2300 5088 1 SM
2300 5088 1 SM
JURNAL KOMUNITAS
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas
Hezti Insriani
Abstract
Students often regard Sociology as a boring subject. The subject presents many sociological
theories and concepts students to memorize. Boring method of teaching further makes the
course less attractive to students. Innovative strategy have been used, but in practice the met-
hod is not effective and teachers return to conventional models. This article is written based
on the author’s experience in teaching Sociology among high school students. Based on my
experience, strategies that can be used to create innovative learning include asking critical
questions, exploring articles and pictures / photos, analyzing movies, doing simple research,
and keeping a diary. Through this strategy, constructivist learning is much easier to run. This
method is better able to provide the opportunity for students to develop independent learning
and make students more intensively to understand social reality as a part of his life as well as
the learning materials of sociology.
93
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
94
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
dang mempelajari masyarakat multikultur, sial ia sudah memiliki minat studi yang akan
salah satu bagian dari proses belajar men- ia tempuh di perkuliahan nanti. Perencanaan
gajar waktu itu adalah melihat beragamnya yang ia lakukan adalah dengan cara membu-
beberapa kategori masyarakat di Indonesia. ka situs-situs perguruan tinggi yang memili-
Salah satu kategori yang menjadi jembatan ki program studi sesuai minat studi yang ia
bagi siswa untuk bercerita di depan kelas miliki. Dari situ kemudian ia menentukan
adalah ketika mereka melihat klasifikasi ma- perencanaan.
syarakat Indonesia ditinjau dari segi laju pe- Dari dua contoh kecil di atas kita meli-
rubahan yang tergolong menjadi masyarakat hat bahwa vertellen voor de klas telah membe-
tradisional dan masyarakat modern. Penulis rikan pengalaman bagi siswa untuk melihat
minta siswa untuk menyimak baik-baik ciri- ke dalam diri mereka sendiri. Kemudian me-
ciri masyarakat modern. Setelah itu penulis reka secara individual mampu menceritakan
minta mereka untuk merenungkan dan me- keberadaan diri mereka di hadapan teman-
lihat diri mereka sendiri serta mengkaitkan temannya. Bukankah ini sebuah pengalaman
keberadaan mereka dengan ciri-ciri masya- sosial yang menarik, di mana setiap anak
rakat modern tersebut. Penulis minta mere- harus menepiskan rasa malu mereka dan
ka menceritakan diri mereka apakah mere- berinteraksi dengan teman-teman mereka
ka modern atau tidak, dengan memberikan di depan kelas dengan cara bercerita. Kelas
bukti atas apa yang mereka ceritakan. akan menjadi hidup karena pengalaman itu
Dalam pikiran penulis, tentunya itu dekat dengan kehidupan mereka. Sementara
bukanlah hal yang sulit bagi siswa kelas XI itu, nilai-nilai kehidupan yang ingin diajar-
untuk bercerita di depan kelas. Akan tetapi kan guru kepada siswa dapat dengan mudah
kemudian penulis menyadari bahwa ternyata diberikan dengan cara memberi umpan balik
mereka masih perlu berlatih untuk bercerita dari tiap cerita yang dikemukakan. Apalagi
secara runtut, berani, dan tanpa malu-malu. bila kelas terasa dalam atmosfir bahagia atas
Oleh karenanya, penulis kemudian membe- cerita-cerita lucu dari teman-teman mereka,
rikan respon yang berbeda untuk tiap-tiap disitulah pembelajaran nilai-nilai kehidupan
siswa atas apa yang mereka ceritakan di de- yang diberikan oleh guru akan dengan san-
pan kelas. gat mudah diterima oleh siswa sebab mereka
Vertellen voor de klas terbukti dapat dalam suasana bahagia tertawa.
membangun rasa percaya diri siswa. Mereka Pembelajaran vertellen voor de klas juga
menceritakan hal-hal yang menjadi kebang- merupakan bentuk lain dari komponen-kom-
gaan mereka. Seperti misalnya ketika Puput ponen pembelajaran Contextual Teaching and
menceritakan bahwa dirinya adalah anak Learning yaitu konstruktivisme. Cerita-cerita
yang modern karena ia tidak bergantung siswa dari pengungkapan pengalaman kehi-
pada nasib. Ia menceritakan bahwa ia tidak dupan sosialnya adalah bagian pembelajaran
menggantungkan diri pada uang saku pem- kontekstual. Pembelajaran kontekstual terja-
berian orang tuanya. Ia menceritakan bahwa di ketika siswa menerapkan dan mengalami
untuk membeli kado ulang tahun teman-te- apa yang sedang diajarkan dengan mengacu
mannya yang mulai sering dirayakan karena pada masalah-masalah dunia nyata yang ber-
mereka berusia 17 tahun, maka Puput mela- hubungan dengan peran dan tanggung jawab
kukannya dengan cara ia membuat kerajinan mereka sebagai anggota keluarga, masyara-
tangan yang ia jual kepada teman-temannya. kat, siswa dan lainnya (Trianto, 2007).
Baginya, hal itu merupakan sebuah hal yang Pengalaman seperti inilah yang se-
pantas ia banggakan sebagai manusia mo- sungguhnya merupakan pembelajaran yang
dern. bermakna bagi siswa. Model vertellen voor
Lain halnya dengan Marcella. Cerita de klas membantu siswa mengkonstruksi-
yang ia sampaikan di depan kelas adalah ce- kan pengalaman kehidupan kesehariannya
rita yang menunjukkan bahwa ia adalah seo- di masyarakat dengan mengkaitkan konsep
rang modern karena memiliki perencanaan. dari materi yang sedang dipelajarinya. Le-
Ia menceritakan bahwa di kelas XI Ilmu So- bih lanjut siswa akan dapat merasakan lebih
95
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
nyata konsep-konsep sosiologi yang dipela- gunwijaya, 2003: 204).
jarinya dalam kehidupan sehari-hari, dengan Terdorong oleh pengertian-pengertian
kata lain konsep yang terlihat abstrak men- itu kemudian penulis memiliki keinginan
jadi lebih konkrit dipahami oleh siswa. Mo- untuk membiasakan siswa memiliki kemam-
del pembelajaran vertellen voor de klas dapat puan dan kebiasaan untuk mengemukakan
dipakai sebagai salah satu cara mendekatkan pertanyaan kritis dalam pembelajaran So-
materi sosiologi dalam diri siswa, dengan siologi. Awalnya, penulis mendapati siswa
menghadirkan kenyataan-kenyataan sosial tampak terasa canggung dan tak biasa untuk
yang dikonstruksikan oleh siswa sendiri. mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis.
Proses pembelajaran ini lebih diwarnai den- Namun, dengan upaya-upaya tertentu, pada
gan proses pembelajaran yang terpusat pada akhirnya mereka mulai terbiasa untuk berani
siswa (student centered) daripada berpusat merumuskan dan mengemukakan pertany-
pada guru (teacher centered). aan-pertanyaan mereka sendiri. Upaya itu
Dalam tulisannya yang berjudul “Com- penulis awali dengan cara menerapkan bebe-
ments on the Science of Teaching” dalam buku rapa taktik. Salah satu taktik yang kemudian
Anthropological perspectives on education, Good- penulis pakai adalah dengan memberikan ti-
man mengatakan bahwa: ket istirahat/ tiket pulang.
Seperti layaknya menonton bioskop
To learning, the child brings: exploring, maka seseorang akan diperbolehkan masuk
questions, aping, taking part, coping, and apabila dia membawa tiket tersebut. Demiki-
sociability. “Teachers” can meet the child an pula dengan tiket istirahat/ tiket pulang,
by answering questions, making the envi- maka siswa hanya akan diperbolehkan isti-
ronment fairly safe and copable, making rahat atau pulang setelah semua anak mem-
it authentic and relevant to the child’s life, berikan tiket itu. Akan tetapi tiket itu tidak
providing good personal models, and being berupa kertas kosong semata, melainkan se-
sociable (Goodman dalam Wax, Muray cara verbal ataupun tertulis masing-masing
L, 1971:118). siswa mengemukakan pertanyaannya. Per-
tanyaan kritis atas apa yang ia renungkan
Dari situ kita melihat bahwa dalam se- setelah mengikuti pelajaran dengan topik
buah pembelajaran, diperlukan pula adanya tertentu.
sebuah daya eksplorasi dengan cara berta- Metode game sangat berpengaruh
nya, sebab dengan demikianlah seorang guru karena menghibur sekaligus memberikan
dapat “bertemu” dengan muridnya dalam tantangan. Lee, berpendapat bahwa sebuah
berbagai keunikan pertanyaan yang diajukan game seharusnya tidak dianggap sebagai ak-
oleh siswa. tivitas marginal mengisi waktu kosong keti-
Senada dengan hal itu, Mangunwija- ka guru atau kelas tidak punya sesuatu yang
ya dalam artikelnya yang berjudul “Terima lebih baik untuk dilakukan (Windiahsari,
Kasih, Pak Fuad Hassan” dalam buku Impi- 2009). Dalam perjalanannya, di kelas yang
an dari Yogyakarta mengatakan bahwa da- penulis ampu, metode mengemukakan per-
lam segala situasi, entah ideal atau tidak, di tanyaan kritis sebagai tiket istirahat/ pulang
metropol maupun di pelosok, dalam zaman sangatlah efektif diterapkan. Bila penulis
serba berubah cepat dengan segala simpang- berkata lantang “siapa yang mau istirahat?”
siur norma dan fenomenanya, sang siswa mereka akan menjawab serentak sambil
harus begitu dibekali, sehingga ia menjadi mengangkat tangan mereka “saya…….” Hal
manusia yang suka bertanya, yang eksplo- tersebut kemudian akan penulis sambung
ratif, yang didampingi agar suka ingin tahu, dengan berujar ”baiklah, sebagai tiket istira-
suka mencari, dan mahir merumuskan perta- hat, semua anak mengemukakan pertanyaan
nyaan-pertanyaan. Bukan pertanyaan orang kritis terlebih dahulu. Penulis beri waktu ber-
dan pihak lain, tetapi pertanyaan-pertanyaan pikir lima menit kemudian satu persatu men-
yang otentik asli hingga dalam hatinya dan gemukakan pertanyaannya!”
yang relevan bagi situasi dia sendiri, (Man- Tiket pulang atau tiket istirahat den-
96
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
gan mengemukakan pertanyaan kritis san- benar-benar mengemukakan pertanyaan-
gatlah manjur untuk memancing anak ber- pertanyaan yang mendesak sedemikian rupa
pikir. Sebab siapakah yang tak ingin segera sehingga mereka merasa bangga. Disitulah
istirahat atau pulang? Maka pertanyaan-per- paran guru sebagai mediator dimainkan
tanyaan yang membuncah itu akan dijawab. untuk memberikan pengertian-pengertian
Penulis sebagai gurunya bisa melemparkan tertentu kepada murid. Pembelajaran yang
pertanyaan untuk dijawab oleh siswa-siswa demikian ini sungguh merupakan pedagogi
yang lain. Bahkan, terkadang tak semua per- tranfromasi. Dimana guru menciptakan situ-
tanyaan bisa dibahas dalam waktu itu juga. asi belajar yang membuat siswa lebih kritis
Tak mengapa, sebab pertemuan selanjutnya dan meninggalkan tradisi dengar baca tulis
masih ada. Setiap siswa menunjukkan kebe- yang secara konvensional membuat pembe-
radaan mereka dengan pertanyaan yang ber- lajaran berjalan searah.
beda-beda. Ada yang sederhana, ada yang Salah satu komponen pembelajaran
kompleks. Hal tersebut membuat mereka kontekstual, juga menggunakan cara ini,
memiliki pengalaman untuk merumuskan yaitu questioning (bertanya). Konsep ini ber-
pertanyaan-pertanyaan. tujuan untuk membantu guru mengkaitkan
Setelah mereka terbiasa mengemuka- antara meteri yang diajarkannya dengan si-
kan pertanyaan kritis melalui media tiket tuasi dunia nyata siswa dan mendorong sis-
istirahat/ pulang, penulis mencoba memodi- wa membuat hubungan antara pengetahuan
fikasi kemampuan mengajukan pertanyaan yang dimilikinya dengan penerapannya da-
kritis tersebut secara berkelompok. Ini ada- lam kehidupan mereka sehari-hari (Trianto,
lah taktik kedua yang penulis lakukan untuk 2007). Model pembelajaran mengajukan per-
membiasakan mereka bertanya secara kritis tanyaan kritis dalam sebuah pembelajaran
baik secara individu maupun kelompok. Se- CTL yang produktif, sebagaimana yang di-
cara teknis hal ini dilakukan dengan cara katakan oleh Trianto (2007) berguna untuk:
membagi siswa secara berkelompok dalam 1. Menggali informasi akademik siswa, 2.
pembahasan sub-sub topik yang berbeda- Mengecek pemahaman siswa, 3. Membang-
beda. Tiap-tiap kelompok tersebut bertugas kitkan respon kepada siswa, 4. Mengetahui
untuk mempresentasikan tiap bahan yang sejauhmana keingintahuan siswa, 5.Menge-
berbeda. Karena tiap kelompok memiliki tahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6.
bahan presentasi yang berbeda, maka kelom- Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu
pok yang tidak melakukan presentasi wajib yang dikehendaki guru, 7. Membangkitkan
memperhatikan kelompok yang presentasi lebih banyak pertanyaan dari siswa, 8. Me-
di depan. Kelompok yang tidak melakukan nyegarkan kembali pengetahuan siswa.
presentasi wajib mengemukakan pertanyaan Sekali lagi, model pembelajaran men-
kritis pada kelompok yang melakukan pre- gajukan pertanyaan kritis menjadi salah satu
sentasi. Sementara kelompok yang melaku- cara menyegarkan pembelajaran sosiologi.
kan presentasi wajib memberikan jawaban Dalam pembelajaran ini siswa kembali dia-
sesuai dengan kemampuan mereka. jak untuk aktif dan fokus pada arus pertany-
Cara tersebut cukup seru dilakukan se- aan yang deras mengalir di dalam kelas. Mau
cara berkelompok, sebab biasanya kelompok tidak mau akan muncul dorongan dalam diri
pendengar ingin mengemukakan pertanyaan siswa untuk merangkaikan kaa-kata dengan
yang berkualitas yang dapat membuat ke- situasi sosial sehari-hari ditambah konsep
lompok yang melakukan presentasi berpikir sosiologi yang telah mereka terima menjadi
secara kritis pula. Kelompok yang di depan sebuah pertanyaan kritis yang cukup mem-
kelas memiliki kepentingan mempertahan- banggakan diri siswa. Bentuk inovasi pem-
kan keberadaan kelompok mereka dengan belajaran itulah yang menjadikan sosiologi
menjawab pertanyaan kritis itu secara kritis tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran
pula. Situasi kelas yang hidup menunjukkan yang membosankan, jauh dari makna kehi-
mereka menikmati pengalaman tersebut. dupan sehari-hari siswa. Melalui pembela-
Terkadang bahkan kelompok pendengar jaran mengajukan pertanyaan kritis konsep-
97
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
98
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
99
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
saya, penulis mengajak mereka untuk disku- untuk memiliki pengalaman melakukan pen-
si bersama mengemukakan mengapa terjadi elitian sosial sederhana.
perubahan tersebut dan dampak apa yang Hal tersebut dilakukan secara berke-
diakibatkan, serta menganalisa bentuk peru- lompok. Siswa dalam kelompok masing-
bahan tersebut. masing menentukan topik yang menarik
Walaupun pembelajaran yang dilaku- minat mereka. Kemudian mereka dibimbing
kan penulis terkesan sederhana, namun pem- tahap demi tahap hingga proses penulisan
belajaran ini sejalan dengan teori pemrose- laporan penelitian. Semua itu tentunya den-
san informasi. Teori itu menerangkan alur gan kapasitas mereka sebagai anak Sekolah
pemrosesan, penyimpanan dan pemanggi- Menengah, sehingga hasil penelitian mere-
lan kembali pengetahuan dari otak (Trian- ka tentunya berbeda dengan hasil penelitian
to, 2007). Pemrosesan informasi dari model mahasiswa perguruan tinggi. Bagian terpen-
pembelajaran berupa nonton film dapat di- ting dalam proses penelitian itu adalah siswa
jelaskan melalui Gambar 1 yang diadaptasi memiliki rasa ingin tahu yang terus dikem-
dari sistem pemrosesan informasi Arends bangkan, dan memiliki kreativitas. Terlebih
dalam Trianto (2007). lagi, mereka mengalami perjumpaan dengan
Salah satu bagian yang dipelajari oleh beberapa fenomena sosial yang akan mem-
siswa kelas XII SMA dalam pelajaran sosio- berikan kesan tersendiri kepada mereka.
logi adalah topik “Penelitian Sosial”. Tentu- Berikut ini contoh beberapa topik
nya diperlukan seni tersendiri untuk mem- yang pernah diteliti oleh siswa saya, antara
berikan pengalaman melakukan penelitian lain adalah kuliner Cap Go Meh, Facebook,
sosial kepada siswa kelas XII yang notabene kesiapan siswa dalam menghadapi Ujian
sedang mempersiapkan segenap daya mere- Nasional, Pengemis di Lampu Merah. Hal
ka untuk Ujian Nasional. Akan tetapi hal tersebut sejalan dengan makna pembelaja-
tersebut dapat disiasati dengan memberikan ran cooperative learning. Di mana metode itu
pengalaman yang tidak terlalu rumit dan be- merupakan metode yang dilakukan dengan
rat, dengan pengaturan waktu yang cukup. cara siswa dapat bekerja sama satu dengan
Misalnya, topik pembelajaran yang lain lebih lainnya untuk memahami isi pelajaran dan
dimapatkan sehingga mereka punya “ruang” bekerja sama secara aktif dalam menyelesai-
100
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
101
Hezti Insriani / Komunitas 3 (1) (2011) : 92-102
sangat otonom di tangan guru yang kreatif, wa dalam kehidupan sosialnya adalah ba-
maka dari situlah lahir beberapa model seni gian dari yang siswa pelajari dalam konsep
mengajar yang kreatif dan inovatif seperti di sosiologi. Menghadirkan kenyataan atas
atas. Pada akhirnya beberapa hal yang penu- pengalaman kehidupan sehari-hari melalui
lis gambarkan di atas mengantarkan siswa pembelajaran kreatif di atas dalah bagian
secara lebih dekat mencintai mata pelajaran dari memberikan arti bagi siswa untuk men-
sosiologi, inilah penulis katakana sebagai ginternalisasikan pembelajaran sosiologi da-
pembelajaran sosiologi yang menggugah mi- lam kehidupan mereka. Inilah pembelajaran
nat siswa. yang sangat diperlukan agar minat siswa ti-
dak hanya berorientasi pada hasil penilaian
SIMPULAN di kelas, melainkan sebagai bagian atas ke-
sadaran diri untuk ikut serta memahami dan
Mengemas pembelajaran pelajaran berkontribusi pada kenyataan kehidupan so-
Sosiologi di dalam kelas memerlukan suatu sialnya.
upaya tersendiri sehingga siswa dapat me-
miliki minat terhadap pelajaran Sosiologi. DAFTAR PUSTAKA
Menumbuhkan minat pada siswa dapat di-
lakukan dengan memberikan pengalaman- Dewey, J. 2002. Pengalaman dan Pendidikan. Yogyakar-
ta: Kepel Press
pengalaman tertentu pada siswa. Dengan
Goodman, P. 1971. Comments on the Science of
siswa melakukan kerja atas beberapa penu- Teaching dalam Anthropological Perspective on
gasan itu dapat membuat mereka memili- Education. United States Of America: Basic
ki pengalaman yang bermakna yang dapat Books, Inc
membantu mereka untuk menyadari bahwa Ianni, F. A. J. 1971. The Art on the Science of Teach-
ing dalam Anthropological Perspective on Educa-
mereka adalah bagian dari dunia sosial dan tion. United States Of America: Basic Books,
lalu mereka tergugah untuk mulai ikut mem- Inc
berikan kontribusi. Mangunwijaya, Y.B. 2003. Biji Unggul dan Tanah
Pengalaman itu dapat diberikan lewat Tumbuh dalam Impian dari Yogyakarta. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas
memberikan kesempatan untuk bercerita di
Nurkhin, A dan Wahyudi, M. 2008. Merancang Pem-
muka kelas (Vertellen voor de klas), mengaju- belajaran Berbasis Multiple Intellegences: Upaya
kan pertanyaan kritis, eksplorasi artikel dan Memahami Keberagaman Kecerdasan Anak.
gambar/ foto, nonton film, melakukan pen- Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan: 37 (2): 143-
elitian sosial sederhana, dan membuat cata- 151
Rochana, T. 2010. Keberadaan dan Kendala Pembela-
tan harian. Pengalaman-pengalaman yang jaran Antropologi di SMA. Jurnal Komunitas, 2
didisain melalui model pembelajaran seperti (2): 92-99
di atas merupakan format baru yang lebih Suhardiyanto, A. 2009. Peningkatan Kualitas Pendidi-
kreatif dan merangsang siswa untuk masuk kan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Berbasis Konstruktivistik. Jurnal Lembaran Ilmu
dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran
Pendidikan, 38 (1): 68-77
mata pelajaran sosiologi. Syafri, F. 2007. Metode Cooperative Learning sebagai
Cara-cara yang ditempuh di atas ada- salah satu Alternatif Metode Pembelajaran
lah bagian dari pedagogi transformatif yang Membaca dalam Bahasa Inggris. Jurnal Lemba-
lebih operasional dan dapat diterapkan da- ran Ilmu Kependidikan: 36 (2): 124-130
Tjasmadi, J.H.M. 2008. 100 tahun Bioskop di Indonesia.
lam berbagai situasi pembelajaran. Pedagogi Bandung: Megindo Tunggal Sejahtera.
transformatif ini lebih menekan pada pende- Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berori-
katan kritis sehingga melalui pembelajaran entasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
ini siswa menjadi bagian yang terintegral da- Yuwono, A. 2009. Pengembangan Kompetensi Me-
nyimak dengan Model CD Pembelajaran In-
lam proses pembelajaran dan kehidupan so-
teraktif. Jurnal Lembaran Ilmu Pendidikan. 37(2):
sialnya. Pengalaman-pengalaman yang me- 81-90
reka miliki itu diharapkan dapat menggugah Windiahsari. 2009. Penerapan Metode Games dalam
minat siswa terhadap pelajaran Sosiologi. Pengajaran Bahasa Inggris Hukum. Jurnal Lem-
Sesungguhnya apa yang dialami sis- baran Ilmu Pendidikan. 39(2): 162-166
102