PENDAHULUAN
Akhir tahun 2013 menjadi momen yang sangat penting bagi seluruh Pegawai Negeri Sipil
di Indonesia. Pasalnya, setelah disetujui oleh DPR-RI Rancangan Undang-Undang (RUU)
Aparatur Sipil Negara (ASN) pada 19 Desember 2013 telah disahkan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara pada Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 6, dan tambahan Lembaran Negara
Nomor 5494 pada tanggal 15 januari 2014. Di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ASN adalah
profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah. Berbeda dengan Pegawai Aparatur Sipil Negara atau yang
biasa disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 ini dijelaskan mengenai asas, prinsip,
nilai dasar serta kode etik dan kode perilaku yang semuanya dijabarkan secara jelas dan
tegas. Pegawai ASN ini terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Sebagaimana dimaksud PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara teteap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Sedangkan yang
dimaksud dengan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
Kemudian dalam ASN terdapat beberapa jabatan yang terdiri dari Jabatan Administrasi
yang terdiri atas 1) Jabatan Administrator, 2) Jabatan Pengawas, dan 3) Jabatan Pelaksana.
Jabatan Fungsional yang terdiri dari 1) Jabatan Fungsional Keahlian yaitu ahli utama, ahli
madya, ahli muda dan ahli pertama, 2) Jabatan Fungsional Keterampilan yang terdiri atas
penyelia, mahir, terampil dan pemula. Jabatan Pimpinan Tinggi yang berfungsi memimpin
dan memotivasi setiap Pegawai ASN dalam instansi pemerintah melalui kepeloporan,
pengembangan kerja sama dan keteladanan. Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri dari 1) Jabatan
Pimpinan Tinggi utama, 2) Jabatan Pimpinan Tinggi madya dan, 3) Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama.
1
1. Pembahasan UU Nomor 5 Tahun 2014
Dalam menjelaskan isi dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 saya menggunakan
fungsi manajemen sumber daya manusia dari seorang ahli yaitu Malayu S.P Hasibuan
(2003:21), fungsi manajemen Sumber Daya Manusia meliputi :
2
yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada
internal dan eksternal konsistensi.
f. Kedisiplinan, merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya
tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal.
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial.
g. Separation (pemberhentian), adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan
perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya.
BAB IV
Sehingga pegawai ASN tersebut bertugas melaksanakan kebijakan publik yang dibuat
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketenteuan peraturan perundang-
undangan. Kebijakan publik disini ditujukan bagi kepentingan publik atau masyarakat bangsa
negara untuk memecahkan masalah atau isu-isu yang terjadi di masyarakat, sebagai bentuk
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan melindungi hak-hak warga negaranya.
b. Pelayan Publik
Dalam memberikan Pelayanan Publik Pegawai ASN ini bertugas untuk memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
pelayan dalam penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan adanya sebuah kebijakan yang
mengatur tentang pelayanan publik. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pihak
penyelenggara kebijakan publik maupun masyarakat. Aparatur pelaksana harus merasa
memiliki kewajiban hukum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan
masyarakat perlu merasa apa yang harus dilakukan oleh aparatur Negara tersebut merupakan
hak dari masyarakat. Pelayanan publik merupakan kewajiban yang harus dijalankan sebaik-
baiknya oleh pemerintah atau aparatur pelaksana lainnya baik dalam hal pelayanan
3
administrasi , maupun pelayanan atas barang dan jasa. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk
tidak memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, karena hal tersebut merupakan
kewajiban bagi aparat penyelenggara Negara untuk memberikan pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat.
Pegawai ASN berfungsi sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa yang bertugas untuk
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pegawai ASN
diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mencegah dan mengurangi konflik yang
terjadi di tengah masyarakat. Pegawai ASN harus memiliki kepekaan sosial untuk selalu
menjaga kedamaian ditengah-tengah masyarakat, karena Pegawai ASN merupakan unsur
pelayan publik dan hampir setiap hari bersentuhan dengan masyarakat dalam memberikan
pelayanan.
Selanjutnya seperti yang disebutkan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 bahwa
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam hal ini berarti bahwa, seorang ASN dalam
melaksanakan tugasnya harus bertindak secara netral. Netral disini dimaksudkan dalam
melaksanakan tugasnya tidak mementingkan suku, agama, ras/golongan atau parti politik.
Agar dalam rangka pengabdiannya sebagai pelayan masyarakat dapat dilaksanakan dengan
baik, maka ia harus memeiliki kesetiaan dan ketaatan terhadap Undang-Undang Dasar 1945,
Pancasila dan Negaranya, sehingga dengan demikian dapat memusatkan segala perhatian dan
pikiran serta tenaganya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
Fungsi manajemen yang terdapat pada bab IV ini menurut saya adalah planning
(perencanaan), karena penentuan tugas, fungsi serta peran seorang pegawai ASN merupakan
suatu dasar dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemerintah pada akhirnya.
Selain itu fungsi lainnya yaitu directing (pengarahan) karena pegawai ASN dituntut untuk
melaksanakan tugas, fungsi serta perannya dengan baik dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat, sehingga pegawai ASN tersebut mau bekerjasama dan bekerja efektif
serta efisein dalam membantu tercapainya tujuan negara dan masyarakat.
4
BAB V
JABATAN ASN
1. Jabatan Administrasi
Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Terdapat tiga
jenis jabatan Administrasi yaitu sebagai berikut :
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil pasal 52 ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa setiap pejabat administrasi harus menjamin
akuntabilitas Jabatan. Akuntabilitas yang dimaksud meliputi terlaksananya:
a. Seluruh kegiatan yang sudah direncanakan dengan baik dan efisien sesuai standar
operasional prosedur dan terselenggaranya peningkatan kinerja secara
berkesinambungan, bagi Jabatan administrator.
b. Pengendalian seluruh kegiatan pelaksanaan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana
sesuai stndar operasional prosedur, bagi jabatan pengawas; dan
c. Kegiatan sesuai dengan standar operasional prosedur, bagi Jabatan pelaksana.
2. Jabatan Fungsional
5
Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
Dalam PP No 11 Tahun 2017 pasal 67 dijelaskan bahwa Pejabat fungsional berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi pratama,
pejabat administrator, atau pejabat pengawasyang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan
tugas Pejabat Fungsional. Jabatan Fungsional sendiri dalam ASN terdiri dari :
Dijelaskan kembali secara rinci dalam PP No 11 Tahun 2017 pasal 69 ayat (2), dan ayat
(4-7) mengenai jenjang JF Keahlian sebagaimana dimaksud terdiri atas:
1) Ahli utama melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan kualifikasi
profesional tingkat tertinggi.
2) Ahli madya melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan kualifikasi
profesional tingkat tinggi.
3) Ahli muda melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan kualifikasi
profesional tingkat lanjutan.
4) Ahli muda melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan kualifikasi
profesional tingkat dasar.
b. Jabatan Fungsional Keterampilan
Dijelaskan secara rinci dalam PP No 11 Tahun 2017 pasal 69 ayat (3) dan ayat (8-10)
mengenai jenjang JF Keterampilan sebagaimana dimaksud terdiri atas:
Kemudian dalam pasal lain dalam PP No 11 Tahun 2017 yaitu pasal 71 ayat (1) dan (2)
dijelaskan bahwa setiap jabatan fungsional harus menjamin akuntabilitas jabatan.
Akuntabilitas jabatan yang dimaksud yaitu:
6
b. Pelayanan fungsional berdasarkan keterampilan tertentu yang dimiliki dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi secara berkesinambungan bagi JF keterampilan.
Jabatan pimpinan tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.
Dalam PP No 11 Tahun 2017 pasal 102 dan pasal 103 di sebutkan bahwa jenjang JPT terdiri
atas:
Contoh jabatan yang setara dengan jabatan pimpinan tinggi utama yaitu: kepala atau
pimpinan lembaga pemerintah non kementerian seperti, Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), Badan Ekonomi Kreatif (BEK), Badan Informasi Geospasial (BIG) dan lain-lain.
Contoh jabatan yang setara dengan jabatan pimpinan tinggi madya yaitu: pejabat Eselon
Ia dan Ib seperti, Eselon Ia yaitu Pembina Utama Madya IV/d dan Pembina Utama IV/e dan
Eselon Ib yaitu Pembina Utama Madya IV/c dan Pembina Utama IV/e. Yang termasuk
pejabat Eselon I yaitu Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala
Badan, Sekretaris Daerah dan lain-lain.
Contoh jabatan yang setra dengan jabatan pimpinan tinggi pratama yaitu: pejabat Eselon II,
seperti Kepala Biro, Kepala Pusat, Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Asisten
Sekretaris Daerah, Kepala Dinas, dan lain-lain.
Dimana Jabatan Pimpinan Tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN
pada instansi Pemerintah melalui:
7
Pada bab V terkandung fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu organizing
(pengorganisasian), yang mana pada bab ini dijelaskan mengenai jabatan pegawai ASN yang
di dalamnya terdapat ketetapan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,
integrasi dan koordinasi dalam organisasinya. Setiap jabatan yang telah ditentukan memiliki
tugasnya masing-masing dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan seluruh kegiatan
pemerintahan dan pembangunan. Selain itu juga terkandung fungsi lain yaitu fungsi directing
(pengarahan), seperti yang dijelaskan dalam pasal 15 ayat (1) yang berbunyi “pejabat dalam
jabatan admnistrator sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a bertanggung jawab
memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan
dan pembangunan”. Kata memimpin berarti menunjukan bahwa ia dapat mengararahkan
bawahannya dengan menugaskan bawahannya agar mengerjakan semua tugasnya dengan
baik. Selanjutnya dalam bab ini juga terdapat fungsi controlling (pengendalian) hal ini tersirat
jelas seperti dalam pasal 15 ayat (2) yag berbunyi “pejabat dalam jabatan pengawas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf b bertanggung jawab mengendalikan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana”. Hal ini berarti bahwa pejabat
dalam jabatan pengawas bertugas mengendalikan atau terkandung fungsi controlling
(pengendalian).
BAB VI
Berkaitan dengan Hak PNS dan PPPK adalah kenyataan yang tidak dapat disangkal
bahwa motivasi dasar bagi kebanyakan orang menjadi pegawai pada suatu organisasi tertentu
adalah untuk mencari nafkah. Berarti apabila di satu pihak seseorang menggunakan
pengetahuan, keterampilan, tenaga dan sebagian waktunya untuk berkarya pada suatu
organisasi atau instansi pemerintah, di lain pihak ia mengharapkan menerima imbalan
tertentu. Sperti yang disebutkan dalam pasal 21 dan pasal 22 UU No 5 Tahun 2014:
8
e. Pengembangan kompetensi
Dewasa ini masalah imbalan/gaji dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus
dihadapi oleh manajemen suatu organisasi. Dikatakan demikian karena, imbalan oleh para
pekerja/pegawai tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuasan kebutuhan
materialnya, akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkatdan marabatnya manusia. Sebaliknya
organisasi cenderung melihatnya sebagai beban yang harus dipikul oleh organisasi tersebut
dalam rangka upaya pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya. Berarti bahwa dalam
mengembangkan dan menerapkan suatu sistem imbalan tertentu, kepentingan organisasi dan
kepentingan para pegawai mutlak perlu diperhitungkan.
Kepentingan para pegawai harus mendapat perhatian dalam arti bahwa kompensasi yang
diterima atas jasa yang diberikan kepada organisasi harus memungkinkannya
mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai insan yang terhormat. Kemudian
kepentingan organisasi harus terjamin dalam arti bahwa melalui pengerahan kemampuan,
pengetahuan, keterampilan, waktu dan tenaga para pekerjanya, organisasi dapat mencapai
tujuan dan sasarannya yang padagilirannya memungkinkan organisasi tidak hanya sekedar
mempertahankan eksistensinya, melainkan juga untuk bertumbuh dan berkembang.
Setelah semua haknya sebagai seorang pegawai ASN terpenuhi, maka selanjutnya para
pegawai tersebut harus menjalankan kewajibannya sebagai pelayan masyarakat dalam
mewujudkan tujuan negara. Seorang pegawai ASN wajib:
a. Setia dan taat pada pancasila, udang-undang dasar negara repubik indonesia tahun
1945, negara kesatuan republik indonesia, dan pemerintah yang sah.
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
9
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab.
f. Menunjukan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perndang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Isi dari pada bab IV ini berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai ASN, yang mana di
dalamnya mengatur tentang apa yang semestinya di terima dan apa kewajiban yang
seharusnya dilaksanakan oleh pegawai ASN setelah menerima haknya. Selanjutnya fungsi
manajemen yang terdapat dalam bab ini yaitu compensation (kompensasi), integration
(pengintegrasian) dan maintance (pemeliharaan). Fungsi kompensasi yaitu pemberian balas
jasa langsung dan tidak langsung uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa
yang diberikan kepada suatu perusahaan. Nah pada bab IV balas jasa sebagaimana yang
dimaksud yaitu berupa gaji, tunjangan, fasilitas, jaminan pensiun dan jaminan hari tua
maupun kompensasi lainnya baik yang diterima oleh PNS maupun oleh PPPK, sebagai
bentuk pemenuhan haknya sebagai seorang karyawan pada instansi tertentu.
Dengan diberikannya kompensasi suatu instansi atau perusahaan mengharapkan agar para
karyawan dapat meningkatkan produktifitas perusahaan dan semangat kerjanya sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai dengan sangat baik. Dalam hal ini berarti setelah para
karyawan mendapatkan haknya, maka mereka tidak boleh lupa atau lalai terhadap tugas yang
diembannya kemudian yang menjadi kewajibannya sebagai seorang karyawan. Oleh karena
itu, disinilah terdapat fungsi pengintegrasian tersebut, yaitu kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang sesuai dan
saling menguntungkan. Apabila kebutuhan para karyawan sudah terpenuhi maka diharapkan
kepentingan perusahaan juga dapat terwujud.
10
perlindungan serta pengembangan kompetensi yang didapat oleh para karyawan seperti yang
ditegaskan dalam undang-undang tersebut.
BAB VII
KELEMBAGAAN
KASN berkaitan dengan kewenangan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan
Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap
penerapan asas serta kode etik dan kode perilaku ASN. Sistem Merit itu sendiri merupakan
kebijakan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur ataupun kondisi kecatatan.
11
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai keefektifan penerapan
sistem merit, pertama, menetapkan target prestasi kerja; kedua mengembangkansistem
penilaian karya pegawai yang berfokus pada kekhasan jabatan, berorientasi pada hasil kerja
serta penilaian oleh lebih dari satu penilaian; ketiga, memberikan pelatihan penilaian prestasi
kerja kepada para pimpinan unit kerja serta pegawai umumnya terampil menilai prestasi kerja
pegawai serta menguasai seni penyampaian umpan balik tentang kondisi nyata prestasi kerja
yang berhasil dicapai sehingga pada masa yang akan datang memungkinkan untuk dicapainya
prestasi kerja pegawai yang lebih baik. Keempat, membakukan pemberian penghargaan
berdasarkan prestasi kerja yang berhasil dicapai oleh setiap pegawai. Kelima, menggunakan
skala kenaikan penghasilan yang besar dan bernilai signifikan.
Salah satu tugas KASN adalah menjaga netralitas Pegawai ASN. Dalam pasal 2 huruf f
dinyatakan bahwa salah satu asas ASN adalah netralitas, bahwa setiap pegawai ASN tidak
berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan
siapapun. Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Kemudian dalam
kedudukan dan tugas tersebut, pegawai negeri harus netral dari pengaruh semua golongan
dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
12
1. Terencana
Penataan PNS dilaksanakan melalui suatu persiapan yang komprehensif berdasrkan suatu
rancangan dan konsep dalam dimensi waktu yang telah ditentukan.
2. Sistematis
Penataan PNS dilaksanakan menurut pendekatan suatu sistem tertentu yang mengacu
pada Sistem Manajemen Kepegawaian.
3. Berkelanjutan
4. Objektif
Selain itu juga terdapat prosedur penataan PNS yaitu mulai dari persiapan penataan,
pelaksanaan penataan PNS, yang di dalamnya memuat langkah-langkah dan proses penataan
PNS.
Dalam bab IV terkandung fungsi manajemen yaitu, fungsi planning (perencanaan), fungsi
organizing (pengorganisasian), dan fungsi controlling (pengendalian). Seperti pengertiannya
perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Dengan di bentuknya beberapa
lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam manajemen ASN diharapkan dapat
membantu mewujudkan tujuan pemerintahan secara efektif dan efisien. Fungsi
pengorganisasian yaitu suatu kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan dengan
menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi
dalam bagan organisasi. Salah satunya yaitu pendelegasian wewenang tergambar dalam pasal
25 aya (2) dimana presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada Kementerian,
KASN, LAN, dan BKN. Sedangkan fungsi pengendalian terlihat dalam pasal 30 mengenai
fungsi KASN, yaitu KASN berfungsi mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik, dan
kode perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN
pada instansi pemerintah. Dengan demikian KASN dapat mengendalikan parakaryawan agar
mentaati peraturan dan bekerja sesuai dengan rencana.
13
BAB VIII
MANAJEMEN ASN
Penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS dilakukan sesuai
dengan siklus anggaran. Dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang
Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa menghitung kebutuhan pegawai
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Pengadaan
14
organisasi, pejabat fungsional dilarang rangkap jabatan dengan JA atau JPT, kecuali untuk JA
atau JPT yang kompetensi dan bidang tugas jabatannya sama dan tidak dapat dipisahkan
dengan kompetensi dan bidang tugas JF. Selanjutnya jabatan ASN tertentu di lingkungan
instansi pusat tertentu dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan kompetensi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, seperti yang di jelaskan dalam pasal 147 PP No. 11 Tahun
2017.
d. Pengembangan karier
Pengembangan karier adalah proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai
dalam rangka mencapai karir yang diinginkan. Pengembangan karier pegawai yang efektif
akan memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan oleh pegawai, agar
semakin mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan organisasi dengan
lingkungan yang selalu berubah. Dalam hal ini UU No 5 tahun 2014 tentang ASN pasal 176
menyebutkan bahwa pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan dimensi kualifikasi,
dimensi kompetensi, dimensi penilaian kinerja dan dimensi kebutuhan instansi pemerintah.
1. Dimensi Kualifikasi
Kualifikasi merupakan persyaratan yang telah dipenuhi terkait dengan kemampuan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau jabatan tertentu atau untuk memperoleh
kewenangan dan legitimasi dalam menjalankan profesinya atau pekerjaannya. Setiap bidang
pekerjaan memerlukan syarat yang telah dipenuhi oleh pegawai agar proses dan hasilnya
dapat mencapai tujuan dari bidang tersebut.
2. Dimensi Kompetensi
15
Penilaian Kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara
berkala kinerja pegawai. Kinerja sebagai panduan dari hasil kerja dan kompetensi. Penilaian
kinerja merupakan proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai kinerja pegawainya.
Penilaian kinerja pegawai merupakan suatu proses berkelanjutan dalam menilai kualitas kerja
pegawai dan usaha untuk memperbaiki unjuk kerja pegawai.
Kebutuhan instansi pemerintah sebagai wadah proses kegiatan manajemen SDM aparatur
berlangsung, antara masigg-masing pegawai menetapkan dan menerapkan tujuan kariernya
dan organisasi merancang dan menerapkan program pengembangan karier yang
berkualifikasi, kompetensi dan penilaian kinerja yang dapat menghasilkan orang-orang yang
profesional untuk memenuhi kebutuhan organisasi di masa kini dan masa yang akan datang.
e. Pola karier
Dengan adanya pola karier PNS yang baik akan memberikan bagi peningkatan motivasi
sekaligus kinerja PNS. Pola karier yang menunjukan adanya rambu-rambu tau pedoman yang
jelas terhadap pengangkatan jabatan –jabatan struktural di daerah akan memberikan rasa
aman bagi pegawai atau pejabat dalam berkarier. Pengangkatan dan penempatan pegawai
dalam jabatan struktural pun akan terkait dengan stndar kompetensi yang telah ditetapkan
dalam pola karier. Sehingga, pimpinan organisasi atau kepala daerah tidak dapat semena-
mena dalam memindahkan, memutasi ataupun mendemosi seorang PNS atau pejabat karier.
f. Promosi
Salah satu agenda dari reformasi birokrasi adalah dengan adanya promosi jabatan secara
terbuka. Dengan promosi jabatan secara terbuka, diharapkan nantinya diperoleh pejabat
struktural yang profesional, memiliki kompetensi tinggi, berkinerja baik, berintegritas dan
sesuai harapan organisasi. Penempatan atau promosi PNS dalam suatu jabatan tertentu harus
sesuai dengan kompetensi jabatan yang disyaratkan dalam jabatan tersebut. Promosi
merupakan bentuk pola karier yang dapat berbentuk vertikal atau diagonal.
g. Mutasi
Mutasi yang dilakukan untuk suatu jabatan tertentu dalam suatu organisasi harus
mengacu pada aturan dan ketentuan yang telah tertuang dalam undang-undang ASN. Mutasi
dan promosi jabatan merupakan hal yang seharusnya dilakukan dalam suatu organisasi dalam
16
rangka penyegaran dan bentuk penghargaan bagi aparatur yang memiliki kompetensi
sehingga aparatur akan lebih terpacu untuk lebih profesional dan meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya.
h. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang
didasarkan pada sistem prestasi dan sistem karier. Penilaian kinerja didasarkan pada
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau satuan organisasi dengan
memperhatikan target, sasaran, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku dari PNS itu
sendiri secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif dan transparan. Berdasarkan pasal 4 PP
No. 46 Tahun 2011, penilaian prestasi kerja PNS dibagi dalam dua unsur yaitu sasaran
kinerja pegawai (SKP) yang melakukann pengukuran dari segi kuantitas, kualitas, waktu dan
biaya. Kemudian perilaku kerja yang diukur dari orientasi pelayanan, integritas, komitmen,
disiplin, kerjasama dan kepemimpinan.
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin
kesejahteraan PNS. Komponen gaji yang diterima PNS hanya terdiri dari 3 macam yaitu gaji,
tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan.
j. Penghargaan
PNS yang telah menunjukan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan
prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan berupa pemberian
yaitu : 1) tanda kehormatan, 2) kenaikan pangkat istimewa, 3) kesempatan prioritas untuk
pengembangan kompetensi dan, 4) kesempatan menghadiri acara resmi atau acara
kenegaraan.
k. Disiplin
Pemerintah melalui PP No.53 tahun 2010 tentang disiplin PNS dilakukan secara bertahap
sejak pengangkatan, penempatan, pendidikan dan latihan, pemindahan, penghargaan serta
pemberhentian, dengan selalu mengacu pada kode etik dan peraturan disiplin yang
diberlakukan. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan kinerja sumber
daya aparatur.
17
l. Pemberhentian
Berdasarkan pasal 91 ayat (3) dan (4) UU ASN, jaminan pensiun dan jaminan hari tua
adalah bukan utang negara melainkan hak yang harus dijamin oleh negara.
n. Perlindungan
a. Penetapan kebutuhan
b. Pengadaaan
c. Penilaian kinerja
d. Penggajian dan tunjangan
e. Pengembangan kompetensi
f. Pemberian penghargaan
g. Disiplin
h. Pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
i. Perlindungan.
Fungsi manajemen yang terdapat pada VIII ini yaitu fungsi pengorganisasian. Dimana
terdapat beberapa pasal yang menjelaskan tentang pendelegasian wewenang, yaitu seperti
yang terdapat pada pasal 54 ayat (1): “presiden dapat mendelegasikan kewenangan
pembinaan manajemen ASN kepada pejabat yang berwenang dikementerian, sekretaris
jenderal/sekretariat lembaga negara, sekretariat lembaga nonstruktural, sekretaris daerah
provinsi dan kabupaten/kota”. Karena pengorganisasian ini mencakup kegiatan pembagian
kerja, hubungan kerja dan salah satunya yaitu delegasi wewenang dalam bagan organisasi.
18
(pemberhentian) yang semuanya disebutkan jelas dalam manajemen PNS dan manajemen
PPPK.
BAB IX
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 menegaskan dalam pasal 108 bahwa pengisian
jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara,
lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persayaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, begitupun dengan
pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama hampir sama dengan pengisian jabatan tinngi
utama dan madya. Selanjutnya, Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi
pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota,
dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari PNS
sejak mendaftar sebagai calon.
Fungsi manajemen yang terdapat pada bab ini lebih kepada fungsi pengorganisasian,
karena di dalamnya memuat tetang pembagian kerja dan pengkoordinasian diantara tingkatan
Jabatan Pimpinan Tinggi.
BAB X
Dalam pasal 123 ayat (3) Undang-undang ini, menyatakan pegawai negeri sipil dalam
mencalonkan diri menjadi kepala daerah/pejabat negara harus mundur dari jabatannya
sebagai pegawai negeri. Pengunduran diri tersebut dimaksudkan karena seorang pegawai
negeri sipil memiliki kewajiban menyelenggarakan pemerintahan dan memberi pelayanan
kepada masyarakat. Maka untuk menjalankan kewajiban tersebut,seorang pegawai negeri
sipil harus bersikap secara profesional.
Untuk bab X terdapat beberapa fungsi manajemen seperti fungsi pengorganisasian, fungsi
pengarahan, fungsi pengendalian, fungsi pengadaan, fungsi pengintegrasian serta fungsi
pemberhentian. Untuk fungsi pengorganisasian bagaimana dalam bab ini berisi pembagian
kerja yang jelas, fungsi pengarahan dan pengendalian dalam bab ini dimana terdapataturan
19
bahwa seorang pegawai ASN yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi presiden dan
wakil presiden, ketua, wakil ketua dan jabatan lainnya dalam sistem pemerintahan harus
wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai
calon, sehingga nantinya tidak merangkap jabatan. Kemudian fungsi pengadaan seperti dalam
pasal 124 ayat (1) yang berbunyi “PNS yang tidak mejabat lagi sebagai pejabat negara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 123 ayat (1) dapat menduduki jabatan pimpinan tinggi,
jabatan administrasi atau jabatan fungsional, sepanjang tersedia lowongan jabatan”.
Sebagaimana dimaksud diatas bahwa selagi masih tersedia lowongan jabatan maka masih
dapat melakukan perekrutan/pengadaan. Fungsi pengintegrasian disini dimaksudkan bahwa
dalam setiap pengaturan tersebut diharapkan dapat memenuhi kepentingan instansi dan juga
para karyawan, agar kemudian tercipta kerja sama yang saling menguntngkan kedua belah
pihak yaitu negara dan juga pegawai negerinya. Selanjutnya untuk fungsi pemberhentian
seperti di jelaskan dalam pasal 123 ayat (3) bagi seorang pegawai negeri sipil yng
mencalonkan/dicalonkan menjadi kepala daerah harus mundur dari jabatannya sebagai
pegawai negeri. Hal ini menandakan terjadinya pemutusan hubungan kerja atau pegawai
negeri tersebut tidak lagi bertanggung jawab atas tugas yang diembannya sebelumnya, karena
seorang pegawai negeri dintuntut untk bersikap profesional dan mentaati peraturan-peraturan
yang telah ditentukan.
BAB XI
ORGANISASI
Pegawai ASN terhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Repubik Indonesia.
Pada mulanya korps ASN ini bernama KORPRI yang telah lama didirikan sejak 29
November 1971, KORPRI sudah mennjukan peran dan tanggung jawabnya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, bangsa dan, negara sebagai organisasi yang telah
mewadahi para pegawai ngeri sipil dan juga telah melaksanakan tugas pemerintahan dalam
melayani keperluan masyarakat di berbagai bidang. Namun dengan terbitnya Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ini, maka organisasi KORPRI bertransformasi menjadi
Korps Pegawai Aparatur Sipil Negara Republik Indonesia dengan tujuan menjaga kode etik
profesi dan standar pelayanan profesi ASN serta mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa.
Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam undang-undang ini berdasarkan dengan
tujuan yang telah dikemukakan bahwa korps profesi pegawai ASN Republik Indonesia
20
memiliki tujuan menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN serta
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa, maka disini diperlukannya
kesadaran bagi seorang pegawai ASN untuk mentaati peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan serta menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan sebagai norma-norma yang
perlu diterapkan dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Oleh karena itu hal ini sesuai
dengan fungsi kedisiplinan yang terdapat pada bab tersebut. Selanjutnya terdapat fungsi
develpoment (pengembangan) yang sesuai dengan fungsi korps ASN yang terdapat pada
pasal 126 ayat (3) huruf a dimana korps ASN ini memiliki fungsi pembinaan dan
pengembangan profesi ASN. Sebagaimana yang dimaksud pada pasal tersebut berarti korps
ASN ini berfungsi dalam proses peningkatan keterampilan dan tentunya moral seorang
pegawai ASN agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Selain itu terdapat fungsi lain yaitu fungsi maintenance (pemeliharaan) seperti yang
tersirat dalam pasal 126 ayat (3) huruf b dan d, korps profesi ASN memberikan perlindungan
hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN Republik Indonesia terhadap dugaan
pelanggaran sistem merit dan mengalami masalah hukum dalam melaksanakan tugas serta
menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini
menandakan bahwa korps ASN berusaha untuk menjamin kesejahteraan setiap anggota agar
semua kebutuhannya tetap terpenuhi dan terpelihara.
BAB XII
Sistem informasi ASN menjadi tinjauan yang digunakan oleh pemerintah untuk
mengetahui secara jelas mengenai pegawai ASN yang berada di pemerintahan, baik pusat
ataupun daerah. Seperti yang telah dijelaskan bahwa dalam Undang-undang ini sistem
informasi ASN merupakan serangkaian informasi dan data mengenai pegawai ASN yang
disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis teknologi. Sistem
informasi ASN merupakan aturan yang berhubungan dengan manajemen ASN, dengan
adanya sistem informasi ASN ini, akan memberikan jaminan untuk efektivitas, efisiensi, dan
akurasi pengambilan keputusan manajemen ASN tersebut. Karena manajemen ASN memiliki
fungsi untuk pengelolaan ASN agar menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki
nilai-nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi
dan nepotisme. Keseimbangan antara manajemen ASN dan Sistem informasi ASN mampu
21
memberikan pedoman kepada pemerintah pusat untuk menganalisis jabatan setiap pegawai
yang tersebar di instansi daerah dan pusat, serta mencapai tujuan dari manajemen ASN.
Berdasarkan pasal 127 ayat (1) bahwa sistem informasi ASN diperlukan untuk menjamin
efsiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam manajemen ASN. Sehingga
fungsi yang termasuk sesuai dengan apa yang telah dikemukakan di atas adalah fungsi
planning (perencanaan), karena sistem informasi ASN ini sangat penting keberadaannya
dalam menentukan keterpaduan dan akurasi data sehingga sangat diperlukan dari awal untuk
menentukan keberhasilan proses selanjutnya.
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA
“Memeriksa dan mengambil keputusan atas banding administratif dari PNS yang dijatuhi
hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS oleh pejabat pembina kepegawaian
dan/atau gubernur selaku wakil pemerintah”.
“PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri atau pembehentian tidak dengan hormat sebagai PNS oleh pejabat
pembina kepegawaian tau gubernur selaku wakil pemerintah dapat mengajukan banding
administratif kepada BAPEK”.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas dalam hal ini BAPEK memiliki tugas
memeriksa dan mengambil keputusan atas banding administratif yang dilaksanakan melalui
sidang BAPEK. BAPEK dalam mengambil keputusan dilakukan dengan musyawarah dan
22
mufakat. Dalam hal musyawarah untuk mufakat apabila tidak tercapai maka keputusan yang
diambil berdasarkan dengan suara terbanyak. Keputusan BAPEK ini dapat memperkuat,
memperberat, memperingan, atau bahkan membatalkan keputusan pejabat pembina
kepegawaian atau gubernur selaku wakil pemeintah. Dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan, BAPEK berwenang meminta keterangan tambahan dari PNS yang
bersangkutan, Pejabat, atau pihak lain yang dianggap perlu.
Dari bab XIII ini terdapat fungsi directing (pengarahan) dan juga fungsi controlling
(pengendalian), hal ini dikarenakan seperti yang telah dikemukakan sebelmnya bahwa dalam
penyelesaian sengketa dilakukan dengan upaya keberatan dan juga banding administratif
yang berarti bahwa hal ini berupaya untuk mengarahkan dan mengendalikan pegawai ASN
unuk mengikuti prosedur dan peraturan-peraturan yang ada.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Dijelaskan bahwa pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS
dilakukan penyetaraan yaitu:
Sampai dengan berlakunya peraturan pelaksanaan mengenai Jabatan ASN dalam Undang-
undang ini.
Untuk bab XIV menurut saya sudah mencakup semua fungsi karena semuanya sudah
dijelaskan secara tegas dalam pasal-pasalnya.
23
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu pada tanggal 15
januari 2014. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Untuk bab terakhir atau penutup ini menurut saya sama seperti bab sebelumnya yaitu
sudah mencakup semua fungsi manajemen.
24
3. PENUTUP
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 telah menjadi salah satu paradigma baru undang-
undang Aparatur Sipil Negara yang mana di dalamnya berkaitan dengan Manajemen ASN
yang diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit yaitu berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecatatan. Manajemen ASN ini meiputi Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK), tidak ada lagi dikotomi
PNS Pusat dan Daerah. Dalam undang-undang ASN dibentuk Komisi Aparatur Sipil Negara
atau KASN yang merupakan lembaga non struktural yang mandiri dan bebas dari intervensi
politik untuk mnciptakan pegawai ASN yang profesional, berkinerja tinggi, memberikan
pelayanan secara adil dan netral serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa. Salah satu
tujuan dibentuknya KASN ini adalah untuk menjamin terwujudnya Sistem Merit dalam
kebijakan manajemen ASN sedangkan fungsinya adalah mengawasi pelaksanaan norma
dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan
manajemen ASN pada instansi pemerintah.
Dalam pembangunan sumber daya manusia aparatur negara pada tahun 2012, ASN masih
memiliki kekuatan dan kemampuan yang terbatas, karena Sistem Merit tidak dilaksanakan
secara efektif dalam manajemen sumber daya manusia ASN. Hal itu ditunjukan dengan
rendahnya integritas, pegembangan kapasitas tidak dilaksanakan, kesejahteraan rendah dan
tidak memperhatikan niai keadilan. Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ini
merupakan legal base yang harus dipahami bersama sebagai semangat untuk menuju
perubahan ke arah yang lebih baik. Peraturan-peraturan pendukungnya tengah disiapkan dan
untuk itu giliran setiap instansi pemerintah dan juga para PNS untuk bersiap diri
mensukseskan implementsi dari Undang-undang ASN tersebut. Sumber daya aparaturyang
kompeten dan profesional merupakan bagian kecil dari area perubahan yang dicanangkan
dalam agenda Reformasi Birokrasi akan tetapi urgensinya terhadap pencapaian sasaran
Repormasi Birokrasi menjadi suatu ketidakmungkinan. Tanpa aparatur yang kompeten,
profesional dan siap berkompetisi mustahil Reformasi Birokrasi dapat dilaksanakan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Rakhmawanto, Ajib, Strategi Pengembangan Pegawai Negeri Sipil Yang Berkualitas. Jakarta:
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara, 2007.
Siagian, Sondang P, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
https://bpptik.kominfo.go.id/download/pp-no-11-tahun-2017-tentang-manajemen-pegawai-
negeri-sipil/ (diakses pada 20 Mei 2018)
http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2018/02/peraturan-bkn-nomor-21-tahun-2017-
perubahan-atas-perka-bkn-nomor-7-tahun-2017-tentang-tata-cara-pelantikan-dan-
pengambilan-sumpah-janji-ja-jp-jf-dan-jpt.pdf (diakses pada 24 Mei 2018)
http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2015/08/perka-bkn-nomor-37-tahun-2011-
pedoman-penataan-pns.pdf (diakses pada 24 Mei 2018)
http://jdih.jakarta.go.id/uploads/default/produkhukum/pp_no_57_tahun_2013.pdf (diakses
pada 25 Mei 2018)
http://www.bpn.go.id/publikasi/peraturan-perundangan/peraturan-pemerintah/peraturan-
pemerintah-nomor-24-tahun-2011-1009 (diakses pada 27 Mei 2018)
http://www.bpn.go.id/PUBLIKASI/Peraturan-Perundangan/Peraturan-Pemerintah/peraturan-
pemerintah-nomor-46-tahun-2011-1003 (diakses pada 28 mei 2018)
https://ipb.ac.id/media/document/pdf/pp-ri-no-53-tahun-2010-tentang-disiplin-pns.pdf
(diakses pada 28 Mei 2018)
26