Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING


IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SERTA
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
Di SMP IT DARUT TAQWA PUTRI KELAS VIII

Oleh:
ISNANI FITRI AMINAH (211317039)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

0
A. JUDUL PENELITIAN
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN
LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI
SERTA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Di SMP IT DARUT
TAQWA PUTRI KELAS VIII.

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sekumpulan tentang
objek dan peristiwa alam hasil dari eksperimen para ilmuwan dengan
menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran IPA memiliki hubungan yang
luas dengan kehidupan manusia. Pendidikan IPA di indonesia belum bisa
dikatakan mencapai standar yang diinginkan .1
Pembelajaran IPA memiliki hubungan yang sangat erat dengan
kehidupan manusia. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 ini, siswa di
tuntut untuk terlibat aktif saat pembelajaran. Pembelajaran IPA bertujuan
agar ketika siswa menyelesaikan suatu permasalahan mereka dapat
menggunakan metode ilmiah. Selain itu pendidikan IPA juga mampu
menerapkan nilai-nilai karakter siswa, misalnya rasa ingin tahu, jujur,
toleransi, disiplin, mandiri, peduli sosial, tanggung jawab, kreatif,
komunikatif, gemar membaca serta peduli lingkungan.2

Menurut (ginanjar utari, & muslim, 2015) Dalam kurikulum 2013,


salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki
kemampuan berfikir logis dengan menggunakan konsep IPA untuk
menjelaskan fenomena alam serta siswa mampu untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Proses IPA ini berupa kegiatan
mengamati, menanya, mencoba, menalar, serta mengomunikasikan. 3
Konsep IPA sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep IPA mampu membantu siswa untuk memecahkan masalah yang
ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep sangat
diperlukan dalam hal pemecahan masalah. Pembelajarn IPA tidaklah
1
Anon dkk, ”Remediasi Miskonsepsi Pada Perpindahan Kalor Menggunakan Model Direct
Instruction Berbantuan Media Animasi Di Man",, hal. 1–14
2
Inti Hatun Mardiyah, Tesis: “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Pembelajaran IPA Di MI
Istiqomah Sambas Kabupaten Purbalingga", (Purwokweto: IAIN PURWOKERTO, 2017), hal. 2.
3
Zayyinah dkk, “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Smp Dengan Certainty Of Response Index
( CRI ) Pada Konsep Suhu Dan Kalor”, Science Education National Conference, 2018, hal. 78–
89.

1
hanya sekedar berupa himpunan pengetahuan berupa fakta, prinsip atau
konsep,namun IPA mencangkup proses penemuan dan proses ilmiah.
Pemahaman konsep IPA merupakan aspek yang paling penting
dalam pembejaran IPA. Pemahaman konsep IPA diperoleh bukan hanya
sekedar menghafal materi saja namun berasal dari pembentukan
pengetahuan dari siswa itu sendiri. Yang masih menjadi masalah
pendidikan saat ini yaitu rendahnyanya pemahaman konsep yang dimiliki
siswa. Jika pemahaman konsep salah dapat mengakibatkan siswa
mengalami miskonsepsi sehingga siswa akan kesusahan untuk memahami
konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran hendaknya seorang guru menanamkan konsep
yang benar karena penanaman konsep yang benar mampu menciptakan
mutu pendidikan yang berbobot. Sedangkan penanaman konsep yang salah
akan menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Penanaman konsep yang
salah akan berpengaruh pada konsepsi ilmiah siswa dan akan menyebakan
siswa kesulitan belajar sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa (Pada et al., n.d.). kebanyak siswa hanya menghafal tanpa
memperhatikan konsep sehingga dapat dikatakan siswa hafal konsep
namun siswa tidak paham apa yang dihafalnya tersebut. Belajar yang
hanya menghafal konsep dan teori saja menyebabkan siswa kurang efisien
dalam memahami konsep (basman, 2016) dalam (Pada et al., n.d.).
Dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian perilaku siswa dan
guru. Keterlibatan siswa dan guru merupakan hubungan timbal balik antara
guru dengan siswa untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.
Keberhasilan dalam pembelajaran IPA dipengaruhi banyak faktor salah
satunya yaitu kemampuan guru dalam mengajar. Guru di tuntut untuk
menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Metode
pembelajaran tersebut mampu mengembangkan kreativitas dan motivasi
siswa dan akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga
siswa akan merasa nyaman saat belajar dan dengan begitu tujuan
pembelajaran akan tercapai. Guru hendaknya mampu memilih serta
menerapkan metode yang tepat saat mengajar hal ini diharapkan mampu
memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam belajar sehingga mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam hal memahami konsep serta mampu
meningkatkan hasil belajar siswa (roswita)
Guru sebagai fasilisator harus mampu mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam menerima materi, sehingga guru mampu memilih
metode yang tepat pada proses pembelajaran IPA, sehingga penguasaan
materi pada siswa akan meningkat dan akhirnya akan menumbuhkan
kreativitas siswa saat pembelajaran serta siswa akan berperan aktif di dalam
kelas (roswita)

2
Dalam pembelajaran kurikulum 2013 ini siswa dituntut untuk terlibat
aktif saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran IPA bertujuan kagar
ketika siswa menyelesaikan masalah mereka dapat menggunakan metode
ilmiah. Selain itu dalam pendidikan IPA juga mampu menerapkan nilai-nilai
karakter siswa, misalnya rasa ingin tahu, jujur, toleransi, disiplin, mandiri,
peduli sosial, tanggung jawab, kreatif, komunikatif, gemar membaca serta
peduli lingkungan (Mardiyah et al., 2017)

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana efektifitas pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran Children Learning In Education (CLIS) Terhadap
Resuksi Miskonsepsi Serta meningkatkan Kreativitas siswa kelas VIII
di SMPIT Darut Taqwa Putri Kelas VIII?
2. bagaimana aktivitas siswa selama menerapkan Model Pembelajaran
Children Learning In Education (CLIS) Terhadap Resuksi
Miskonsepsi Serta Meningkatkan Kreativitas Siswa kelas VIII ?
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Children Learning In
Education (CLIS) Terhadap Resuksi Miskonsepsi Serta meningkatkan
kreativitas Siswa Kelas VIII Di SMP IT Darut Taqwa Putri?

D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan menggunakan
model Pembelajaran Children Learning In Education (CLIS) Terhadap
Resuksi Miskonsepsi Serta Kreativitas Siswa Kelas VIII Di SMP IT
Darut Taqwa Putri?
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama menerapkan Model
Pembelajaran Children Learning In Education (CLIS) Terhadap
Resuksi Miskonsepsi Serta Kreativitas Siswa Kelas VIII Di SMP IT
Darut Taqwa Putri?

3. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan model pembelajaran clis dan bisa
menjadi bahan kajian lebih lanjut
1. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk menambah wawasan mengenai
model pembelajaran CLIS untuk menambah mutu pendidikan
2. Bagi guru, untuk menambah pengetahuan tentang memilih dan
menggunakan model yang tepat saat mengajar, salah satu odel yang bisa

3
digunakan untuk mereduki miskonsepsi serta meningkatkan hasil belajar
siswa adalah dengan model clis

Bagi siswa memberikan pengalaman kpada siswa, siswa terlibat aktif


saat pelajaran, mampu mengungkapkan idenya, mampu memahami konsep
serta meningkatkan hasil belajar.

4. BATASAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, agar penyusunan tidak
menyimpang dari pembahasan serta menghindari adanya kesalahan dalam
pembahasan. Maka dibuatlah batasan masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Children learning in science
(CLIS) yang menekankan pembelajaran memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif saat pembelajaran serta menciptakan suasana
belajar yang nyaman dan menyenangkan dan diharapkan siswa mampu
mereduksi dan meningkatkan kreativitas siswa.

2. LANDASAN TEORI
1. Penelitian Terdahulu yang Relevan
a. Berdasarkan penelitian dalam tesis Umi Salamah tahun 2015 dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran CLIS Terhadap Pembenahan
Miskonsepsi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI MI Al-Hidayah Wajak
Malang, 2015” diketahui bahwa model pembelajaran CLIS mampu
membenahi miskonsepsi dan hasil belajar IPA siswa kelas IV. Dalam
penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas IV MI Al-Hidayah
yang terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas IV A yang berjumlah 27 siswa sebagai
kelompok kontrol dan kelas IV B yang berjumlah 27 siswa sebagai kelompok
eksperimen, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 54 siswa. Data
penelitian diperoleh melalui tes dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t yang sebelumya
dilakukan uji normalitas data. Data yang diperoleh 10 menunjukkan model
CLIS mampu membenahi miskonsepsi pada siswa kelas VI pada materi
struktur tumbuhan. Hal ini dapat di lihat dari perubahan pemahaman konsep
dan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran CLIS memperoleh nilai lebih tinggi di banding yang tidak
menggunakan model pembelajaran CLIS.

b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali Ismail M.Pd


tahun 2006 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Children
Learning In Science (CLIS) Berbantuan Multimedia Untuk

4
Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA”, dalam
penelitian ini menggunakan metode Quasi eksperimen (eksperimen
semu) dan deskriptif. Desain eksperimen yang digunakan adalah “The
randomizedPretest-Posttest control group design” dimana penentuan
kelas kontrol dan eksperimen dilakukan secara acak perkelas dengan
menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah
dilakukan tentang model pembelajaran children learning in science
(CLIS) pada pembelajaran fluida statis untuk mengembangkan
keterampilan proses sains dan penguasaan konsep konsep dapat
disimpulkan bahwa Model Pembelajaran CLIS secara signifikan dapat
lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi fluida statis
dibandingkan dengan model pembelajaran konvension.

c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut


Arisantiani, Made Putra, Ni Nyoman Ganing tahun 2017 dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Childrens Learning In Science (CLIS)
Berbantuan Media Lingkungan Terhadap Kompetensi Pengetahuan
IPA” yang diketahui bahwa dengan menerapkan Model Pembelajaran
CLIS Berbantuan Media Lingkungan mampu meningkatkan
kompetensi pengetahuan IPA. Jenis penelitian adalah eksperimen
semu (quasi eksperimental design). Dalam rancangan ini, ada dua
kelompok subjek, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen. Pada
rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor post-test saja.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SD Gugus Gugus
Yos Sudarso, Kecamatan Denpasar Selatan, yang terdiri dari 8 kelas
dalam 5 sekolah. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 311 siswa.
Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Teknik
pengumpulan data mengunakan metode tes.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
statistik deskriptif dan statistik inferensial. Berdasarkan nilai akhir
kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran CLIS berbantuan media lingkungan
diperoleh rata-rata sebesar 76,02 berada pada kategori baik sedangkan
rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional sebesar 69,43 berada pada kategori cukup.
Dari perbandingan ini, maka H0 ditolak yang artinya terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
CLIS berbantuan media lingkungan dengan kelompok siswa yang

5
dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV SD Gugus Yos Sudarso Kecamatan Denpasar Selatan

d. Berdasarkan penelitian jurnal Wyn. Adi Wardana, Nym.


Kusmariyatni, Kd. Suartama dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil
Belajar IPA Kelas IV SD di Gugus VI Kecamatan Sawan”
menunjukkan bahwa model pembelajaran CLIS mampu meningkatkan
hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini menggunakan
rancangan post-test only control design. Populasi yang digunakan
adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar di Gugus VI Kecamatan
Sawan Kabupaten Buleleng yang terdiri dari 6 kelas.
Teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling
dengan menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model CLIS dan
kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model
konvensional. Pengumpulan data hasil belajar IPA digunakan metode
tes. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini, adalah uji-t sampel independent (tidak
berkorelasi).
Berdasarkan analisis data pembelajaran CLIS menghasilkan
dua kesimpulan yaitu pertama, hasil belajar IPA pada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa
nilai mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus
(M>Md>Mo) atau 15,19 > 14,2 > 13,17, sehingga data termasuk pada
distribusi juling positif yang berarti sebagian besar skor hasil belajar
IPA cendrung rendah. Kedua, hasil belajar IPA pada siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Children Learning In
Science (CLIS) menunjukkan bahwa nilai modus lebih besar dari
median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M) atau 22,5 >
20,8 > 20,14, sehingga data termasuk pada distribusi juling negatif
yang berarti sebagian besar skor hasil belajar IPA cendrung tinggi.
e. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Melati
Sukma, Arifin Muslim, Pamujo tahun 2019 dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model
Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)”, menunjukkan
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran CLIS mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Desain penelitian yang digunakan
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri

6
4 Kotayasa semester 2 tahun ajaran 2018/2019. Subjek penelitian
adalah seluruh peserta didik kelas V yang berjumlah 24 peserta didik.
Teknik dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik tes dan
teknik non tes. Berdasarkan dari hasil data data yang sudah diperoleh
dari hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan selama
dua siklus dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V
Tema 8 Sub tema 2 dengan menggunakan model CLIS menunjukan
hasil yang diharapkan. Hasil dari penelitian selama dua siklus ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model CLIS dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif, terbukti
dari hasil perolehan ketuntasan hasil belajar.
Hasil evaluasi peserta didik mengalami peningkatan dari siklus
I ke siklus II. Persentase ketuntasan temasuk dalam kategori sangat
baik dan mencapai ketuntasan indikator keberhasilan. Pada ranah
afektif, siklus I persentase ketuntasan belajar termasuk kriteria baik
dan pada siklus II presentase ketuntasan termasuk kriteria sangat baik
dan memenuhi indikator kriteria keberhasilan. Pembelajaran dengan
menggunakan model CLIS pada hasil belajar peserta didik ranah
psikomotor mengalami peningkatan, dilihat pada siklus I presentase
ketuntasan belajar termasuk kriteria baik dan pada siklus II presentase
ketuntasan termasuk kriteria sangat baik dan memenuhi indikator
kriteria keberhasilan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Arisantiani,
Made Putra, Ni Nyoman Ganing tahun 2017 dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Childrens Learning In Science (CLIS)
Berbantuan Media Lingkungan Terhadap Kompetensi Pengetahuan
IPA” yang diketahui bahwa dengan menerapkan Model Pembelajaran
CLIS Berbantuan Media Lingkungan mampu meningkatkan
kompetensi pengetahuan IPA.
Jenis penelitian adalah eksperimen semu (quasi eksperimental
design). Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek, yaitu
kelompok kontrol dan eksperimen. Pada rancangan penelitian ini
hanya memperhitungkan skor post-test saja. Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh siswa SD Gugus Gugus Yos Sudarso, Kecamatan
Denpasar Selatan, yang terdiri dari 8 kelas dalam 5 sekolah. Jumlah
populasi dari penelitian ini adalah 311 siswa. Pengambilan sampel
menggunakan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data
mengunakan metode tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Berdasarkan
nilai akhir kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang

7
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CLIS berbantuan
media lingkungan diperoleh rata-rata sebesar 76,02 berada pada
kategori baik sedangkan rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan
menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 69,43 berada pada
kategori cukup.
Dari perbandingan ini, maka H0 ditolak yang artinya terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
CLIS berbantuan media lingkungan dengan kelompok siswa yang
dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV SD Gugus Yos Sudarso Kecamatan Denpasar Selatan

Tahapan CILS

Orientasi
Pembelajaran
Memunculkan gagasan berpusat pada siswa

Penyusunan ulang

Penerapan gagasan

Pemantapan Gagasan

Menciptakan suasana
belajar yang Membiasakan siswa CILS Menganut
menyenangkan belajar mandiri dalam
pandangan
menyelesaikan
konstruktivitas
masalah

Gambar 1. Fishbon Model CILS

8
2. Model Children Learning In Science (CLIS)
a. Pengertian Model CLIS Menurut (Nono Sutarno, 2009) model CLIS
merupakan model pembelajaran yang mengeksplorasi ide atau
gagasan yang dimiliki siswa lalu ide atau gagasan tersebut di bangun
berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.
Model pembelajaran CLIS terdiri dari 5 langkah yaitu orientasi,
pemunculan gagasan, penyusunan ulang gagasan, penerapan gagasan,
dan pemantapan gagasan. Tahap pemantapan gagasan masih di bagi
lagi menjadi 3 bagian yaitu pengungkapan dan pertukaran gagasan,
pembukaan pada situasi konflik, dan kontruksi gagasan baru dan
evaluasi. 17 Model pembelajaran CLIS bertujuan membentuk serta
penanaman konsep pada memori siswa agar konsep tersebut menjadi
ingatan jangka panjang siswa.
Model CLIS merupakan dari penerapan dari teori
kontruktivisme bahwa pengetahuan tidak bisa bepindah dari pikiran
guru ke siswa namun siswa sendirilah yang membangun pengetahuan
melalui pengalaman nyata maupun dari pemikiran rasional siswa.
Setiap pengetahuan berasal dari adanya gagasan secara gamblang,
melaukan proses pengamatan, berfikir, terjadinya konflik kognitif,
menemukan gagasan baru, dan terbentuklah perubahan konsepsi.4
b. Langkah-langkah model pembelajaran CLIS
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dalam model CLIS:
Tabel 1. Langkah-Langkah Model CLIS

Langkah Deskripsi
Orientasi Tahap orientasi ini merupakan tahap di mana guru
memulai pelajaran dengan memusatkan perhatian
siswa, misalnya guru memberikan stimulus berupa
fenomena-fenomena yang ada di sekitar
Pemunculan Tahap ini merupakan tahap pemunculan konsepsi
Gagasan awal siswa. Misalnya siswa di minta untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
Penyusunan Dalam tahap ini siswa di minta untuk
Ulang Gagasan mengungkapkan gagasannya dan saling bertukar
gagasan, lalu membentuk beberapa kelompok
diskusi. Kemudian gagasan tersebut didiskusikan
bersama teman sekelompoknya. Kemudian
4
Ali Ismail M Pd, “Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS )
Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA”, Jurnal
Pendidikan dan Informasi, 2006, 19–25

9
perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi di
depan kelas.
Penerapkan Pada tahap ini siswa di minta untuk menjawab
gagasan pertanyaan untuk menerapkan konsep ilmiah yang
telah dikembangkan siswa melalui observasi ke
dalam kondisi baru. Gagasan yang telah
direkontruksi ini dapat digunakan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
Pemantapkan Konsep yang telah dimiliki siswa perlu diberikan
gagasan umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep
tersebut. Dengan demikian diharapkan siswa yang
konsep awalnya tidak konsisten dengan konsep
ilmiah dengan stidak sadar akan merubah konsep
awalnya menjadi konsep ilmiah.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model CLIS


1). Kelebihan model pembelajaran CLIS
 Membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam
menyelesaikan masalah
 Terciptanya kerja sama antar siswa
 Melatih siswa berfikir kreatif dan kritis
 Mendorong siswa untuk aktif saat pembelajaran 19
 Suasana kelas akan lebih nyaman dan menyenangkan
 Gagasan siswa akan lebih mudah dimunculkan
 Belajar akan berasa bermakna karena siswa menemukan
sendiri konsep ilmiah yang dipelajari. 5

2). Kekurangan model pembelajaran CLIS diantaranya adalah:

5
Ali Ismail M Pd, “Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS)
Berbantuan Multimedia Untuk, Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA”,Jurnal
Pendidikan dan Informasi, 2006, 19–25

10
 Model pembelajarn CLIS tidak selalu mudah untuk dilakukan
walaupun sudah dirancang dengan baik, yakni kesulitan saat
harus pindah dari fase satu ke fase yang lainnya.
 Menurut pandangan kontruktivitas model CLIS ini
pengetahuan di bagun dari siswa sendiri, hal ini akan
memakan waktu yang lama dan setiap siswa membutuhkan
penanganan yang berbeda-beda. 6

3. Reduksi miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan suatu pandangan seseorang yang salah
terhadap suatu konsep dan pandangan tersebut bertentangan dengan
konsep yang telah disepakati oleh para ahli. Miskonsepsi meliliki sifat
resisten atau sulit di rubah serta bersifat pribadi karena setiap siswa
memiliki cara sendiri untuk memahami konsep. Resistensi ini terjadi
karena siswa telah mengandalkan konsepsinya untuk memahami suatu
masalah, selain itu siswa juga tidak mudah untuk mengadopsi cara
berpikir yang baru. Kondisi demikian tidak dapat dibiarkan sehingga
diperlukan usaha untuk memperbaikinya.

b. Penyebab terjadinya miskonsepsi


1). Penguasaan konsep oleh siswa belum lengkap, sederhana, dan
berbeda .
2). Istilah sehari-hari yang dijumpai pertama kali oleh siswa dalam
bahasa ibunya.
3). Beberapa sumber belajar yang digunakan oleh siswa
4). Latar belakang lingkungan siswa.
5). Miskonsepsi juga bisa berasal dari siswa, guru maupun buku
sekalipun.
6). Berawal dari prakonsepsi siswa. 7
c. Reduksi miskonsepsi

6
Umi salamah, Tesis: “Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Terhadap Pembenahan Miskonsepsi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MI Al-Hidayah
WajakMalang”, (Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015)
7
Prof. Dr. H. Ibrahim Muslim, Seri Pembelajaran Inovatif Konsep, Miskonsepsi Dan Cara
Pembelajarannya, (Surabaya:Penerbit Unes University Press-2012), hal. 10.

11
Reduksi miskonsepsi merupakan memperbaiki kekeliruan
kemampuan pemahaman kosnsep yang tidak sesuai dengan konsep yang
telah disepakati oleh para ahli. Miskonsepsi pada peserta didik harus
segera dikurangi bahkan harus dihilangkan. Salah satu cara untuk
mengurangi miskonsepsi yaitu dengan melakukan kegiatan perbaikan atau
program remedial.
Dengan melakukan Reduksi miskonsepsi mampu meningkatkan
pemahaman konsep siswa serta hasil belajar siswa. Reduksi miskonsepsi
ini dugunakan untuk mengubah konsepsi siswa yang semula keliru
menjadi benar. Menurut Sukiman dalam bentuk-bentuk pelaksanaan
program remedial diantaranya:
1). Pemberian pembelajaran ulang dengan metode atau model
pembelajaran yang berbeda .

2). Memberikan bimbingan secara khusus misalnya bimbingan


perorangan

3). Pemberian tugas-tugas8

4. Kreativitas siswa
Kreativitas dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang
awalnya tidak tahu menjadi tau yang awalnya belum faham menjadi faham
(Hamalik, 2008) dengan belajar dapat membuat perubahan pada seseorang,
baik perubahan pengetahuan sikap maupun keterampilan. Dengan adanya
peubahan tersebut sesorang akan mampu memecahkan permasalaha-
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Kreativitas belajar siswa merupakan kemampuan siswa dalam
menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan
pengembangan informasi yang diperoleh dari guru maupun pengetahuan
barunya dari belajarnya.. Seorang guru tidaklah hanya menyampaikan
materi saja, setelah selesai menyampaikan materi seorang guru juga harus
mlakukan evaluasi hasil belajar baik secara kreativitas maupun
kemampuan secara teori.9

8
Arif Firmansyah, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas V SDN 2 Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya,
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X, no. 1 (2006).

9
Arif Firmansyah, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas V SDN 2 Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya,
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X, no. 1 (2006).

12
Adapun hal-hal yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa diantarnya
adalah: keadaan siswa saat belajar dan rangsangan dari lingkungan sehingga
dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar siswa dipengaruhi oleh keadaan saat
pembelajaran dan rangsangan dari lingkungannya. 10

5. Hubungan antara Model CLIS dengan Reduksi Miskonsepsi dan


Kreativitas Belajar Siswa .
Untuk mencapai tujuan belajar diperlukan model pembelajaran
yang tepat. Pembelajaran konvensional menjadi penyebab sulitnya untuk
mencapai remediasi kesalahpahaman dalam penanaman konsep. Metode
ceramah membuat siswa siswa kurang memahami materi karena siswa
merasa cepat bosan. Aktivitas siswa pun menjadi tidak efektif karena
siswa hanya mendengarkan materi dan ternyata masih banyak siswa yang
tidak menyerap materi dengan baik, dikarenakan siswa mulai jenuh dan
konsentrasinya hilang. Guru juga kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif di kelas. Hal inilah yang menyebabkan miskonsepsi
pada siswa dan nantinya hasil belajarnya akan menurun.
Kebanyakan siswa hanya hafalan, akibatnya siswa cenderung hafal
tanpa paham apa yang dihafalnya. Belajar yang hanya menghafal konsep
juga teori tidak memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep-
konsep yang dipelajari (Basman, 2016). 11
Jika hal ini tidak diatasi maka akan meghambat pemahaman siswa
pada materi berikutnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah
dengan mengurangi miskonsepsi atau biasa disebut dengan reduksi
miskonsespsi. Sejalan dengan hakikat pembelajaran IPA, siswa di tuntut
untuk terlibat langsung serta aktif saat pembelajaran. Menurut (Dewi dkk),
pembelajaran CLIS adalah salah satu model pembelajaran yang cocok
untuk menanamkan pemahaman konsep IPA. Model CLIS juga akan
memberikan suasana yang berbeda saat di kelas. Pembelajaran dengan
model CLIS akan meningkatkan minat belajar siswa serta siswa akan
terlibat aktif saat pembelajaran berlangsung12

10
Widyaningrum, “factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa kelas XII
pemasaran pada pembelajaran produktif pemasaran di SMKN 1 Purbalingga” Vol. 5 Ecconomic
aducation Analysis journal. Hal 729.
11
Larasati Ayu Dewanti dkk, “Penerapan Pembelajaran IPA Dengan Strategi PDEODE Untuk
Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Perubahan Fisika dan Perubahan Kimia Kelas VII
SMP”, hal. 7.

13
6. Kerangka Konseptual
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sekumpulan tentang
objek dan peristiwa alam hasil dari eksperimen para ilmuwan dengan
menggunakan metode ilmiah. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 ini
siswa dituntut untuk terlibat aktif saat pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran IPA bertujuan agar ketika siswa menyelesaikan masalah
mereka dapat menggunakan metode ilmiah. Selain itu dalam Pendidikan
IPA juga mampu menerapkan nilai-nilai karakter siswa, misalnya rasa
ingin tahu, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, peduli sosial, tanggung jawab,
kreatif, komunikatif, gemar membaca serta peduli lingkungan.13
Menurut Ginanjar dan Muslih Berdasarkan kurikulum 2013, salah
satu tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki kemampuan
berfikir logis dengan menggunakan konsep IPA untuk menjelaskan
fenomena alam serta siswa mampu untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Penanaman konsep yang benar akan mampu
meningkatkan mutu pendidikan sedangkan penanaman konsep yang salah
akan menghambat belajar siswa. 14
Sedangkan menurut Suparno dalam perkembangan kognitif siswa
sangat memungkinkan terjadinya miskonsepsi karena setiap individu
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. Miskonsepsi ini harus dikurangi atau biasa di sebut
dengan istilah reduksi miskonsepsi. setelah miskonsepsi direduksi siswa
akan lebih mudah memahami materi selanjutnya serta akan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. untuk mereduksi miskonsepsi ini
diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran
yang tepat untuk mereduksi miskonsepsi serta meningkatkan hasil belajar
siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran children learning
in science (CLIS).15

3. METODE PENELITIAN

12
Nana Ardiana dkk, “Penerapan Pembelajaran CLIS Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya", Jurnal
Pena Ilmiah: Vol. 2 No 1 (2017): 311–20.

13
Inti Hatun Mardiyah, Tesis: “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Pembelajaran Ipa Di
Mi Istiqomah Sambas Kabupaten Purbalingga", (Purwokweto: IAIN PURWOKERTO, 2017),
Hal. 2.

14
Zayyinah dkk, “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Smp Dengan Certainty Of Response Index
( Cri ) Pada Konsep Suhu Dan Kalor”, Science Education National Conference, 2018, hal. 78–89

Wahyu Juli Hastuti dkk, “Reduksi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks Melalui
15

Model Ecirr”, J.Pen.Pend.Kim,2014, 1(1), 78-86.

14
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif yang berupa angka-angka atau
besaran tertentu yang besifat pasti, sehingga memungkinkan data untuk di
analisis menggunakan pendekatan statistik. Sebuah desain penelitian
eksperiment yang melibatkan adanya kelas pembanding serta kelas
perlakuan dengan menggunakan pretest dan posttest. Siswa kelas VII
diajarkan dengan menggunakan metode ceramah kemudian di bandingkan
dengan menggunakan model CLIS.

2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen yaitu dengan
menggunakan perbandingan antara menggunakan model ceramah dengan
model CLIS. Tujuan menggunakan metode eksperimen yaitu untuk
mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan Pendekatan clis Terhadap
Reduksi Miskonsepsi dan hasil belajar Siswa Materi Kalor Dan
Perpindahannya Siswa Kelas VII SMPN SAMBIT. Dalam eksperimen
penguji variabel bebas dan terikat yang diterapkan pada sampel kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Satu kelas di beri perlakuan dengan
menggunakan metode ceramah dan satu kelasnya lagi menggunakan model
pembelajaran CLIS. Dalam pengambilan data dengan menggunakan pretest
dan posttest

3. Subjek dan Lokasi penelitian


Populasi merupakan pengelompokan yang meliputi obyek/subyek
yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari serta di jadikan kesimpulan (Tarmizi Abdul Halim a ibnu Kaldun,
2017)16 Adapun lokasi yang akan dipakai untuk meneliti yaitu di SMP IT
Darut Taqwa.
4. Variabel dan Definisi Operasional
DOV: Children Learning In Science (CLIS), Reduksi Miskonsepsi,
Kreativitas Belajar.
a. Children Learning In Science (CLIS)

16
Umi salamah, Tesis: “Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Terhadap Pembenahan Miskonsepsi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MI Al-Hidayah Wajak-
Malang”, (Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015 )

15
Model CLIS merupakan model pembelajaran yang
mengeksplorasi ide atau gagasan yang dimiliki siswa saat
pembelajaran lalu ide atau gagasan tersebut di bangun berdasarkan
hasil pengamatan atau percobaan. Model pembelajaran CLIS bertujuan
membentuk serta penanaman konsep pada memori siswa agar konsep
tersebut menjadi ingatan jangka panjang siswa.17
Model CLIS merupakan dari penerapan dari teori
kontruktivisme bahwa pengetahuan tidak bisa bepindah dari pikiran
guru ke siswa namun siswa sendirilah yang membangun pengetahuan
melalui pengalaman nyata maupun dari pemikiran rasional siswa.
Setiap pengetahuan berasal dari adanya gagaan secara gamblang,
melauikan proses pengamatan, berfikir, terjadinya konflok kognitif,
menemukan gagasan baru, dan terbentuklah perubahan konsepsi.18
Untuk mengukur keefektifan dalam penerapan model CLIS dengan
menggunakan kuisioner berupa angket dalam skala likert.

b. Reduksi Miskonsepsi
Reduksi miskonsepsi merupakan memperbaiki kekeliruan
kemampuan pemahaman kosnsep yang tidak sesuai dengan konsep yang
telah disepakati oleh para ahli. Miskonsepsi pada peserta didik harus
segera dikurangi bahkan harus dihilangkan. Salah satu cara untuk
mengurangi miskonsepsi yaitu dengan melakukan kegiatan perbaikan atau
program remedial. Dengan melakukan Reduksi miskonsepsi mampu
meningkatkan pemahaman konsep siswa serta hasil belajar siswa. Reduksi
miskonsepsi ini dugunakan untuk mengubah konsepsi siswa yang semula

17
Umi salamah, Tesis: “Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Terhadap Pembenahan Miskonsepsi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MI Al-Hidayah Wajak
Malang”, (Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015 )
18
Ali Ismail M Pd, “Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS )
Berbantuan Multimedia Untuk, Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA” Jurnal
Pendidikan dan Informasi, 2006, 19–25.

16
keliru menjadi benar. Intrumen berupa soal uraian dengan jumlah 5 butir
soal
c. Kreativitas belajar
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang
awalnya tidak tahu menjadi tau yang awalnya belum faham menjadi faham
menurut (Hamalik, 2008). Dengan belajar dapat membuat perubahan pada
seseorang, baik perubahan pengetahuan sikap maupun keterampilan.
Dengan adanya perubahan tersebut sesorang akan mampu memecahkan
permasalahapermasalahan dalam kehidupan seari-hari. Kreativitas belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa
setelah mengalami proses belajar baik dari guru maupun dari
lingkungannya. Seorang guru tidaklah hanya menyampaikan materi saja
setelah selesai menyampaikan materi seorang guru juga harus mlakukan
evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar
siswa baik dari segi teori maupun kreativitas siswanya.

5. Instrumen
Intrumen penilaian dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian
kemampuan atau pemahaman peserta didik dalam suatu pembelajaran. Hasil
instrumen penilaian dapat digunakan menjadi pertimbangan untuk membuat
kurikulum sekolah yang sesuai dengan ketercapaian peserta didik pada
pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut:
a. Tes yaitu soal yang diberikan untuk mengukur keahlian siswa. Tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest (tes awal) dan
postest (tes akhir). Siswa di beri pretest sebelum diadakan perlakuan
baik dari sampel eksperimen maupun kontrol. Setelah di beri pretest
kemudian di beri perlakuan dengan menggunakan model clis kemudain
diadakan postest. Intrumen yang digunakan untuk mengetahui
peningkatan kreativitas siswa yaitu menggunakan angket.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
yaitu, penilaian dilakukan secara terpadu, berkesinambungan, mengacu
sesuai kriteria dilakukan dengan akurtabel.
7. Teknik Analisis Data

17
a. Uji Prasyarat
1). Uji normalitas bertujuan untuk menetahui data yang diperoleh normal
atau tidak data yang diuji normalnya adalah kemampuan awal (pretest) dan
kemampuan akhir (posttest) baik dari perlakuan kontrol maupun perlakuan
eksperiment. Uji statistik dengan menggunakan bantuan minitab dengan
kriteria:

h0: Data berdistribusi normal


h1: Data berdistribusi tidak normal
Taraf signifikasi: 0,05
2). Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apkah data dai
kedua sampel yang diperoleh homogen atau tidak data yang di uji
kehomogenannya adalah kemampuan awal (pretest) dan kemampuan akhir
(posttest) baik dari perlakuan kontrol maupun perlakuan eksperiment. Uji
statistik dengan menggunakan bantuan minitab dengan kriteria:

h0: Varians Homogen


h1: Varians tidak homogen

b. Uji hipotesis digunakan untuk mrngetahui hipotesis di tolak atau di


terima yaitu dengan menggunakan uji t. Uji t ini dilakukan untuk
menguji apakah ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah
menggunaka model CLIS . setelah mendapatkan data reliabel dan valid
maka dilakukan dengan uji t. Uji t pada penelitian ini dengan
menggunakan bantuan minitab.

4. REFERENSI
Gunakan Mendeley – Chicago Manual edisi 17 (Full Note)

18

Anda mungkin juga menyukai