Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan kerunia-Nya kami masih dapat menyusun laporan Mini Riset ini.
Dengan penyusunan laporan Mini Riset ini, kami berharap kepada semua orang
agar dapat menerapkannya bagi kehidupan sehari-hari baik dilingkungan formal maupun
lingkungan yang ditinggali. Kami berharap antusiasnya bagi kalangan pelajar untuk lebih
kreatif dalam mengembangkan ide yang dimiliki, agar dapat dikembangkan.
Kami menyadari bahwa baik dalam penyusunan, teknik, maupun hasil yang di
paparkan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan kepada seluruh pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih kepada semua kalangan yang telah
membanntu dalam menyelesaikan makalah ini.
Medan, Mei 2020 Penulis
(GROUP 4)
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan
bahan penelitian sebagai berikut:
Meningkatkan kualitas guru bidang studi
C. Batasan Masalah
Adapun dalam penelitian ini batasan masalah yang di pilih seperti berikut :
Pengambilan data pada survey ini menggunakan kemera ponsel (jpg)
Mengingat jumlah kelas pada SMAN 1 Medan jumlahnya banyak, maka kami
hanya mengambil 2 kelas sebagai sempelnya, yaitu kelas VII Mipa 8 dan kelas VII
Ips1.
Survey yang menuggunakan metode observasi dan wawancara ini berfokus pada
tingkat profesionalisme guru dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan.
D. Rumusan Masalah
1. Apa saja kriteria seorang guru yang profesional?
2. Bagaimana cara meningkatkan kualitas kerja seorang guru?
3. Metode pembelajaran apa yang dapat menarik minat belajar siswa?
4. Hal apa yang dapat mendukung keberhasilan belajar siswa?
E. Tujuan Survey
Dalam melakukan setiap kegiatan pasti memiliki tujuan, begitu juga dengan survey
yang kami lakukan ini di SMAN 1 Medan. Adapun tujuan kami melakukan survey tersebut
adalah:
Untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru bidang studi
F. Manfaat Survey
Manfaat yang didapat dalam melakukan survey ini adalah manfaat pribadi atau manfaat yang di
dapatkan mahasiswa yang melakukan survey dan manfaat umum atau manfaat yang didapatkan dari
institusi tesebut dalam membenahi kekurangan yang ada. Adapun manfaat yang didapatkan oleh
surveyer adalah menambah ilmu, dapat menyelasaikan tugas yang di berikan oleh dosen yang
bersangkutan, dan menjadi bekal ketika menjadi seorang guru kedepannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
b) Manajemen Personalia
Manajemen personalia adalah serangkaian proses kerja sama mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam bidang
personalia dengan mendayagunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
sehingga semua personil sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Personalia sekolah meliputi guru, dan pegawai lainnya.
Personalia sekolah dapat dibedakan atas tenaga kependidikan dan non kependidikan a)
tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik,
pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan pustakawan, laboran, teknisi
sumber belajar, dan pengajar; b) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar dan
pelatih; dan c) pengelola satuan pendidikan terdiri atas Kepala Sekolah, direktur, ketua,
rektor, dan pemimpin satuan pendidikan luar sekolah.
e) Manajemen Keuangan/Pembiayaan
Manajemen keuangan/pembiayaan adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
melaksanakan dan mengavaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara
transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2005: 47). Pengelolaan keuangan
yang baik dalam lembaga akan
meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan tersedianya biaya,
pencapaian tujuan pendidikan yang lebih produktif, efektif, efisien dan relevan
memungkinkan kebutuhan akan segera terwujud. Adapun sumber keuangan dan
pembiayaan pada suatu sekolah/madrasah, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu a) pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan;
b) orang tua atau peserta didik; dan c) masyarakat baik mengikat maupun tidak.
f) Manajemen Administrasi
Administarsi secara etimologis berasal dari bahasa latin terdiri dari kata “ad dan
“ministrate. Kata-kata tersebut dalam Bahasa Inggris memiliki arti yang sama “ad = to”,
“administrate = to serve/to conduct”, yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan
(Purwanto, 2006: 1). Administrasi dalam perspektif manajemen dipandang mempunyai
peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti
administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai
kesiapan untuk menghadapinya. Wujud dari hubungan administrasi dengan manajemen
pendidikan tampak pada aktivitas kepala sekolah sebagai pembuat keputusan dan
penanggung jawab penuh atas keputusan/kebijakan yang dibuatnya. Purwanto (2006)
mengklasifikasikan administrasi pendidikan kedalam beberapa bagian yaitu a) administrasi
tata laksana sekolah; b) administrasi personalia guru dan pegawai sekolah; c) administrasi
peserta didik; d) administrasi supervisi pengajaran; e) administrasi pelaksanaan dan
pembinaan kurikulum; f) administrasi pendirian dan perencanaan infrastruktur sekolah;
dan g) hubungan sekolah dengan masyarakat.
g) Manajemen Humas
Humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan
menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan policy dan prosedur instansi atau
organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat (Hassbullah, 2006:
124). Kegiatan kehumasan di sekolah tidak hanya cukup menginformasikan fakta-fakta
tertentu dari sekolah, melainkan juga harus mengemukakan beberapa hal di antaranya
(Baharuddin, 2010: 90) a) melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam
masyarakat tentang masalah pendidikan; b) membantu Kepala Sekolah bagaimana usaha
untuk memperoleh
bantuan dan kerja sama; c) menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan;
dan d) membantu pemimpin karena tugastugasnya tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak yang memerlukannya (Asmendri, 2012: 96).
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Humas yang efisien harus memerhatikan asas-
asas berikut. a) Obyektif dan resmi, informasi yang dikeluarkan tidak boleh bertentangan
dengan dengan kebijaksanaan yang dijalankan. Pemberitaan yang disampaikan harus
merupaka suara resmi dari instansi atau lembaga yang bersangkutan; b) Organisasi yang
tertib dan disiplin, humas akan berfungsi bilamana tugas-tugas organisasi berjalan lancar
dan efektif serta memiliki hubungan keluar dan kedalam yang efektif pula; c) Informasi
harus bersifat mendorong timbulnya keinginan untuk ikut berpartisipasi atau ikut
memberikan dukungan secara wajar pada masyarakat; d) Kontinuitas, informasi humas
harus berusaha agar masyarakat memperoleh informasi secara kontiniu sesuai dengan
kebutuhan; dan e) Respon yang timbul dikalangan masyarakat merupakan umpan balik
dari informasi yang disampaikan harus mendapat perhatian sepenuhnya.
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas
pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission).
Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar
logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan
seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-
tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah
transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa
manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang
telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan
mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran
sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses
transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan
kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara
lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja
tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator
pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-
nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang,
pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada
anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai
hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi
dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup
mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak
hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara
(lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk
berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-
rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka
melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan,
apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek
komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari
sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka
pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai
pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu
melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru
atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang
bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu
mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia,
person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar)
atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian
menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya,
tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini
jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya
menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya,
sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang
yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau
terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya
berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu
pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka
menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa
guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian
dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru
yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus
mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah
melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang
dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang
pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti
bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru
yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar
bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia
tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap
menjadi guru.
Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus
dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan
yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka
untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk
dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat.
Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya
merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam
dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan.
Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah
seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang
bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama.
Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan
pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk
kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau
menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak
dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini
harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan
mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang
lain kurang berhasil.
C. Kerangka Berpikir
Dalam suatu kegiatan akan menghasilkan sesuatu yang merupakan hasil dari
kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan belajar mengajar juga memilikinya yang
dipengaruhi oleh profeionalisme seorang guru terhadap tingkat keberhasilan siswanya.
Adapun bagan alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Guru Siswa
Profesionalisme
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi belajar
siswa di SMAN 1 Medan yang ditunjukkan dari thitun > ttabel (29.449> 1,99962).. Nilai
signifikansi t untuk variabel profesionalisme guru sebesar
0.000 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0.05 (0,000 < 0,05). untuk
mengetahui kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu variabel
profesionalisme guru (X1) terhadap prestasi belajar siswa (Y) dilakukan dengan
menggunakan besaran angka R square. Hasil R square sebesar 0,942 atau 94,2% yang
berarti bahwa terdapat pengaruh yang tinggi antara profesionalisme guru terhadap prestasi
belajar siswa sebesar 94,2%.
Presentase tersebut didukung oleh hasil usaha guru dalam meningkatkan
profesionalismenya sebagai pengajar dengan cara mengikuti kegiatan workshop,
melakukan penelitian tindakan kelas, memenuhi administrasi pembelajaran, dan terus
mengembangkan wawasan ilmunya, selain itu kepala sekolah melakukan supervisi ataupun
monitoring kepada guru secara berkala. Usaha-usaha yang dilakukan tentunya sangat
berpengaruh terhadap pembelajaran yang dilakukan, sehingga akan meningkatkan prestasi
belajar siswa. Dalam pengujian ini menunjukkan bahwa H1 diterima. Dan dapat
disimpulkan bahwa profesionalisme guru berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
siswa di SMAN 1 Medan.
C. Temuan Lapangan
Dari hasil penelitian tersebut, kami menemukan beberapa temuan lapangan yang
berkaitan dengan kajian penelitian yang kami lakukan. Alat yang digunakan di SMAN 1
Medan sudah terbilang lengkap jika di bandingkan dengan SMA lain di kota Medan.
Temuan lainnya adalah dilihat dari prestasi siswa-siswa SMAN 1 Medan yang terpampang
di tempat piket yaitu dalam bentuk piala dan sebagainya. Temuan lainnya adalah adanya
siswa dari SMAN 1 Medan yang diterima di perguruan tinggi favorit di Indonesia sperti di
UGM, ITB, UI dan IPB.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada
pendahuluan tesis ini, serta dihubungkan dengan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kompetensi Pedagogik guru-guru pada SMA Negeri 1 Medan pada pengelolaan peserta
didik yaitu dengan memahami potensi dan keragaman peserta didik, pemahaman guru akan
landasan dan filsafat pendidikan, mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan dan tidak semua
guru mampu melakukan penelitian tindakan kelas.
2. Kompetensi Kepribadian guru-guru Pada SMA Negeri 1 Medan antara lain, guru
menghargai keanekaragaman suku dan agama yang dianut oleh masing-masing peserta
didik dan menjadi teladan yang jujur, tegas, bijaksana dan mampu menjaga nama baik.
3. Kompetensi Sosial guru-guru Pada SMA Negeri 1 Medan yaitu guru dapat
berkomunikasi secara lisan dan tulisan, mampu bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan dapat
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional guru-guru Pada SMAN 1 Medan yaitu, bahwa guru sudah
menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. memahami materi ajar
yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan
yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan refleksi dan Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
B. Saran
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari
itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah profesionalisme
guru ,setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Marilah kita
belajar untuk menjadi calon guru yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Supardi. (2013). Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Prakteknya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.