masyarakat
e. Indikasi kebutuhan subsidi untuk Rumah
umum

e. Identifikasi Kondisi PKP


1) Kondisi Kawasan Permukiman
a) Kondisi Spasial Kawasan Permukiman
Tujuan Mendapatkan gambaran spasial pengembangan
Kawasan Permukiman
- 104 -

Langkah a. Melakukan superimpose kesesuaian wilayah


pembangunan PKP sesuai hasil identifikasi
dan analisis fisik wilayah dengan kebutuhan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
b. Melakukan superimpose langkah poin (a)
dengan arahan kebijakan yang ada
Output Peta spasial gambaran Kawasan Permukiman

b) Kemampuan Daya Dukung dan Daya Tampung


Tujuan Mengetahui kemampuan daya dukung dan daya
tampung Kawasan Permukiman
Langkah a. Mengidentifikasi kemampuan lahan untuk
alokasi pemanfaatan ruang Kawasan
Permukiman
b. Mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan
lahan
c. Mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan
air
Output Peta daya dukung dan daya tampung Kawasan
Permukiman

2) Kondisi Perumahan
a) Sebaran Perumahan
Tujuan Mengidentifikasi sebaran lokasi Perumahan
berdasarkan tipologi Perumahan dan
Permukiman
Langkah a. Mengidentifikasi tipologi Perumahan
berdasarkan jenis (Rumah Umum, Komersial,
Khusus, Swadaya, Susun)
b. Mengidentifikasi tipologi Perumahan bentuk
(tapak, deret, susun)
c. Mengidentifikasi jumlah dan sebaran
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Output a. Daftar dan peta sebaran Perumahan per
kecamatan berdasarkan jenis dan bentuk
Rumah
b. Daftar dan peta sebaran Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH)

b) Ketersediaan dan Kebutuhan Rumah (Backlog)


Tujuan Mengetahui data ketersediaan dan kebutuhan
rumah beserta proyeksinya per kecamatan
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah KK pada 3-5 tahun
terakhir
b. Memproyeksikan jumlah KK hingga 20 tahun
mendatang
- 105 -

c. Mengidentifikasi jumlah rumah berdasarkan


kepemilikan dan penghunian pada 3-5 tahun
terakhir
Output d. Backlog kepemilikan dan penghunian pada
tahun penyusunan per kecamatan
e. Backlog proyeksi hingga 20 tahun mendatang
per kecamatan.

c) Sebaran Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Tujuan Mengidentifikasi lokasi Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh dengan luas <10 hektar
serta kebutuhan penanganannya
Langkah a. Mengidentifikasi luasan Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh berikut sebaran
lokasi berdasarkan SK Bupati tentang
Penetapan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh setiap kabupaten.
b. Mengidentifikasi konstelasi lokasi Perumahan
dan Permukiman Kumuh terhadap pusat-
pusat Permukiman kabupaten
c. Mengidentifikasi tipologi Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh merupakan
pengelompokan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh berdasarkan letak lokasi
secara geografis (di atas air, di tepi air, di
dataran rendah, di perbukitan dan/atau di
daerah rawan bencana) termasuk aspek
legalitas tanah dan kesesuaian dengan
rencana tata ruang
d. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan
yang terkait karakteristik sosial, ekonomi,
budaya, fisik dan kelembagaan
Output a. Daftar lokasi dan peta sebaran Perumahan
Kumuh dan Permukiman kumuh per
kecamatan
b. Karakteristik Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang didalamnya
memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik,
sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan
c. Identifikasi kebutuhan penanganan masing-
masing Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
Kriteria yang dimaksud dalam analisis Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh dilakukan sesuai dengan kriteria dan
indikator penentuan kawasan prioritas dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
- 106 -

Kumuh.

d) Identifikasi PKP Pada Wilayah Terdampak Bencana


Tujuan Mengetahui kebutuhan penanganan Perumahan
terdampak bencana kabupaten sesuai dokumen
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
Langkah a. Mengidentifikasi sebaran lokasi/delineasi
wilayah kabupaten yang terdampak bencana
kabupaten (longsor, kebakaran, banjir, gempa
bumi, tsunami, dll)
b. Mengidentifikasi jumlah rumah yang
terdampak bencana kabupaten berdasarkan
tingkat kerusakan sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Perumahan Rakyat
Pemerintah Daerah Kabupaten
c. Mengidentifikasi jumlah unit Rumah rusak
yang akan ditangani dalam rencana aksi
rehabilitasi dan rekonstruksi
d. Mengidentifikasi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum yang mengalami kerusakan
dan membutuhkan rehabilitasi atau
membutuhkan pembangunan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum baru
Output a. Lokasi wilayah terdampak bencana
kabupaten
b. Kebutuhan penanganan pembangunan
kembali perumahan:
1) longsor dapat dilakukan dengan relokasi
(pembangunan baru)
2) kebakaran dapat dilakukan dengan
pembangunan kembali
3) banjir dapat dilakukan dengan
pembangunan kembali
4) gempa bumi dapat dilakukan dengan
relokasi atau pembangunan kembali
5) tsunami dapat dilakukan dengan relokasi
atau pembangunan kembali
c. Jumlah Rumah dengan kebutuhan
pembangunan baru melalui Rumah Khusus
atau Rumah Umum;
d. Jumlah rumah yang akan direhabilitasi; dan
e. Kebutuhan rehabilitasi dan/atau penyediaan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

e) Identifikasi PKP Terdampak Program Pemerintah


Tujuan Mengetahui kebutuhan penanganan Perumahan
terdampak program pemerintah kabupaten
- 107 -

Langkah a. Mengidentifikasi program pembangunan


pemerintah yang berdampak terhadap PKP
b. Mengidentifikasi sebaran lokasi/delineasi
wilayah yang akan terdampak program
pemerintah kabupaten
c. Mengidentifikasi jumlah Rumah yang yang
akan terdampak program pemerintah
kabupaten
d. Mengidentifikasi kebutuhan fasilitasi dan
penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat
terkena relokasi program pemerintah
kabupaten
e. Mengidentifikasi lokasi untuk relokasi
Perumahan
Output a. Lokasi sebaran Perumahan yang terdampak
program pemerintah kabupaten
b. Jumlah Rumah terdampak program
pemerintah berdasarkan jumlah penerima
pelayanan dasar yang memenuhi kriteria
c. Indikasi kebutuhan penanganan Perumahan
terdampak program pemerintah seperti lokasi
relokasi, pembangunan kembali, dll
d. Indikasi jumlah rencana fasilitasi dan jumah
kebutuhan rumah layak huni yang akan
dibangun
e. Indikasi kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum

f) Kelembagaan
Tujuan Mendapatkan gambaran dan kondisi
kelembagaan bidang PKP.
Langkah a. Mendata kelembagaan terkait PKP Kabupaten
b. Mendata kondisi kelembagaan terkait PKP
Kabupaten
Output a. Data keberadaan dan kondisi Pokja PKP
b. Data keberadaan dan kondisi Forum PKP

f. Identifikasi Kondisi Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum


Tujuan Mengetahui kondisi , ketersediaan serta proyeksi
kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Langkah a. Mengidentifikasi kondisi dan ketersediaan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
b. Mengidentifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum
c. Mengidentifikasi proyeksi kebutuhan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
- 108 -

Output a. Peta sebaran ketersediaan Prasarana, Sarana


dan Utilitas Umum
b. Data cakupan pelayanan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum
c. Data kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum

Output dari tahap identifikasi:


Hasil dari identifikasi adalah profil kabupaten yang memuat pengolahan
data primer dan sekunder dengan mempertimbangkan isu strategis
serta proyeksi di masa mendatang. Profil memiliki muatan sebagai
berikut:
1) Kajian Kebijakan;
2) Kondisi Fisik wilayah;
3) Kondisi Sosial, budaya dan kependudukan;
4) Kondisi Perekonomian;
5) Kondisi PKP; dan
6) Kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

4. Perumusan Tujuan Penyelenggaraan PKP Kabupaten


Tujuan Merumuskan tujuan penyelenggaraan PKP Kabupaten
yang akan dicapai dalam jangka waktu perencanaan
RP3KP.
Langkah a. Kajian pendekatan dan pertimbangan
pengembangan dan pembangunan PKP
b. Reviu peran dan kedudukan PKP mengacu arahan
kebijakan pembangunan, kebijakan rencana tata
ruang, dan kebijakan sektoral lainnya
c. Mengidentifikasi arahan nasional bidang PKP
d. Mengidentifikasi visi pembangunan daerah provinsi
dan kabupaten
e. Mengidentifikasi isu strategis, permasalahan,
potensi unggulan dan karakteristik PKP provinsi
dan kabupaten
f. Mengidentifikasi potensi dan masalah PKP
kabupaten
g. Menyusun rumusan tujuan penyelenggaraan PKP
kabupaten
Output Rumusan tujuan penyelenggaraan PKP Kabupaten
Contoh: Mewujudkan kawasan permukiman Kabupaten
Gianyar sebagai lingkungan tempat tinggal yang layak
huni dengan berlandaskan pada Tri Hita Karana, dalam
mendukung fungsi pusat pariwisata, perdagangan,
pertanian, serta industri kesenian dan kerajinan

5. Penyusunan RKP Kabupaten


a. Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan
Pembangunan Kawasan Permukiman
- 109 -

Kebijakan dan strategi pengembangan dan pembangunan


Kawasan permukiman merupakan penjabaran dari kebijakan dan
strategi PKP Nasional, Provinsi dan Kabupaten baik secara spasial
maupun sektoral. Perumusan kebijakan dan strategi
pengembangan dan pembangunan Kawasan Permukiman dapat
menggunakan instrumen perencanaan yang sudah ada melalui
strategi penyelenggaraan Kawasan Permukiman.
Tahap Perumusan Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan
Pembangunan Kawasan Permukiman meliputi:
1) Reviu Kebijakan
Memperoleh informasi mengenai arah dan
Tujuan
tujuan pembangunan dan pengembangan PKP.
a. analisis arahan kebijakan pembangunan dan
Langkah
pengembangan PKP berdasarkan kebijakan
pembangunan, arahan tata ruang, dan
rencana sektoral ditingkat Pusat, Provinsi,
dan Kabupaten dilakukan melalui kajian visi,
misi, tujuan, dan sasaran pengembangan
kabupaten serta kajian kebijakan dukungan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum dalam
pengembangan kabupaten/Kawasan
Permukiman
b. analisis arahan spasial pemanfaatan ruang
Permukiman dan/atau Perumahan dalam
RTR dilakukan melalui kajian visi, misi,
tujuan, dan sasaran pengembangan
Permukiman
c. analisis dukungan program-program
kaitannya terhadap pencapaian sasaran
pembangunan
d. analisis kecenderungan pembangunan
a. Rumusan arahan kebijakan pembangunan
Output
PKP berdasarkan rencana pembangunan,
rencana tata ruang, dan rencana sectoral
b. Arahan pengembangan Permukiman
c. Arahan pengembangan Permukiman dan
perumahan dengan kebijakan pembangunan
kabupaten
d. Arahan pengembangan Permukiman dan
Perumahan dalam Rencana tata ruang

2) Perumusan Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan


Pembangunan Kawasan Permukiman
Merumuskan kebijakan dan strategi
Tujuan
pengembangan dan pembangunan Kawasan
Permukiman
a. Overlay peta pola ruang dan struktur ruang
Langkah
yang meliputi:
1) perkembangan kawasan fungsional
2) perkembangan PKP
- 110 -

b. Analisis kecenderungan dan analisa


sandingan terhadap:
1) kondisi perkembangan Perumahan dan
Permukiman
2) masalah Perumahan dan Permukiman
3) tujuan dan sasaran kebijakan dan arah
pengembangan
c. Merumuskan kebijakan pembangunan dan
pengembangan Kawasan Permukiman
berdasarkan rumusan permasalahan
d. Merumuskan strategi berdasarkan kebijakan
pembangunan dan pengembangan Kawasan
Permukiman yang telah dirumuskan
e. Penyusunan dan pemilihan skenario strategi
pengembangan Kawasan Permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan dan
Output
pembangunan Kawasan Permukiman

b. Penyusunan Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan dan


Lingkungan Hunian Perdesaan
1) Tahap Analisis Lingkungan Hunian
Tahap analisis merupakan tahap untuk menghasilkan isu
permasalahan, arahan dan perumusan konsep rencana
Lingkungan Hunian perkotaan/perdesaan. Kegiatan analisis
dilakukan melalui:
Tujuan Memperoleh informasi kedudukan dan peran
Lingkungan Hunian, potensi dan efisiensi
Lingkungan Hunian
Langkah a. Melakukan tinjauan terhadap arahan RTRW
b. Memetakan arah pengembangan pusat-pusat
kegiatan
c. Memetakan arah pengembangan pusat
pelayanan lingkungan
d. Mendelineasi Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan berdasarkan
administrasi kecamatan
e. Melakukan analisis terhadap kondisi masing-
masing Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan
f. Mendelineasi satuan permukiman
berdasarkan administrasi kecamatan
Output a. Sebaran Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan
b. Sebaran satuan Permukiman

2) Penyusunan Arahan Pengembangan


Tujuan Menyusun arahan satuan Permukiman dan
Perumahan dalam rangka perencanaan
pengembangan Lingkungan Hunian
- 111 -

perkotaan/perdesaan, pembangunan Lingkungan


Hunian baru dan pembangunan kembali
Lingkungan Hunian
Langkah a. Meninjau arahan fungsi dan peran
Lingkungan Hunian perkotaan/perdesaan
berdasarkan karakteristik kegiatan
b. Meninjau arahan peningkatan Pelayanan
Lingkungan Hunian berdasarkan peran dan
fungsi Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan
c. Meninjau arahan pengembangan Lingkungan
Hunian perkotaan/perdesaan berdasarkan
pola, tipologi dan karakteristik Permukiman
d. Meninjau arahan kepadatan penduduk
e. Meninjau arahan intensitas bangunan (KDB,
KLB, KB, KDH)
f. Meninjau arahan penataan ruang PKP
berdasarkan kapasitas ruang
g. Meninjau arahan penataan kumuh
h. Meninjau arahan penyediaan lahan
Perumahan dan Permukiman
i. Meninjau arahan pengendalian
pengembangan
Output a. Arahan pengembangan Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan
b. Arahan pembangunan baru Lingkungan
Hunian perkotaan/perdesaan
c. Arahan pembangunan kembali Lingkungan
Hunian perkotaan/perdesaan

3) Penyusunan Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan


Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan, diantaranya meliputi:
a) Rencana Pengembangan
Menyusun rencana pengembangan Lingkungan
Tujuan
Hunian perkotaan
a. kajian fungsi dan peranan perkotaan sesuai
Langkah
arahan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan
b. identifikasi potensi Lingkungan Hunian
perkotaan yang meliputi potensi potensi
sumber daya alam, potensi sumber daya
manusia, potensi ekonomi, potensi sosial dan
potensi budaya
c. kajian kebijakan peningkatan efisiensi potensi
Lingkungan Hunian perkotaan dalam
mendukung fungsi dan peranan perkotaan,
yang memanfaatkan sumber daya dan
kegiatan sosial ekonomi setempat
- 112 -

d. rumusan indikasi program efisiensi


Lingkungan Hunian perkotaan
e. identifikasi pelayanan Lingkungan Hunian
perkotaan yang ada
f. identifikasi kebutuhan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan sesuai alokasi rencana tata
ruang Kawasan Perkotaan dan standar teknis
g. arahan peningkatan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan yang ada
h. arahan penyediaan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan yang belum ada
i. indikasi program peningkatan pelayanan
Lingkungan Hunian perkotaan yang ada
berdasarkan arahan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
j. indikasi program peningkatan pelayanan
Lingkungan Hunian perkotaan yang belum ada
berdasarkan arahan keterpaduan
Prasarana,Sarana, dan Utilitas Umum
k. identifikasi kinerja kapasitas Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perkotaan yang ada
l. kajian keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Lingkungan Hunian perkotaan
sesuai rencana tata ruang Kawasan Perkotaan
dan standar
m. arahan peningkatan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perkotaan yang ada
n. indikasi program penyediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perkotaan yang belum ada secara
terpadu
o. arahan pencegahan tumbuh dan
berkembangnya Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh pada lokasi tidak kumuh
p. indikasi program pengawasan dan
pengendalian terhadap kesesuaian
persetujuan, standar teknis, dan kelaiakan
fungsi
q. indikasi program pendampingan dan
pelayanan informasi
r. Menentukan arahan pengembangan
Lingkungan Hunian perkotaan
a. rencana peningkatan efisiensi potensi
Output
Lingkungan Hunian perkotaan
b. rencana peningkatan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan melalui pengembangan
- 113 -

pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas


Umum dalam setiap satuan Lingkungan
Hunian perkotaan dan keterpaduannya
dengan arahan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum skala kabupaten
c. rencana peningkatan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
d. rencana pencegahan terhadap tumbuhnya
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
e. rencana pencegahan tumbuh dan
berkembangnya Lingkungan Hunian
perkotaan yang tidak terencana dan tidak
teratur
Output rencana Lingkungan Hunian perkotaan
disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

b) Rencana Pembangunan Baru


Menyusun rencana Lingkungan Hunian
Tujuan
perkotaan
a. identifikasi lokasi Permukiman baru
Langkah
perkotaan sesuai arahan rencana tata ruang
kawasan perkotaan
b. identifikasi pemilikan, penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah pada
lokasi Permukiman baru perkotaan
c. arahan penyediaan tanah permukiman baru
perkotaan yang dilakukan oleh pemerintah
Pusat, Pemerintah daerah, dan/ atau setiap
orang
d. indikasi program penyediaan tanah untuk
Permukiman baru perkotaan sesuai rencana
tata ruang
e. identifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman di sekitar lokasi
permukiman baru perkotaan
f. identifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum Permukiman pada lokasi
Permukiman baru perkotaan sesuai arahan
rencana tata ruang Kawasan Perkotaan
g. rencana integrasi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman baru perkotaan
dengan prasana, Sarana, dan Utilitas Umum
yang telah ada
h. indikasi program penyediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Permukiman pada
lokasi Permukiman baru perkotaan oleh
- 114 -

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,


dan/atau setiap orang
i. identifikasi rencana lokasi jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi pada
lokasi Permukiman baru perkotaan sesuai
arahan rencana tata ruang Kawasan
Perkotaan
j. indikasi program penyediaan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi pada lokasi Permukiman baru
perkotaan
k. Menentukan arahan pembangunan baru
Lingkungan Hunian perkotaan
a. Rencana penyediaan lokasi Permukiman;
Output
b. Rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman
c. Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Output rencana Lingkungan Hunian Perkotaan
disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

c) Rencana Pembangunan Kembali


Menyusun rencana Lingkungan Hunian
Tujuan
perkotaan
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
Langkah
perkotaan yang membutuhkan rehabilitasi
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perkotaan yang membutuhkan
rehabilitasi
c. indikasi program pelaksanaan rehabilitasi
Lingkungan Hunian perkotaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang
d. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
perkotaan yang membutuhkan rekonstruksi
e. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perkotaan yang membutuhkan
rekonstruksi
f. indikasi program pelaksanaan rekonstruksi
Lingkungan Hunian perkotaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/ atau setiap orang
g. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
perkotaan yang membutuhkan peremajaan
h. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perkotaan yang membutuhkan
peremajaan
i. indikasi program pelaksanaan peremajaan
Lingkungan Hunian perkotaan yang
- 115 -

dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah


Daerah, dan/atau setiap orang
j. Menentukan arahan pembangunan kembali
Lingkungan Hunian Perkotaan
a. Rencana rehabilitas
Output
b. Rencana rekonstruksi
c. Rencana peremajaan
Output rencana Lingkungan Hunian perkotaan
disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

4) Tahap Penyusunan Rencana Lingkungan Hunian Perdesaan


Rencana Lingkungan Hunian Perdesaan, diantaranya meliputi:
a) Rencana Pengembangan
Menyusun rencana Lingkungan Hunian
Tujuan
perdesaan
a. identifikasi fungsi dan peranan perdesaan
Langkah
sesuai arahan rencana tata ruang Kawasan
perdesaan
b. identifikasi potensi Lingkungan Hunian
perdesaan yang meliputi potensi sumber daya
alam, potensi sumber daya manusia, potensi
ekonomi, potensi sosial dan potensi budaya
c. arahan peningkatan efisiensi potensi
Lingkungan Hunian perdesaan dalam
mendukung fungsi dan peranan perdesaan,
melalui efisiensi pemanfaatan sumber daya
dan efisiensi kegiatan produktif
d. indikasi program peningkatan efisiensi
pemanfaatan sumber daya dan efisiensi
kegiatan produktif
e. identifikasi pelayanan Lingkungan Hunian
perdesaan yang ada
f. identifikasi kebutuhan pelayanan
Lingkungan Hunian perdesaan sesuai
perhitungan dan proyeksi populasi rencana
tata ruang Kawasan perdesaan dan standar
teknis
g. arahan peningkatan pelayanan lingkungan
perdesaan yang ada
h. arahan penyediaan pelayanan lingkungan
perdesaan yang belum ada
i. indikasi program peningkatan pelayanan
lingkungan perdesaan yang ada sesuai
arahan peningkatan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
j. indikasi program penyediaan pelayanan
lingkungan perdesaan yang belum ada sesuai
- 116 -

arahan peningkatan keterpaduan Prasarana,


Sarana dan Utilitas Umum
k. identifikasi Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Lingkungan Hunian perdesaan yang
ada
l. identifikasi keterpaduan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum Lingkungan Hunian
perdesaan sesuai rencana tata ruang
kawasan perdesaan dan standar
m. arahan peningkatan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perdesaan yang ada
n. arahan penyediaan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Lingkungan Hunian
perdesaan yang belum ada secara terpadu
o. identifikasi bagian Lingkungan Hunian
perdesaan yang dibatasi dan didorong
pengembangannya sesuai arahan tata ruang
kawasan perdesaan
p. arahan pembatasan pengembangan bagian
Lingkungan Hunian perdesaan berupa
pembatasan intensitas dan pembatasan
kegiatan tertentu
q. arahan pengembangan bagian Lingkungan
Hunian perdesaan berupa peningkatan
intensitas dan pengembangan kegiatan
tertentu
r. identifikasi kondisi alam yang dimiliki
s. identifikasi potensi sumber daya perdesaan
yang dimiliki
t. arahan peningkatan kelestarian alam dan
sumber daya perdesaan melalui pengendalian
dampak lingkungan
u. indikasi program pengendalian dampak
lingkungan
v. Menentukan arahan pengembangan
Lingkungan Hunian perdesaan
a. Rencana peningkatan efisiensi potensi
Output
Lingkungan Hunian Perdesaan
b. Rencana peningkatan pelayanan Lingkungan
Hunian Perdesaan
c. Rencana peningkatan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
d. rencana penetapan bagian Lingkungan
Hunian perdesaan yang dibatasi dan yang
didorong pengembangannya
e. rencana peningkatan kelestarian alam dan
potensi sumber daya perdesaan
- 117 -

Output rencana Lingkungan Hunian perdesaan


disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

b) Rencana Pembangunan Baru;


Menyusun rencana Lingkungan Hunian
Tujuan
perdesaan
a. identifikasi lokasi permukiman baru
Langkah
perdesaan sesuai arahan rencana tata ruang
kawasan perdesaan
b. identifikasi penguasaan tanah pada lokasi
Permukiman baru perdesaan
c. arahan penyediaan tanah permukiman baru
perdesaan oleh Pemerintah Pusat, pemerintah
daerah dan/atau setiap orang
d. indikasi program penyediaan tanah untuk
Permukiman baru sesuai rencana tata ruang
e. identifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman di sekitar lokasi
permukiman baru perdesaan
f. identifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum pada lokasi permukiman
baru perdesaan sesuai arahan rencana tata
ruang kawasan perdesaan
g. rencana integrasi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman baru perdesaan
dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
yang telah ada
h. indikasi program penyediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum pada lokasi
Permukiman baru perdesaan oleh Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah dan/atau setiap
orang
i. identifikasi rencana lokasi jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi pada
lokasi Permukiman baru perdesaan sesuai
arahan rencana tata ruang kawasan
perdesaan
j. indikasi program penyediaan jasa
Pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi pada lokasi Permukiman baru
perdesaan
k. Menentukan arahan pembangunan baru
Lingkungan Hunian perdesaan
a. Rencana penyediaan lokasi Permukiman
Output
b. Rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman
c. Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi
- 118 -

Output rencana Lingkungan Hunian perdesaan


disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

c) Rencana Pembangunan Kembali


Menyusun rencana Lingkungan Hunian
Tujuan
perdesaan
a. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
Langkah
perdesaan yang membutuhkan rehabilitasi
b. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perdesaan yang membutuhkan
rehabilitasi
c. arahan pelaksanaan rehabilitasi Lingkungan
Hunian perdesaan yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau setiap orang
d. indikasi program pelaksanaan rehabilitasi
Lingkungan Hunian perdesaan
e. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
perdesaan yang membutuhkan rekonstruksi
f. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perdesaan yang membutuhkan
rekonstruksi
g. arahan pelaksanaan rekonstruksi
Lingkungan Hunian perdesaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang
h. indikasi program rekonstruksi Lingkungan
Hunian perdesaan
i. identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
perdesaan yang membutuhkan peremajaan
j. identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perdesaan yang membutuhkan
peremajaan
k. arahan pelaksanaan peremajaan Lingkungan
Hunian perdesaan yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau setiap orang
l. indikasi program peremajaan Lingkungan
Hunian perdesaan
m. Menentukan arahan pembangunan kembali
Lingkungan Hunian perdesaan
a. Rencana rehabilitasi
Output
b. Rencana rekonstruksi
c. Rencana peremajaan
Output rencana Lingkungan Hunian perdesaan
disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

c. Penyusunan Rencana Keterpaduaan Prasarana, Sarana dan


Utilitas Umum
- 119 -

Keterpaduan prasarana, sarana dan utilitas umum PKP


merupakan pengikat satu kesatuan sistem PKP sesuai dengan
hierarkinya berdasarkan RTR dan sesuai standar.
1) Tahap Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum
Tujuan Memperoleh informasi ketersediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum, kinerja Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum, proyeksi kebutuhan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, dan
pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Langkah a. analisis jangkauan pelayanan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
b. analisis proyeksi kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum
c. analisis keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
Output a. tingkat pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
b. proyeksi kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
c. kebutuhan keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum

2) Penyusunan Arahan Pengembangan Prasarana, Sarana dan


Utilitas Umum
Tujuan Mengetahui arahan pengembangan dan
pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum dalam mewujudkan arahan
pengembangan rencana Lingkungan Hunian
Langkah a. Melakukan kajian gap ketersediaan dan
kebutuhan
b. Merumuskan arahan kebutuhan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum dalam mewujudkan
arahan pengembangan Lingkungan Hunian
c. Merumuskan arahan pengembangan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
berdasarkan proyeksi kebutuhan
d. Penyusunan skenario pentahapan
pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum
Output a. Arahan peningkatan pelayanan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum berdasarkan peran
dan fungsi Lingkungan Hunian
b. Arahan peningkatan pelayanan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum berdasarkan
proyeksi kebutuhan
c. Arahan keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
d. Skenario pentahapan pembangunan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
- 120 -

3) Penyusunan Rencana Keterpaduan prasarana, sarana dan


utilitas umum
Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
PKP dilakukan:
a. sesuai dengan rencana penyediaan tanah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memperhitungkan kebutuhan pelayanan sesuai standar;
dan
c. mendukung terwujudnya PKP layak huni, hijau, dan smart.
Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum,
meliputi:
a. rencana keterpaduan jaringan sistem Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum; dan
b. rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
Mengintegrasikan perencanaan Prasarana,
Tujuan
Sarana dan Utilitas Umum
a. Menyusun rencana keterpaduan Prasarana,
Langkah
Sarana dan Utilitas Umum dalam Lingkungan
Hunian dan antar Lingkungan Hunian
b. Menyusun rencana pelayanan prasarana,
sarana dan utilitas umum pada masing-
masing Lingkungan Hunian
c. Menyusun indikasi program keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
a. Rencana keterpaduan jaringan sistem
Output
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
b. Rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
c. Indikasi program keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum

d. Penyusunan Indikasi Program Pembangunan dan Pemanfaatan


Kawasan Permukiman
Indikasi program merupakan bagian yang memuat rincian tahapan
dan program pembangunan yang dibutuhkan untuk mewujudkan
kawasan permukiman yang telah direncanakan dalam RKP, baik
untuk Lingkungan Hunian perkotaan maupun Lingkungan Hunian
perdesaan.
Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan Kawasan
Permukiman memuat:
1) program dan kegiatan perwujudan setiap rencana Lingkungan
Hunian;
2) volume, anggaran, jangka waktu; dan
3) instansi pelaksana/penanggungjawab untuk tiap program dan
kegiatan.

Menyusun indikasi program Lingkungan Hunian


Tujuan
- 121 -

a. Mengidentifikasi tindak lanjut penanganan


Langkah
program berdasarkan rencana masing-masing
Lingkungan Hunian
b. Mengidentifikasi tindak lanjut penanganan
program berdasarkan rencana keterpaduan
prasarana, sarana dan utilitas umum masing-
masing Lingkungan Hunian
c. Mengidentifikasi sumber pembiayaan program
d. Mengidentifikasi kelembagaan dalam
pelaksana
e. Merumuskan indikasi program masing-masing
Lingkungan Hunian untuk jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang
berdasarkan rencana, kemampuan dan
potensi pembiayaan, dan kelembagaan
pelaksana
f. Merumuskan arahan pelaksanaan program
sesuai dengan prioritas daerah masing-masing
a. Rumusan indikasi program
Output
b. Arahan pelaksanaan program

Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan


permukiman yang dimaksud meliputi:
1) Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan
permukiman perkotaan, yang terdiri dari:
a) Indikasi program rencana Pengembangan Lingkungan Hunian
Perkotaan
i. Indikasi program efisiensi lingkungan Hunian Perkotaan
ii. Indikasi program peningkatan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan yang Ada
iii. Indikasi program peningkatan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan yang belum ada
iv. Indikasi program penyediaan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Lingkungan Hunian Perkotaan yang belum
ada secara terpadu
v. Indikasi program pengawasan dan pengendalian terhadap
kesesuaian perizinan, standar teknis, dan kelaiakan fungsi
vi. Indikasi program pendampingan dan pelayanan informasi
b) Indikasi program rencana pembangunan Lingkungan Hunian
baru perkotaan
i. Indikasi program penyediaan tanah untuk Permukiman
baru perkotaan
ii. Indikasi program penyediaan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman pada lokasi Permukiman baru
perkotaan
iii. Indikasi program penyediaan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi pada lokasi
Permukiman baru perkotaan
- 122 -

c) Indikasi program rencana pembangunan kembali Lingkungan


Hunian perkotaan
i. Indikasi program pelaksanaan rehabilitasi Lingkungan
Hunian perkotaan
ii. Indikasi program pelaksanaan rekonstruksi Lingkungan
Hunian perkotaan
iii. Indikasi program pelaksanaan peremajaan Lingkungan
Hunian perkotaan
2) Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan
permukiman perdesaan
Berlaku mutatis mutandis dengan Indikasi program
pembangunan dan pemanfaatan kawasan permukiman
perkotaan tanpa indikasi program pengawasan dan pengendalian
terhadap kesesuaian perizinan, standar teknis, dan kelaiakan
fungsi, dan indikasi program pendampingan dan pelayanan
informasi, serta penambahan indikasi program pengendalian
dampak lingkungan.

2. Penyusunan RP3 Kabupaten


a. Penyusunan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan
Kebijakan pengembangan dan pembangunan Perumahan
merupakan arahan dasar yang memuat kebijakan agar masyarakat
memperoleh hunian yang layak dan terjangkau serta kebijakan yang
berkaitan dengan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar
pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan Perumahan.
Tujuan Merumuskan kebijakan pembangunan dan
pengembangan Perumahan di kabupaten
Langkah a. Mereviu kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP Kabupaten sebagai
dampak dari kebijakan PKP nasional dan
provinsi
b. Mereviu kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP Kabupaten sebagai
dampak dari arahan tata ruang nasional dan
provinsi
c. Mereviu kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP Kabupaten sebagai
dampak dari rencana sektoral nasional dan
provinsi
d. Mengidentifikasi isu-isu strategis dan
tantangan pembangunan dan pengembangan
Perumahan
Output Rumusan kebijakan pembangunan dan
pengembangan bagi Perumahan di kabupaten
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

Lingkup kebijakan pembangunan dan pengembangan Perumahan,


mencakup:
1) penyediaan kebutuhan Perumahan yang layak huni sesuai
dengan rencana tata ruang dan arahan kebijakan PKP tingkat
- 123 -

nasional dan provinsi;


2) keterjangkauan pembiayaan Perumahan;
3) ketersediaan dan pengalokasian tanah untuk PKP;
4) pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di
bidang PKP berpedoman pada strategi nasional dan provinsi;
5) peningkatan kolaborasi dengan Pemerintah Daerah, dunia
usaha, masyarakat, dan pemangku kebijakan lainnya dalam
penyediaan Perumahan;
6) kebijakan kemudahan perizinan pembangunan Perumahan;
7) pelaksanaan keterpaduan kebijakan pembangunan
Perumahan; dan
8) peningkatan kapasitas pemangku kebijakan melalui pembinaan
dan dukungan kegiatan penyelenggaraan Perumahan.

b. Penyusunan Rencana Kebutuhan Penyediaan Rumah


Rencana kebutuhan penyediaan rumah dilakukan dengan:
a. Menentukan sebaran Perumahan berdasarkan sebaran
Permukiman yang telah ditentukan dalam RKP; dan
b. Menentukan konsep pembangunan Perumahan berdasarkan
arahan yang telah ditetapkan dalam RKP.

1) Rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan


Tujuan Menyusun rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan pada Lingkungan
Hunian perkotaan dan Lingkungan Hunian
perdesaan yang telah terbangun
Langkah a. Menetapkan lokasi dan luas lahan Perumahan
yang sudah terbangun dan masih dapat
dibangun atau dikembangkan Rumah/
Perumahan baru (output analisis fisik dasar)
b. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi
masyarakat yang membutuhkan Rumah
c. Merumuskan rencana fasilitasi, contoh
melalui penyediaan rumah dengan skema
FLPP, bantuan uang muka dan bentuk subsidi
lainnya
d. Merumuskan rencana penyediaan rumah
layak huni meliputi jenis (Rumah Komersial,
Rumah Umum, Rumah Khusus, Rumah
Swadaya Dan Rumah Negara), bentuk
(tunggal, deret dan susun), tipologi dan
jumlah rumah yang akan dibangun di masing-
masing lokasi. Contoh penyediaan Rumah
layak huni melalui pembangunan Rumah
Swadaya.
Output a. Rencana pemanfaatan perumahan
b. Rencana pencegahan perumahan kumuh
- 124 -

c. Rencana peningkatan kualitas terhadap


perumahan kumuh melalui pola pemugaran
d. Rencana pembangunan dan pengembangan
Rumah Swadaya

a) Rencana pemanfaatan perumahan


Tujuan Menyusun rencana untuk meningkatkan potensi
rumah terutama sebagai kegiatan usaha secara
terbatas
Langkah a. Mengidentifikasi Perumahan yang sebagian
pemanfaatan bangunannya difungsikan
sebagai non-hunian, contoh: rumah
homestay, rumah toko, industri rumah
tangga, dll
b. Merumuskan jumlah Rumah yang
membutuhkan rehabilitasi sesuai rencana
pemanfaatan bangunan
c. Merumuskan jumlah Rumah yang perlu
dilestarikan, contoh: rumah cagar budaya
d. Merumuskan kebutuhan penyediaan dan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Perumahan
Output a. Rencana pemanfaatan Rumah meliputi lokasi,
luas, jenis (Rumah Komersial, Rumah Umum,
Rumah Khusus, Rumah Swadaya dan Rumah
Negara), bentuk (tunggal, deret dan susun)
dan jumlah Rumah yang ditangani
b. Rencana pemanfaatan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
c. Rencana pelestarian Rumah, Perumahan
cagar budaya dan prasarana sarana
perumahan meliputi lokasi, luas, jenis,
bentuk dan jumlah rumah yang dilestarikan

b) Rencana pencegahan Perumahan Kumuh


Tujuan Menyusun rencana pencegahan Perumahan
Kumuh
Langkah a. Mengidentifikasi lokasi Perumahan yang
berpotensi menjadi kumuh seperti
pemanfaatan rumah yang tidak sesuai
persetujuan dan/atau alih fungsi Rumah,
perluasan Rumah tidak sesuai KDB dan KLB,
penurunan kualitas Rumah, dll.
b. Mengidentifikasi lokasi Perumahan Kumuh
yang sudah ditangani melalui peningkatan
kualitas Perumahan Kumuh
c. Merumuskan rencana pencegahan
perumahan kumuh meliputi pengawasan dan
- 125 -

pengendalian serta pemberdayaan


masyarakat untuk masing-masing lokasi
Output a. Rencana pengawasan dan pengendalian
b. Rencana pemberdayaan masyarakat.

c) Rencana peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh


Tujuan Menyusun rencana peningkatan kualitas pada
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Langkah a. Menyusun daftar dan sebaran Perumahan
Kumuh per kecamatan
b. Merumuskan rencana penanganan
berdasarkan karakteristik dan tipologi
Perumahan Kumuh, berupa pemugaran
dalam hal lokasi memiliki klasifikasi
kekumuhan ringan dengan status tanah
legal
Output Rencana pemugaran meliputi:
a. Perbaikan Rumah tidak layak huni yang
mencakup lokasi, luas lahan, jenis, bentuk,
tipologi dan jumlah Rumah
b. Perbaikan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum.

2) Rencana pembangunan Perumahan baru


Tujuan Menyusun rencana pembangunan Perumahan
baru pada Lingkungan Hunian baru perkotaan
dan Lingkungan Hunian baru perdesaan berupa
lahan belum terbangun dengan
mempertimbangkan ketentuan hunian
berimbang
Langkah a. Menetapkan lokasi dan luas lahan
perumahan baru berdasarkan ketersediaan
tanah sesuai output analisis fisik dasar
b. Merumuskan daya tampung lahan
Perumahan baru
c. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi
masyarakat yang membutuhkan Rumah
baru, termasuk daya beli Rumah
d. Merumuskan kebutuhan pembangunan
Rumah baru
e. Kemampuan pasokan Rumah dan pelaku
pembangunan Perumahan sesuai output
analisis potensi pasar
f. Menentukan jenis, bentuk, tipologi dan
jumlah Rumah yang akan dibangun di
masing-masing lokasi
Output a. Rencana Perumahan baru skala besar
b. Rencana Perumahan baru selain skala besar
- 126 -

a) Rencana Perumahan baru skala besar


Tujuan Menyusun rencana perumahan skala besar
Langkah a. Mengidentifikasi lokasi pembangunan
berdasarkan penetapan lokasi
b. Mengidentifikasi kapasitas daya tampung
Perumahan baik dari jumlah maupun luas
lahan
c. Menentukan jenis dan bentuk rumah
d. Menetapkan jumlah dan sebaran lokasi
hunian berimbang
e. Menentukan scenario pentahapan
pembangunan
Output a. Rencana kapasitas daya tampung Perumahan
b. Rencana jenis dan bentuk Rumah
c. Rencana hunian berimbang sesuai ketentuan
perundang-undangan
d. Rencana skenario pentahapan
pembangunan.

b) Rencana Perumahan selain skala besar


Tujuan Menyusun rencana Perumahan selain skala
besar
Langkah a. Mengidentifikasi kapasitas daya tampung
perumahan baik dari jumlah maupun luas
lahan
b. Menentukan jenis dan bentuk Rumah
c. Menetapkan jumlah dan sebaran lokasi
hunian berimbang
d. Menentukan penyedian dan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Output a. rencana kapasitas daya tampung Perumahan
b. rencana jenis dan bentuk Rumah
c. rencana hunian berimbang sesuai ketentuan
perundang-undangan
d. rencana penyediaan dan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum

3) Rencana pembangunan kembali


Tujuan Menyusun rencana pembangunan kembali
perumahan pada Lingkungan Hunian perkotaan
dan Lingkungan Hunian perdesaan yang telah
terbangun
Langkah a. Merangkum kebutuhan pembangunan
kembali perumahan dari analisis:
1) Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
2) korban bencana kabupaten
- 127 -

3) dampak program pemerintah


kabupaten
b. Merumuskan rencana penataan Perumahan
sesuai nilai lokasi dan kebutuhan Perumahan
c. Merumuskan rencana penanganan masing-
masing lokasi berupa rehabilitasi,
rekonstruksi atau peremajaan perumahan
d. Merumuskan lokasi, jenis, bentuk, tipologi
dan jumlah Rumah/Perumahan yang akan
dibangun
Output a. Rencana peningkatan kualitas terhadap
Perumahan Kumuh
b. Rencana penataan perumahan sesuai nilai
lokasi dan kebutuhan Perumahan
c. Rencana pembangunan Perumahan korban
terdampak bencana meliputi lokasi, luas
lahan, jenis, bentuk, tipologi dan jumlah
Rumah
d. Rencana fasilitasi penyediaan Rumah layak
huni bagi masyarakat yang terkena relokasi
program pemerintah.

a) Rencana peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh


Tujuan Menyusun rencana peningkatan kualitas
masing-masing Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Langkah a. Menyusun daftar dan sebaran Perumahan
Kumuh per kecamatan
b. Merumuskan rencana peningkatan kualitas
berdasarkan karakteristik dan tipologi
Perumahan Kumuh, berupa:
1) peremajaan dalam hal lokasi memiliki
klasifikasi kekumuhan berat dan
sedang dengan status tanah legal
2) Pemukiman kembali dalam hal:
a) lokasi memiliki klasifikasi
kekumuhan berat dan sedang
dengan status tanah ilegal; atau
b) lokasi memiliki klasifikasi
kekumuhan ringan dengan status
tanah ilegal.
Output a. Konsep peningkatan kualitas Perumahan
Kumuh, menghasilkan:
1) pola kolaborasi
2) pembagian peran
3) kebutuhan penanganan
4) konsep dan strategi
b. Rencana peningkatan kualitas perumahan
kumuh
- 128 -

Rencana peningkatan kualitas Perumahan


Kumuh berupa peremajaan atau pemukiman
kembali di setiap kabupaten meliputi lokasi,
luas lahan, jenis, bentuk, tipologi dan jumlah
Rumah, dapat berupa:
1) rencana peremajaan
2) rencana Pemukiman kembali

b) Rencana penataan Perumahan sesuai nilai lokasi dan


kebutuhan Perumahan
Tujuan Menyusun rencana penataan Perumahan sesuai
nilai lokasi dan kebutuhan Perumahan
Langkah a. Mengidentifikasi luas dan lokasi PKP yang
memiliki nilai strategis (sosial dan ekonomi),
tidak termasuk kumuh namun memiliki
ketidaksesuaian antara daya tampung dan
nilai lahan
b. Menentukan jumlah, bentuk, tipologi Rumah
yang akan dibangun
Output Rencana penataan perumahan sesuai nilai lokasi
dan kebutuhan Perumahan

c) Rencana pembangunan perumahan korban terdampak


bencana
Tujuan Menyusun rencana pembangunan kembali
perumahan korban terdampak bencana
Langkah a. Merumuskan kebutuhan penanganan
pembangunan kembali Perumahan
terdampak bencana berdasarkan hasil
analisis PKP terdampak bencana
b. Menentukan lokasi lahan untuk kebutuhan
pembangunan kembali
c. Merumuskan jenis, bentuk dan jumlah
Rumah yang akan dibangun
d. Merumuskan rencana pembangunan kembali
Rumah/Perumahan korban terdampak
bencana
Output a. Rencana rehabilitasi Rumah
b. Rencana pembangunan kembali Rumah
khusus ramah bencana
c. Rencana pendampingan akses sewa Rumah
layak huni

d) Rencana fasilitasi bagi masyarakat terkena relokasi program


pemerintah
- 129 -

Tujuan Menyusun rencana fasilitasi dan penyediaan


rumah layak huni bagi masyarakat terkena
relokasi program pemerintah kabupaten
Langkah a. Merumuskan kebutuhan penanganan
penyediaan rumah layak huni Perumahan
terdampak relokasi program pemerintah
kabupaten berdasarkan hasil analisis dampak
program pemerintah kabupaten
b. Menentukan lokasi lahan untuk kebutuhan
pembangunan kembali
c. Merumuskan jenis, bentuk dan jumlah
Rumah yang akan dibangun
d. Merumuskan rencana fasilitasi dan
penyediaan rumah layak huni. Contoh
fasilitasi berupa akses pembiayaan
perumahan (skema FLPP, bantuan uang
muka dan bentuk subsidi lainnya).
e. Contoh penyediaan Rumah layak huni melalui
pembangunan Rumah Khusus atau Rumah
Susun sewa.
Output a. Rencana pendampingan penggantian
kerugian
b. Rencana penyediaan Rumah layak huni
melalui Rumah Susun atau Rumah Khusus

c. Penyusunan Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan


Utilitas Umum
1) Analisis Kebutuhan dan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Perumahan
Tujuan Menghitung kebutuhan penyediaan dan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
perumahan yang mempertimbangkan kemudahan
akses
Langkah a. Mengidentifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Perumahan berdasarkan:
1) sistem pelayanan
2) kapasitas pelayanan
3) kesesuaian kapasitas pelayanan dan jumlah
rumah
4) Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Perumahan dan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum Permukiman
5) Ketentuan teknis pembangunan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Perumahan
b. Mengidentifikasi kebutuhan penyediaan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum pada
masing-masing lokasi:
1) pembangunan dan pengembangan
perumahan
- 130 -

2) pembangunan Perumahan baru


3) pembangunan kembali Perumahan
c. Mengidentifikasi keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Perumahan
Output a. Jumlah kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum pada masing-masing lokasi:
1) pembangunan dan pengembangan
Perumahan
2) pembangunan Perumahan baru
3) pembangunan kembali Perumahan
b. Kebutuhan keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Perumahan

2) Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


Perumahan
Tujuan Menyusun rencana keterpaduan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum Perumahan
Langkah a. Merumuskan kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Perumahan pada lokasi:
1) pembangunan dan pengembangan
Perumahan
2) pembangunan Perumahan baru
3) pembangunan kembali Perumahan
b. Merumuskan keterpaduan Prasarana, Sarana
Dan Utilitas Umum Perumahan
Output a. Rencana keterpaduan sistem jaringan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
b. Rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum berdasarkan proyeksi kebutuhan
dalam jangka waktu perencanaan.

d. Penyusunan Program Pembangunan dan Pemanfaatan


Penyusunan program pembangunan dan pemanfaatan memuat:
1) Program dan kegiatan dapat berupa:
a) Pembangunan rumah susun dan pendukungnya;
b) Pembangunan rumah khusus dan pendukungnya;
c) Stimulan rumah swadaya;
d) Pengembangan klinik perumahan;
e) Perbaikan rumah tidak layak huni;
f) Kerjasama perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH);
g) Pembangunan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum
Perumahan; atau
h) Program lain sesuai dengan kewenangan bidang PKP.
Lokasi menunjukkan tempat dimana usulan program akan
dilaksanakan.
2) Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing
usulan program pembangunan dan pemanfaatan Perumahan
yang akan dilaksanakan.
- 131 -

3) Sumber Pendanaan dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD


provinsi, APBN, swasta, masyarakat dan/atau sumber
pendanaan lainnya.
4) Instansi Pelaksana meliputi pemerintah (sesuai dengan
kewenangan masing-masing pemerintahan), badan usaha dan
masyarakat.
5) Waktu Pelaksanaan direncanakan dalam kurun waktu 20 (dua
puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan. Program 5
(lima) tahun pertama dirinci ke dalam program tahunan.
Penyusunan program disesuaikan dengan pentahapan jangka
waktu 5 (lima) tahunan rencana pembangunan daerah
kabupaten.

Tujuan Menyusun program pembangunan dan


pemanfaatan
Langkah Penyusunan program pembangunan dan
pemanfaatan, meliputi:
a. Mengidentifikasi program berdasarkan rencana
kebutuhan penyediaan Rumah dan rencana
pemanfaatan Rumah
b. Mengidentifikasi program berdasarkan rencana
kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Perumahan
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan
program
d. Mengidentifikasi kelembagaan pelaksana
program
e. Menentukan program prioritas
f. Merumuskan program untuk jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang
berdasarkan rencana, kemampuan dan potensi
pembiayaan, dan kelembagaan pelaksana
Output Rumusan program pembangunan dan
pemanfaatan
- 132 -

TABEL I.1
MATRIKS PEMBANGUNAN PKP DAN PENYEDIAAN TANAH

Program Pelaku Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan


Pembangunan
Pembangunan dan Pengembang diberikan hak atas tanah  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
pengembangan kepada pengembang  Tanah Hak (Milik deret dan/atau rumah
HGB/HP dengan SPPT Perorangan) susun
(Surat Perjanjian  Tanah Badan Usaha
Penggunaan Tanah) (HGB)
Pembangunan baru Pengembang  diberikan hak atas  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah
tanah kepada  Tanah Negara deret dan/atau rumah
pengembang  Tanah Hak (Milik susun
HGB/HP dengan Perorangan)
SPPT (Surat  Tanah Badan Usaha
Perjanjian (HGB)
Penggunaan Tanah)
 HGB diatas HPL
 diberikan hak atas Tanah wakaf Rumah susun sewa
tanah kepada
pengembang
HGB/HP dengan
SPPT (Surat
Perjanjian
Penggunaan Tanah)
Pembangunan kembali Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah
 Tanah Negara deret dan/atau rumah
- 133 -

Program Pelaku Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan


Pembangunan
 Tanah Pemerintah susun
Pembangunan rumah Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
khusus  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
susun
Pembangunan perumahan  Pemerintah  Perjanjian sewa  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah
tematik  Pengembang  diberikan hak atas  Tanah Negara deret dan/atau rumah
tanah kepada  Tanah Pemerintah susun
pengembang  Tanah Hak (Milik
HGB/HP dengan Perorangan)
SPPT (Surat  Tanah Badan Usaha
Perjanjian (HGB)
Penggunaan Tanah)
 HGB diatas HPL
Masyarakat terkena Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
relokasi program  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
pemerintah susun
Korban terdampak Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
bencana  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
Pengembang  diberikan hak atas susun
tanah kepada
pengembang
HGB/HP dengan
SPPT (Surat
Perjanjian
Penggunaan Tanah)
- 134 -

Program Pelaku Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan


Pembangunan
 HGB diatas HPL
Peningkatan kualitas  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Negara Rumah tunggal atau
rumah tidak layak huni  Masyarakat  Peningkatan status  Tanah Pemerintah rumah deret
tanah (dari Girik  Tanah Hak (Milik
menjadi HGB) Perorangan)
Peningkatan kualitas  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
perumahan kumuh  Masyarakat  Peningkatan status  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
Pemugaran tanah (dari Girik  Tanah Hak (Milik susun
menjadi HGB) Perorangan)
Peremajaan  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Ulayat Rumah susun
 Pengembang  HGB diatas HPL  Tanah Negara
Pemukiman kembali  Masyarakat  Tanah Pemerintah Rumah tunggal, rumah
 Tanah Hak (Milik deret dan/atau rumah
Perorangan) susun
 Tanah Badan Usaha
(HGB)
- 135 -

TABEL I.2
CONTOH MATRIKS INDIKASI PROGRAM RKP KABUPATEN
Harga Total Tahun Pelaksanaan
Sumber
No. Program/Kegiatan Lokasi Volume Satuan Satuan Harga 2020-2024 2025-2029 2029-2033
Pembiayaan
(Rp) (Rp)
LINGKUNGAN HUNIAN 1
A. Jaringan Jalan
1. Pemeliharaan rutin Seluruh 77.900 meter 1.000.000 77900000 x APBD
terhadap fisik perkerasan jaringan Kabupaten
dan drainase ruas jalan jalan
kabupaten
2. Peningkatan struktural Jl. 2800 meter 1.000.000 2.800.000 x APBD
perkerasan jalan Tegallang- Kabupaten
Kelusa
..... dst

B. SPAM
1. Rencana pengembangan SP 1.2, SP 2 Unit 5.400.000 10.800.000 x APBN Kab,
hidran 1.7 APBN Provinsi
umum (HU)
2. Rencana pengembangan SP 1.5 2 Unit 5.400.00 10.800.000 X APBN Kab,
sambungan rumah (SR) APBN Provinsi
... dst

C. SPAL
D. Jaringan Drainase
E. Persampahan
..dst
- 136 -

TABEL I.3
CONTOH MATRIKS PROGRAM RP3 KABUPATEN
Waktu Pelaksanaan
Sumber Instansi
No. Program Lokasi Besaran Lima tahun ke-I II III IV V Ket
Pendanaan Pelaksana
1 2 3 4 5
A. Pembangunan dan Pengembangan
1. Peningkatan kualitas 1. P.1.2.5 ….. unit APBD Pemerintah
kumuh dalam pola 2. P.2.7.2 Kabupaten
pemugaran melalui 3. dst
perbaikan RTLH
2. …dst
B. Pembangunan Baru
1. Pembangunan rumah 1. P.1.2.2 ….. unit APBD Pemerintah
umum dan komersial 2. P.3.2.2 Kabupaten
baru skala besar 3. dst
mendukung
metropolitan ….
2. ….dst
C. Pembangunan Kembali
D. PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM
…dst

MENTERI PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

M. BASUKI HADIMULJONO
- 137 -

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN 2020
TENTANG PENYUSUNAN RENCANA
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

TAHAP PENYUSUNAN RP3KP KOTA

Dalam melaksanakan penyusunan RP3KP Kota, dapat dilakukan secara


swakelola maupun kontraktual dan dapat berkoordinasi dengan Pokja PKP
dan Forum PKP. Tahap Penyusunan RP3KP Kota meliputi:

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri dari kegiatan:
a. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dibuat oleh dinas teknis yang menangani bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b. Pembentukan tim penyusun
Tim penyusun diprakarsai oleh dinas teknis yang menangani
bidang perumahan dan kawasan permukiman. Dalam
pembentukan tim dapat melibatkan ahli perencana wilayah dan
kota. Tim penyusun dapat melibatkan tenaga ahli atau konsultan.

Output dari tahap persiapan meliputi:


a. KAK dan RAB;
b. SK Tim Penyusun;

2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi


Pengumpulan data dan informasi perlu memperhatikan tingkat
akurasi, sumber data, tahun data. Tahapan pengumpulan data terdiri
dari kegiatan:
a. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer meliputi lokasi, luas, jumlah unit rumah
dan kondisi fisik PKP. Data primer terdiri dari:
1) sebaran perumahan dan permukiman dikelompokkan
berdasarkan kondisi kekumuhan:
a) tidak kumuh;
b) kumuh ringan;
c) kumuh sedang; dan
d) kumuh berat.
2) sebaran perumahan dan permukiman, termasuk yang berada
di wilayah negative list, meliputi:
a) sempadan sungai, pantai, danau, dan rel kereta api;
b) di bawah SUTET;
c) kawasan lindung; dan
d) kawasan rawan bencana.
3) tipologi perumahan;
- 138 -

a) jenis rumah, meliputi:


(1) Rumah Komersial;
(2) Rumah Umum;
(3) Rumah Khusus;
(4) Rumah Swadaya; dan
(5) Rumah Negara.
b) bentuk rumah, meliputi:
(1) Rumah Tunggal;
(2) Rumah Deret; dan
(3) Rumah Susun.
c) Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Kondisi rumah menggunakan data terbaru yang
didapatkan dari basis data rumah tidak layak huni. RTLH
dinilai menggunakan 4 indikator sesuai SDGs yaitu
ketahanan bangunan, kecukupan luas bangunan, akses
sanitasi dan akses air minum.
4) ketersediaan dan kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum;
5) data lokasi dan kondisi budaya bermukim masyarakat
berdasarkan budaya, ciri khas suatu daerah dan lokasi
bermukim.

b. Pengumpulan data sekunder


Pengumpulan data sekunder perlu memperhatikan tingkat
akurasi, sumber data, tahun data (minimal 5 tahun terakhir). Data
sekunder terdiri dari:
1) Data dan informasi rencana pembangunan nasional, meliputi:
a) visi dan misi pembangunan nasional;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional;
c) tujuan dan sasaran pembangunan nasional;
d) program prioritas nasional; dan
e) program pembangunan nasional bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
2) Data dan informasi rencana pembangunan provinsi, meliputi:
a) visi dan misi pembangunan daerah provinsi;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah provinsi;
c) tujuan dan sasaran pembangunan daerah provinsi;
d) program prioritas daerah provinsi; dan
e) program pembangunan daerah provinsi bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
3) Data dan informasi rencana pembangunan kota, meliputi:
a) visi dan misi pembangunan daerah;
b) arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah;
c) tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
d) program prioritas daerah; dan
e) program pembangunan daerah bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
4) Data dan informasi rencana tata ruang Provinsi meliputi:
d) arahan kebijakan pemanfaatan ruang perumahan dan
- 139 -

kawasan permukiman;
e) rencana struktur; dan
f) rencana pola ruang.
5) Data dan informasi rencana tata ruang Kota meliputi:
a) arahan kebijakan pemanfaatan ruang perumahan dan
kawasan permukiman;
b) rencana struktur; dan
c) rencana pola ruang.
6) Data dan informasi kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP Kota, termasuk data perizinan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang
telah diterbitkan dan data izin lokasi pemanfaatan tanah.
7) Data dan informasi kependudukan tiap kecamatan, meliputi:
a) jumlah penduduk menurut kelompok umur;
b) kepadatan penduduk;
c) laju pertumbuhan penduduk;
d) migrasi penduduk;
e) penduduk miskin;
f) jumlah penduduk menurut lapangan usaha;
g) jumlah penduduk menurut kelompok sasaran (santri,
nelayan, pekerja dan PNS serta mahasiswa); dan
h) data dan informasi kependudukan lainnya sesuai
kebutuhan.
8) Data dan informasi ekonomi di Kota, meliputi:
a) pertumbuhan ekonomi wilayah;
b) kemampuan keuangan daerah;
c) pendanaan dan pembiayaan PKP;
d) sebaran UMKM;
e) data dan informasi ekonomi lainnya terkait bidang PKP.
9) Data dan informasi terkait PKP, meliputi:
a) daya dukung dan daya tampung kawasan permukiman;
b) jumlah rumah menurut:
(1) penguasaan bangunan, meliputi:
 rumah milik sendiri
 rumah sewa/kontrak
 rumah bebas sewa
(2) kondisi fisik bangunan, meliputi:
 non permanen;
 semi permanen; dan
 permanen.
c) jumlah dan sebaran Backlog rumah setiap kecamatan;
d) jumlah dan sebaran rumah tidak layak huni (RTLH)
merupakan data kondisi rumah yang tidak memenuhi
syarat sebagai tempat tinggal baik dari sisi kesehatan,
keamanan dan konstruksi. Disusun untuk setiap
kecamatan bersumber dari BPS dan/atau sumber lainnya;
e) kepadatan bangunan rumah setiap kecamatan;
f) kondisi dan sebaran perumahan cluster (perumahan selain
- 140 -

skala besar), Rumah cluster adalah suatu rumah yang


dibangun berkelompok dalam satu lingkungan dengan
bentuk rumah serasi. Biasanya dilengkapi dengan pagar
pembatas yang tinggi di sekeliling perumahan. Sistem
rumah terbuka yaitu tidak ada pagar yang membatasi
antar rumah;
g) kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan luas di bawah 10 (sepuluh) hektar yang memuat
Tabel daftar lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
h) data Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, termasuk
sarana pemakaman umum di tiap kecamatan; dan
i) data kelembagaan terkait PKP Kota, termasuk lembaga
perbankan dan pengembang perumahan.
10) Data Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, meliputi jumlah
ketersediaan dan cakupan pelayanan.
11) Peta dasar dan peta tematik, meliputi:
a) Peta dasar
peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan skala minimal
1:10.000 sebagai peta dasar, yang mencakup kenampakan
penutup lahan, hidrografi, hipsografi, bangunan,
transportasi dan utilitas, batas administrasi dan toponimi;
b) Peta tematik paling sedikit meliputi:
(1) peta struktur ruang;
(2) peta pola pemanfaatan ruang;
(3) peta penggunaan lahan; dan
(4) peta informasi kebencanaan dan rawan bencana.
c) Peta tematik lainnya yang dipilih/ditentukan sesuai
kebutuhan pembangunan dan pengembangan PKP Kota,
dapat berupa:
(1) peta kawasan lahan pertanian, dapat menyertakan
data luasan;
(2) peta kawasan pariwisata;
(3) peta kawasan perikanan dan pemanfaatan sumber
daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil lainnya;
(4) peta kawasan objek vital nasional dan kepentingan
pertanahan dan keamanan;
(5) peta wilayah sungai (WS) dan daerah aliran sungai
(DAS);
(6) peta klimatologi (curah hujan, angin dan temperatur);
(7) peta jaringan infrastruktur (jalan, listrik,
telekomunikasi, energi dan lain lain);
(8) peta sumber air dan prasarana sumber daya air
(bendungan, sungai, danau, saluran air, bendung dan
lain-lain);
(9) peta potensi pengembangan sumber daya air;
(10) peta kawasan industri;
(11) peta sebaran lahan gambut;
(12) peta status perizinan lokasi pemanfaatan tanah;
- 141 -

dan/atau
(13) peta sebaran perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.

Output dari tahap kegiatan pengumpulan data meliputi:


a. kompilasi data primer; dan
b. kompilasi data sekunder;
Data primer dan data sekunder dibahas bersama Pokja PKP untuk
akurasi dan kebaruan data.

3. Tahap Identifikasi
Tahap identifikasi adalah proses mengolah data primer dan sekunder
untuk dimanfaatkan dalam penyusunan rencana dengan
mempertimbangkan isu masa mendatang.
a. Identifikasi Kebijakan
1) Kebijakan tata ruang
Tujuan Mengetahui implikasi dari kebijakan tata ruang
nasional, provinsi dan kota terhadap
pembangunan dan pengembangan PKP
Langkah a. Mengidentifikasi arahan tata ruang, seperti
penetapan KSN, penetapan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN), penetapan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dll
b. Mengidentifikasi rencana pembangunan
sektoral, seperti rencana pembangunan jalan
tol, pelabuhan, bendungan, dll
Output a. Arahan alokasi ruang pada PKP Kota; dan
b. Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP Kota sebagai dampak dari arahan tata
ruang nasional, provinsi dan kota.

2) Kebijakan pembangunan
Tujuan Mengetahui implikasi kebijakan pembangunan
nasional, provinsi dan kota terhadap
pembangunan dan pengembangan PKP Kota.
Langkah a. Mengidentifikasi arahan dan kebijakan
pembangunan dan pengembangan PKP Kota
mengacu pada:
1) RPJMN, contoh Program Sejuta Rumah
(PSR), Program akses sanitasi (air limbah
domestik) layak dan aman (90% rumah
tangga), Akses Air Minum Perpipaan (10
Juta Sambungan Rumah)
2) Pemanfaatan hasil rekayasa teknologi,
seperti RISHA, Rusun teknologi modular,
dll
3) RPJP Provinsi dan RPJP Kota
4) RPJM Provinsi dan RPJM Kota
- 142 -

b. Mengidentifikasi program PKP yang sedang


berlangsung dari program Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah
Output Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP Kota sebagai dampak dari kebijakan
pembangunan nasional, provinsi dan kota

3) Kebijakan rencana induk sektor


Tujuan Mengetahui implikasi kebijakan dan rencana
induk sektor terhadap pembangunan dan
pengembangan PKP Kota.
Langkah Mengidentifikasi arahan dan kebijakan
pembangunan dan pengembangan PKP Kota,
mengacu pada:
1) Rencana induk pembangunan industri
2) Rencana induk pengembangan pariwisata
3) RISPAM, SSK, SPKP
4) dan lain-lain
Output Kebijakan pembangunan dan pengembangan
PKP Kota sebagai dampak dari kebijakan rencana
induk sektor kota.

b. Identifikasi Kondisi Fisik Wilayah


Tujuan Mengetahui kondisi fisik wilayah untuk
mengendalikan perkembangan PKP dan
memaksimalkan pemanfaatan lahan sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung.
Langkah a. Mengidentifikasi kondisi geografis dan batas
administrasi
b. Mengidentifikasi kondisi topografi
c. Mengidentifikasi kondisi hidrologi
d. Mengidentifikasi lokasi rawan bencana
e. Mengidentifikasi penggunaan lahan
f. Mengidentifikasi potensi wilayah
Identifikasi masing-masing kondisi fisik dapat
merujuk pada hasil analisis fisik dasar dalam
dokumen Rencana Tata Ruang (RTR)
Output Peta lokasi kesesuaian wilayah pembangunan
PKP dan luasannya.

c. Identifikasi Kondisi Sosial, Budaya dan Kependudukan


1) Kondisi Sosial
Tujuan Mengetahui kondisi sosial yang berpengaruh
terhadap kondisi PKP Kota.
Langkah a. Mengidentifikasi pola sebaran suku/adat
yang bermukim berdasarkan kebiasaan,
kepercayaan dan hubungan antar
masyarakat
- 143 -

b. Mengidentifikasi kondisi sosial pada wilayah


PKP
Output Kebutuhan penanganan/perencanaan sesuai
dengan kearifan lokal.

2) Budaya Bermukim
Tujuan Mengetahui potensi dan masalah perumahan
dan permukiman di kota berdasarkan budaya
bermukim masyarakat.
Langkah a. Mengidentifikasi pola sebaran perumahan
berdasarkan budaya bermukim masyarakat
b. Mengidentifikasi karakteristik budaya
bermukim, contoh: rumah lanting, rumah
gadang, Suku Bajo, suku anak dalam, dll.
c. Mengidentifikasi pola kepemilikan lahan
untuk rumah dan perumahan, contoh: sistem
Magersari, Yogyakarta merupakan tanah
milik sultan yang dapat digunakan
masyarakat namun tidak dapat dijual, tanah
wakaf, dll.
Output a. Potensi dan masalah perumahan dan
permukiman berdasarkan karakteristik
budaya bermukim
a. Kearifan lokal dalam memenuhi kebutuhan
dan penanganan rumah, perumahan dan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum berdasarkan karakteristik budaya
bermukim.

3) Kondisi Kependudukan
Tujuan Mengetahui karakteristik kependudukan
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin, usia, mata
pencaharian dan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan
b. Mengidentifikasi jumlah KK
c. Mengidentifikasi laju pertumbuhan penduduk
dan jumlah KK
d. Mengidentifikasi sebaran penduduk per
kecamatan
e. Mengidentifikasi data Origin Destination (OD)
dari tempat tinggal ke tempat kerja
Output a. Data struktur penduduk (mata pencaharian,
usia produktif, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, sex ratio)
b. Data segmentasi penghasilan penduduk
- 144 -

c. Data proyeksi laju pertumbuhan penduduk


d. Data proyeksi jumlah penduduk dan jumlah
KK
e. Data distribusi dan proyeksi kepadatan
penduduk
f. Data proporsi dan proyeksi penduduk
perkotaan dan perdesaan
g. Peta pola pergerakan orang dari tempat
tinggal ke tempat kerja.

d. Identifikasi Kondisi Perekonomian


1) Kondisi Perekonomian
Tujuan Mengetahui kondisi perekonomian wilayah untuk
mendukung pembangunan dan pengembangan
PKP Kota.
Langkah a. Mengidentifikasi program dan pembiayaan
perumahan dan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum nasional dan daerah
b. Mengidentifikasi sektor potensial/unggulan
c. Mengidentifikasi sumber pendanaan untuk
PKP dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
dan swasta
Output a. Kondisi perkembangan perekonomian
b. Struktur perekonomian
c. Segmentasi penghasilan
d. Kondisi kemampuan pendanaan untuk PKP

2) Supply dan Demand Perumahan


Mengetahui tingkat supply dan demand
Tujuan
perumahan di kota
Langkah a. Mengidentifikasi jumlah pembangunan rumah
berdasarkan Persetujuan Bangunan Gedung
b. Mengidentifikasi daya beli masyarakat
(keterjangkauan)
c. Mengidentifikasi pelaku pembangunan yang
ada
d. Mengidentifikasi kemampuan pelaku
pembangunan
Output a. Daftar pelaku pembangunan perumahan
b. Data potensi kemampuan pasokan rumah
(supply);
c. Data potensi pasar rumah dan lokasinya
(demand)
d. Indikasi harga rumah yang bisa dijangkau
masyarakat
e. Indikasi kebutuhan subsidi untuk rumah
umum
- 145 -

e. Identifikasi Kondisi PKP


1) Kondisi Kawasan Permukiman
a) Kondisi spasial kawasan permukiman
Tujuan Mendapatkan gambaran spasial pengembangan
kawasan permukiman
Langkah a. Melakukan superimpose kesesuaian wilayah
pembangunan PKP sesuai hasil identifikasi
dan analisis fisik wilayah dengan kebutuhan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
b. Melakukan superimpose langkah poin (a)
dengan arahan kebijakan yang ada
Output Peta spasial gambaran kawasan permukiman

b) Kemampuan Daya Dukung dan Daya Tampung


Tujuan Mengetahui kemampuan daya dukung dan daya
tampung kawasan permukiman
Langkah a. Mengidentifikasi kemampuan lahan untuk
alokasi pemanfaatan ruang Kawasan
permukiman
b. Mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan
lahan
c. Mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan
air
Output Peta daya dukung dan daya tampung Kawasan
permukiman

2) Kondisi Perumahan
a) Sebaran Perumahan
Tujuan Mengidentifikasi sebaran lokasi perumahan
berdasarkan tipologi perumahan dan
permukiman
Langkah a. Mengidentifikasi tipologi perumahan
berdasarkan jenis (Rumah Umum, Komersial,
Khusus, Swadaya, Susun)
b. Mengidentifikasi tipologi perumahan bentuk
(tapak, deret, susun)
c. Mengidentifikasi jumlah dan sebaran
rumah tidak layak huni (RTLH)
Output a. Daftar dan peta sebaran perumahan per
kecamatan berdasarkan jenis dan bentuk
rumah
b. Daftar dan peta sebaran RTLH

b) Ketersediaan dan Kebutuhan Rumah


Tujuan Mengetahui data ketersediaan dan kebutuhan
- 146 -

rumah beserta proyeksinya per kecamatan


Langkah a. Mengidentifikasi jumlah KK pada 3-5 tahun
terakhir
b. Memproyeksikan jumlah KK hingga 20 tahun
mendatang
c. Mengidentifikasi jumlah rumah berdasarkan
kepemilikan dan penghunian pada 3-5 tahun
terakhir
Output a. Backlog kepemilikan dan penghunian pada
tahun penyusunan per kecamatan; dan
b. Backlog proyeksi hingga 20 tahun mendatang
per kecamatan.

c) Sebaran Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Tujuan Mengidentifikasi lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan luas <10 hektar
serta kebutuhan penanganannya
Langkah a. Mengidentifikasi luasan perumahan kumuh
dan permukiman kumuh berikut sebaran
lokasi berdasarkan SK Walikota tentang
Penetapan Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
b. Mengidentifikasi konstelasinya terhadap
pusat-pusat permukiman kota
c. Mengidentifikasi tipologi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh merupakan
pengelompokan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi
secara geografis (di atas air, di tepi air, di
dataran rendah, di perbukitan dan/atau di
daerah rawan bencana) termasuk aspek
legalitas tanah dan kesesuaian dengan
rencana tata ruang
d. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan
yang terkait karakteristik sosial, ekonomi,
budaya, fisik dan kelembagaan
Output a. Daftar lokasi dan peta sebaran perumahan
kumuh dan permukiman kumuh per
kecamatan
b. Karakteristik perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang didalamnya
memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik,
sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan
c. Identifikasi kebutuhan penanganan masing-
masing perumahan kumuh dan permukiman
kumuh
Kriteria yang dimaksud dalam analisis Perumahan Kumuh dan
- 147 -

Permukiman Kumuh dilakukan sesuai dengan kriteria dan


indikator penentuan kawasan prioritas dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh.

d) Identifikasi PKP Pada Wilayah Terdampak Bencana


Tujuan Mengetahui kebutuhan penanganan perumahan
terdampak bencana kota sesuai dokumen
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
Langkah a. Mengidentifikasi sebaran lokasi/delineasi
wilayah kota yang terdampak bencana kota
(longsor, kebakaran, banjir, gempa bumi,
tsunami, dll)
b. Mengidentifikasi jumlah rumah yang
terdampak bencana kota berdasarkan tingkat
kerusakan sesuai Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Perumahan Rakyat Pemerintah Daerah
kota
c. Mengidentifikasi jumlah unit rumah rusak
yang akan ditangani dalam rencana aksi
rehabilitasi dan rekonstruksi
d. Mengidentifikasi Prasarana, Sarana Dan
Utilitas Umum yang mengalami kerusakan
dan membutuhkan rehabilitasi atau
membutuhkan pembangunan Prasarana,
Sarana Dan Utilitas Umum baru
Output a. Lokasi wilayah terdampak bencana kota; dan
b. Kebutuhan penanganan pembangunan
kembali perumahan:
1) Longsor dapat dilakukan dengan relokasi
(pembangunan baru);
2) Kebakaran dapat dilakukan dengan
pembangunan kembali;
3) Banjir dapat dilakukan dengan
pembangunan kembali;
4) Gempa bumi dapat dilakukan dengan
relokasi dan pembangunan kembali;
dan/atau
5) Tsunami dapat dilakukan dengan relokasi
dan pembangunan kembali
c. Jumlah rumah dengan kebutuhan
pembangunan baru melalui rumah khusus
atau rumah umum
d. Jumlah rumah yang akan direhabilitasi
e. Kebutuhan rehabilitasi dan/atau penyediaan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.
- 148 -

e) Identifikasi PKP Terdampak Program Pemerintah


Tujuan Mengetahui kebutuhan penanganan perumahan
terdampak program pemerintah kota
Langkah a. Mengidentifikasi program pembangunan
pemerintah kota yang berdampak terhadap
perumahan/permukiman
b. Mengidentifikasi sebaran lokasi/delineasi
wilayah yang akan terdampak program
pemerintah kota
c. Mengidentifikasi jumlah rumah yang yang
akan terdampak program pemerintah kota
d. Mengidentifikasi kebutuhan fasilitasi dan
penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat
terkena relokasi program pemerintah kota
e. Mengidentifikasi lokasi untuk relokasi
perumahan
Output a. Lokasi sebaran perumahan yang terdampak
program pemerintah kota
b. Jumlah rumah terdampak program
pemerintah kota berdasarkan jumlah penerima
pelayanan dasar yang memenuhi kriteria
c. Indikasi kebutuhan penanganan perumahan
terdampak program pemerintah seperti lokasi
relokasi, pembangunan kembali, dll
d. Indikasi jumlah rencana fasilitasi dan jumah
kebutuhan rumah layak huni yang akan
dibangun
e. Indikasi kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum.

f) Kelembagaan
Tujuan Mendapatkan gambaran dan kondisi
kelembagaan bidang PKP.
Langkah a. Mendata kelembagaan terkait PKP Kota
b. Mendata kondisi kelembagaan terkait PKP
Kota
Output a. Data keberadaan dan kondisi Pokja PKP
b. Data keberadaan dan kondisi Forum PKP.

f. Identifikasi Kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


Tujuan Mengetahui kondisi, ketersediaan serta proyeksi
kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Langkah a. Mengidentifikasi kondisi dan ketersediaan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
b. Mengidentifikasi kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum
- 149 -

c. Mengidentifikasi proyeksi kebutuhan


Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum

Output a. Peta sebaran ketersediaan Prasarana, Sarana


dan Utilitas Umum
b. Data cakupan pelayanan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum
c. Data kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum

Output tahap identifikasi:


Hasil dari identifikasi adalah Profil kota yang memuat pengolahan data
primer dan sekunder dengan mempertimbangkan isu strategis serta
proyeksi di masa mendatang. Profil memiliki muatan sebagai berikut:
1) Kajian Kebijakan;
2) Kondisi Fisik wilayah;
3) Kondisi Sosial, budaya dan kependudukan;
4) Kondisi Perekonomian;
5) Kondisi PKP; dan
6) Kondisi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

4. Perumusan Tujuan Penyelenggaraan PKP Kota


Tujuan Merumuskan tujuan penyelenggaraan PKP Kota yang
akan dicapai dalam jangka waktu perencanaan RP3KP.
Langkah a. Kajian pendekatan dan pertimbangan
pengembangan dan pembangunan PKP
b. Reviu peran dan kedudukan PKP mengacu arahan
kebijakan pembangunan, kebijakan rencana tata
ruang, dan kebijakan sektoral lainnya
c. Mengidentifikasi arahan nasional bidang PKP
d. Mengidentifikasi visi pembangunan daerah provinsi
dan kota
e. Mengidentifikasi isu strategis, permasalahan,
potensi unggulan dan karakteristik PKP Provinsi
dan Kota
f. Mengidentifikasi potensi dan masalah PKP Kota
g. Menyusun rumusan tujuan penyelenggaraan PKP
Kota
Output Rumusan tujuan penyelenggaraan PKP Kota
Contoh: Mewujudkan kawasan permukiman Kota
Denpasar sebagai lingkungan tempat tinggal yang layak
huni dengan berlandaskan pada Tri Hita Karana, dalam
mendukung fungsi pusat pariwisata, perdagangan,
pertanian, serta industri kesenian dan kerajinan

5. Penyusunan RKP Kota


a. Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan
Pembangunan Kawasan Permukiman
- 150 -

Kebijakan dan strategi pengembangan dan pembangunan


Kawasan permukiman merupakan penjabaran dari kebijakan dan
strategi PKP nasional, provinsi dan kota baik secara spasial
maupun sektoral. Perumusan kebijakan dan strategi
pengembangan dan pembangunan kawasan permukiman dapat
menggunakan instrumen perencanaan yang sudah ada melalui
strategi penyelenggaraan kawasan permukiman.
Tahap Perumusan Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan
Pembangunan Kawasan Permukiman meliputi:
1) Reviu Kebijakan
Memperoleh informasi mengenai arah dan
Tujuan
tujuan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman.
a. Analisis arahan kebijakan pembangunan dan
Langkah
pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman berdasarkan kebijakan
pembangunan, arahan tata ruang, dan
rencana sektoral ditingkat Pusat, Provinsi, dan
kota dilakukan melalui kajian visi, misi,
tujuan, dan sasaran pengembangan kota serta
kajian kebijakan dukungan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum dalam pengembangan
kota/kawasan permukiman
b. Analisis arahan spasial pemanfaatan ruang
permukiman dan/atau perumahan dalam RTR
dilakukan melalui kajian visi, misi, tujuan,
dan sasaran pengembangan permukiman
c. Analisis dukungan program-program
kaitannya terhadap pencapaian sasaran
pembangunan
d. Analisis kecenderungan pembangunan
a. Rumusan arahan kebijakan pembangunan
Output
perumahan dan kawasan permukiman
berdasarkan rencana pembangunan, rencana
tata ruang, dan rencana sektoral
b. Arahan pengembangan permukiman
c. Arahan pengembangan permukiman dan
perumahan dengan kebijakan pembangunan
kota
d. Arahan pengembangan permukiman dan
perumahan dalam rencana tata ruang

2) Perumusan Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan


Pembangunan Kawasan Permukiman
Merumuskan kebijakan dan strategi
Tujuan
pengembangan dan pembangunan kawasan
permukiman
a. Overlay peta pola ruang dan struktur ruang
Langkah
yang meliputi:
1) perkembangan kawasan fungsional; dan
- 151 -

2) perkembangan perumahan dan kawasan


permukiman.
b. Analisis kecenderungan dan analisa
sandingan terhadap:
1) kondisi perkembangan perumahan dan
permukiman;
2) masalah perumahan dan permukiman;
dan
3) tujuan dan sasaran kebijakan dan arah
pengembangan.
c. Merumuskan kebijakan pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman
berdasarkan rumusan permasalahan
d. Merumuskan strategi berdasarkan kebijakan
pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman yang telah dirumuskan
e. Penyusunan dan pemilihan skenario strategi
pengembangan kawasan permukiman.
Kebijakan dan strategi pengembangan dan
Output
pembangunan kawasan permukiman.

b. Penyusunan Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan


1) Tahap Analisis Lingkungan Hunian
Tahap analisis merupakan tahap untuk menghasilkan isu
permasalahan, arahan dan perumusan konsep rencana
Lingkungan Hunian perkotaan/perdesaan. Kegiatan analisis
dilakukan melalui:
Tujuan Memperoleh informasi kedudukan dan peran
Lingkungan Hunian, potensi dan efisiensi
Lingkungan Hunian
Langkah a. Melakukan tinjauan terhadap arahan RTRW
b. Memetakan arah pengembangan pusat-pusat
kegiatan
c. Memetakan arah pengembangan pusat
pelayanan lingkungan
d. Mendelineasi Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan berdasarkan
administrasi kecamatan
e. Melakukan analisis terhadap kondisi masing-
masing Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan
f. Mendelineasi satuan permukiman
berdasarkan administrasi kelurahan
Output a. Sebaran Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan; dan
b. Sebaran satuan permukiman.

2) Penyusunan Arahan Pengembangan


- 152 -

Tujuan Menyusun arahan satuan permukiman dan


perumahan dalam rangka perencanaan
pengembangan Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan, pembangunan Lingkungan
Hunian baru dan pembangunan kembali
Lingkungan Hunian
Langkah a. Meninjau arahan fungsi dan peran
Lingkungan Hunian perkotaan/perdesaan
berdasarkan karakteristik kegiatan
b. Meninjau arahan peningkatan Pelayanan
Lingkungan Hunian berdasarkan peran dan
fungsi Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan
c. Meninjau Arahan pengembangan Lingkungan
Hunian perkotaan/perdesaan berdasarkan
Pola, tipologi dan karakteristik permukiman
d. Meninjau Arahan Kepadatan Penduduk
e. Meninjau Arahan intensitas bangunan (KDB,
KLB, KB, KDH)
f. Meninjau Arahan penataan ruang perumahan
dan Kawasan permukiman berdasarkan
kapasitas ruang
g. Meninjau Arahan Penataan Kumuh
h. Meninjau Arahan Penyediaan Lahan
Perumahan dan Permukiman
i. Meninjau Arahan Pengendalian
Pengembangan
Output a. Arahan pengembangan Lingkungan Hunian
perkotaan/perdesaan
b. Arahan pembangunan baru Lingkungan
Hunian perkotaan/perdesaan
c. Arahan pembangunan kembali Lingkungan
Hunian perkotaan/perdesaan

3) Penyusunan Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan


Rencana Lingkungan Hunian Perkotaan, diantaranya meliputi:
a) Rencana Pengembangan
Menyusun rencana pengembangan Lingkungan
Tujuan
Hunian perkotaan
a. Kajian fungsi dan peranan perkotaan sesuai
Langkah
arahan rencana tata ruang Kawasan
Perkotaan
b. Identifikasi potensi Lingkungan Hunian
perkotaan yang meliputi potensi potensi
sumber daya alam, potensi sumber daya
manusia, potensi ekonomi, potensi sosial dan
potensi budaya
c. Kajian kebijakan peningkatan efisiensi potensi
Lingkungan Hunian perkotaan dalam
- 153 -

mendukung fungsi dan peranan perkotaan,


yang memanfaatkan sumber daya dan
kegiatan sosial ekonomi setempat
d. Rumusan indikasi program efisiensi
Lingkungan Hunian perkotaan
e. Identifikasi pelayanan Lingkungan Hunian
perkotaan yang ada
f. Identifikasi kebutuhan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan sesuai alokasi rencana tata
ruang Kawasan Perkotaan dan standar teknis
g. Arahan peningkatan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan yang ada
h. Arahan penyediaan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan yang belum ada
i. Indikasi program peningkatan pelayanan
Lingkungan Hunian perkotaan yang ada
berdasarkan arahan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
j. Indikasi program peningkatan pelayanan
Lingkungan Hunian perkotaan yang belum
ada berdasarkan arahan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
k. Identifikasi kinerja kapasitas Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perkotaan yang ada
l. Kajian keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Lingkungan Hunian perkotaan
sesuai rencana tata ruang Kawasan Perkotaan
dan standar
m. Arahan peningkatan keterpaduan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perkotaan yang ada
n. Indikasi program penyediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Lingkungan
Hunian perkotaan yang belum ada secara
terpadu
o. Arahan pencegahan tumbuh dan
berkembangnya Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh pada lokasi tidak kumuh
p. Indikasi program pengawasan dan
pengendalian terhadap kesesuaian
persetujuan, standar teknis, dan kelaiakan
fungsi; dan
q. Indikasi program pendampingan dan
pelayanan informasi
r. Menentukan arahan pengembangan
Lingkungan Hunian perkotaan
- 154 -

a. Rencana peningkatan efisiensi potensi


Output
Lingkungan Hunian perkotaan
b. Rencana peningkatan pelayanan Lingkungan
Hunian perkotaan melalui pengembangan
pelayanan Prasarana, Sarana Dan Utilitas
Umum dalam setiap satuan Lingkungan
Hunian perkotaan dan keterpaduannya
dengan arahan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum skala kota
c. Rencana peningkatan keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
d. Rencana pencegahan terhadap tumbuhnya
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
e. Rencana pencegahan tumbuh dan
berkembangnya Lingkungan Hunian
perkotaan yang tidak terencana dan tidak
teratur.
Output rencana Lingkungan Hunian Perkotaan
disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

b) Rencana Pembangunan Baru


Tujuan Menyusun rencana Lingkungan Hunian
perkotaan
a. Identifikasi lokasi permukiman baru
Langkah
perkotaan sesuai arahan rencana tata ruang
Kawasan Perkotaan
b. Identifikasi pemilikan, penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah pada
lokasi permukiman baru perkotaan
c. Arahan penyediaan tanah permukiman baru
perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau setiap
orang
d. Indikasi program penyediaan tanah untuk
Permukiman baru perkotaan sesuai rencana
tata ruang
e. Identilikasi kondisi prasarana, Sarana, dan
Utilitas Umum Permukiman di sekitar lokasi
permukiman baru perkotaan
f. Identilikasi kebutuhan prasarana, sarana, dan
utilitas umum permukiman pada lokasi
Permukiman baru perkotaan sesuai arahan
rencana tata ruang Kawasan Perkotaan
g. Rencana integerasi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman baru perkotaan
dengan prasana, Sarana dan Utilitas Umum
yang telah ada
h. Indikasi program penyediaan prasarana,
sarana, dan utilitas umum permukiman pada
- 155 -

lokasi Permukiman baru perkotaan oleh


Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau setiap orang
i. Identifikasi rencana lokasi jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi pada
lokasi Permukiman baru perkotaan sesuai
arahan rencana tata ruang Kawasan
Perkotaan
j. Indikasi program penyediaan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi pada lokasi Permukiman baru
perkotaan
k. Menentukan arahan pembangunan baru
Lingkungan Hunian Perkotaan
a. Rencana penyediaan lokasi Permukiman
Output
b. Rencana penyediaan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Permukiman
c. Rencana lokasi pelayanan jasa Pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi
Output rencana Lingkungan Hunian Perkotaan
disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

c) Rencana Pembangunan Kembali


Menyusun rencana Lingkungan Hunian
Tujuan
perkotaan
a. Identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
Langkah
perkotaan yang membutuhkan rehabilitasi
b. Identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perkotaan yang membutuhkan
rehabilitasi
c. Indikasi program pelaksanaan rehabilitasi
Lingkungan Hunian perkotaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang
d. Identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
perkotaan yang membutuhkan rekonstruksi;
e. Identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perkotaan yang membutuhkan
rekonstruksi
f. Indikasi program pelaksanaan rekonstruksi
Lingkungan Hunian perkotaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/ atau setiap orang
g. Identifikasi lokasi dari Lingkungan Hunian
perkotaan yang membutuhkan peremajaan;
h. Identifikasi aspek-aspek dari Lingkungan
Hunian perkotaan yang membutuhkan
peremajaan
- 156 -

i. Indikasi program pelaksanaan peremajaan


Lingkungan Hunian perkotaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau setiap orang
j. Menentukan arahan pembangunan kembali
Lingkungan Hunian Perkotaan
a. Rencana rehabilitasi
Output
b. Rencana rekonstruksi
c. Rencana peremajaan
Output rencana Lingkungan Hunian Perkotaan
disajikan dalam bentuk tabular dan spasial.

c. Penyusunan Rencana Keterpaduaan Prasarana, Sarana dan


Utilitas Umum
Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan
dan Kawasan Permukiman merupakan pengikat satu kesatuan
sistem Perumahan dan Kawasan Permukiman sesuai dengan
hierarkinya berdasarkan RTR dan sesuai standar.
1) Tahap Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Prasarana,
Sarana Dan Utilitas Umum
Tujuan Memperoleh informasi ketersediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum, kinerja Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum, proyeksi kebutuhan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, dan
pelayanan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum
Langkah a. Analisis jangkauan pelayanan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum
b. Analisis Proyeksi kebutuhan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum
c. Analisis Keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
Output a. Tingkat pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
b. Proyeksi kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
c. Kebutuhan keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum

2) Penyusunan Arahan Pengembangan Prasarana, Sarana dan


Utilitas Umum
Tujuan Mengetahui arahan pengembangan dan
pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum dalam mewujudkan arahan
pengembangan rencana Lingkungan Hunian
Langkah a. Melakukan kajian gap ketersediaan dan
kebutuhan
b. Merumuskan arahan kebutuhan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum dalam mewujudkan
arahan pengembangan Lingkungan Hunian
- 157 -

c. Merumuskan arahan pengembangan


Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
berdasarkan proyeksi kebutuhan
d. Penyusunan Skenario Pentahapan
Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum
Output a. Arahan Peningkatan Pelayanan Prasarana,
Sarana Dan Utilitas Umum berdasarkan peran
dan fungsi Lingkungan Hunian;
b. Arahan Peningkatan Pelayanan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum berdasarkan
Proyeksi kebutuhan;
c. Arahan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum;
d. Skenario Pentahapan Pembangunan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum

3) Penyusunan Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan


Utilitas Umum
Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Perumahan dan Kawasan Permukiman dilakukan:
a. sesuai dengan rencana penyediaan tanah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memperhitungkan kebutuhan pelayanan sesuai standar;
dan
c. mendukung terwujudnya PKP layak huni, hijau, dan smart
Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum,
meliputi:
a. rencana keterpaduan jaringan sistem Prasarana, Sarana,
Dan Utilitas Umum; dan
b. rencana pelayanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.

Mengintegrasikan perencanaan Prasarana,


Tujuan
Sarana dan Utilitas Umum
a. Menyusun rencana keterpaduan Prasarana,
Langkah
Sarana dan Utilitas Umum dalam
Lingkungan Hunian dan antar Lingkungan
Hunian
b. Menyusun rencana pelayanan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum pada masing-
masing Lingkungan Hunian
c. Menyusun indikasi program keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
a. Rencana keterpaduan jaringan sistem
Output
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
b. Rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
- 158 -

c. Indikasi program keterpaduan Prasarana,


Sarana dan Utilitas Umum

d. Penyusunan Indikasi Program Pembangunan dan Pemanfaatan


Kawasan Permukiman
Indikasi program merupakan bagian yang memuat rincian tahapan
dan program pembangunan yang dibutuhkan untuk mewujudkan
kawasan permukiman yang telah direncanakan dalam RKP, baik
untuk Lingkungan Hunian Perkotaan maupun Lingkungan Hunian
Perdesaan.
Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan
permukiman memuat:
1) program dan kegiatan perwujudan setiap rencana Lingkungan
Hunian;
2) volume, anggaran, jangka waktu; dan
3) instansi pelaksana/penanggungjawab untuk tiap program dan
kegiatan.

Menyusun indikasi program Lingkungan Hunian


Tujuan
a. Mengidentifikasi tindak lanjut penanganan
Langkah
program berdasarkan rencana masing-masing
Lingkungan Hunian
b. Mengidentifikasi tindak lanjut penanganan
program berdasarkan rencana keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum masing-
masing Lingkungan Hunian
c. Mengidentifikasi sumber pembiayaan program
d. Mengidentifikasi kelembagaan dalam
pelaksana
e. Merumuskan indikasi program masing-masing
Lingkungan Hunian untuk jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang
berdasarkan rencana, kemampuan dan
potensi pembiayaan, dan kelembagaan
pelaksana
f. Merumuskan arahan pelaksanaan program
sesuai dengan prioritas daerah masing-masing
a. Rumusan indikasi program
Output
b. Arahan pelaksanaan program

Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan


permukiman yang dimaksud meliputi:
1) Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan kawasan
permukiman perkotaan, yang terdiri dari:
a) Indikasi Program Rencana Pengembangan Lingkungan Hunian
Perkotaan
i. Indikasi Program Efisiensi Lingkungan Hunian Perkotaan
ii. Indikasi Program Peningkatan Pelayanan Lingkungan
Hunian Perkotaan yang Ada
- 159 -

iii. Indikasi Program Peningkatan Pelayanan Lingkungan


Hunian Perkotaan yang Belum Ada
iv. Indikasi Program Penyediaan Prasarana, Sarana, dan
Utilitas Umum Lingkungan Hunian Perkotaan yang Belum
Ada Secara Terpadu
v. Indikasi Program Pengawasan dan Pengendalian Terhadap
Kesesuaian Perizinan, Standar Teknis, dan Kelaiakan
Fungsi
vi. Indikasi Program Pendampingan dan Pelayanan Informasi
b) Indikasi Program Rencana Pembangunan Lingkungan Hunian
Baru Perkotaan
i. Indikasi Program Penyediaan Tanah untuk Permukiman
Baru Perkotaan
ii. Indikasi Program Penyediaan Prasarana, Sarana, dan
Utilitas Umum Permukiman Pada Lokasi Permukiman
Baru Perkotaan
iii. Indikasi Program Penyediaan Jasa Pemerintahan,
Pelayanan Sosial, dan Kegiatan Ekonomi Pada Lokasi
Permukiman Baru Perkotaan
c) Indikasi Program Rencana Pembangunan Kembali Lingkungan
Hunian Perkotaan
i. Indikasi Program Pelaksanaan Rehabilitasi Lingkungan
Hunian Perkotaan
ii. Indikasi Program Pelaksanaan Rekonstruksi Lingkungan
Hunian Perkotaan
iii. Indikasi Program Pelaksanaan Peremajaan Lingkungan
Hunian Perkotaan.

2. Penyusunan RP3 Kota


a. Penyusunan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan
Kebijakan pengembangan dan pembangunan perumahan
merupakan arahan dasar yang memuat kebijakan agar masyarakat
memperoleh hunian yang layak dan terjangkau serta kebijakan yang
berkaitan dengan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar
pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan perumahan.
Tujuan Merumuskan kebijakan pembangunan dan
pengembangan perumahan di kota
Langkah a. Mereviu kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP Kota sebagai dampak dari
kebijakan PKP nasional dan provinsi
b. Mereviu kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP Kota sebagai dampak dari
arahan tata ruang nasional dan provinsi
c. Mereviu kebijakan pembangunan dan
pengembangan PKP Kota sebagai dampak dari
rencana sektoral nasional dan provinsi
d. Mengidentifikasi isu-isu strategis dan
tantangan pembangunan dan pengembangan
perumahan
- 160 -

Output Rumusan kebijakan pembangunan dan


pengembangan bagi perumahan di kota sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan

Lingkup kebijakan pembangunan dan pengembangan perumahan,


mencakup:
1) penyediaan kebutuhan perumahan yang layak huni sesuai
dengan rencana tata ruang dan arahan kebijakan PKP tingkat
nasional dan provinsi;
2) keterjangkauan pembiayaan perumahan;
3) ketersediaan dan pengalokasian tanah untuk PKP;
4) pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di
bidang PKP berpedoman pada strategi nasional dan provinsi;
5) peningkatan kolaborasi dengan pemda, dunia usaha,
masyarakat, dan pemangku kebijakan lainnya dalam
penyediaan perumahan;
6) kebijakan kemudahan perizinan pembangunan perumahan;
7) pelaksanaan keterpaduan kebijakan pembangunan
perumahan;
8) peningkatan kapasitas pemangku kebijakan melalui
pembinaan dan dukungan kegiatan penyelenggaraan
perumahan.

b. Penyusunan Rencana Kebutuhan Penyediaan Rumah


Rencana kebutuhan penyediaan rumah dilakukan dengan:
a. Menentukan sebaran perumahan berdasarkan sebaran
permukiman yang telah ditentukan dalam RKP; dan
b. Menentukan konsep pembangunan perumahan berdasarkan
arahan yang telah ditetapkan dalam RKP.

1) Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan


Tujuan Menyusun rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan pada Lingkungan
Hunian perkotaan yang telah terbangun
Langkah a. Menetapkan lokasi dan luas lahan perumahan
yang sudah terbangun dan masih dapat
dibangun atau dikembangkan rumah/
perumahan baru (output analisis fisik dasar)
b. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi
masyarakat yang membutuhkan rumah
c. Merumuskan rencana fasilitasi, contoh
melalui penyediaan rumah dengan skema
FLPP, bantuan uang muka dan bentuk subsidi
lainnya.
d. Merumuskan rencana penyediaan rumah
layak huni meliputi jenis (rumah komersial,
rumah umum, rumah khusus, rumah
swadaya dan rumah negara), bentuk (tunggal,
deret dan susun), tipologi dan jumlah rumah
- 161 -

yang akan dibangun di masing-masing lokasi.


Contoh penyediaan rumah layak huni melalui
pembangunan rumah swadaya.
Output a. Rencana pemanfaatan perumahan;
b. Rencana pencegahan perumahan kumuh;
c. Rencana peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh melalui pola pemugaran;
dan
d. Rencana pembangunan dan pengembangan
rumah swadaya.

a) Rencana pemanfaatan perumahan


Tujuan Menyusun rencana untuk meningkatkan potensi
rumah terutama sebagai kegiatan usaha secara
terbatas
Langkah a. Mengidentifikasi perumahan yang sebagian
pemanfaatan bangunannya difungsikan
sebagai non-hunian, contoh: rumah
homestay, rumah toko, industri rumah
tangga, dll
b. Merumuskan jumlah rumah yang
membutuhkan rehabilitasi sesuai rencana
pemanfaatan bangunan
c. Merumuskan jumlah rumah yang perlu
dilestarikan, contoh: rumah cagar budaya
d. Merumuskan kebutuhan penyediaan dan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum perumahan
Output a. Rencana pemanfaatan rumah meliputi lokasi,
luas, jenis (rumah komersial, rumah umum,
rumah khusus, rumah swadaya dan rumah
negara), bentuk (tunggal, deret dan susun)
dan jumlah rumah yang ditangani;
b. Rencana pemanfaatan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum; dan
c. Rencana pelestarian rumah, perumahan
cagar budaya dan prasarana sarana
perumahan meliputi lokasi, luas, jenis,
bentuk dan jumlah rumah yang dilestarikan.

b) Rencana pencegahan perumahan kumuh


Tujuan Menyusun rencana pencegahan perumahan
kumuh
Langkah a. Mengidentifikasi lokasi perumahan yang
berpotensi menjadi kumuh seperti
pemanfaatan rumah yang tidak sesuai
persetujuan dan/atau alih fungsi rumah,
- 162 -

perluasan rumah tidak sesuai KDB dan KLB,


penurunan kualitas rumah, dll
b. Mengidentifikasi lokasi perumahan kumuh
yang sudah ditangani melalui peningkatan
kualitas perumahan kumuh
c. Merumuskan rencana pencegahan
perumahan kumuh meliputi pengawasan dan
pengendalian serta pemberdayaan
masyarakat untuk masing-masing lokasi
Output a. Rencana pengawasan dan pengendalian; dan
b. Rencana pemberdayaan masyarakat.

c) Rencana peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh


Tujuan Menyusun rencana peningkatan kualitas pada
perumahan kumuh dan permukiman kumuh
Langkah a. Menyusun daftar dan sebaran perumahan
kumuh per kecamatan
b. Merumuskan rencana penanganan
berdasarkan karakteristik dan tipologi
perumahan kumuh, berupa pemugaran
dalam hal lokasi memiliki klasifikasi
kekumuhan ringan dengan status tanah legal
Output Rencana pemugaran meliputi:
a. perbaikan rumah tidak layak huni yang
mencakup lokasi, luas lahan, jenis, bentuk,
tipologi dan jumlah rumah
b. perbaikan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum.

2) Rencana pembangunan perumahan baru


Tujuan Menyusun rencana pembangunan perumahan
baru pada Lingkungan Hunian baru perkotaan
dan Lingkungan Hunian baru perdesaan berupa
lahan belum terbangun dengan
mempertimbangkan ketentuan hunian
berimbang
Langkah a. Menetapkan lokasi dan luas lahan
perumahan baru berdasarkan ketersediaan
tanah sesuai output analisis fisik dasar
b. Merumuskan daya tampung lahan
perumahan baru
c. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi
masyarakat yang membutuhkan rumah baru,
termasuk daya beli rumah
d. Merumuskan kebutuhan pembangunan
- 163 -

rumah baru
e. Kemampuan pasokan rumah dan pelaku
pembangunan perumahan sesuai output
analisis potensi pasar
f. Menentukan jenis, bentuk, tipologi dan
jumlah rumah yang akan dibangun di masing-
masing lokasi
Output a. Rencana perumahan baru skala besar
b. Rencana perumahan baru selain skala
besar.

a) Rencana perumahan baru skala besar


Tujuan Menyusun rencana perumahan skala besar
Langkah a. Mengidentifikasi lokasi pembangunan
berdasarkan penetapan lokasi
b. Mengidentifikasi kapasitas daya tampung
perumahan baik dari jumlah maupun luas
lahan
c. Menentukan jenis dan bentuk rumah
d. Menetapkan jumlah dan sebaran lokasi
hunian berimbang
e. Menentukan skenario pentahapan
pembangunan
Output a. Rencana kapasitas daya tampung perumahan
b. Rencana jenis dan bentuk rumah
c. Rencana hunian berimbang sesuai ketentuan
perundang-undangan
d. Rencana skenario pentahapan
pembangunan.

b) Rencana perumahan selain skala besar


Tujuan Menyusun rencana perumahan selain skala
besar
Langkah a. Mengidentifikasi kapasitas daya tampung
perumahan baik dari jumlah maupun luas
lahan
b. Menentukan jenis dan bentuk rumah
c. Menetapkan jumlah dan sebaran lokasi
hunian berimbang
d. Menentukan penyedian dan keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
Output a. Rencana kapasitas daya tampung perumahan
b. Rencana jenis dan bentuk rumah
c. Rencana hunian berimbang sesuai ketentuan
perundang-undangan
d. Rencana penyediaan dan keterpaduan
prasarana, sarana dan utilitas umum.
- 164 -

3) Rencana pembangunan kembali


Tujuan Menyusun rencana pembangunan kembali
perumahan pada Lingkungan Hunian perkotaan
yang telah terbangun
Langkah a. Merangkum kebutuhan pembangunan
kembali perumahan dari analisis:
1) Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
2) korban bencana kota
3) dampak program pemerintah kota
b. Merumuskan rencana penataan perumahan
sesuai nilai lokasi dan kebutuhan perumahan
c. Merumuskan rencana penanganan masing-
masing lokasi berupa rehabilitasi,
rekonstruksi atau peremajaan perumahan
d. Merumuskan lokasi, jenis, bentuk, tipologi
dan jumlah rumah/perumahan yang akan
dibangun
Output a. Rencana peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh
b. Rencana penataan perumahan sesuai nilai
lokasi dan kebutuhan perumahan
c. Rencana pembangunan perumahan korban
terdampak bencana meliputi lokasi, luas
lahan, jenis, bentuk, tipologi dan jumlah
rumah
d. Rencana fasilitasi penyediaan rumah layak
huni bagi masyarakat yang terkena relokasi
program pemerintah kota

a) Rencana peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh


Tujuan Menyusun rencana peningkatan kualitas
masing-masing Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Langkah a. Menyusun daftar dan sebaran Perumahan
Kumuh per kelurahan
b. Merumuskan rencana peningkatan kualitas
berdasarkan karakteristik dan tipologi
perumahan kumuh, berupa:
1) peremajaan dalam hal lokasi memiliki
klasifikasi kekumuhan berat dan
sedang dengan status tanah legal;
2) pemukiman kembali dalam hal:
a) lokasi memiliki klasifikasi
kekumuhan berat dan sedang
dengan status tanah ilegal; atau
b) lokasi memiliki klasifikasi
kekumuhan ringan dengan status
tanah ilegal.
- 165 -

Output a. Konsep peningkatan kualitas perumahan


kumuh, menghasilkan:
1) pola kolaborasi
2) pembagian peran
3) kebutuhan penanganan
4) konsep dan strategi
b. Rencana peningkatan kualitas perumahan
kumuh
c. Rencana peningkatan kualitas perumahan
kumuh berupa peremajaan atau pemukiman
kembali di setiap kelurahan meliputi lokasi,
luas lahan, jenis, bentuk, tipologi dan jumlah
rumah, dapat berupa:
1) Rencana peremajaan
2) Rencana pemukiman kembali

b) Rencana penataan perumahan sesuai nilai lokasi dan


kebutuhan perumahan
Tujuan Menyusun rencana penataan perumahan sesuai
nilai lokasi dan kebutuhan perumahan
Langkah a. Mengidentifikasi luas dan lokasi PKP yang
memiliki nilai strategis (sosial dan ekonomi),
tidak termasuk kumuh namun memiliki
ketidaksesuaian antara daya tampung dan
nilai lahan
b. Menentukan jumlah, bentuk, tipologi rumah
yang akan dibangun
Output Rencana penataan perumahan sesuai nilai lokasi
dan kebutuhan perumahan

c) Rencana pembangunan perumahan korban terdampak


bencana
Tujuan Menyusun rencana pembangunan kembali
perumahan korban terdampak bencana
Langkah a. Merumuskan kebutuhan penanganan
pembangunan kembali perumahan
terdampak bencana berdasarkan hasil
analisis PKP terdampak bencana
b. Menentukan lokasi lahan untuk kebutuhan
pembangunan kembali
c. Merumuskan jenis, bentuk dan jumlah rumah
yang akan dibangun
d. Merumuskan rencana pembangunan kembali
rumah/perumahan korban terdampak
bencana
Output a. Rencana rehabilitasi rumah
b. Rencana pembangunan kembali rumah
- 166 -

khusus ramah bencana


c. Rencana pendampingan akses sewa rumah
layak huni

d) Rencana Fasilitasi Bagi Masyarakat Terkena Relokasi


Program Pemerintah
Tujuan Menyusun rencana fasilitasi dan penyediaan
rumah layak huni bagi masyarakat terkena
relokasi program pemerintah kota
Langkah a. Merumuskan kebutuhan penanganan
penyediaan rumah layak huni perumahan
terdampak relokasi program pemerintah kota
berdasarkan hasil analisis dampak program
pemerintah kota
b. Menentukan lokasi lahan untuk kebutuhan
pembangunan kembali
c. Merumuskan jenis, bentuk dan jumlah rumah
yang akan dibangun
d. Merumuskan rencana fasilitasi dan
penyediaan rumah layak huni. Contoh
fasilitasi berupa akses pembiayaan
perumahan (skema FLPP, bantuan uang
muka dan bentuk subsidi lainnya).
e. Contoh penyediaan rumah layak huni melalui
pembangunan rumah khusus atau rumah
susun sewa.
Output c. Rencana pendampingan penggantian
kerugian
d. Rencana penyediaan rumah layak huni
melalui rumah susun umum atau rumah
khusus.

c. Penyusunan Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan


Utilitas Umum
1) Analisis Kebutuhan dan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Perumahan
Tujuan Menghitung kebutuhan penyediaan dan
keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
perumahan yang mempertimbangkan kemudahan
akses
Langkah a. Mengidentifikasi kondisi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum Perumahan berdasarkan:
1) Sistem pelayanan
2) Kapasitas pelayanan
3) Kesesuaian kapasitas pelayanan dan jumlah
rumah
4) Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum perumahan dan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum permukiman
- 167 -

5) Ketentuan teknis pembangunan Prasarana,


Sarana dan Utilitas Umum perumahan
b. Mengidentifikasi kebutuhan penyediaan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum pada
masing-masing lokasi:
1) Pembangunan dan pengembangan
perumahan;
2) pembangunan perumahan baru; dan
3) pembangunan kembali perumahan
c. Mengidentifikasi keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum perumahan
Output a. Jumlah kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum pada masing-masing lokasi:
1) Pembangunan dan pengembangan
perumahan;
2) pembangunan perumahan baru; dan
3) pembangunan kembali perumahan
b. Kebutuhan keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum perumahan

2) Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


Perumahan
Tujuan Menyusun rencana keterpaduan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum perumahan
Langkah a. Merumuskan kebutuhan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum perumahan pada lokasi:
1) Pembangunan dan pengembangan
perumahan;
2) pembangunan perumahan baru; dan
3) pembangunan kembali perumahan
b. Merumuskan keterpaduan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum Perumahan
Output a. Rencana keterpaduan sistem jaringan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan
b. Rencana pelayanan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum berdasarkan proyeksi kebutuhan
dalam jangka waktu perencanaan.

d. Penyusunan Program Pembangunan dan Pemanfaatan


Penyusunan program pembangunan dan pemanfaatan memuat:
1) Program dan kegiatan dapat berupa:
a) Pembangunan rumah susun dan pendukungnya;
b) Pembangunan rumah khusus dan pendukungnya;
c) Stimulan rumah swadaya;
d) Pengembangan klinik perumahan;
e) Perbaikan rumah tidak layak huni;
f) Kerjasama perbaikan rumah tidak layak huni;
- 168 -

g) Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


perumahan; atau
h) Program lain sesuai dengan kewenangan bidang PKP.
Lokasi menunjukkan tempat dimana usulan program akan
dilaksanakan.
2) Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing
usulan program pembangunan dan pemanfaatan perumahan
yang akan dilaksanakan.
3) Sumber Pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD
Provinsi, APBN, swasta, masyarakat dan/atau sumber
pendanaan lainnya.
4) Instansi Pelaksana meliputi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah (sesuai dengan kewenangan masing-masing
pemerintahan), badan usaha dan masyarakat.
5) Waktu Pelaksanaan direncanakan dalam kurun waktu 20 (dua
puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan. Program 5
(lima) tahun pertama dirinci ke dalam program tahunan.
Penyusunan program disesuaikan dengan pentahapan jangka
waktu 5 (lima) tahunan rencana pembangunan daerah kota.

Tujuan Menyusun program pembangunan dan


pemanfaatan
Langkah Penyusunan program pembangunan dan
pemanfaatan, meliputi:
a. Mengidentifikasi program berdasarkan rencana
kebutuhan penyediaan rumah dan rencana
pemanfaatan rumah
b. Mengidentifikasi program berdasarkan rencana
kebutuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum perumahan
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan
program
d. Mengidentifikasi kelembagaan pelaksana
program
e. Menentukan program prioritas
f. Merumuskan program untuk jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang
berdasarkan rencana, kemampuan dan potensi
pembiayaan, dan kelembagaan pelaksana
Output Rumusan program pembangunan dan
pemanfaatan
- 169 -

TABEL I.1
MATRIKS PEMBANGUNAN PKP DAN PENYEDIAAN TANAH

Program Pelaku Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan


Pembangunan
Pembangunan dan Pengembang diberikan hak atas tanah  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
pengembangan kepada pengembang  Tanah Hak (Milik deret dan/atau rumah
HGB/HP dengan SPPT Perorangan) susun
(Surat Perjanjian  Tanah Badan Usaha
Penggunaan Tanah) (HGB)
Pembangunan baru Pengembang  diberikan hak atas  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah
tanah kepada  Tanah Negara deret dan/atau rumah
pengembang  Tanah Hak (Milik susun
HGB/HP dengan Perorangan)
SPPT (Surat  Tanah Badan Usaha
Perjanjian (HGB)
Penggunaan Tanah)
 HGB diatas HPL
 diberikan hak atas Tanah wakaf Rumah susun sewa
tanah kepada
pengembang
HGB/HP dengan
SPPT (Surat
Perjanjian
Penggunaan Tanah)
Pembangunan kembali Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah
 Tanah Negara deret dan/atau rumah
- 170 -

Program Pelaku Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan


Pembangunan
 Tanah Pemerintah susun
Pembangunan rumah Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
khusus  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
susun
Pembangunan perumahan  Pemerintah  Perjanjian sewa  Tanah Ulayat Rumah tunggal, rumah
tematik  Pengembang  diberikan hak atas  Tanah Negara deret dan/atau rumah
tanah kepada  Tanah Pemerintah susun
pengembang  Tanah Hak (Milik
HGB/HP dengan Perorangan)
SPPT (Surat  Tanah Badan Usaha
Perjanjian (HGB)
Penggunaan Tanah)
 HGB diatas HPL
Masyarakat terkena Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
relokasi program  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
pemerintah susun
Korban terdampak Pemerintah Perjanjian sewa  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
bencana  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
Pengembang  diberikan hak atas susun
tanah kepada
pengembang
HGB/HP dengan
SPPT (Surat
Perjanjian
Penggunaan Tanah)
- 171 -

Program Pelaku Pola Penyediaan Tanah Status Tanah Rencana Pemanfaatan


Pembangunan
 HGB diatas HPL
Peningkatan kualitas  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Negara Rumah tunggal atau
rumah tidak layak huni  Masyarakat  Peningkatan status  Tanah Pemerintah rumah deret
tanah (dari Girik  Tanah Hak (Milik
menjadi HGB) Perorangan)
Peningkatan kualitas  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Negara Rumah tunggal, rumah
perumahan kumuh  Masyarakat  Peningkatan status  Tanah Pemerintah deret dan/atau rumah
Pemugaran tanah (dari Girik  Tanah Hak (Milik susun
menjadi HGB) Perorangan)
Peremajaan  Pemerintah  Konsolidasi tanah  Tanah Ulayat Rumah susun
 Pengembang  HGB diatas HPL  Tanah Negara
Pemukiman kembali  Masyarakat  Tanah Pemerintah Rumah tunggal, rumah
 Tanah Hak (Milik deret dan/atau rumah
Perorangan) susun
 Tanah Badan Usaha
(HGB)
- 172 -

TABEL I.2
CONTOH MATRIKS INDIKASI PROGRAM RKP KOTA
Harga Total Tahun Pelaksanaan
Sumber
No. Program/Kegiatan Lokasi Volume Satuan Satuan Harga 2020-2024 2025-2029 2029-2033
Pembiayaan
(Rp) (Rp)
LINGKUNGAN HUNIAN 1
F. Jaringan Jalan
3. Pemeliharaan rutin Seluruh 77.900 meter 1.000.000 77900000 x APBD Kota
terhadap fisik perkerasan jaringan
dan drainase ruas jalan jalan Kota
4. Peningkatan struktural Jl. 2800 meter 1.000.000 2.800.000 x APBD Kota
perkerasan jalan Tegallang-
Kelusa
..... dst

G. SPAM
3. Rencana pengembangan SP 1.2, SP 2 Unit 5.400.000 10.800.000 x APBN Kab,
hidran 1.7 APBN Provinsi
umum (HU)
4. Rencana pengembangan SP 1.5 2 Unit 5.400.00 10.800.000 X APBN Kab,
sambungan rumah (SR) APBN Provinsi
... dst

H. SPAL
I. Jaringan Drainase
J. Persampahan
..dst
- 173 -

TABEL I.3
CONTOH MATRIKS PROGRAM RP3 KOTA
Waktu Pelaksanaan
Sumber Instansi
No. Program Lokasi Besaran Lima tahun ke-I II III IV V Ket
Pendanaan Pelaksana
1 2 3 4 5
A. Pembangunan dan Pengembangan
1. Peningkatan kualitas 1. P.1.2.5 ….. unit APBD Pemerintah
kumuh dalam pola 2. P.2.7.2 Kota
pemugaran melalui 3. dst
perbaikan RTLH
2. …dst
B. Pembangunan Baru
1. Pembangunan rumah 1. P.1.2.2 ….. unit APBD Pemerintah
umum dan komersial 2. P.3.2.2 Kota
baru skala besar 3. dst
mendukung
metropolitan ….
2. ….dst
C. Pembangunan Kembali
D. PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM
…dst

MENTERI PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

M. BASUKI HADIMULJONO

Anda mungkin juga menyukai