Anda di halaman 1dari 11

Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

JURNAL KOMUNITAS
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas

PEMBELAJARAN SOSIOLOGI YANG MENGGUGAH MINAT SISWA

Hezti Insriani 

SMA Kristen Tri Tunggal Semarang Jawa Tengah Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Mata pelajaran Sosiologi dipandang oleh sejumlah siswa sebagai mata pelajaran
Diterima Desember 2010 yang membosankan. Muatan materi sosiologi yang menyajikan banyak teori dan
Disetujui Januari 2011 konsep seperti mengandung konsekuensi kepada siswa untuk menuntut semuanya
Dipublikasikan Maret 2011
dihafal secara baik. Model pembelajaran yang membosankan semakin membuat
Keywords: mata pelajaran ini kurang diminati oleh siswa. Strategi inovatif sudah dilakukan,
sociology teaching; namun pada prakteknya operasionalisasi model pembelajaran itu kurang efektif
innovative approach; sehingga guru banyak yang kembali menggunakan model pembelajaran konven-
students’ interest. sional. Artikel ini ditulis untuk menyampaikan model pembelajaran Sosiologi bagi
siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berdasarkan pengalaman saya mengajar.
Menurut pengalaman saya, strategi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah
pembelajaran sosiologi antara lain adalah mengajukan pertanyaan kritis, eksplorasi
artikel dan gambar/foto, nonton film, penelitian sederhana, dan membuat cata-
tan harian. Melalui startegi ini, pembelajaran yang bersifat konstruktivisme lebih
mudah dioperasional. Cara ini lebih dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membangun pembelajaran secara mandiri dan menjadikan siswa lebih dekat
memahami kenyataan sosial sebagai bagian dari kehidupannya sekaligus sebagai
materi pembelajaran sosiologi.

Abstract
Students often regard Sociology as a boring subject. The subject presents many sociological
theories and concepts students to memorize. Boring method of teaching further makes the
course less attractive to students. Innovative strategy have been used, but in practice the met-
hod is not effective and teachers return to conventional models. This article is written based
on the author’s experience in teaching Sociology among high school students. Based on my
experience, strategies that can be used to create innovative learning include asking critical
questions, exploring articles and pictures / photos, analyzing movies, doing simple research,
and keeping a diary. Through this strategy, constructivist learning is much easier to run. This
method is better able to provide the opportunity for students to develop independent learning
and make students more intensively to understand social reality as a part of his life as well as
the learning materials of sociology.

© 2011 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2086-5465
SMA Kristen Tri Tunggal
Semarang Jawa Tengah Indonesia 50146
E-mail: insrianihezti@yahoo.com
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

PENDAHULUAN terkait dengan siswa. Umumnya siswa SMA


adalah anak-anak dengan energi yang cukup
Pelajaran Sosiologi adalah pelajaran besar. Mereka tidak seperti anak-anak SD
yang telah dipelajari oleh siswa Sekolah Me- maupun SMP yang lebih cenderung bersifat
nengah Atas (SMA) sejak mereka duduk di konformis. Siswa-siswa SMA yang sedang
bangku kelas X SMA. Lebih lanjut, pelaja- dalam masa mencari jati diri agar sampai
ran tersebut akan dipelajari lagi oleh siswa pada proses pendewasaan cenderung lebih
yang melanjutkan di kelas Ilmu Sosial atau reaksioner. Daya kritis dan sikap idealism
program IPS. Sementara mereka yang me- mereka mulai muncul, karenanya guru tidak
lanjutkan di kelas Ilmu Alam atau program bisa memperlakukan mereka sebagaimana
IPA tidak lagi mempelajari pelajaran ini. Se- anak-anak SD maupun SMP. Oleh karena
hingga, pelajaran Sosiologi ini disebut seba- itu, diperlukan sebuah seni tersendiri dalam
gai mata pelajaran khusus bagi siswa jurusan mengolah pembelajaran bagi anak-anak ter-
Ilmu Sosial. sebut untuk menyalurkan kreatifitas mereka,
Mengajar mata pelajaran Sosiologi khususnya dalam pembelajaran Sosiologi.
untuk siswa SMA kelas Ilmu Sosial merupa- Tulisan berikut ini merupakan penja-
kan bukan hal yang mudah. Substansi materi baran apa yang telah menjadi pengalaman
yang begitu banyak dengan konsep dan teori penulisdalam menjadi Guru Sosiologi di se-
tdak mudah untuk diajarkan oleh guru yang buah Sekolah Menengah Atas di Semarang.
tidak memiliki latar belakang pendidikan so- Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian
siologi maupun sosiologi murni. Namun de- dituliskan agar kemudian dapat menjadi se-
mikian masih banyak guru-guru yang tidak buah catatan. Semoga lewat tulisan ini dapat
memiliki latar belakang keilmuan pendidi- kita petik sebuah perenungan dan lalu mela-
kan sosiologi ataupun sosiologi murni men- kukan sebuah inovasi baru dalam mengemas
gajar mata pelajaran Sosiologi. pembelajaran Sosiologi yang menggugah mi-
Hal yang sama berlaku pada mata pe- nat siswa.
lajaran Antropologi, hasil penelitian Rocha- Kita semua tentu sangat mengerti bah-
na (2010) menjelaskan bahwa mata pelajaran wa kelas adalah tempat semua siswa mempe-
Antropologi diajarkan oleh sembarang guru roleh pembelajaran. Dari situlah semua guru
dengan latar belakang pendidikan beragam. mata pelajaran berinteraksi dengan murid-
Sehingga menjadi hal yang biasa jika mata muridnya untuk melakukan pembelajaran
pelajaran Antropologi diampu oleh guru bersama. Hal ini pun berlaku untuk pelaja-
yang mempunyai latar belakang pendidikan ran Sosiologi. Pembelajaran Sosiologi dimu-
PKK, Olah Raga, Seni dan BK. Selain aspek lai dari kelas ketika guru menyampaikan ma-
keilmuan, hal lain yang menjadikan menga- teri pelajaran dan siswa melakukan aktivitas
jar mata pelajaran Sosiologi sebagai sebuah belajar. Berangkat dari pengertian tersebut,
tantangan adalah karakter peserta didiknya. guru kemudian berjuang untuk memberikan
Sejalan dengan hasil penelitian Rocha- pelajaran demi pelajaran dengan semenarik
na, mata pelajaran sosiologi juga dianggap mungkin. Upaya ini dilakukan demi terpe-
sebagai mata pelajaran yang bisa diampu nuhinya misi yang dilakukan masing-masing
oleh sembarang guru. Akibatnya guru ba- guru, dan terwujudnya harapan mereka atas
nyak menjelaskan konsep sosiologi secara siswa mereka.
keliru. Disamping itu materi sosiologi lebih Demikian pula dalam kelas Ilmu So-
banyak dijelaskan secara teks book. Guru ku- sial, khususnya dalam pelajaran Sosiologi,
rang dapat mengembangkan konsep maupun guru berupaya sedemikian rupa agar pem-
teori sosiologi dengan konteks sosial kehidu- belajaran yang berkaitan dengan masyarakat
pan siswa. tidak hanya bersifat monoton sebagaimana
Selain persolan latar belakang keilmu- tradisi pembelajaran klasik yang berorienta-
an guru pengampu mata pelajaran sosiologi, si pada ceramah guru. Guru sesunguhnya
tantangan lain yang dihadapi guru selama mengetahui situasi yang akan terjadi dengan
mengajar mata pelajaran Sosiologi adalah pembelajaran sosiologi yang keseluruhan

93
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

materinya merupakan konsep-konsep ten- laman (learning by doing). Betapa pentingnya


tang masyarakat yang agaknya sulit diajar- arti bekerja menurut Dewey, karena bekerja
kan tanpa melalui kegiatan ceramah. Selain memberikan pengalaman, dan pengalaman
itu pembelajaran yang disampaikan melalui menuntun proses berpikir seseorang sehing-
ceramah biasanya akan lewat begitu saja dari ga orang tersebut dapat bertindak benar dan
ingatan siswa, apalagi materi yang disam- bijaksana. Pengalaman juga mempengaruhi
paikan dianggap kurang menarik di mata budi pekerti seseorang. Ada pengalaman po-
siswa. Namun lebih dari itu guru Sosiologi sitif dan ada pengalaman negatif. Pengala-
tentu memiliki sebuah tanggung jawab un- man positif adalah pengalaman yang benar,
tuk memberikan pengalaman tersendiri bagi pengalaman yang berguna dan dapat dite-
siswanya agar mereka dapat menghidupkan rapkan dalam hidup, sedangkan pengalaman
dari apa yang mereka pelajari dalam konteks negatif adalah pengalaman yang merugikan
akademik maupun kehidupan sehari-hari. atau yang menghambat kehidupan dan tidak
Dengannya, pembelajaran Sosiologi diran- perlu dipakai lagi (Dewey 2002:xiii-xiv).
cang untuk dapat menggugah minat siswa. Lalu bagaimanakah perlunya sebuah
Di sinilah kemudian guru-guru Sosio- pengalaman pembelajaran di dalam kelas
logi perlu merefleksikan kembali pembelaja- Sosiologi? Pengalaman-pengalaman seperti
ran sosiologi yang selama ini dikemas dalam apa yang dapat kita berikan pada siswa kita?
setiap pertemuan tatap muka di kelas. Apa- Pertanyaan itulah yang akan dijawab melalui
kah selama ini pembelajaran sosiologi telah pemaparan-pemaparan berikut ini.
memberikan pengalaman yang bermakna Salah satu hal yang penting dalam pro-
bagi siswa sehingga mereka semakin lebih ses pembelajaran mata pelajaran Sosiologi
tertarik dengan mata pelajaran ini atau apa- bagi siswa SMA adalah perihal mengaitkan
kah sebaliknya. Guru menjadi tidak hanya antara topik bahasan dengan pengalaman
dituntut untuk mentransfer ilmu siswa se- sehari-hari siswa. Oleh karena itu, penting
hingga siswa menjadi paham dengan materi bagi guru untuk memahami konteks latar be-
pelajaran yang ada. Tetapi lebih jauh dari itu lakang siswa-siswinya.
guru kemudian dituntut secara kreatif untuk Apabila guru telah memahami konteks
dapat menyampaikan materi pelajaran ter- latar belakang siswa (keadaan sosial ekono-
sebut secara aplikatif dan inspiratif seraya mi, lingkungan keluarga, fasilitas sekolah,
melakukan manajemen kelas. Dalam proses dan teman sepergaulan mereka) maka akan
kegiatan Belajar Mengajar guru harus mam- mudah untuk menggali berbagai macam ke-
pu menyajikan berbagai pengalaman belajar giatan yang bisa dijadikan sebagai pengala-
yang sesuai dengan karakter anak. Oleh ka- man belajar siswa. Tentunya, dengan meng-
rena itu, guru dituntut mampu mengkombi- gali dari apa yang sudah dimiliki oleh siswa
nasikan dan mengkonstruksi model pembe- akan menjadikan pengalaman itu diolah dan
lajaran yang telah ada dan diterapkan dalam dihayati oleh siswa tersebut, dan bukannya
kelas (Nurkhin dan Wahyudi, 2008). menjadi sebuah pengalaman kosong. Berikut
Menurut Dewey, proses pendidikan ini adalah beberapa upaya yang penulis coba
harus dilangsungkan dengan berpangkal lakukan dalam memberikan pengalaman-
pada pengalaman anak sendiri. Tidak semua pengalaman tertentu pada siswa melalui
pengalaman itu berfaedah. Oleh karena itu, pembelajaran Sosiologi di kelas.
sekolah harus menjadi tempat yang menye- Vertellen voor de klas adalah bercerita di
diakan “bahan pelajaran” pengalaman-pen- muka kelas (Mangunwijaya, 2003:66). Hal
galaman yang berfaedah demi hari depan ini merupakan sarana bagi siswa untuk men-
anak didik dan sekaligus pengalaman itu me- gemukakan cerita yang mereka miliki terkait
rupakan hal yang dapat dialami anak didik dengan materi yang bersangkutan. Gagasan
pada masa sekarang ini (Dewey, 2002:xii). ini penulis peroleh dari artikel “Biji Unggul
Lebih lanjut, dalam filsafatnya yang dikenal dan Tanah Tumbuh” tulisan Mangunwijaya
sebagai instrumentalisme, Dewey menekan- dalam buku Impian dari Yogyakarta.
kan pentingnya sistem belajar lewat penga- Suatu hari ketika siswa kelas XI se-

94
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

dang mempelajari masyarakat multikultur, sial ia sudah memiliki minat studi yang akan
salah satu bagian dari proses belajar men- ia tempuh di perkuliahan nanti. Perencanaan
gajar waktu itu adalah melihat beragamnya yang ia lakukan adalah dengan cara membu-
beberapa kategori masyarakat di Indonesia. ka situs-situs perguruan tinggi yang memili-
Salah satu kategori yang menjadi jembatan ki program studi sesuai minat studi yang ia
bagi siswa untuk bercerita di depan kelas miliki. Dari situ kemudian ia menentukan
adalah ketika mereka melihat klasifikasi ma- perencanaan.
syarakat Indonesia ditinjau dari segi laju pe- Dari dua contoh kecil di atas kita meli-
rubahan yang tergolong menjadi masyarakat hat bahwa vertellen voor de klas telah membe-
tradisional dan masyarakat modern. Penulis rikan pengalaman bagi siswa untuk melihat
minta siswa untuk menyimak baik-baik ciri- ke dalam diri mereka sendiri. Kemudian me-
ciri masyarakat modern. Setelah itu penulis reka secara individual mampu menceritakan
minta mereka untuk merenungkan dan me- keberadaan diri mereka di hadapan teman-
lihat diri mereka sendiri serta mengkaitkan temannya. Bukankah ini sebuah pengalaman
keberadaan mereka dengan ciri-ciri masya- sosial yang menarik, di mana setiap anak
rakat modern tersebut. Penulis minta mere- harus menepiskan rasa malu mereka dan
ka menceritakan diri mereka apakah mere- berinteraksi dengan teman-teman mereka
ka modern atau tidak, dengan memberikan di depan kelas dengan cara bercerita. Kelas
bukti atas apa yang mereka ceritakan. akan menjadi hidup karena pengalaman itu
Dalam pikiran penulis, tentunya itu dekat dengan kehidupan mereka. Sementara
bukanlah hal yang sulit bagi siswa kelas XI itu, nilai-nilai kehidupan yang ingin diajar-
untuk bercerita di depan kelas. Akan tetapi kan guru kepada siswa dapat dengan mudah
kemudian penulis menyadari bahwa ternyata diberikan dengan cara memberi umpan balik
mereka masih perlu berlatih untuk bercerita dari tiap cerita yang dikemukakan. Apalagi
secara runtut, berani, dan tanpa malu-malu. bila kelas terasa dalam atmosfir bahagia atas
Oleh karenanya, penulis kemudian membe- cerita-cerita lucu dari teman-teman mereka,
rikan respon yang berbeda untuk tiap-tiap disitulah pembelajaran nilai-nilai kehidupan
siswa atas apa yang mereka ceritakan di de- yang diberikan oleh guru akan dengan san-
pan kelas. gat mudah diterima oleh siswa sebab mereka
Vertellen voor de klas terbukti dapat dalam suasana bahagia tertawa.
membangun rasa percaya diri siswa. Mereka Pembelajaran vertellen voor de klas juga
menceritakan hal-hal yang menjadi kebang- merupakan bentuk lain dari komponen-kom-
gaan mereka. Seperti misalnya ketika Puput ponen pembelajaran Contextual Teaching and
menceritakan bahwa dirinya adalah anak Learning yaitu konstruktivisme. Cerita-cerita
yang modern karena ia tidak bergantung siswa dari pengungkapan pengalaman kehi-
pada nasib. Ia menceritakan bahwa ia tidak dupan sosialnya adalah bagian pembelajaran
menggantungkan diri pada uang saku pem- kontekstual. Pembelajaran kontekstual terja-
berian orang tuanya. Ia menceritakan bahwa di ketika siswa menerapkan dan mengalami
untuk membeli kado ulang tahun teman-te- apa yang sedang diajarkan dengan mengacu
mannya yang mulai sering dirayakan karena pada masalah-masalah dunia nyata yang ber-
mereka berusia 17 tahun, maka Puput mela- hubungan dengan peran dan tanggung jawab
kukannya dengan cara ia membuat kerajinan mereka sebagai anggota keluarga, masyara-
tangan yang ia jual kepada teman-temannya. kat, siswa dan lainnya (Trianto, 2007).
Baginya, hal itu merupakan sebuah hal yang Pengalaman seperti inilah yang se-
pantas ia banggakan sebagai manusia mo- sungguhnya merupakan pembelajaran yang
dern. bermakna bagi siswa. Model vertellen voor
Lain halnya dengan Marcella. Cerita de klas membantu siswa mengkonstruksi-
yang ia sampaikan di depan kelas adalah ce- kan pengalaman kehidupan kesehariannya
rita yang menunjukkan bahwa ia adalah seo- di masyarakat dengan mengkaitkan konsep
rang modern karena memiliki perencanaan. dari materi yang sedang dipelajarinya. Le-
Ia menceritakan bahwa di kelas XI Ilmu So- bih lanjut siswa akan dapat merasakan lebih

95
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
nyata konsep-konsep sosiologi yang dipela- gunwijaya, 2003: 204).
jarinya dalam kehidupan sehari-hari, dengan Terdorong oleh pengertian-pengertian
kata lain konsep yang terlihat abstrak men- itu kemudian penulis memiliki keinginan
jadi lebih konkrit dipahami oleh siswa. Mo- untuk membiasakan siswa memiliki kemam-
del pembelajaran vertellen voor de klas dapat puan dan kebiasaan untuk mengemukakan
dipakai sebagai salah satu cara mendekatkan pertanyaan kritis dalam pembelajaran So-
materi sosiologi dalam diri siswa, dengan siologi. Awalnya, penulis mendapati siswa
menghadirkan kenyataan-kenyataan sosial tampak terasa canggung dan tak biasa untuk
yang dikonstruksikan oleh siswa sendiri. mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis.
Proses pembelajaran ini lebih diwarnai den- Namun, dengan upaya-upaya tertentu, pada
gan proses pembelajaran yang terpusat pada akhirnya mereka mulai terbiasa untuk berani
siswa (student centered) daripada berpusat merumuskan dan mengemukakan pertany-
pada guru (teacher centered). aan-pertanyaan mereka sendiri. Upaya itu
Dalam tulisannya yang berjudul “Com- penulis awali dengan cara menerapkan bebe-
ments on the Science of Teaching” dalam buku rapa taktik. Salah satu taktik yang kemudian
Anthropological perspectives on education, Good- penulis pakai adalah dengan memberikan ti-
man mengatakan bahwa: ket istirahat/ tiket pulang.
Seperti layaknya menonton bioskop
To learning, the child brings: exploring, maka seseorang akan diperbolehkan masuk
questions, aping, taking part, coping, and apabila dia membawa tiket tersebut. Demiki-
sociability. “Teachers” can meet the child an pula dengan tiket istirahat/ tiket pulang,
by answering questions, making the envi- maka siswa hanya akan diperbolehkan isti-
ronment fairly safe and copable, making rahat atau pulang setelah semua anak mem-
it authentic and relevant to the child’s life, berikan tiket itu. Akan tetapi tiket itu tidak
providing good personal models, and being berupa kertas kosong semata, melainkan se-
sociable (Goodman dalam Wax, Muray cara verbal ataupun tertulis masing-masing
L, 1971:118). siswa mengemukakan pertanyaannya. Per-
tanyaan kritis atas apa yang ia renungkan
Dari situ kita melihat bahwa dalam se- setelah mengikuti pelajaran dengan topik
buah pembelajaran, diperlukan pula adanya tertentu.
sebuah daya eksplorasi dengan cara berta- Metode game sangat berpengaruh
nya, sebab dengan demikianlah seorang guru karena menghibur sekaligus memberikan
dapat “bertemu” dengan muridnya dalam tantangan. Lee, berpendapat bahwa sebuah
berbagai keunikan pertanyaan yang diajukan game seharusnya tidak dianggap sebagai ak-
oleh siswa. tivitas marginal mengisi waktu kosong keti-
Senada dengan hal itu, Mangunwija- ka guru atau kelas tidak punya sesuatu yang
ya dalam artikelnya yang berjudul “Terima lebih baik untuk dilakukan (Windiahsari,
Kasih, Pak Fuad Hassan” dalam buku Impi- 2009). Dalam perjalanannya, di kelas yang
an dari Yogyakarta mengatakan bahwa da- penulis ampu, metode mengemukakan per-
lam segala situasi, entah ideal atau tidak, di tanyaan kritis sebagai tiket istirahat/ pulang
metropol maupun di pelosok, dalam zaman sangatlah efektif diterapkan. Bila penulis
serba berubah cepat dengan segala simpang- berkata lantang “siapa yang mau istirahat?”
siur norma dan fenomenanya, sang siswa mereka akan menjawab serentak sambil
harus begitu dibekali, sehingga ia menjadi mengangkat tangan mereka “saya…….” Hal
manusia yang suka bertanya, yang eksplo- tersebut kemudian akan penulis sambung
ratif, yang didampingi agar suka ingin tahu, dengan berujar ”baiklah, sebagai tiket istira-
suka mencari, dan mahir merumuskan perta- hat, semua anak mengemukakan pertanyaan
nyaan-pertanyaan. Bukan pertanyaan orang kritis terlebih dahulu. Penulis beri waktu ber-
dan pihak lain, tetapi pertanyaan-pertanyaan pikir lima menit kemudian satu persatu men-
yang otentik asli hingga dalam hatinya dan gemukakan pertanyaannya!”
yang relevan bagi situasi dia sendiri, (Man- Tiket pulang atau tiket istirahat den-

96
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
gan mengemukakan pertanyaan kritis san- benar-benar mengemukakan pertanyaan-
gatlah manjur untuk memancing anak ber- pertanyaan yang mendesak sedemikian rupa
pikir. Sebab siapakah yang tak ingin segera sehingga mereka merasa bangga. Disitulah
istirahat atau pulang? Maka pertanyaan-per- paran guru sebagai mediator dimainkan
tanyaan yang membuncah itu akan dijawab. untuk memberikan pengertian-pengertian
Penulis sebagai gurunya bisa melemparkan tertentu kepada murid. Pembelajaran yang
pertanyaan untuk dijawab oleh siswa-siswa demikian ini sungguh merupakan pedagogi
yang lain. Bahkan, terkadang tak semua per- tranfromasi. Dimana guru menciptakan situ-
tanyaan bisa dibahas dalam waktu itu juga. asi belajar yang membuat siswa lebih kritis
Tak mengapa, sebab pertemuan selanjutnya dan meninggalkan tradisi dengar baca tulis
masih ada. Setiap siswa menunjukkan kebe- yang secara konvensional membuat pembe-
radaan mereka dengan pertanyaan yang ber- lajaran berjalan searah.
beda-beda. Ada yang sederhana, ada yang Salah satu komponen pembelajaran
kompleks. Hal tersebut membuat mereka kontekstual, juga menggunakan cara ini,
memiliki pengalaman untuk merumuskan yaitu questioning (bertanya). Konsep ini ber-
pertanyaan-pertanyaan. tujuan untuk membantu guru mengkaitkan
Setelah mereka terbiasa mengemuka- antara meteri yang diajarkannya dengan si-
kan pertanyaan kritis melalui media tiket tuasi dunia nyata siswa dan mendorong sis-
istirahat/ pulang, penulis mencoba memodi- wa membuat hubungan antara pengetahuan
fikasi kemampuan mengajukan pertanyaan yang dimilikinya dengan penerapannya da-
kritis tersebut secara berkelompok. Ini ada- lam kehidupan mereka sehari-hari (Trianto,
lah taktik kedua yang penulis lakukan untuk 2007). Model pembelajaran mengajukan per-
membiasakan mereka bertanya secara kritis tanyaan kritis dalam sebuah pembelajaran
baik secara individu maupun kelompok. Se- CTL yang produktif, sebagaimana yang di-
cara teknis hal ini dilakukan dengan cara katakan oleh Trianto (2007) berguna untuk:
membagi siswa secara berkelompok dalam 1. Menggali informasi akademik siswa, 2.
pembahasan sub-sub topik yang berbeda- Mengecek pemahaman siswa, 3. Membang-
beda. Tiap-tiap kelompok tersebut bertugas kitkan respon kepada siswa, 4. Mengetahui
untuk mempresentasikan tiap bahan yang sejauhmana keingintahuan siswa, 5.Menge-
berbeda. Karena tiap kelompok memiliki tahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6.
bahan presentasi yang berbeda, maka kelom- Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu
pok yang tidak melakukan presentasi wajib yang dikehendaki guru, 7. Membangkitkan
memperhatikan kelompok yang presentasi lebih banyak pertanyaan dari siswa, 8. Me-
di depan. Kelompok yang tidak melakukan nyegarkan kembali pengetahuan siswa.
presentasi wajib mengemukakan pertanyaan Sekali lagi, model pembelajaran men-
kritis pada kelompok yang melakukan pre- gajukan pertanyaan kritis menjadi salah satu
sentasi. Sementara kelompok yang melaku- cara menyegarkan pembelajaran sosiologi.
kan presentasi wajib memberikan jawaban Dalam pembelajaran ini siswa kembali dia-
sesuai dengan kemampuan mereka. jak untuk aktif dan fokus pada arus pertany-
Cara tersebut cukup seru dilakukan se- aan yang deras mengalir di dalam kelas. Mau
cara berkelompok, sebab biasanya kelompok tidak mau akan muncul dorongan dalam diri
pendengar ingin mengemukakan pertanyaan siswa untuk merangkaikan kaa-kata dengan
yang berkualitas yang dapat membuat ke- situasi sosial sehari-hari ditambah konsep
lompok yang melakukan presentasi berpikir sosiologi yang telah mereka terima menjadi
secara kritis pula. Kelompok yang di depan sebuah pertanyaan kritis yang cukup mem-
kelas memiliki kepentingan mempertahan- banggakan diri siswa. Bentuk inovasi pem-
kan keberadaan kelompok mereka dengan belajaran itulah yang menjadikan sosiologi
menjawab pertanyaan kritis itu secara kritis tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran
pula. Situasi kelas yang hidup menunjukkan yang membosankan, jauh dari makna kehi-
mereka menikmati pengalaman tersebut. dupan sehari-hari siswa. Melalui pembela-
Terkadang bahkan kelompok pendengar jaran mengajukan pertanyaan kritis konsep-

97
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

konsep sosiologi semakin lebih nyata bagi kultural.


siswa. Disitulah nanti ketika siswa telah ma-
Bagian lain yang penulis coba laku- suk ke dalam pengalaman eksplorasi, mereka
kan dalam rangka memberikan pengalaman akan menemukan berbagai macam foto yang
pada siswa dalam kelas Sosiologi adalah terkait dengan topik pembelajaran. Foto-foto
dengan mengajak mereka bereksplorasi me- yang mereka temukan akan meninggalkan
lalui media internet. Hal ini tentunya dapat kesan tersendiri dalam diri masing-masing
dilakukan mengingat saat ini masyarakat murid. Seperti yang dikatakan oleh Ratna
telah banyak menggunakan media internet dalam tulisannya yang berjudul Mata Hu-
untuk menggali informasi. Tujuan kegiatan manis Julian bahwa foto menjadi bermakna
ini adalah menjadikan eksplorasi sebagai ketika ia mampu memunculkan relasi bagi
sebuah kesenangan siswa yang menjembata- yang melihatnya, yang tentunya sangat indi-
ni mereka untuk selalu memiliki rasa ingin vidual.
tahu. Dalam prakteknya, saat siswa mene-
Dalam sebuah pembelajaran, eksplora- mukan banyak informasi lewat artikel, acap-
si merupakan hal yang penting. Seperti yang kali mereka tidak mengerti beberapa bagian
dikatakan Ianni dalam pendapatnya, tertentu sebab informasi itu merupakan hal
baru untuk mereka. Di situlah kemudian pe-
And yet, if we consider learning as essenti- ran guru akan memberikan pengertian yang
ally an exploration of alternatives, and one lebih dalam atas apa yang sudah diperoleh
of the functions of teaching as the economi- siswa. Lalu manggut-manggutlah mereka
zing of random activity in such choice, then dan sesekali berkata ”oooooo”. Menarik
any attempt to encourage such exploration bukan? Lebih lanjut, penulis dapat melihat
through the art of teaching must take into bagaimana siswa dalam kelompok masing-
account the fact that the prospensity to ex- masing memiliki kesan terhadap gambar-
plore is heavily conditioned by the cultural gambar yang mereka peroleh dengan cara
context within which it takes place (Ianni, meminta mereka menceritakan tiap gambar
dalam Wax, M.L., 1971:122). temuan mereka secara berkelompok.
Adapun kemampuan mereka untuk
Oleh karenanya, guru harus membuat menganalisa artikel-artikel yang ada dinilai
variasi cara yang dapat diberikan kepada dengan cara melihat sejauh mana mereka
siswa untuk dapat memiliki pengalaman mampu mengulas artikel tersebut dengan
bereksplorasi. Dalam pembelajaran Sosio- cara menceritakannya kembali, mengait-
logi yang penulis lakukan bersama siswa, kannya dengan topik pembelajaran dan lalu
salah satunya adalah dengan cara eksplorasi mengajukan pertanyaan kritis atas apa yang
gambar/ foto dan eksplorasi artikel terkait mereka temukan. Apabila hal tersebut dila-
dengan tema-tema tertentu dalam pembela- kukan secara berkelompok maka terasa hi-
jaran. Kegiatan ini dapat dilakukan secara dup pengalaman pembelajaran yang mereka
berkelompok sehingga memungkinkan siswa miliki sebab satu orang dapat menambahkan
untuk saling berinteraksi dan berdiskusi. pendapatnya untuk memperkuat pendapat
Sebagai contoh, hal ini pernah penulis teman mereka dalam satu kelompok.
lakukan dalam pembelajaran dengan topik Dalam perjalanannya, kemampu-
“Masyarakat Multikultural”. Pada bagi- an anak untuk mengeksplorasi artikel dan
an ketika murid-murid harus mempelajari gambar/ foto bisa dikembangkan dengan
faktor-faktor yang menghambat terciptanya mengajak mereka untuk membuat film se-
masyarakat multikultur, penulis membagi cara sederhana lewat media windows movie
mereka dalam kelompok-kelompok. Setelah maker. Hal ini pernah penulisberikan kepa-
itu penulis minta agar tiap-tiap kelompok da siswa kelas XI Ilmu Sosial ketika mereka
mencari gambar-gambar dan contoh-contoh mempelajari Masyarakat Multikultural. Me-
kasus terkait dengan beberapa faktor yang reka memiliki kesempatan untuk membuat
menghambat terciptanya masyarakat multi- film sederhana yang menggambarkan kehi-

98
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

dupan sosial-budaya masyarakat Indonesia mendapat kesempatan untuk menonton film.


dari beberapa suku bangsa. Bagian ini digemari oleh mereka karena hal
Mereka mencari gambar-gambar dari ini membuat mereka merasa lebih rileks. Le-
internet, lalu mencari dan menganalisis ar- wat film, mereka tidak melulu mempelajari
tikel-artikel terkait dengan kebudayaan suku topik-topik pelajaran dengan teori-teori yang
bangsa tersebut. Kemudian mereka mengo- tersusun di buku paket mereka namun me-
lahnya sehingga terciptalah film sederhana reka bisa memperkaya pemahaman mereka
buatan mereka yang diiringi lagu-lagu da- lewat jalinan cerita yang ada dalam film ter-
erah hasil pencarian mereka dari internet sebut. Tentunya, pengalaman menonton film
pula. Sungguh pengalaman yang dimaknai tersebut tidak semata-mata hanya menonton
oleh siswa sebagai sesuatu yang menyenang- dan dibiarkan berlalu begitu saja.
kan. Apalagi bila guru memberikan apresiasi Seperti yang disampaikan oleh Tjas-
dengan memuji hasil kerja mereka. madi (2008:44), bahwa fungsi film setidak-
Sejalan dengan pembelajaran CTL, nya dapat dibedakan menjadi 3 hal, yaitu
eksplorasi merupakan bentuk lain dari pro- film sebagai medium ekspresi seni peran, hal
ses inkuiri (inquiry). Dalam inkuiri pengeta- ini erat hubungannya dengan seni; film seba-
huan dan keterampilan yang diperoleh siswa gai tontonan yang bersifat dengar-pandang
diharapkan bukan hasil mengingat seperang- (audio visual), dengan sendirinya berhubun-
kat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan gan dengan seni; dan film sebagai piranti
sendiri. Eksplorasi yang dilakukan penulis menyampaikan pesan apa saja yang bersifat
dengan mengarahkan siswa menggali infor- dengar pandang, oleh karenanya film berkai-
masi melalui gambar/ foto dan artikel me- tan erat dengan informasi. Selain itu film me-
lalui media internet merupakan cara yang rupakan media yang dipakai sebagai saluran
penulis lakukan untuk siswa menemukan (channel) untuk menyampaikan suatu pesan
sendiri materi yang diajarkan. Dalam ke- (message) atau informasi dari suatu sumber
giatan eksplorasi ini, siswa telah melakukan (resource) kepada penerimanya (receiver) (Yu-
kegiatan: 1) observasi (observation), mereka wono, 2008).
mencari gambar/ foto dan artikel yang sesu- Dalam hal ini, penulis menggunakan
ai dengan materi; 2) bertanya (questioning), pijakan pada fungsi yang ketiga. Hal terse-
mereka mengajukan pertanyaan kepada but kemudian dilakukan dengan cara mem-
diri mereka sendiri, apakah gambar/ foto berikan beberapa petunjuk yang akan men-
dan artikel sudah sesuai dengan kebutuhan jadi pedoman bagi siswa untuk menganalisa
yang akan mereka analisakan sebagai penge- bagian-bagian mana yang perlu dicermati
tahuan awal dari materi yang akan mereka dalam film yang diputar, untuk kemudian
pelajari; 3) Mengajukan dugaan (hyphotesis), dianalisa dengan menggunakan kerangka
tahapan bertanya sudah dilakukan, selanjut- pemikiran yang mereka dapatkan lewat topik
nya mereka akan melakukan tahapan pem- pembelajaran tertentu. Misalnya ketika pe-
belajaran tuingkat tinggi yaitu mendialek- nulis mengajak murid-murid kelas XII Ilmu
tikan dengan mempertanyakan fenomena Sosial menonton video dokumenter Unicef
pada gambar/ foto dan artikel melalui pem- untuk Jogja, penulis mengajak mereka untuk
buatan hipotesis; 4) Pengumpulan data (data melihat tentang beberapa perubahan sosial
gathering), dilakukan oleh mereka dengan yang ada.
mencari sumber-sumber bacaan yang dapat Setelah film tersebut selesai diputar,
dijadikan rujukan untuk menjawab hipotesis penulis meminta mereka untuk mendeskrip-
yang mereka ajukan; 5) Penyimpulan (con- sikan kembali apa yang mereka lihat lewat
clusion), tahap ini dilakukan setelah kegiatan film tersebut dalam bentuk surat. Surat itu
ekplorasi selesai dilakukan, tahap konfirmasi ditujukan kepada seseorang yang mereka
dilakukan secara bersama antara siswa dan kasihi sehingga penulis dapat menilai se-
penulis sebagai guru. jauh mana kesan yang mereka tuliskan lewat
Salah satu bagian yang paling disu- tersebut. Di akhir sesi, setelah mereka sele-
kai oleh murid-murid adalah ketika mereka sai menulis surat dan mengumpulkan pada

99
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

Gambar 1. Pemrosesan informasi dari model pembelajaran berupa nonton film

saya, penulis mengajak mereka untuk disku- untuk memiliki pengalaman melakukan pen-
si bersama mengemukakan mengapa terjadi elitian sosial sederhana.
perubahan tersebut dan dampak apa yang Hal tersebut dilakukan secara berke-
diakibatkan, serta menganalisa bentuk peru- lompok. Siswa dalam kelompok masing-
bahan tersebut. masing menentukan topik yang menarik
Walaupun pembelajaran yang dilaku- minat mereka. Kemudian mereka dibimbing
kan penulis terkesan sederhana, namun pem- tahap demi tahap hingga proses penulisan
belajaran ini sejalan dengan teori pemrose- laporan penelitian. Semua itu tentunya den-
san informasi. Teori itu menerangkan alur gan kapasitas mereka sebagai anak Sekolah
pemrosesan, penyimpanan dan pemanggi- Menengah, sehingga hasil penelitian mere-
lan kembali pengetahuan dari otak (Trian- ka tentunya berbeda dengan hasil penelitian
to, 2007). Pemrosesan informasi dari model mahasiswa perguruan tinggi. Bagian terpen-
pembelajaran berupa nonton film dapat di- ting dalam proses penelitian itu adalah siswa
jelaskan melalui Gambar 1 yang diadaptasi memiliki rasa ingin tahu yang terus dikem-
dari sistem pemrosesan informasi Arends bangkan, dan memiliki kreativitas. Terlebih
dalam Trianto (2007). lagi, mereka mengalami perjumpaan dengan
Salah satu bagian yang dipelajari oleh beberapa fenomena sosial yang akan mem-
siswa kelas XII SMA dalam pelajaran sosio- berikan kesan tersendiri kepada mereka.
logi adalah topik “Penelitian Sosial”. Tentu- Berikut ini contoh beberapa topik
nya diperlukan seni tersendiri untuk mem- yang pernah diteliti oleh siswa saya, antara
berikan pengalaman melakukan penelitian lain adalah kuliner Cap Go Meh, Facebook,
sosial kepada siswa kelas XII yang notabene kesiapan siswa dalam menghadapi Ujian
sedang mempersiapkan segenap daya mere- Nasional, Pengemis di Lampu Merah. Hal
ka untuk Ujian Nasional. Akan tetapi hal tersebut sejalan dengan makna pembelaja-
tersebut dapat disiasati dengan memberikan ran cooperative learning. Di mana metode itu
pengalaman yang tidak terlalu rumit dan be- merupakan metode yang dilakukan dengan
rat, dengan pengaturan waktu yang cukup. cara siswa dapat bekerja sama satu dengan
Misalnya, topik pembelajaran yang lain lebih lainnya untuk memahami isi pelajaran dan
dimapatkan sehingga mereka punya “ruang” bekerja sama secara aktif dalam menyelesai-

100
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

kan tugas (Syafri, 2007). membawa siswa untuk membangun dunia


Mata pelajaran Sosiologi merupakan mereka dalam rangka menyadarkan bahwa
salah satu bagian dalam ranah mata pela- diri mereka adalah bagian dari dunia sosial
jaran Ilmu Sosial. Tentunya lewat pelaja- dan berperan untuk memberikan kontribusi
ran Sosiologi ada harapan tersendiri yang sesuai dengan tingkat kedewasaan yang di-
dimungkinkan untuk muncul pada tataran miliki.
anak Sekolah Menengah. Dalam hal ini kita Hal tersebutlah yang oleh Suseno di-
tak dapat memungkiri bahwa mata pelajaran sebutkan dalam dalilnya bahwa kelompok
yang lain juga menjadi bagian dari mata pe- mata pelajaran sosial membantu manusia
lajaran Sosiologi dalam mencapai harapan muda dalam pertumbuhannya untuk melihat
yang dimaksudkan. Seperti yang dikatakan dunianya sebagai Mit-welt dan dirinya sendi-
Suseno dalam kumpulan esainya, ia menu- ri sebagai Mit-sein. Si anak diajak dan dilatih
turkan bahwa mata pelajaran yang lain juga melihat dunia insani sebagai dunia bersa-
membawa siswa ke pandangan tentang du- ma dan dirinya sebagai ada bersama. Meli-
nia sebagai Mit-welt dan tentang dirinya sen- hat dunia sebagai Mit-welt yang seharusnya
diri sebagai Mit-sein. yaitu Mit-welt dimana manusia harus saling
Lebih jauh Suseno menjabarkan bah- mencintai, adil, saling membantu, dan ber-
wa kelompok mata pelajaran sosial harus gotong royong. Dalam kaitannya dengan sis-
membantu siswa dalam prosesnya untuk wa, penulis mulai memikirkan untuk mewu-
menjadi manusia terdidik. Dengan memban- judkan harapan melalui pemberian media
tu dalam memperoleh pengertian yang lebih bagi siswa didik, sehingga mereka memiliki
sempurna mengenai sosialitas, kelompok pengalaman reflektif lewat tulisan-tulisan
mata pelajaran tersebut membantu si anak yang mereka buat sendiri.
didik untuk menjadi manusia yang sadar diri Berbekal pada pengalaman kemampu-
sebagai Mit-sein yang bertanggung jawab un- an berpikir kritis, eksplorasi dan menikmati
tuk Mit-dasein (sesama manusia). film yang sudah mereka miliki, penulis ya-
Pengertian mengenai hal tersebut kin siswa dapat melakukannya. Pada waktu-
memberikan gambaran bagi kita semua bah- nya, mereka akan menjadi manusia-manusia
wa perjalanan pengalaman belajar siswa da- muda yang sudah terlatih untuk menjadi ba-
lam mata pelajaran Sosiologi dengan berba- gian dari dunia dan memberikan kontribusi
gai model kreatif inovatif yang diterpakan yang baik, dimulai dari pelajaran Sosiologi
di atas seharusnya menjadikan pengalaman- di Sekolah Menengah. Kesemuanya meru-
pengalaman reflektif yang mampu mere- pakan usaha menginternalisasi, membentuk
ka miliki atas semua peristiwa sosial yang kembali atau membentuk pengetahuan baru,
dijumpainya. Dalam tataran siswa Sekolah dalam konteks metode pembelajaran inova-
Menengah, penulis yakin itu sudah dapat di- tif hal itu dikenal sebagai metode yang ber-
lakukan. Oleh karenanya, penulis memiliki sifat kontruktivistik. Keyakinan dalam pem-
harapan bahwa dalam proses belajar-men- belajaran konstruktivistik adalah ”you see
gajar Sosiologi di kelas akan dapat menjadi what you understand” (Suhardiyanto, 2009).
jembatan untuk siswa memiliki ketrampilan Bagian-bagian dari model pembelaja-
mengolah rasa lewat kegiatan mengamati ran di atas adalah usaha menciptakan seni
dan menulis. mengajar yang lebih kreatif inovatif dalam
Caranya dapat dilakukan dengan menerapkan komponen-komponen CTL se-
memberikan penugasan kepada siswa untuk perti konstruktivisme, bertanya, dan inkuiri.
membuat catatan harian yang berisi cerita Pengalaman pembelajaran di kelas Sosiolo-
deskriptif dari peristiwa-peristiwa sosial di gi yang penulis lakukan di kelas setidaknya
sekitar mereka. Berawal dari kebiasaan me- memberikan contoh yang lebih aplikatif atau
nulis cerita dari perjumpaan-perjumpaan operasional dalam penerapan ketiga kompo-
itu, siswa kemudian dibimbing untuk me- nen di atas. Komponen CTL tidak hanya
nuliskan refleksi mereka atas perjumpaan dapat dimaknai sebatas definisi dan konsep
itu. Demikian rupa sehingga itu semua akan semata, namun komponen itu dapat menjadi

101
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102

sangat otonom di tangan guru yang kreatif, wa dalam kehidupan sosialnya adalah ba-
maka dari situlah lahir beberapa model seni gian dari yang siswa pelajari dalam konsep
mengajar yang kreatif dan inovatif seperti di sosiologi. Menghadirkan kenyataan atas
atas. Pada akhirnya beberapa hal yang penu- pengalaman kehidupan sehari-hari melalui
lis gambarkan di atas mengantarkan siswa pembelajaran kreatif di atas dalah bagian
secara lebih dekat mencintai mata pelajaran dari memberikan arti bagi siswa untuk men-
sosiologi, inilah penulis katakana sebagai ginternalisasikan pembelajaran sosiologi da-
pembelajaran sosiologi yang menggugah mi- lam kehidupan mereka. Inilah pembelajaran
nat siswa. yang sangat diperlukan agar minat siswa ti-
dak hanya berorientasi pada hasil penilaian
SIMPULAN di kelas, melainkan sebagai bagian atas ke-
sadaran diri untuk ikut serta memahami dan
Mengemas pembelajaran pelajaran berkontribusi pada kenyataan kehidupan so-
Sosiologi di dalam kelas memerlukan suatu sialnya.
upaya tersendiri sehingga siswa dapat me-
miliki minat terhadap pelajaran Sosiologi. DAFTAR PUSTAKA
Menumbuhkan minat pada siswa dapat di-
lakukan dengan memberikan pengalaman- Dewey, J. 2002. Pengalaman dan Pendidikan. Yogyakar-
ta: Kepel Press
pengalaman tertentu pada siswa. Dengan
Goodman, P. 1971. Comments on the Science of
siswa melakukan kerja atas beberapa penu- Teaching dalam Anthropological Perspective on
gasan itu dapat membuat mereka memili- Education. United States Of America: Basic
ki pengalaman yang bermakna yang dapat Books, Inc
membantu mereka untuk menyadari bahwa Ianni, F. A. J. 1971. The Art on the Science of Teach-
ing dalam Anthropological Perspective on Educa-
mereka adalah bagian dari dunia sosial dan tion. United States Of America: Basic Books,
lalu mereka tergugah untuk mulai ikut mem- Inc
berikan kontribusi. Mangunwijaya, Y.B. 2003. Biji Unggul dan Tanah
Pengalaman itu dapat diberikan lewat Tumbuh dalam Impian dari Yogyakarta. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas
memberikan kesempatan untuk bercerita di
Nurkhin, A dan Wahyudi, M. 2008. Merancang Pem-
muka kelas (Vertellen voor de klas), mengaju- belajaran Berbasis Multiple Intellegences: Upaya
kan pertanyaan kritis, eksplorasi artikel dan Memahami Keberagaman Kecerdasan Anak.
gambar/ foto, nonton film, melakukan pen- Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan: 37 (2): 143-
elitian sosial sederhana, dan membuat cata- 151
Rochana, T. 2010. Keberadaan dan Kendala Pembela-
tan harian. Pengalaman-pengalaman yang jaran Antropologi di SMA. Jurnal Komunitas, 2
didisain melalui model pembelajaran seperti (2): 92-99
di atas merupakan format baru yang lebih Suhardiyanto, A. 2009. Peningkatan Kualitas Pendidi-
kreatif dan merangsang siswa untuk masuk kan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Berbasis Konstruktivistik. Jurnal Lembaran Ilmu
dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran
Pendidikan, 38 (1): 68-77
mata pelajaran sosiologi. Syafri, F. 2007. Metode Cooperative Learning sebagai
Cara-cara yang ditempuh di atas ada- salah satu Alternatif Metode Pembelajaran
lah bagian dari pedagogi transformatif yang Membaca dalam Bahasa Inggris. Jurnal Lemba-
lebih operasional dan dapat diterapkan da- ran Ilmu Kependidikan: 36 (2): 124-130
Tjasmadi, J.H.M. 2008. 100 tahun Bioskop di Indonesia.
lam berbagai situasi pembelajaran. Pedagogi Bandung: Megindo Tunggal Sejahtera.
transformatif ini lebih menekan pada pende- Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berori-
katan kritis sehingga melalui pembelajaran entasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
ini siswa menjadi bagian yang terintegral da- Yuwono, A. 2009. Pengembangan Kompetensi Me-
nyimak dengan Model CD Pembelajaran In-
lam proses pembelajaran dan kehidupan so-
teraktif. Jurnal Lembaran Ilmu Pendidikan. 37(2):
sialnya. Pengalaman-pengalaman yang me- 81-90
reka miliki itu diharapkan dapat menggugah Windiahsari. 2009. Penerapan Metode Games dalam
minat siswa terhadap pelajaran Sosiologi. Pengajaran Bahasa Inggris Hukum. Jurnal Lem-
Sesungguhnya apa yang dialami sis- baran Ilmu Pendidikan. 39(2): 162-166

102

Anda mungkin juga menyukai