Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN:

Transformasional versus Transaksional

I Made Narsa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
Email: narsa_ua@yahoo.com

Abstrak
Paper ini bertujuan menelaah secara deskriptif mengenai manajemen vs. kepemimpinan, dan atau
manajer vs. leader, dilihat dari sudut karakteristik utama pada keduanya. Hasil telaah menunjukkan bahwa
ada karakteristik yang tegas yang membedakan antara manajemen dan kepemimpinan, dan antara manajer
dan leader. Esensinya adalah manajemen merupakan fungsi yang berkenaan dengan mengerjakan sesuatu
dengan benar atas dasar transaksional. Sementara kepemimpinan merupakan panggilan dan kualitas diri yang
berkenaan dengan mengerjakan sesuatu yang benar atas dasar transformasional.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Manajer, Leader, Transaksional, Transformasional.

Abstract
This paper was intended to review descriptively about management vs leadership, and/or manager vs
leader in term of their main characteristic. The review result showed that there were strickly differences
between management and leadership and between manager and leader. Essentialy, management was a
function that concerned with doing this right on a transactional based, meanwhile leadership was call and
self quality that concerned with doing the right thing on transformational based.

Keywords: Leadership, Manager, Leader, Transactional, Transformational.

PENDAHULUAN melainkan sebagai kemampuan memengaruhi orang


lain.
Perdebatan mengenai komponen organisasional Kotter (1996) mengatakan kepemimpinanlah
yang menjadi penggerak bagi kemajuan (atau yang melahirkan visi dan strategi, sedangkan mana-
kemunduran) sebuah organisasi selalu menempatkan jemen menurutnya melahirkan rencana, yaitu
kepemimpinan sebagai titik perhatian. Konteks ini langkah-langkah spesifik dan jadwal untuk meng-
sangat nalar karena kepemimpinan merupakan salah implementasikan strategi, dan anggaran yaitu rencana
satu komponen terpenting atau inti (Marquardt, 1996) yang diterjemahkan dalam proyeksi dan sasaran-
di antara komponen-komponen lain organisasi seperti sasaran keuanga. Stephen Covey menyitir pernyataan
struktur, budaya, praktik manajerial, misi, visi, tujuan Bennis dan Drucker yang menyatakan bahwa ‖mana-
dan strategi, kebijakan dan prosedur, serta iklim kerja. gement is concerned with doing this right‖ sedangkan
Dalam memahami konsep kepemimpinan, perlu ―Leadership is concerned with doing the right thing‖
memahami beberapa hal. Menurut Maxwell (1998) (Covey, 1989). Memahami dan mendalami masalah
ada beberapa perbedaan di antara manajemen dan kepemimpinan mungkin sangat membingungkan.
kepemimpinan, yaitu (a) manajemen berbeda dengan Meindl et al. (1985) mengatakan ―The concept of
kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kegiatan me- leadership remains largely elusive and enigmatic,‖
mengaruhi orang lain untuk ikut, sedangkan mana- dan kepemimpinan masih sangat ambigu baik dalam
jemen terfokus pada pemeliharaan sistem dan proses. definisi maupun pengukuran (Pfeffer, 1977)
(b) Wirausahawan tidak memerlukan kepemimpinan Variasi definisi mengenai kepemimpinan di-
meskipun wirausahawan memiliki kemampuan per- nyatakan dengan tegas oleh Yukl (1989) bahwa, ‖The
suasif, namun acapkali bebas dan kurang memenga- term leadership means different things to different
ruhi orang lain seperti pemimpin. (c) Pemimpin people.‖ Yukl (1989) juga mengutif dari tujuh penulis
biasanya bukan orang yang paling banyak tahu dalam mengenai definisi leadership, satu diantaranya adalah
organisasi. (d) Kepemimpinan harus dipahami dari Jacobs (1970), yang mendefinisikan, ‖Leadership
sebagai bukan posisi atau jabatan yang dipegang, is an interaction between persons in which one

102
Narsa: Karakteristik Kepemimpinan: Transformasional versus Transaksional 103

presents information of a short and in such a manner kepemimpinan transformasional merasa pemimpin
that the other becomes convinced that this out- mereka lebih efektif dibandingkan dengan karyawan
comes…will be improved if he behaves in the manner yang bekerja bagi pemimpin transaksional. Bono &
suggested or desired‖ (Yukl, 1989) Robbins (1997) Judge (2004) meneliti hubungan antara personalitas
mendefinisikan ―leadership is the notion that leaders dan kepemimpinan dan delapan dimensi dari
are individuals who, by their actions, facilitate the kepemimpinan transaksional dan transformasional.
movement of a group of people toward a common or Judge & Piccolo (2004) menguji tentang validitas
share goals‖. Ini berarti kepemimpinan merupakan kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan
sebuah proses untuk memengaruhi orang lain atau transformasional. Sementara Deluga (1990) menguji
unit organisasi untuk mencapai tujuannya. Disamping secara eksperimental hubungan (a) empat karak-
itu, inti kepemimpinan sebenarnya adalah melakukan teristik kepemimpinan (charisma, inspiration,
hal yang benar. Pemimpin harus dapat menggerak- intellectual stimulation, dan individual consideration);
kan, memuaskan dan menumbuhkan pengikut yaitu (b) dua karakteristik kepemimpinan transaksional
motivasi dan ‖menghidupkan‖ potensinya, juga harus (contingent reward dan management-by-exception);
mampu menangani paradoks-paradoks dan menjelas- dan (c) kepemimpinan laissez faire dengan perilaku
kan maknanya. memengaruhi bawahan secara halus, keras dan
Kontroversi mengenai isu-isu kepemimpinan rasional. Singer & Singer (1989) menguji kendala-
merupakan suatu fenomena yang sangat jelas. kendala situasional atas perilaku transformasional dan
Beberapa teoritisi percaya bahwa kepemimpinan transaksional, preferensi subordinat, dan kepuasan.
tidak berbeda dari proses memengaruhi sosial yang Dari pengamatan subjektif penulis pribadi
terjadi diantara semua anggota kelompok, dan terhadap kepemimpinan di Indonesia, penulis
kepemimpinan dipandang sebagai proses kolektif dari menyimpulkan terdapat fenomena yang sangat khas.
seluruh anggota kelompok. Tetapi pandangan lain Sebagaimana teori-teori lainnya, jika diuji di Indo-
melihat bahwa semua kelompok memiliki spesialisasi nesia hasilnya adalah anomali, atau bergeser dari
peran yang di dalamnya mencakup spesialisasi peran konsep dasarnya. Teori keagenan misalnya yang
kepemimpinan (Yukl, 1989). Stogdill (1974) sebagai- thesis dasarnya menjelaskan konflik hubungan antara
mana dikutip oleh Yukl menyimpulkan ‖Leadership prinsipal-agen sulit diuji di Indonesia, karena tidak
has been defined in terms of individuals trait, leader jelas siapa prinsipal dan siapa agen. Akhirnya teori
behavior, interaction patterns, role relationships, keagenan dipergunakan untuk menjelaskan hubungan
follower perceptions, influence over followers, dua pihak yang berkonflik yang bukan lagi prinsipal-
influence on task goals, and influence on organiza- agen, boleh jadi konflik antar prinsipal itu sendiri,
tional culture‖ (Yukl, 1989). yaitu prinsipal mayoritas dan prinsipal minoritas.
Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan, Pucuk-pucuk pimpinan dalam organisasi di
mungkin sekali terjadi kondisi yang mana seorang Indonesia, baik organisasi bisnis privat, organisasi
pemimpin yang baik, namun merupakan manajer publik, yayasan, bahkan organisasi sosial kemasya-
yang buruk sehingga perlu dilengkapi oleh seorang rakatan (bisa juga organisasi sosial keagamaan), lebih
manajer yang baik di dalam teamnya. Sebaliknya banyak muncul karena political power. Si Polan
seorang pimpinan yang buruk namun memiliki menjadi CEO PT. A dalam usia muda, karena
kemampuan manajerial yang baik sehingga belum perusahaan itu milik keluarganya (meskipun sudah
tentu diikuti oleh orang lain di organisasinya. Tanpa publik). Si Dullah menjadi Dirut dalam sebuah
adanya saling melengkapi, seorang yang kepemim- BUMN, karena ditempatkan oleh Partai X yang
pinannya lemah akan menghasilkan stagnasi, sedang- punya power. Si Jamil menjadi ketua organisasi sosial
kan seorang yang manajemennya lemah akan kemasyarakatan karena dibentuk oleh Partai Y
menghasilkan konsep saja atau wacana tanpa sebagai organisasi underbow. Si Komo menjadi ketua
kelancaran aplikasinya. Eisenbach et al. (1999) meng- organisasi sosial keagamaan melalui pemunggutan
kaji keterkaitan kepemimpinan, gaya manajemen, dan suara yang ’panas’ karena juga diharapkan dapat
perubahan organisasi, dan mengatakan bahwa ‖... membawa anggotanya menjadi pendukung sebuah
change management depends on leadership...‖. partai Z. Jika demikian, sulit menjelaskan apakah
Isu lainnya adalah menyangkut transaksional mereka adalah leader yang memiliki jiwa kepemim-
dan transformasional. Berbagai bentuk hubungan dan pinan? Boleh jadi mereka itu adalah leader, atau
implikasi dari kepemimpinan transaksional dan sekedar manajer yang punya power karena posisi,
transformasional sudah banyak diteliti secara empiris, atau politik.
misalnya oleh Al-Mailam (2004) yang meneliti Pengamatan penulis terhadap fenomena lainnya
tentang apakah karyawan yang bekerja di bawah juga menarik. Misalnya, di dalam suatu organisasi
104 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 102-108

yang bersifat nir laba, semestinya kepemimpinan which individuals surrender their power to interpret
yang ditumbuhkan adalah kepemimpinan transforma- and define reality to others…‖ (italic penekanan dari
sional. Namun, karena seringnya terjadi pemimpin penulis). Pemimpin sejati harus mendapatkan keper-
dipilih bukan berdasarkan track-record atau riwayat cayaan dari pengikutnya. Tanpa kepercayaaan itu
kinerjanya, melainkan berdasarkan konsensus sosial, mereka bukanlah pemimpin dan akan gagal total. (b)
maka pemimpin-pemimpin formal acapkali bukan Mau menerima kepercayaan atau power yang
merupakan orang yang bermodalkan karakter, kom- diberikan. Acapkali, orang yang diberikan ‖keper-
petensi dan komitmen yang tinggi. Akibatnya mereka cayaan‖ tidak terlalu berminat. Ia mencari berbagai
berusaha mati-matian untuk bertahan pada kedudukan alasan untuk tidak menerima ―kepercayaan‖ tersebut.
mereka. Ia telah menyadari beratnya tantangan yang akan
Berdasarkan fenomena yang teramati dan hasil- dihadapi. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua
hasil riset empiris yang telah dilakukan, timbul orang punya pembawaan lahir (trait) untuk menjadi
pertanyaan apakah manajemen dan kepemimpinan seorang pemimpin. Memang hal ini bisa diperdebat-
merupakan dua hal yang berbeda atau terpisah? kan, berdasarkan paradigma trait dan behavior
Apakah seorang manajer adalah seorang pemimpin? (House & Aditya, 1997). Namun ada esensi penting
Apakah manajer lebih berperilaku transaksional yang bisa ditangkap, yaitu ‖kepercayaan‖ dari orang
sementara leader lebih berperilaku transformasional? lain atau pengikut. (c) Mau memberikan kepercayaan
Paper ini bertujuan menelaah dan menganalisis kepada orang lain, bahwa Ia akan terus belajar.
secara preskriptif-deskriptif untuk membedakan Mendapatkan kepercayaan dari orang banyak, peng-
secara tegas antara manajemen dan kepemimpinan ikut atau atasan, berarti ada sejumlah pengalaman,
dari dua dimensi yang disebutkan terakhir, yaitu pengetahuan, keterampilan (skill), dana dan jejaring
transaksional dan transformasional. Kontribusi tulisan yang diberikan oleh mereka. Bila Ia mendapatkan
ini, paling tidak memberikan ’penyadaran’ dan kepercayaan dari orang berarti Ia mendapatkan
landasan teoritis untuk menentukan secara jelas mana tanggung jawab dan sekaligus komitmen dari orang
manajer yang leadership dan mana yang bukan, atau lain. Seorang pemimpin harus bersedia diperiksa
mana manajer transaksional dan mana manajer intergritasnya secara terus menerus, dan secara terus
transformasional. Rerangka teoritis ini penting menerus memelihara kualitas karakter dan tingkat
sebagai acuan jika dilakukan penelitian mengenai kinerja yang tinggi.
kepemimpinan khususnya di Indonesia. Mengapa suatu kepercayaan dari orang banyak
dapat diperoleh atau diberikan kepada seseorang?
PEMBAHASAN Karena, (a) Ia telah menampilkan pengabdian.
Artinya, ia cenderung mendahulukan kepentingan
Sebelum membahas konsep pemimpin dan komunitasnya daripada kehendak dirinya. Ia rela
kepemimpinan, pertanyaan berikut dapat dijadikan mengorbankan dirinya demi visi bersama yang
bahan perenungan, yaitu orang yang seperti apa yang diidamkannya. (b) Ia memiliki keunggulan-keung-
bisa dikatakan sebagai pemimpin, dan apakah jika gulan. Biasanya kita cenderung mengikuti orang yang
seseorang mampu menggerakkan orang lain dengan dipandang lebih unggul dari diri kita. Keunggulan-
serta merta kita sebut sebagai pemimpin? keunggulan tadi mencakup kemampuannya memim-
Pemimpin-pemimpin sejati menggerakkan diri pin diri sendiri, kemampuan memimpin hubungan
orang lain selain dirinya. Mereka mencipta keadaan, antar pribadi, dan kemampuan menangani pekerjaan
suasana dan semangat. Kita merasakan impian kita atau kegiatan-kegiatan komunitasnya atau pelayanan
bertumbuh dan dipertajam. Pemimpin-pemimpin itu organisasinya. Lord et al. (1986) menemukan ada tiga
membuat potensi atau hal-hal yang terbaik dari diri trait—intelegensi, dominasi, dan maskulinitas—yang
kita muncul ke permukaan. Dalam bahasa yang lebih berhubungan secara signifikan dengan persepsi
ilmiah, kita menyebutkan bahwa seorang pemimpin pengikut terhadap kepemimpinan. (c) Ia handal dalam
merumuskan visi bersama, menggerakkan orang memberikan inspirasi dan menggali makna hidup atau
bersamanya dan menghasilkan transformasi. makna keberadaan komunitas atau organisasinya.
Tiga hal penting yang dapat membuat seseorang Karena keyakinan atas makna itu, mereka menjadikan
dapat menggerakkan orang lain, yaitu karena Ia: (a) dirinya sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitar
Diberi kepercayaan oleh banyak pihak, terutama dari diri mereka. Epitropaki (2003) mengatakan ‖…
mereka yang mengikutinya. Smircich & Morgan leaders who are usually responsible for commu-
(1982) dalam tulisannya yang berjudul Leadership: nicating this meaning (as well as vision, mission and
The Management of Meaning, menyatakan ―… values) are also likely to play a vital role in inspiring
leadership involves a dependency relationship in employees to connect their self identity with that of the
Narsa: Karakteristik Kepemimpinan: Transformasional versus Transaksional 105

organization‖. Bagi mereka, hidup bukan hanya individual, dan stimulasi intelektual sebagai
rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan- empat karakteristik yang membentuk kepemimpinan
kebutuhan hidup yang tidak habis-habisnya. Hidup transformasional.
adalah suatu perjalanan menuju sasaran tertentu, Karisma diartikan sebagai ‖leader’s perceived
pendakian menuju puncak tertentu, serta mencari dan God-like qualities‖ yang menciptakan referent power
mengkomunikasikan makna. dan influence (Bass, 1985). Inspirasi adalah kemam-
puan untuk menarik, mengajak dan secara emosional
Kepemimpinan Transformasional atau Transak- mengkomunikasikan idiealisme masa depan. Pemim-
sional pin memancarkan power dan memengaruhi pengikut
melalui cara yang visioner. (Bass, 1985). Pertim-
Satu dari sekian banyak teori-teori kepemimpin- bangan individual menggambarkan bagaimana
an komprehensif mengenai transformasi organisasio- pemimpin memperoleh power, baik melalui pelayan-
nal adalah teori kepemimpinan transformasional dan an maupun kepenasihatan dan pengembangan orien-
teori kepemimpinan transaksional. Teori ini diper- tasi pengikut (Bass, 1985). Stimulasi intelektual
kenalkan oleh Burns (1978) dalam konteks politik, mendorong pengikut untuk berpikir dengan cara baru
kemudian dikembangkan dan diperhalus oleh Bass terhadap masalah-masalah lama (think of old pro-
(1985) dalam konteks organisasional. blems in new ways), mendorong mereka memper-
Teori Kepemimpinan Transformasional juga tanyakan nilai-nilai dan keyakinan yang dimilikinya
mengakui pentingnya power dan proses memenga- dan apakah sesuai dengan pemimpinnya (Bass et al.,
ruhi (influence processes). Hubungan Pemimpin- 1987).
pengikut dipandang sebagai satu intensi emosi yang Teori Kepemimpinan Transformasional menyata-
mana pengikut memberikan kepercayaan dan kan bahwa pemimpin dapat mengoptimalkan power
keyakinan yang besar kepada Pemimpin (Bass et al., dan pengaruh mereka terutama melalui karisma
1987; Burns, 1978). Bass (1985) menyebutnya (referent
yang akan dilaksanakan tetapi tidak pernah power),sebagai
bertindak inspirasi (visionary processes).
‖pengawas‖.
karisma, inspirasi, pertimbangan (consideration) Pengikut boleh jadi tidak sekedar menganggap bahwa

Prologue: New Global Playing Field

Triggers for Change


Act I: Awakening

Organizational Dynamics Individual Dynamics


Need for transformation: Endings
Felt need for change; Resistance to Disengage from past; Disidentify with
change; Avoiding the quick fix past; Deal with disenchantment

Act II: Envisioning

A Motivating vision: Transitions:


Create a vision; Death and Rebirth process;
Mobilize commitment Perspective on both endings and new
beginning

Act III: Re-archtecturing

Social Architecture: New Beginning:


Creative destruction; Reweaving the Inner alignment; New scripts;
social fabric; Motivating people New energy

Epilog: History Repeats Itself


Sumber: Tichy dan Sherman dalam (Mintzberg et al., 1998)
Sumber: Tichy dan Sherman dalam (Mintzberg et al., 1998)
Gambar 1. Transformational Leadership: A Three-Act Drama
106 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 102-108

pemimpin hanyalah simbol. Aspek-aspek pemodelan kekuatan relatif dalam sebuah proses pertukaran yang
peran dari pertimbangan individual dan motivasi saling menguntungkan. Bass (1985) menyatakan ada
kognitif dipicu atau boleh jadi dimoderasi oleh dua karakteristik yang membentuk kepemimpinan
stimulasi intelektual. transaksional, yaitu (a) contingent reward yang meng-
Pertanyaannya adalah, bagaimana transformasi gambarkan bahwa sistem pembayaran sudah lazim
itu terjadi? Menurut Tichy dan Sherman (1993) dipakai sebagai aransemen untuk memengaruhi, yang
sebagaimana dikutip oleh Mintzberg et al. (1998) mana ada kesepakatan secara eksplisit atau implisit
transformasi itu terjadi melalui drama tiga babak (a- atas tujuan yang akan dicapai dalam rangka untuk
three-act drama), yaitu: Awakening, Envisioning, dan mendapatkan reward yang diinginkan. (b) manage-
Rearchitecturing. Proses transformasi drama tiga ment-by-exception, yang dicirikan bagaimana
babak ini dapat digambarkan pada Gambar 1. pemimpin memonitor penyimpangan negative
Pemimpin transfirmasional adalah pencipta dan yang dilakukan oleh bawahan dan mengambil
pembangun sebuah ‖fajar‖ yang baru dalam kehidup- tindakan koreksi hanya jika bawahan gagal untuk
an sebuah organisasi (Ruky, 1997).Meskipun banyak mencapai tujuan yang ditetapkan.
variasi mengenai definisi kepemimpinan transforma- Teori Kepemimpinan Transaksional menyata-
sional, secara umum dapat didefinisikan sebagai kan, bahwa leader dan/atau bawahan dapat saling
‖agen perubahan‖. Eisenbach et al. (1999) mengata- melaksanakan power dan pengaruh, yang dilaksana-
kan ‖... to carry out the pertinent change process‖. kan dalam suatu proses pertukaran yang saling
Perannya yang utama adalah sebagai katalis bagi menguntungkan. Sebagai contoh, seorang leader
perubahan yang akan dilaksanakan tetapi tidak pernah memiliki informasi vital (Pettigrew, 1972) atau di
bertindak sebagai ‖pengawas‖. pihak lain seorang bawahan memiliki keahlian khusus
Masalah yang lebih penting bagi seorang dalam memecahkan masalah-masalah penting organi-
pemimpin transformasional adalah selalu mempunyai sasional (Mechanic, 1962), kondisi ini mendorong
visi yang kuat, sebuah gambaran tentang bentuk keduabelah pihak untuk bernegosiasi yang saling
organisasinya di masa depan bila semua tujuan-tujuan menguntungkan, jadi ada transaksi di antara mereka.
utamanya telah dicapai (Covey, 1989). Dengan Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang
demikian, seorang pemimpin transformasional juga selalu ‖bertransaksi‖ dengan bawahan. Jika ia mem-
haruslah seorang yang visioner (Chandra, 1997; beri, apa yang ia dapatkan, atau jika ia memerintah,
Huseini, 1997). Esensi kepemimpinan serupa ini ada sesuatu yang ia janjikan. Misalnya, Ia mengata-
adalah mampu menghasilkan perubahan yang mana kan ‖Jika gaji kalian ingin dinaikkan, maka naikkan
dirinya dan mereka yang terkait dengannya sama- dulu produktivitas kalian‖
sama mengalami perubahan ke arah yang lebih luas, Seorang pemimpin, apalagi yang dikenal dengan
lebih tinggi, dan lebih mendalam. Kata kunci dari pemimpin formal sebagai lawan dari pemimpin
segenap keputusannya adalah seberapa jauh sebanyak informal dapat terjebak untuk menjadi pemimpin
mungkin pihak mengalami pertumbuhan. transaksional. Pemimpin yang bersifat transaksional
Penelitian tentang penerapan kepemimpinan menghubungkan diri dengan orang-orang yang
transformasional di berbagai budaya (Boehnke et al., dipimpinnya, atasannya, serta dirinya sebagai pemain-
2003), menemukan bahwa semua pemimpin transfor- pemain dalam suatu proses transaksi. Ia ini lebih
masional memiliki kesamaan perilaku: visioning, cocok disebut sebagai seorang manajer yang selalu
yaitu memberikan rumusan masa depan yang berusaha melakukan pekerjaan dan fungsinya dengan
diinginkan; inspiring, yaitu menimbulkan kegairahan; benar (do things right). Ciri khas seorang pemimpin
stimulating, yaitu menimbulkan minat untuk hal baru; transaksional adalah hubungannya dengan bawahan
coaching, yaitu memberikan bimbingan satu persatu; didasarkan pada azas mutually beneficial (Ruky,
dan team building, yaitu bekerja melalui kelompok 1997).
kerja. Bahkan, ada yang berpikir untuk lebih meng-
Bagaimana dengan kepemimpinan transaksio- untungkan dirinya sendiri. Keputusan yang diambil-
nal? Berbasis pada social learning theory (Bandura, nya merupakan keputusan yang menguntungkan
1977) dan social exchange theory (Hollander, 1979), baginya dalam hubungan dirinya dengan berbagai
teori kepemimpinan transaksional mengakui adanya pihak. Masalah benar atau salahnya keputusan tadi
sifat leadership dengan hubungan deterministik tidak jadi perhatian utamanya, namun masalah untung
timbal balik (reciprocal) (Bass, 1985; Burns, 1978; atau rugi terutama bagi kepentingannya sering
Hollander, 1978; Tichy & Devanna, 1986). Pemim- menjadi dasar pertimbangan.
pin dan bawahan dipandang sebagai agen-agen yang Kepemimpinan transaksional cenderung tidak
membuat kesepakatan, dan mengatur kekuatan- membuat organisasinya atau pihak-pihak yang terkait
Narsa: Karakteristik Kepemimpinan: Transformasional versus Transaksional 107

dengannya berkembang apalagi orang-orang yang fungsi yang mana hubungan dengan bawahan ber-
dipimpinnya. Kecenderungannya ialah memanfaat- dasarkan otoritas dengan tujuan menghasilkan se-
kan berbagai pihak bagi dirinya. suatu, serta melibatkan hal-hal yang lebih rutin.
Proses transaksi menjadi bagian penting dalam
Manager versus Pemimpin hubungan antara manajer dan bawahan. Seorang
manajer adalah orang yang melakukan hal yang
Acapkali orang tidak membedakan antara pe- dipercayakan kepadanya dengan benar (managers do
mimpin dan manajer. Seorang manager adalah things right). Dengan demikian, manajer lebih bersifat
seorang yang mengelola sesuatu. Hal yang ia kelola mekanistis (orientasi semata-mata pada memenuhi
adalah manusia, waktu, mesin, dana atau informasi suatu ukuran keberhasilan yang ditetapkan baginya)
serta jejaring. Jadi ukuran keberhasilannya adalah dan menekankan pada pengendalian kerja bawahan.
seberapa baik ia berfungsi dalam mengelola apa yang Kepemimpinan adalah panggilan atau kualitas
dipercayakan kepadanya. diri, yang mana hubungan dengan pengikut ber-
Sebaliknya, seorang pemimpin adalah seorang dasarkan pengaruh, dengan tujuan memberikan arah
yang melakukan sesuatu demi organisasi, kelompok, dalam tindakan dan sikap, serta melibatkan visi dan
atau komunitasnya. Ia diukur berdasarkan pada apa penilaian. Pemimpin memiliki kepekaan terhadap
yang dihasilkannya bersama mereka yang mengikuti- arah, kerja sama kelompok, inspirasi, teladan dan
nya atau yang terkait dengannya. Ia juga diukur penerimaan diri oleh orang lain. Jadi pemimpin
dengan transformasi yang dilakukannya, serta adanya melakukan hal yang benar (Leaders do the right
kelanjutan dari pekerjaannya. Dalam proses memim- thing) sesuai visi sebagai sehingga terjadi transfor-
pin pengikutnya, seorang pemimpin tidak harus selalu masi bersama.
rapi, teratur, atau indah dengan rencana yang matang Dalam kenyataan, acapkali dituntut bahwa se-
dan budget, namun yang terpenting adalah bahwa ia orang pemimpin harus juga menjadi seorang manajer.
melakukan hal-hal yang benar untuk kepentingan Tentunya, yang ideal adalah didapatkan seorang
bersama sesuai dengan panggilan hati nuraninya yang pemimpin yang baik dan sekaligus berfungsi menjadi
mencerminkan kualitas diri seseorang. manajer yang baik. Manajemen dengan leadership
Berikut adalah cuplikan sebuah peristiwa seba- tinggi, untuk mendorong terjadinya transaksi yang
gai contoh ilustratif untuk memeroleh pemahaman saling menguntungkan, sekaligus membawa trans-
mengenai manajer dan pemimpin: formasi untuk mencapai visi bersama.
‖Pada suatu hari Minggu, Seorang ayah dan Implikasinya adalah pada tataran yang paling
keluarganya sedang berada di sebuah mall yang baru awal, ketika dilakukan rekruitmen dalam sebuah
saja dibuka di Surabaya. Karena membutuhkan uang organisasi perlu dipikirkan strategi yang tepat
sehingga diperoleh calon-calon leader yang memiliki
tunai Dia berusaha mencari ATM, kemudian bertanya
leadership tinggi. Calon yang direkrut adalah yang
kepada seorang petugas berseragam di mall. ―Pak
memiliki atitude baik, sementara keterampilan bisa
ATMnya di mana?‖. Dengan tanpa melihat si pena-
dilatih dan dikembangkan (recrutiment for attitude,
nya orang itu memeriksa peta mall, dan berkata,
skill is trained). Dengan demikian, orang yang ber-
―Lantai dua mas.‖ Setelah berkeliling di lantai dua
prestasi akademik tinggi boleh jadi bukan merupakan
sang ayah tidak menemukan ATM itu, dan Dia calon terbaik untuk menjadi transformational leader.
kembali. ―Pak kok gak ada?.‖ Ia menoleh dan
bertanya pada teman di sebelahnya ―Oh, di lantai DAFTAR REFERENSI
dasar mas, tapi belum semuanya fungsi‖ Hal itu
dikatakannya dengan ekspresi wajah yang datar-datar Al-Mailam, F.F. 2004. Transactional Versus Trans-
saja‖. formational Style of Leadership—Employee
Dari sekelumit ‖kisah sedih‖ di hari Minggu itu, Perception of Leadership Efficacy in Public and
bisa dilihat bahwa petugas tadi adalah seorang Private Hospitals in Kuwait. Q Manage Health
pengelola informasi, namun bukan seorang pemimpin Care, 13(4): 278 - 284.
yang dapat menimbulkan kegairahan pada siapapun Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Engle-
yang ia temukan. Ia pun melanjutkan hari-harinya wood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
tanpa suatu visi atau keperdulian pada orang lain. Bass, B.M. 1985. Leadership and Performance
beyond Expectations. New York: Free Press.
SIMPULAN DAN SARAN Bass, B.M., Waldman, D.A., Avolio, B.J., & Bebb,
M. 1987. Transformational Leadership and The
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik beberapa Falling Dominoes Effect. Group & Organiza-
buah simpulan, yaitu bahwa: manajemen adalah tion Studies, 12: 73-91.
108 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 102-108

Boehnke, K., Bontis, N., & DiStefano, J.J.A.C. 2003. Lord, R.G., De Vader, C.L., & Alliger, G.M. 1986. A
Transformational Leadership: An Examination Meta Analysis of the Relation Between Perso-
of Crossnational Differences and Similarities. nality Traits and Leadership Perceptions: An
Leadership Organization Development Journal, Application of Validity Generalizations Proce-
24(1): 5–15. dures. Journal of Applied Psychology, 71(3):
Bono, J.E., & Judge, T.A. 2004. Personality and 402 - 410.
Transformational and Transactional Leadership: Marquardt, M.J. 1996. Building The Learning Orga-
A Meta-Analysis. Journal of Applied Psycho- nization: A System Approach to Quantum
logy, 89(5): 901-910. Improvement and Global Success. USA:
Burns, J.M. 1978. Leadership. New York: Harper & McGraw-Hill, Inc.
Row. Maxwell, J.C. 1998. The Twentyone Irrefutable Laws
Chandra, A. 1997. Visionary Leadership: Gaya Kepe- of Leadership. Nashville, Tenn: Thomas Nelson
mimpinan Untuk Organisasi Masa Depan. Publishers.
Usahawan, 09: 14. Mechanic, D. 1962. Sources of power in Lower
Covey, S.P. 1989. The Seven Habits of Highly Effec- Participants in Complex Organizations. Admis-
tive People. 1st Edition. New York: Somon & trative Science Quarterly, 7: 349 - 336.
Schuster. Meindl, J.R., Ehrlich, S.B., & M.,D.J. 1985. The
Deluga, R.J. 1990. The Effects of Transformational, Romance of Leadership. Administrative Science
Transactional, and Laissez Faire Leadership Quarterly, 30: 78 - 102.
Characteristics on Subordinate Influencing Mintzberg, H., Ahlstrand, B. & Lampel, J. 1998.
Behavior. Basic and Applied Social Psychology,
Strategy Safary: A Guided Tour Through Wilds
11 (2): 191 - 203.
of Strategic Management. New York: The Free
Eisenbach, R., Watson, K. & Pillai, R. 1999. Trans-
Press.
formational Leadership in the Context of Orga-
Pettigrew, A.M. 1972. Information Control as A
nizational Change. Journal of Organizational
Power Resource. Sociology, 6: 187 - 204.
Change Management, 12 (2): 80 - 88.
Pfeffer, J. 1977. The Ambiguity of Leadership. Aca-
Epitropaki, O. 2003. Transformational Leadership,
Psychological Contract Breach and Organiza- demy of Management Review, 2 (1): 104 - 112.
tional Identifikaction. Academy of Management Robbins, S.P. 1997. Managing Today. Upper Saddle
Best Conference Paper, OB: M1 - M6. River, New Jersey: Prentice-Hall International
Hollander, E.P. 1978. Leadership Dynamics: A Inc.
practical Guide to Effective Relationships. New Ruky, A.S. 1997. Penerapan 'Visionary Leadership'
York: Free Press. dalam Perusahaan Indonesia: Suatu "Conditio
Hollander, E.P. 1979. Leadership and Social Ex- Sine Quanon" untuk Menyongsong Milenium
change Processes. In K. Gergen, M.S. Green- Ketiga. Usahawan, 09: 7-8.
berg, & R.H. Willis (Eds.), Group Process (pp. Singer, M.S., & Singer, A.E. 1989. Situational Cons-
103-118). New York: Winston-Wiley. traints on Transformational Versus Transactio-
House, R.J., & Aditya, R.N. 1997. The Social Scien- nal Leadership Behavior, Subordinats' Leader-
tific Study of Leadership: Quo Vadis? Journal of ship Preference and Satisfaction. The Journal of
Management, 23(3): 409 - 473. Social Psychology, 130(3): 385-396.
Huseini, M. 1997. Visionary Leadership dan Mile- Smircich, L. & Morgan, G. 1982. Leadership: The
nium Ke Tiga. Usahawan, 09: 15-17. Management of Meaning. The Journal of Appli-
Judge, T.A., & Piccolo, R.F. 2004. Transformational ed Behavioral Science, 18(3): 257-273.
and Transactional Leadership: A Meta-Analytic Tichy, N.M. & Devanna, M.A. 1986. The Trans-
Test of Their Relative Validity. Journal of formational Leader. New York: Wiley.
Applied Psychology, 89(5): 755 - 768. Yukl, G. 1989. Managerial Leadership: A Review of
Kotter, J.P. 1996. Leading Change. Harvard Business Theory and Research. Journal of Management,
School. 15(2): 251-289.

Anda mungkin juga menyukai