Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN (F6)

UPAYA PENGOBATAN DASAR


“ HIPERTENSI STAGE II”
DI PUSKESMAS IBOIH KOTA SABANG

Pendamping :

Disusun Oleh :
dr. Nurul Islami

PUSKESMAS IBOIH
KOTA SABANG
2021
LAPORAN KEGIATAN
UPAYA PENGOBATAN DASAR
“ HIPERTENSI STAGE II”
DI PUSKESMAS IBOIH KOTA SABANG

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban


ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena masih banyak kasus belum terselesaikan, bahkan beberapa
penyakit menular yang semula dapat dikendalikan muncul kembali dengan
penyebaran tidak mengenal batas-batas daerah maupun batas antar negara. Dilain
pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM), yang
merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Faktor
risiko penyakit Kardiovaslerantara lain merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi
lemak dengan akibat gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga.
Diperoleh data bahwa di Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10 tahun ke
atas, kurang aktivitas fisik merupakan proporsi terbanyak yaitu 92% dari penduduk
usia 15 tahun ke atas di pulau Jawa dan Bali terutama untuk kelompok perempuan.
Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada perempuan dan cenderung
meningkat dengan bertambahnya umur. Sedangkan angka penderita Hipertensi kian
hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh The Lancet tahun 2000
sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi. Angka ini
terus meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29%
orang dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi. Pada saat ini hipertensi
adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi
berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler. Penyakit
ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the
killer disease karena penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi.
Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat Hipertensi. Hipertensi
juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa
saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya
gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah
faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.

B. PERMASALAHAN

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. TM
Umur : 49 tahun
Alamat : Jr. Lhout
Pekerjaan : Wirasaswata
Tanggal Periksa : 30 Desember 2020
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 30 Desember 2020
Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu. Pusing dirasakan terus
menerus. Pasien juga mengeluh nyeri tengkuk sehingga pasien sulit tidur. Pasien
sudah menderita hipertensi 1 tahun ini , namun tidak rutin minum obat.
- Riwayat penyakit terdahulu: Riwayat DM : disangkal, riwayat sakit jantung :
disangkal, riwayat asma/alergi : disangkal.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat hipertensi disangkal, riwayat DM
disangkal, riwayat asma/alergi disangkal, riwayat sakit jantung disangkal.
- Riwayat Kebiasaan Sosial : riwayat merokok (+) 1 bungkus per hari,
mengkonsumsi kopi ± 2 gelas per hari, riwayat konsumsi alkohol disangkal.
Pasien sehari hari makan dengan nasi tiga kali 1 piring dengan lauk ikan,
daging, tahu, tempe, kadang telur, jarang makan buah dan sayur.
- Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien adalah seorang nelayan. Pasien tinggal bersama
istrinya dan kedua anaknya.

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Kompos mentis
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Tekanan Darah : 170//100 mmHg
- Nadi : 85 x/menit
- Napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,7oC
- SpO2 : 98 %
Status Generalisata
Kepala
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik-/-, reflek cahaya +/+,
isokor, diameter 2 mm/2mm
- Leher : JVP (5-2) cmH2O
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
- THT : Dalam batas normal

Toraks
Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
- Palpasi : vokal fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi :
Hemitoraks kanan : Sonor diseluruh lapangan paru kanan.
Hemitoraks kiri : Sonor diseluruh lapangan paru kiri.
- Auskultasi :
Suara pernafasan : Vesikuler di lapangan paru kanan dan kiri
Suara tambahan : Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra.
batas jantung kiri : SIK 5 LMCS
- Auskultasi : Suara jantung normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : perut datar, penonjolan massa (-), distensi (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani pada seluruh region, nyeri di RLQ ketika diperkusi
- Palpasi : abdomen supel, tidak teraba benjolan atau massa,

Ekstremitas
Akral teraba hangat, CRT <2 detik, edema tidak ada

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. DIAGNOSIS : Hipertensi Stage II

2. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan pendekatan: a. Promosi


kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta
dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku
hidup sehat dalam pengendalian hipertensi. b. Preventif dengan cara berhenti
merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya
faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi faktor risiko. c.
Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan.
Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan
dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan
disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program
dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi. d.
Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk
dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi
yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus
kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana
pelayanan di berbagai tingkatan. Terapi Non-farmakologis: Pengendalian faktor
risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas
pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut : a.
Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan b. Mengurangi asupan garam
didalam tubuh c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur d.
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

Terapi farmakologis : Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk


mengendalikan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta komplikasi yang
disebabkan oleh hipertensi. Pengobatan hipertensi dimulai dengan terapi tunggal
dengan masa kerja panjang dan dosis dititrasi. Pemilihan obat ata kombinasi yang
cocok tergantung pada keparahan penyakit dan respon pasien terhadap obat
antihipertensi.
Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien adalah ISDN 5 mg ekstra dan
amlodipin 1x10 mg malam hari. Edukasi yang diberikan kepada pasien:
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi merupakan penyakit yang tidak
bias disembuhkan namun dapat dikontrol dengan cara melakukan modifikasi
gaya hidup dan rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi.
b. Minum obat teratur dan rutin kontrol tekanan darah secara berkala di
puskesmas.
c. Rujukan dilakukan bilamana terapi yang dibeikan di pelayan primer belum
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi
akibat hipertensi.

D. MONITORING DAN EVALUASI


Pada tanggal 4 Januari 2021 pasien datang untuk kontrol ulang ke puskemas.
Saat kontrol ulang, pasien tidak ada keluhan. Saat dilakukan pemeriksaan tekanan
darah didapatkan TD: 130/90 mmHg, nadi 72 kali/menit, RR: 19 x/menit, T: 36,2 C.
Pasien sudah rutin mengkonsumsi obat antihipertensi dan mulai mengurangi
konsumsi rokok. Pada saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 4 Januari 2021
belum dijumpai adanya komplikasi. Pasien disarankan untuk kontrol rutin ke
Puskesmas dan diedukasi agar tidak putus obat. Jika nanti ditemukan komplikasi
akibat hipertensi, maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.

DAFTAR PUSTAKA

Aziza, Lucky. 2017. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter
Indonesia
Suyono, Slamet. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbi FKUI

Anda mungkin juga menyukai