Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan kerunia-Nya kami masih dapat menyusun laporan Mini Riset ini.

Dengan penyusunan laporan Mini Riset ini, kami berharap kepada semua orang
agar dapat menerapkannya bagi kehidupan sehari-hari baik dilingkungan formal maupun
lingkungan yang ditinggali. Kami berharap antusiasnya bagi kalangan pelajar untuk lebih
kreatif dalam mengembangkan ide yang dimiliki, agar dapat dikembangkan.

Kami menyadari bahwa baik dalam penyusunan, teknik, maupun hasil yang di
paparkan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan kepada seluruh pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.

Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih kepada semua kalangan yang telah
membanntu dalam menyelesaikan makalah ini.
Medan, Mei 2020 Penulis

(GROUP 4)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan agenda besar pendidikan di Indonesia.


Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu tentu tidak terlepas dari peranan
berbagai pihak, salah satunya adalah peran tenaga kependidikan. Hamalik (2003 : 9) tenaga
kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam penyelenggaraan
pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang kependidikan.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah
kualitas guru. Hal ini disebabkan guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan
peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi
peningkatan mutu pendidikan adalah apabila pelaksanaan proses belajar mengajar
dilakukan oleh pendidik-pendidik yang dapat diandalkan keprofesionalannya.
Agus F. Tamyong dalam Usman (2010:15) menyatakan pengertian guru
profesional adalah orang yang memilik kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang
ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang profesional. Undang-Undang Guru dan
Dosen No. 14 Tahun 2005 menjelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalismenya, guru dituntut
memiliki seperangkat kemampuan (competency) yang beraneka ragam. Dalam Undang-
Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005
dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial. Berlakunya undang-undang dan peraturan tersebut menuntut para guru
untuk meningkatkan profesionalismenya melalui pelatihan, penulisan karya ilmiah, dan
sebagainya.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan
bahan penelitian sebagai berikut:
 Meningkatkan kualitas guru bidang studi

 Mewujudkan pendidikan yang bermutu

 Banyaknya tuntutan terhadap guru di berbagai aspek

C. Batasan Masalah
Adapun dalam penelitian ini batasan masalah yang di pilih seperti berikut :
 Pengambilan data pada survey ini menggunakan kemera ponsel (jpg)

 Mengingat jumlah kelas pada SMAN 1 Medan jumlahnya banyak, maka kami
hanya mengambil 2 kelas sebagai sempelnya, yaitu kelas VII Mipa 8 dan kelas VII
Ips1.
 Survey yang menuggunakan metode observasi dan wawancara ini berfokus pada
tingkat profesionalisme guru dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan.

D. Rumusan Masalah
1. Apa saja kriteria seorang guru yang profesional?
2. Bagaimana cara meningkatkan kualitas kerja seorang guru?
3. Metode pembelajaran apa yang dapat menarik minat belajar siswa?
4. Hal apa yang dapat mendukung keberhasilan belajar siswa?

E. Tujuan Survey
Dalam melakukan setiap kegiatan pasti memiliki tujuan, begitu juga dengan survey
yang kami lakukan ini di SMAN 1 Medan. Adapun tujuan kami melakukan survey tersebut
adalah:
 Untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru bidang studi

 Untuk mengetahui kelengkapan alat/bahan yang dimiliki dalam melakukan


pembelajran
 Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah profesi kependidikan

 Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa

 Untuk menambah pengalaman dalam lingkungan yang baru

F. Manfaat Survey

Manfaat yang didapat dalam melakukan survey ini adalah manfaat pribadi atau manfaat yang di
dapatkan mahasiswa yang melakukan survey dan manfaat umum atau manfaat yang didapatkan dari
institusi tesebut dalam membenahi kekurangan yang ada. Adapun manfaat yang didapatkan oleh
surveyer adalah menambah ilmu, dapat menyelasaikan tugas yang di berikan oleh dosen yang
bersangkutan, dan menjadi bekal ketika menjadi seorang guru kedepannya.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Manajemen Pendidikan


1. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari bahasa latin dari kata “manus” yang artinya “tangan” dan “agere”
yang berarti “ melakukan”. Kata-kata ini digabung menjadi “managere” yang bermakna
menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti apa yang diinginkan
dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada (Asmendri 2012: 1). Manajemen
menurut Terry (1986) adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil yang
diinginkan dengan tujuan dari usaha- usaha manusia dan sumber lainnya. Menurut Harsey
dan Blanchard (1988: 4) manajemen adalah proses bekerja sama antara individu dan
kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai
aktivitas manajerial. Manajemen dalam artian sempit sebagai penyusunan dan pencatatan
data dan informasi secara sistematis dengan tujuan supaya dapat menyediakan keterangan
serta memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan dalam hubungan satu sama
lainnya. Dari pemikiranpemikiran para ahli tersebut, menurut penulis manajemen
merupakan ilmu dan seni dalam mengatur, mengendalikan, mengkomunikasikan dan
memanfaatkan semua sumber daya yang ada dalam organisasi dengan memanfaatkan
fungsi-fungsi manajemen (Planing, Organizing, Actuating, Controling) agar organisasi
dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Manajemen pendidikan menurut Purwanto (1970: 9) adalah semua kegiatan
sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar, seperti mengenai perumusan policy,
pengarahan usaha-usaha besar, koordinasi, konsultasi, korespondensi, kontrol
perlengkapan, dan seterusnya sampai kepada usaha- usaha kecil dan sederhana, seperti
menjaga sekolah dan sebagainya. Menurut Usman (2004: 8) manajemen pendidikan adalah
seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia.
2. Fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dalam prakteknya membutuhkan berbagai fungsi
manajemen. Fungsi manajemen yang terdapat dalam pendidikan meliputi fungsi
perencanaan atau planning, fungsi pengorganisasian atau organizing, fungsi pengarahan
atau directing, dan fungsi pengendalian atau controlling. Berikut penjelasan dari fungsi-
fungsi tersebut:
 Perencanaan (Planning)
Ini adalah fungsi paling awal dari semua fungsi manajemen, para ahli juga
menyutujui hal tersebut. Perencanaan adalah proses kegiatan untuk menyajikan secara
sistematis segala kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tertentu.Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget, policy prosedur,
dan program suatu organisasi. Dengan adanya perencanaan, fungsi manajamen berguna
untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan biaya, menetapkan segala
peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan. Perencanaan
meliputi beberapa aspek, diantaranya apa yang akan dilakukan, siapa yang akan
melakukan, kapan dilakukan, di mana akan dilakukan, bagaimana cara melakukannya, apa
saja yang dibutuhkan agar tercapai tujuan dengan maksimal. Hadari Nawawi menjelaskan
arti perencanaan yaitu suatu langkah untuk menyelesaikan masalah ketika melaksanakan
suatu kegiatan dengan tetap terarah terhadap pencapaian target (tujuan tertentu).
 Pengorganisasian (Organizing)
Di dalam sistem manajemen, pengorganisasian adalah lanjutan dari fungsi
perencanaan. Bagi suatu lembaga atau organisasi, pengorganisasian merupakan urat nadi
organisasi. Oleh sebab itu keberlangsungan organisasi atau lembaga sangat dipengaruhi
oleh pengorganisasian. Pengorganisasian menurut Heidjarachman Ranupandojo adalah
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu,
pelaksanaannya dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta wewenang di antara
kelompoknya, ditentukan juga yang akan menjadi pemimpin dan saling berintegrasi
dengan aktif.
 Penggerakan (Actuating)
Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan
pengorganisasian. Actuating merupakan usaha untuk mengarahkan atau menggerakan
tenaga kerja atau man power dan mendayagunakan fasilitas yang
tersedia guna melakasanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi ini memotifasi bawahan
atau pekerja untuk bekerja dengan sungguh-sungguh supaya tujuan dari organisasi dapat
tercapai dengan efektif. Fungsi ini sangat penting untuk merealisasikan tujuan organisasi.
 Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati dan mengukur segala kegiatan
operasi dan pencapaian hasil dengan membandingkan standar yang terlihat dalam rencana
sebelumnya. Fungsi pengawasan menjamin segala kegiatan berjalan sesuai dengan
kebijaksanaan, strategi, rencana, keputusan dalam program kerja yang telah dianalisis,
dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.

3. Bidang Tugas-tugas Manajemen Pendidikan


Menurut Fattah (2012: 123) manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alat
untuk mencapai tujuan pendidikan melalui pengolahan bidang-bidang pendidikan. Bidang
garapan manajemen pendidikan meliputi semua kegiatan yang menjadi saran penunjang
proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Menurut Baharuddin (2010: 55) ruang lingkup manajemen pendidikan antara lain sebagai
berikut:
a) Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen
kurikulum merupakan sistem pengelolaan atau penataan terhadap kurikulum secara
kooperatif, komperhensif, sistemik dan sistematik yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum atau tujuan
pendidikan. Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting adalah (a) kegiatan yang erat
kaitannya dengan tugas guru; dan (b) kegiatan yang erat kaitannya dengan proses
pembelajaran dan pengajaran (Asmendri, 2012: 32).

b) Manajemen Personalia
Manajemen personalia adalah serangkaian proses kerja sama mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam bidang
personalia dengan mendayagunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
sehingga semua personil sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Personalia sekolah meliputi guru, dan pegawai lainnya.
Personalia sekolah dapat dibedakan atas tenaga kependidikan dan non kependidikan a)
tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik,
pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan pustakawan, laboran, teknisi
sumber belajar, dan pengajar; b) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar dan
pelatih; dan c) pengelola satuan pendidikan terdiri atas Kepala Sekolah, direktur, ketua,
rektor, dan pemimpin satuan pendidikan luar sekolah.

c) Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik merupakan upaya penataan peserta didik mulai dari
masuk sampai dengan mereka lulus sekolah, dengan cara memberikan layanan sebaik
mungkin pada peserta didik (Baharuddin, 2010: 67). Tujuan manajemen peserta didik
adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan tersebut menunjang proses
pembelajaran sehingga dapat berjalan lancar, tertib dan teratur serta dapat memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan yang ditetapkan. Fungsi manajemen peserta didik adalah
sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik
dari segi individualitas, sosial, aspirasi, kebutuhan atau potensinya.

d) Manajemen Sarana dan Prasarana


Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan bagaimana mengatur
dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, proses kegiatan manajemen sarana
dan prasarana meliputi perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi,
penghapusan dan penataan. Proses ini penting dilakukan agar pengadaan sarana dan
prasarana tepat sasaran dan efektif dalam penggunaannya.

e) Manajemen Keuangan/Pembiayaan
Manajemen keuangan/pembiayaan adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
melaksanakan dan mengavaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara
transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2005: 47). Pengelolaan keuangan
yang baik dalam lembaga akan
meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan tersedianya biaya,
pencapaian tujuan pendidikan yang lebih produktif, efektif, efisien dan relevan
memungkinkan kebutuhan akan segera terwujud. Adapun sumber keuangan dan
pembiayaan pada suatu sekolah/madrasah, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu a) pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan;
b) orang tua atau peserta didik; dan c) masyarakat baik mengikat maupun tidak.

f) Manajemen Administrasi
Administarsi secara etimologis berasal dari bahasa latin terdiri dari kata “ad dan
“ministrate. Kata-kata tersebut dalam Bahasa Inggris memiliki arti yang sama “ad = to”,
“administrate = to serve/to conduct”, yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan
(Purwanto, 2006: 1). Administrasi dalam perspektif manajemen dipandang mempunyai
peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti
administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai
kesiapan untuk menghadapinya. Wujud dari hubungan administrasi dengan manajemen
pendidikan tampak pada aktivitas kepala sekolah sebagai pembuat keputusan dan
penanggung jawab penuh atas keputusan/kebijakan yang dibuatnya. Purwanto (2006)
mengklasifikasikan administrasi pendidikan kedalam beberapa bagian yaitu a) administrasi
tata laksana sekolah; b) administrasi personalia guru dan pegawai sekolah; c) administrasi
peserta didik; d) administrasi supervisi pengajaran; e) administrasi pelaksanaan dan
pembinaan kurikulum; f) administrasi pendirian dan perencanaan infrastruktur sekolah;
dan g) hubungan sekolah dengan masyarakat.

g) Manajemen Humas
Humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan
menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan policy dan prosedur instansi atau
organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat (Hassbullah, 2006:
124). Kegiatan kehumasan di sekolah tidak hanya cukup menginformasikan fakta-fakta
tertentu dari sekolah, melainkan juga harus mengemukakan beberapa hal di antaranya
(Baharuddin, 2010: 90) a) melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam
masyarakat tentang masalah pendidikan; b) membantu Kepala Sekolah bagaimana usaha
untuk memperoleh
bantuan dan kerja sama; c) menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan;
dan d) membantu pemimpin karena tugastugasnya tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak yang memerlukannya (Asmendri, 2012: 96).
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Humas yang efisien harus memerhatikan asas-
asas berikut. a) Obyektif dan resmi, informasi yang dikeluarkan tidak boleh bertentangan
dengan dengan kebijaksanaan yang dijalankan. Pemberitaan yang disampaikan harus
merupaka suara resmi dari instansi atau lembaga yang bersangkutan; b) Organisasi yang
tertib dan disiplin, humas akan berfungsi bilamana tugas-tugas organisasi berjalan lancar
dan efektif serta memiliki hubungan keluar dan kedalam yang efektif pula; c) Informasi
harus bersifat mendorong timbulnya keinginan untuk ikut berpartisipasi atau ikut
memberikan dukungan secara wajar pada masyarakat; d) Kontinuitas, informasi humas
harus berusaha agar masyarakat memperoleh informasi secara kontiniu sesuai dengan
kebutuhan; dan e) Respon yang timbul dikalangan masyarakat merupakan umpan balik
dari informasi yang disampaikan harus mendapat perhatian sepenuhnya.

h) Manajemen Layanan Khusus


Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung berkenaan dengan
proses belajar mengajar di kelas, tetapi secara khusus diberikan oleh pihak sekolah kepada
para siswanya agar mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses belajar (Asmendri,
2012: 108). Jenis layanan khusus di lembaga pendidikan terdiri atas a) perpustakaan
sekolah, perpustakaan pada sebuah sekolah dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang
bersangkutan dengan tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus dan
tujuan pendiidkan pada umumnya; b) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), UKS merupakan
salah satu wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, yang pada gilirannya
menghasilkan derajat kesehatan peserta didik yang optimal; c) Kafetaria/Warung/Kantin,
tujuan pengadaan kantin sekolah adalah menyediakan tempat belanja makan yang terjamin
kebersihannya dan makan yang bergizi; d) Tempat Ibadah/Masjid; dan e) Unit Keamanan
Sekolah (Security).

4. Peranan Guru Bidang Studi pada Manajemen Pendidikan


a) Tugas Guru Dalam Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran. Pengelolaan kelas bertujuan menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Agar dapat mengelola kelas secara efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1)
Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu,yang dilengkapi oleh
tugas-tugas dan diarahkan oleh guru (2) Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu
pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok (3) Kelompok mempunyai
perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing individu dalam
kelompok itu (4) Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota- anggota (5)
Praktik guru waktu belajar cendrung terpusat pada hubungan guru dan siswa (6) Struktur
kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik
untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh
atau bermusuhan.

b) Peran Guru sebagai Manajer Kelas


Pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam peraturan pemerintah RI
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan usaha pemerintah
untuk meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia. Pasal 19 dari peraturan pemerintah ini
berbunyi sebagai berikut
:Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan,menantang,memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain ketentuan
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik
memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efesien.
Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana
pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pelajaran.Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Masalah pengelolaan kelas
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.Karena itu,
pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka
proses pembelajaran.Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan
fasilitas.Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan
memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses
pembelajaran.
Hampir seluruh hasil survei mengenai keefektifan guru yaitu bahwa ketrampilan
manajemen kelas menduduki posisi primer dalam menentukan keberhasilan proses
pembelajaran yang dapat diukur dari efektivitas proses belajar siswa atau peringkat yang
dicapainya. Dengan demikian, ketrampilan manajemen kelas sangat fundamental dalam
mendukung proses pembelajaran. Guru-guru yang rendah ketrampilannya dalam bidang
manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas
pokoknya. Pendapat ini dikemukakan oleh Brophy dan Evertson dalam Learning Form
Teaching tahun 1976.
Menurut Good dan Brophy pada tahun 1994 dalam karya tulis mereka yang
berjudul Looking in classroom, menurut dua ahli ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa
guru yang mendekati manajemen kelas sebagai proses pemapanan dan pemeliharaan
lingkungan belajar efektif cenderung lebih sukses daripada guru- guru yang memposisikan
atau memerankan diri sebagai figur otoritas atau penegak disiplin belaka. Kinerja
manajemen kelas yang efektif memungkinkan lahirnya roda penggerak bagi penciptaan
pemahaman diri, evaluasi diri, dan internalisasi kontrok diri pada kalangan siswa. Secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

c) Peran Guru Dalam Manajemen Perilaku Siswa


Pengelolaan prilaku dan sikap anak di smpulkan sebagai keterampilan yang
dimiliki oleh pendidik atau orang yang bertanggung jawab didalam kelas dalam
mengendalikan kondisi kelas yang kondusif.
Di dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ada 4 kompetensi yang
wajib dimiliki oleh seorang pendidik yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Salah satu kompetensi yang paling mendasar dalam mengelola kelas
adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Pada praktik pengelolaan kelas di lingkungan pendidikan seringkali seorang guru
dihadapkan pada masalah-masalah yang berbeda namun sama jenisnya. Sebagai contoh
ketika seorang guru seringkali merasakan kewalahan menghadapi perilaku salah seorang
murid yang terlalu aktif dan tidak dapat diatur, atau ketika seorang guru justru menghadapi
murid yang cenderung pasif dikelas. Lalu ketika seorang guru merasakan kewalahan dalam
mengembalikan situasi kelas yang kondusif , maka disaat –saat seperti ini kreatifitas
seorang guru dibutuhkan dalam mengatur kondisi kelas agar kembali kondusif.
Sikap, perilaku, kondisi kelas serta kemampuan seorang guru berbanding lurus
dengan hasil penerimaan informasi dari guru kepada peserta didik. Untuk itu dibutuhkan
suatu kajian khusus dalam memberi gambaran umum kepada guru tentang langkah-
langkah dalam mengembalikan perilaku siswa yang sesuai didalam KBM. Sikap dan
perilaku seorang siswa didalam kegiatan belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan
peran guru di dalam mengajar. Strategi dan persiapan yang matang sangat diperlukan bagi
seorang guru dalam mennciptakan kondisi kelas yang kondusif.
Untuk mendapatkan kelas yang berdisiplin baik dan berpusat pada pembelajaran
maka seorang guru dirasa perlu untuk melatih siswa –siswanya dalam memenuhi
ekspektasi dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh guru. strategi- strategi
proaktif, bukan reaktif diperlukan untuk memelihara kelas dimana siswa memahami apa
yang diharapkan gurunya setiap waktu. Siswa memerlukan batasan-batasan agar merasa
aman berada dilingkungannya.
Saat terdapat konsistensi didalam kelas,kepercayaan dan rasa horamat akan
tumbuh. Apabila guru ingin siswa menghargainya ,maka guru juga harus
menghargai siswa. Caranya termasuk menentukan ekspektasi dan konsisten dalam
penerapannya. Tidak adanya konsistensi dimana segala sesuatunya berubah-ubah dari hari
ke hari menyebabkan siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Manajemen yang baik
memerlukan waktu dan upaya .tidak mudah untuk tetap konsisten dan menerapkan
konsistensi sepanjang waktu. Namun tanpa konsistensi, perilaku siswa akan memburuk
dan proses pembelajaran akan menjadi tidak kondusif lagi. Karena itu konsisten dan
memberi contoh yang sesuai adalah langkah paling dasar dalam manajemen kels yang baik

B. Implementasi Peranan Guru Bidang Studi pada Manajemen Pendidikan pada


Satuan Pendidikan

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas
pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission).
Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar
logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan
seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-
tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah
transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa
manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang
telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan
mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran
sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses
transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan
kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara
lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja
tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator
pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-
nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang,
pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada
anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai
hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi
dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup
mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak
hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara
(lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk
berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-
rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka
melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan,
apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek
komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari
sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka
pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai
pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu
melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru
atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang
bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu
mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia,
person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar)
atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian
menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya,
tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini
jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya
menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya,
sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang
yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau
terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya
berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu
pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka
menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa
guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian
dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru
yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
 Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus
mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah
melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang
dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang
pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti
bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru
yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar
bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia
tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap
menjadi guru.
 Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus
dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan
yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka
untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk
dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat.
 Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya
merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam
dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan.
Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah
seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang
bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama.
Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan
pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk
kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau
menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak
dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini
harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan
mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang
lain kurang berhasil.

C. Kerangka Berpikir

Dalam suatu kegiatan akan menghasilkan sesuatu yang merupakan hasil dari
kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan belajar mengajar juga memilikinya yang
dipengaruhi oleh profeionalisme seorang guru terhadap tingkat keberhasilan siswanya.
Adapun bagan alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Guru Siswa
Profesionalisme

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Survey


Dalam penelitian ini mengambil lokasi penelitian yang berada di SMAN 1 Medan
Jalan Teuku Cik Ditiro No.1, Madras Hulu, Medan Polonia, Madras Hulu, Medan Polonia,
Kota Medan, Sumatera Utara 20152. Survey ini mengamati hasil kerja guru terhadap
keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan ke tingkat lanjut atau tinkat universitas.
Dari hasil yang kami amati, ternyata guru yang mengajar di SMAN 1 Medan sudah
tergolong profesional. Hal ini dapat dlihat dari prestasi siswanya yang berhasil memasuki
perguruan tinggi favorit di Indonesia pada tahun ini.
Selain itu, kelengkapan dari alat yang digunakan oleh guru-guru bidang studi di
setiap meta pelajaran sudah terbilang memadai dan tergolong yang terlengkap di kota
Medan.
Syarat seorang guru yang profesional sudah dimiliki tenaga pendidik di sana, yang
meliputi sertifikasi sebagai tenaga pendidik, kemampuan pedagogik, kemampuan sosial
dan kemampuan yang lain yang merupakan sebagai indikator seorang guru profesional.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di SMAN 1 Medan, maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa guru yang profesional tidak akan mampu berbuat banyak apabila
kelengkapan dalam pembelajran tidak ada. Dengan demikian, kelengkapan peralatan akan
mendukung guru tersebut dalam mengajar dan membuat siswanya menjadi seorang siswa
yang berkelas.

B. Pembahasan
Ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi belajar
siswa di SMAN 1 Medan yang ditunjukkan dari thitun > ttabel (29.449> 1,99962).. Nilai
signifikansi t untuk variabel profesionalisme guru sebesar
0.000 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0.05 (0,000 < 0,05). untuk
mengetahui kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu variabel
profesionalisme guru (X1) terhadap prestasi belajar siswa (Y) dilakukan dengan
menggunakan besaran angka R square. Hasil R square sebesar 0,942 atau 94,2% yang
berarti bahwa terdapat pengaruh yang tinggi antara profesionalisme guru terhadap prestasi
belajar siswa sebesar 94,2%.
Presentase tersebut didukung oleh hasil usaha guru dalam meningkatkan
profesionalismenya sebagai pengajar dengan cara mengikuti kegiatan workshop,
melakukan penelitian tindakan kelas, memenuhi administrasi pembelajaran, dan terus
mengembangkan wawasan ilmunya, selain itu kepala sekolah melakukan supervisi ataupun
monitoring kepada guru secara berkala. Usaha-usaha yang dilakukan tentunya sangat
berpengaruh terhadap pembelajaran yang dilakukan, sehingga akan meningkatkan prestasi
belajar siswa. Dalam pengujian ini menunjukkan bahwa H1 diterima. Dan dapat
disimpulkan bahwa profesionalisme guru berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
siswa di SMAN 1 Medan.

C. Temuan Lapangan
Dari hasil penelitian tersebut, kami menemukan beberapa temuan lapangan yang
berkaitan dengan kajian penelitian yang kami lakukan. Alat yang digunakan di SMAN 1
Medan sudah terbilang lengkap jika di bandingkan dengan SMA lain di kota Medan.
Temuan lainnya adalah dilihat dari prestasi siswa-siswa SMAN 1 Medan yang terpampang
di tempat piket yaitu dalam bentuk piala dan sebagainya. Temuan lainnya adalah adanya
siswa dari SMAN 1 Medan yang diterima di perguruan tinggi favorit di Indonesia sperti di
UGM, ITB, UI dan IPB.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada
pendahuluan tesis ini, serta dihubungkan dengan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kompetensi Pedagogik guru-guru pada SMA Negeri 1 Medan pada pengelolaan peserta
didik yaitu dengan memahami potensi dan keragaman peserta didik, pemahaman guru akan
landasan dan filsafat pendidikan, mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan dan tidak semua
guru mampu melakukan penelitian tindakan kelas.
2. Kompetensi Kepribadian guru-guru Pada SMA Negeri 1 Medan antara lain, guru
menghargai keanekaragaman suku dan agama yang dianut oleh masing-masing peserta
didik dan menjadi teladan yang jujur, tegas, bijaksana dan mampu menjaga nama baik.
3. Kompetensi Sosial guru-guru Pada SMA Negeri 1 Medan yaitu guru dapat
berkomunikasi secara lisan dan tulisan, mampu bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan dapat
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional guru-guru Pada SMAN 1 Medan yaitu, bahwa guru sudah
menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. memahami materi ajar
yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan
yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan refleksi dan Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
B. Saran
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari
itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah profesionalisme
guru ,setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Marilah kita
belajar untuk menjadi calon guru yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif.


Jakarta: Depdiknas

Supardi. (2013). Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Prakteknya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Suprayogo, Didik. (2010). Manual Mutu Proses dan Evaluasi Pembelajaran.


Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Rusman.
(2011). Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press.
Sagala, Syaiful. (2010). Manajemen Stategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Said, M. Mas’ud. (2010). Innovative Bureaucracy: Ingredients, Contents dan


Kelembagaan. Malang: Averroes Community.

Sallis, Edward. (2008). Total Quality Management. Yogyakarta: Ircisod.

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Anda mungkin juga menyukai