Anda di halaman 1dari 45

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKLUSIF

Oleh:
TIM NARASUMBER PAUD
2021
Pembelajaran Inklusif
• Penerapan pembelajaran inklusif merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan untuk mengakomodasi kebutuhan semua anak dan dalam
pelaksanaannya melibatkan anak berkebutuhan khusus.
• Pembelajaran inklusif dapat dilakukan setelah pendidik mengidentifikasi
potensi perkembangan anak dan hambatan yang dihadapi anak
berkebutuhan khusus, dengan tujuan agar pendidik dapat membantu
dalam pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak.
• Pada prinsipnya penerapan pembelajaran dilaksanakan melalui kolaborasi
guru dengan anak, orangtua dan masyarakat.
Pembelajaran Inklusif
Beberapa hal yang dapat guru lakukan dan perhatikan saat melaksanakan kegiatan pembelajaran
bersama anak, yaitu:
1. Peran Guru
a.Tentukan program dan model pembelajaran berdasarkan kebutuhan anak.
b.Buat variasi perencanaan kegiatan dan laksanakan sesuai dengan kebutuhan anak. Saat kegiatan belajar
berlangsung, jika pendidik melihat anak-anak tidak merespon secara positif atau tidak memberi perhatian
secara penuh, jangan ragu untuk mengubah dan memodifikasi kegiatan.
c.Selalu tepat waktu, dan tidak menyia-nyiakan waktu anak untuk hal-hal yang sebetulnya dapat dilakukan
oleh pendidik di luar waktu belajar anak.
d.Selalu lakukan kegiatan rutin secara berulang dan konsisten, sebab anak belajar tentang rutinitas, dengan
mengenalkan berbagai jenis kegiatan harian melalui gambar atau dengan penanda waktu (misalnya bel
atau tamborin).
e.Beri kesempatan pada semua anak untuk terlibat pada setiap kegiatan, pastikan tidak ada yang terabaikan.
Bangunlah aktivitas yang memungkinkan anak belajar bersama.
Pembelajaran Inklusif
2. Media pembelajaran
a. Semua alat permainan dan bahan belajar sudah tersedia sebelum kegiatan dimulai.
b. Alat permainan sangat penting untuk ditata, mudah dijangkau dan aman bagi anak.
Guru dapat mengajak anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan dengan meminta anak
untuk mengambil mainan secara mandiri dan bermain secara aktif.
c. Gunakan selalu media yang bersifat konkrit saat memperkenalkan pengetahuan baru
ke anak.
d. Untuk anak yang memiliki kesulitan bicara, papan bantu komunikasi harus selalu
tersedia.
Strategi Umum Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus

1. Identifikasi masalah perilaku dan masalah belajar serta keunikan anak sejak dini secara rinci dan
komprehensif.
2. Penegakan diagnosa melalui pengamatan intensif yang melibatkan pihak guru, orangtua dan rujukan ahli
lain jika diperlukan.
3. Mengolah kurikulum klasikal yang berdiferensiasi dan/atau kurikulum individual untuk anak sesuai
kebutuhan khusus yang dimilikinya.
4. Melakukan penyesuaian asesmen secara khusus dan umum sesuai dengan karakteristik anak berkebutuhan
khusus.
5. Menjalin komunikasi intensif dengan orangtua secara berkala melalui berbagai media (email, sms, buku
komunikasi, telepon, atau tatap muka).
6. Mengelola professional development (pengembangan profesi untuk para guru kelas, guru individual) agar
memiliki sikap positif, berbagi ilmu/informasi dan dapat melakukan penanganan efektif untuk anak-anak
berkebutuhan khusus baik.
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini Dengan Hambatan Penglihatan

• Istilah hambatan penglihatan biasa dikenal dengan istilah tunanetra yang diambil
dari kata “tuna” dan “netra”, tuna artinya kurang dan netra artinya mata. Tunanetra
adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami
gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya.
• Ketunanetraan dapat dikelompokkan, yaitu:
a. Buta (blind) adalah seseorang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali tetapi
mungkin saja memiliki persepsi cahaya yaitu membedakan ada tidaknya cahaya.
b. Kurang lihat (low vision) adalah seseorang yang memiliki keterbatasan melihat
pada jarak jauh tetapi mampu melihat objek pada jarak tertentu.
c. Penglihatan terbatas (visually limited) adalah seseorang yang memiliki masalah
penglihatan ketika melihat benda dalam kondisi pada umumnya
Keterbatasan Anak Usia Dini Dengan Hambatan Penglihatan

Mempengaruhi:
Keterbatasan menurut ⚫ Aktifitas Belajar
Lowenfeld ⚫ Bekerja
⚫ Perkembangan ⚫ Kegiatan Sehari-hari
Konsepsi/Pengalaman ⚫ Kognitif (akibat kurangnya informasi/
⚫ Interaksi dengan pengalaman visual)
Lingkungan/Sosialisasi ⚫ Emosi (perasaan takut, cemas, mudah
⚫ Gerak/Mobilitas tersinggung, curiga, marah, sedih)
⚫ Sosial (sikap masyarakat yang kurang
menguntungkan seperti penolakan,
pengabaian, isolasi)
Keterampilan Yang Perlu Dipersiapkan
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

• Keterampilan sensoris
• Perkembangan motorik
• Pengembangan konsep
• Keterampilan komunikasi,
• Keterampilan sosial
• Keterampilan bina diri
Prinsip Pembelajaran
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

• Pengalaman konkrit,
Segala sesutu yang diperkenalkan atau diajarkan kepada AUD dengan hambatan penglihatan
harus diupayakan agar dapat diterima, dialami secara nyata dan sejauh mungkin
menghindarkan terjadinya verbalisme atau konsep yang dipahami secara verbal saja.
• Belajar sambil melakukan
Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing) erat kaitannya dengan prinsip
pengalaman kongkrit yang menekankan agar anak usia dini dengan hambatan penglihatan
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman yang secara langsung dialami sendiri.
Prinsip Pembelajaran
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

• Penyatuan antar konsep-konsep,


a. Perabaan memegang peranan penting untuk memperoleh informasi tentang obyek yang tidak
bersuara.
b. Obyek yang harus dipahami melalui perabaan dapat dikategorikan obyek yang kecil atau dapat
dijangkau oleh perabaan dalam telapak tangan dan obyek yang besar atau diluar jangkauan telapak
tangan.
c. Untuk mengenal benda dalam jangkauan perabaan telapak tangan, teknik perabaan analitis
(analytic touch) lebih penting.
d. Untuk memahami benda yang di luar jangkauan telapak tangan, teknik perabaan sintetis (sintetic
touch) lebih berperan.
e. Dalam teknik perabaan sintetis, karena obyek tidak dalam jangkauan telapak tangan, maka harus
diraba bagian demi bagian dan kemudian konsep secara keseluruhan dibentuk berdasarkan
informasi bagian-bagian tersebut.
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

a. Dudukkan anak usia dini dengan hambatan penglihatan pada bangku paling depan atau dekat
dengan sumber kegiatan.
b. Buat media yang bersifat timbul atau asli/mendekati aslinya.
c. Dekatkan obyek sedekat mungkin dengan mata anak usia dini dengan hambatan penglihatan.
d. Buat tulisan atau gambar yang besar-besar dan dengan warna yang kontras dengan warna
latar (lebih baik dengan warna latar putih, tulisan atau gambar dengan hitam atau biru tua
atau sebaliknya.
e. Gunakan penerangan yang baik, misalnya posisi anak usia dini dengan hambatan penglihatan
lebih dekat dengan sumber cahaya.
f. Pada anak low vision kondisikan kontak mata langsung dengan obyek.
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini Dengan Hambatan Pendengaran

• Istilah hambatan pendengaran biasa dikenal dengan istilah tunarungu


diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya
pendengaran.
• Hambatan pendengaran adalah suatu istilah umum yang menunjukkan
kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke dalam
tuli dan kurang dengar.
• Ketunarunguan adalah keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh
gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan
mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini
walaupun telah diberikan alat bantu mendengar (ABD) tetap memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Persepsi
Masalah yang Ditimbulkan Auditif
Akibat Ketunarunguan Bahasa
(Menurut: Arthur Boothroyd) Emosi dan
Komunikasi

Permasalahan
Kognisi
yang timbul
So sial dan
akibat
Intelektual
Ketunarunguan

Masyarakat&
Pendidikan
Ortu

Vo kasional
Language across
the curricullum
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Pendengaran

a. Biasakan AUD dengan hambatan pendengaran menggunakan alat bantu mendengar


b. Posisikan duduk AUD dengan hambatan pendengaran pada bangku paling depan atau dekat dengan
sumber kegiatan tidak terhalang oleh apapun, sebaiknya setting duduk setengah lingkaran atau U
c. Bantu AUD belajar dengan benda-benda konkret yang diberi nama bendanya dengan menggunakan
tulisan tegak bersambung.
d. Buat media visual sebagai alat bantu pembelajaran sesuai kegiatan.
e. Saat menjelaskan posisi guru berada di depan kelas dan tidak sambil berjalan, upayakan agar AUD dapat
melihat mulut guru dan artikulasi harus jelas
f. Saat menjelaskan hal yang abtrak harus dikontraskan dengan lawannya (cantik X jelek, bersihX kotor,
atas X bawah, dst)
g. Gunakan tulisan tegak bersambung saat menuliskan dalam setiap pembelajaran
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Pendengaran

a. Gunakan penerangan yang baik di dalam kelas, misalnya posisi AUD dengan kebutuhan
khusus hambatan pendengaran lebih dekat dengan sumber cahaya agar mulut guru dalam
percakapan mudah terlihat
b. Lakukan percakapan dengan AUD kebituhan khusus hambatan pendengaran dimana saja,
kapan saja, sesering mungkin.
c. Gunakan bahasa tubuh/mimik wajah/ gesture sebagai penguat percakapan yang dilakukan
d. Gunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, ekpresif dan seritmis mungkin
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Intelektual

• Menurut DSM V (Diagnostic Statistic Manual) hambatan intelektual atau yang lebih dikenal dengan nama
tunagrahita (tuna=kurang, grahita= kecerdasan) adalah gangguan dengan onset (saat yang paling
bermakna untuk menyatakan bahwa seseorang mengalami gangguan) selama periode perkembangan
yang mencakup keduanya defisit fungsi intelektual dan adaptif di domain konseptual, sosial, dan praktis.
• Defisit dalam fungsi intelektual, meliputi kekurangan dalam penalaran, pemecahan masalah,
perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian, belajar akademik dan belajar dari pengalaman, serta
pemahaman praktis.
• Kesemuanya ini harus di dikonfirmasi oleh asesmen klinis dan individu, dan tes standar intelegensi.
• Defisit dalam fungsi adaptif menyebabkan kegagalan memenuhi standar perkembangan dan sosiokultural
untuk kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial.
• Defisit adaptif berfungsi satu atau beberapa aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti komunikasi,
partisipasi sosial, dan hidup mandiri, dan di berbagai lingkungan, seperti rumah, pekerjaan sekolah dan
sekolah, pekerjaan, dan rekreasi.
Klasifikasi Hambatan Intelektual

Ringan = IQ 55-70

Menurut DSM V
(Diagnostic Statistic Manual) Sedang = IQ 40-55

Berat= IQ 25-40

Sangat berat= IQ < 25


Program Kebutuhan Khusus
Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual

• Pada anak usia dini berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual kebutuhan
khusus mereka adalah bina diri.
• Tujuan dari bina diri adalah terwujudnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam
kehidupan sehari-hari secara memadai.
• Selain itu menumbuhkan kemampuan tunagrahita dalam tata laksana pribadi
(mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri)
Strategi Program Kebutuhan Khusus
Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual
Untuk mengoptimalkan keterampilan bina diri maka perlu diketahui aspekaspek bina diri yang akan diajarkan untuk
mereka yaitu:
a. Kemampuan Merawat Diri, antara lain:
1) Pemeliharaan tubuh
2) Kesehatan dan keselamatan diri dari bahaya di sekitar

b. Kebutuhan Mengurus Diri, antara lain:


1) Memelihara diri secara praktis
2) Mengurus kebutuhan yang bersifat pribadi (makan minum)
3) Pergi ke wc/kamar mandi

c. Kebutuhan Menolong Diri, melalui permainan:


1) Memasak sederhana
2) Mencuci (alat makan, pakaian, dll)
3) Melakukan aktivitas rumah
Strategi Program Kebutuhan Khusus
Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual
d. Kebutuhan Komunikasi, diantaranya:
1) Reseptif
2) Ekspresif

e. Kebutuhan Sosialisasi/Adaptasi, diantaranya:


1) Keterampilan bermain
2) Keterampilan berinteraksi
3) Berpartisipasi dalam kelompok

f. Kebutuhan Keterampilan Hidup melalui bermain peran, seperti:


1) Berbelanja
2) Mengenal uang
3) Vocasional

g. Kebutuhan Mengisi Waktu Luang, yaitu:


1) Olahraga
2) Kesenian
Strategi Pembelajaran di Kelas
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual

• Anak diposisikan sebagai subyek pembelajar dan sekolah harus menciptakan lingkungan yang
kondusif dalam belajar agar anak senang dan dapat terlibat aktif dalam proses belajarnya.
• Lakukan pembelajaran dengan pendekatan joyfull learning (belajar yang menyenangkan).
• Kondisi dari anak usia dini dengan hambatan intelektual menyebabkan mereka “terlambat”
untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Dalam setting kelas inklusif maka anak-anak ini perlu
program pembelajaran individual (PPI).
• Untuk anak usia dini dengan hambatan intelektual guru kelas jika memungkinkan harus
dibantu oleh guru pendamping khusus (GPK) untuk mengembangkan pembelajaran mereka.
Aspek Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual

a. Sebagai guru, cobalah pelajari tentang kebutuhan dan karakteristik peserta didik, namun
tidak secara otomatis menganggap mereka akan berperilaku dengan cara yang sama hari ini
seperti yang mereka lakukan kemarin.
b. Perencanaan pengembangan perlu dilakukan sebelum kegiatan dilakukan. Perencanaan ini
ada pada PPI.
c. Libatkan keluarga dan orang terdekat lainnya dalam kegiatan belajar, perencanaan dan hari-
hari istimewa, serta memberi tahu tentang kebutuhan anak muda kepada orang-orang yang
terlibat.
d. Gunakan kerja kelompok, agar mereka tetap dapat bersosialisasi dengan teman, namun
pendekatan tetap individual.
e. Mempergunakan benda-benda konkrit dan banyak contoh untuk menjelaskan konsep-
konsep baru.
Aspek Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual

f. Menggunakan bahasa yang jelas namun sesuai dengan kondisi peserta didik ketika
berkomunikasi dengan mereka.
g. Jangan memberikan perintah yang terlalu banyak dan terlalu kompleks karena anak akan
bingung dan akibatnya kemungkinan tidak akan mengerjakan atau salah dalam mengerjakan
perintah guru.
h. Menggunakan strategi analisa tugas atau tugas dipecah-pecah ke dalam aspek-aspek kecil,
dan role model sebagai pendekatan.
i. Tanyakan kepada mereka, bagaimana mereka merasa mereka belajar paling baik, dan bantu
mereka untuk mengendalikan pembelajaran mereka sebaik mungkin.
j. Jangan lupa beri positive reward.
Pembelajaran
Bagi AUD dengan Hambatan Fisik dan Motorik

• Anak yang mengalami gangguan motorik adalah seseorang yang memiliki kelainan fisik dan
gangguan fungsi fisik.
• Kelainan fisik merupakan berbagai kelainan bentuk tubuh yang berhubungan dengan tulang,
sendi dan otot.
• Misalnya mereka yang menyandang kelainan amputie, kelainan bentuk tubuh dan organ gerak,
serta dislokasi sendi.
• Gangguan fungsí fisik adalah seseorang yang memiliki kondisi fisik pada umumnya tetapi
memiliki fungsi fisik yang terganggu atau motoriknya terganggu, contohnya penyandang polio
dan cerebral palsy.
Program Kebutuhan Khusus
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Fisik dan Motorik

• Anak dengan hambatan fisik dan motorik membutuhkan Binadiri (kemampuan


mengurus diri, atau menolong diri sendiri) dan Binagerak.

• Tujuan dari bina gerak yaitu untuk memperbaiki dan mengembangkan fungsi
gerak pada anak, serta untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang
dapat mengantarkan anak mampu bergerak untuk berpartisipasi dan
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Program Kebutuhan Khusus
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Fisik dan Motorik
• Materi bina diri
a. Kebersihan badan antara lain; mencuci tangan, mencuci muka, mencuci kaki, menyikat
gigi, mandi, mencuci rambut, dan menggunakan wc. B
b. Makan dan minum.
c. Berpakaian dan berhias.
d. Keselamatan diri.
e. Adaptasi lingkungan.
• Materi bina gerak
a. Penguatan otot yang lemah.
b. Pelemasan otot yang kaku.
c. Mempertahankan kekuatan otot dan mencegah atropi otot.
d. Memperbaiki gerak pada persendian.
e. Menanamkan keterampilan lokomotor.
f. Menanamkan keterampilan non-lokomotor.
g. Memperbaiki koordinasi gerak tubuh
Pembelajaran di kelas
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Fisik dan Motorik

1. Pembelajaran harus berdasarkan Program Pembelajaran Individual (PPI) yang melibatkan ahli
lain seperti fisio therapist dan occupational therapist , PPI berdasarkan hasil asesmen.
2. Dalam mengajar anak dengan hambatan fisik dan motorik penataan lingkungan harus
diusahakan memfasilitasi setiap anak dapat bergerak dengan leluasa. Keamanan dan
kenyamanan di dalam kelas juga diusahakan ada.
3. Hal yang penting adalah dalam mengembangkan bina gerak, guru harus bekerja sama
dengan guru pendamping khusus (GPK) dan ahli dalam bidang otot dan tulang.
4. Apabila terdapat hambatan berat pada anak ini usahakan dia mendapatkan fasilitas khusus
misalnya kursi yang berbeda yang sesuai dengan kondisi fisik mereka.
5. Guru harus tetap memiliki harapan yang tinggi kepada anak-anak ini, agar mereka dapat
berkembang dengan baik.
Pembelajaran di kelas
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Fisik dan Motorik

6. Guru harus membiasakan kepada anak-anak lain untuk tidak memanggil nama anak-anak ini dengan
istilah yang tidak sesuai. (bully).
7. Beri kesempatan anak-anak ini untuk tetap melakukan kegiatan bersama dengan teman sesuai dengan
kondisi mereka.
8. Berikan latihan untuk mengembangkan sensori motor seperti, meronce, mewarnai, menempel,
bermain puzzle dan lainnya.
9. Berikan kegiatan yang melibatkan tangan (hand activities) meliputi :
a. Eksplorasi alat-alat tulis
b. Menggunakan telepon
c. Memijit bel
d. Menyalakan dan mematikan lampu
e. Membuka dan menutup pintu
10. Latihan mobilisasi seperti berdiri, berjalan, menaiki tangga di dalam dan luar ruangan. Latihan
Penggunaan alat-alat pendukung untuk berdiri, berjalan, dan keseimbangan. Alat-alatnya meliputi :
braces, crutch, night splint, walker, kursi roda (harus dikonsultasikan dengan ahli).
11. Latihan bina diri
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini dengan ADHD

• ADHD merupakan singkatan dari Attention Defisit Hyperactivity Disorder, istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan anak yang memiliki hambatan pemusatan perhatian, mudah
teralihkan, hiperaktifitas, dan impulsif dalam perilakunya, yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.

• Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan ADHD salah satunya adalah ADD yang merupakan
singkatan dari Attention Defisit Disorder yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Istilah
ADD digunakan berdasarkan kenyataan bahwa anak dengan hambatan ADHD ini tidak selalu
disertai dengan gangguan hiperaktifitas.

• Dalam bahasa Indonesia ADHD disebut dengan GPPH yaitu Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktifitas.
Klasifikasi Anak Usia Dini Dengan ADHD

Anak dengan ADHD dibagi menjadi 3 type, yaitu:

• ADHD- Inattentive, tanpa hiperaktifitas.


Anak yang memiliki hambatan inatensi mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya, mudah
teralihkan dengan rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya.

• ADHD-hyperactive-impulsive
Anak yang memiliki hambatan hiperaktif -impulsif menunjukkan gerakan yang berlebihan yang dilakukan
secara umum, perilaku hiperaktif ini tampak tidak bertujuan.
Mereka kesulitan untuk mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya.gerakannya
dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk memusatkan perhatian.

• ADHD-kombinasi
Merupakan gabungan dari type ADHD-inattentive dan ADHD- Hyperactive-impulsive.
Program Kebutuhan Khusus Anak Usia Dini Dengan ADHD
Kebutuhan anak dengan ADHD/ADD berbeda dengan anak lainnya. Bentuk layanan yang diberikan guru
kepada anak dengan ADHD pun tidak sama dengan anak lainnya.

a. Kebutuhan Pengendalian Diri


Pengendalian diri pada anak hiperaktif berkaitan dengan pengurangan perilaku hiperaktif,peningkatan
rentang perhatian, dan pengendalian impulsivitas.
Beberapa kebutuhan pengendalian diri tersebut ialah: 1) rutinitas, struktur, dan konsistensi 2) fokus pada
hal - hal positif, 3) penjelasan sederhana dan singkat 4) hindarkan argumentasi, dan 5) abaikan hal-hal
yang tidak penting.

b. Kebutuhan Belajar
Anak dengan ADHD perlu adanya pengaturan kegiatan yang terjadwal tidak hanya dalam pengendalian
diri, tapi juga pada pengelolaan kelas. Anak dengan ADHD membutuhkan suasana kelas yang tenang,
kondusif, dan terkendali. Pengelolaan kelas dalam hal ini termasuk juga pengaturan pembelajaran dan
pemberian tugas.
Program Kebutuhan Khusus Anak Usia Dini Dengan ADHD
Beberapa kebutuhan dalam hal pembelajaran yang berbeda dengan anak lain, berbagai kebutuhan tersebut
ialah:
1) Lingkungan kerja, tugas, dan bahan - bahan yang terstruktur,
2) Dukungan eksternal yang membantu pemusatan perhatian,
3) Kesempatan merespon yang tinggi,
4) Bantuan di bidang keterampilan belajar dan belajar aktif,
5) Pengajaran yang melibatkan multisensory,
6) Menyesuaikan dengan gaya belajar anak dan modifikasi tulisan,
7) Jadwal dan rutinitas yang mampu diprediksi,
8) Waktu yang ekstra untuk memproses informasi,
9) Modifikasi kurikulum yang kreatif,
10) Bantuan jika anak frustasi,
11) Modeling dan pengajaran yang terpusat pada guru,
12) Pengalaman belajar yang bermakna, dan
13) Strategi pengajaran yang membangun kekuatan dengan memperhatikan kelemahan anak.
Strategi Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini Dengan ADHD

Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk anak dengan ADHD adalah:
1. Strategi Jadwal Visual Harian (visual schedule)
2. Strategi Modifikasi Perilaku
3. Strategi Ekologi
4. Strategi Afektif
5. Strategi Fisik
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini dengan Autisme

Autisme atau istilahnya Autism Spectrum Disorder (ASD) atau


Gangguan Spektrum Disorder (GSA) merupakan suatu gangguan
perkembangan yang kompleks dan muncul pada masa awal
perkembangan anak yang ditandai dengan adanya gangguan pada
kemampuan interaksi sosial, komunikasi dan tingkah laku, serta
merespon lingkungan (sensor) secara tepat.
Spektrum Autisme
Non Komunikasi Verbal
Verbal

Penyen Interaksi sosial Pasif


diri

Kurang Perilaku minat terbatas perilaku repetitif Menonjol


Tampak

Hiper Proses sensoris Hipo


sensitiv Sensitiv

< rata- Intelektual > rata-


rata rata
Klasifikasi Autisme Menurut DSM V
Tingkat berat ringannya Komunikasi Sosial Minat yang terbatas dan
autisme perilaku berulang
Level 3 „Membutuhkan Defisit yang parah dalam Keasyikan, ritual yang kaku
dukungan yang sangat keterampilan komunikasi dan/atau perilaku berulang
banyak‟ sosial secara verbal dan secara nyata mengganggu
nonverbal yang menyebabkan keberfungsian di semua
gangguan fungsi yang parah; bidang. Nampak terlihat
inisiasi interaksi sosial yang sangat menderita ketika ritual
sangat terbatas dan respons atau rutinitasnya terganggu;
minimal terhadap tawaran sangat sulit untuk
sosial dari orang lain mengalihkan perhatian dari
hal yang sangat menarik
perhatiannya atau
mengembalikannya dengan
cepat.
Klasifikasi Autisme Menurut DSM V
Tingkat berat Komunikasi Sosial Minat yang terbatas dan perilaku
ringannya autisme berulang
Level 2 Defisit yang moderat dalam Perilaku ritual dan berulang dan /
„Membutuhkan keterampilan komunikasi sosial atau keasyikan atau minat yang
banyak dukungan‟ verbal dan nonverbal; gangguan melekat muncul cukup sering dan
sosial yang jelas bahkan dengan jelas bagi pengamat biasa dan
dukungan di tempat; inisiasi mengganggu keberfungsian dalam
terbatas dalam berinteraksi sosial berbagai konteks. Kesedihan atau
dan kurang atau abnormal frustrasi terlihat ketika perilaku
respons terhadap tawaran sosial ritual dan berulang terganggu;
dari orang lain. sulit untuk dialihkan dari minat
yang melekat.
Klasifikasi Autisme Menurut DSM V
Tingkat berat Komunikasi Sosial Minat yang terbatas dan perilaku
ringannya autisme berulang
Level 1 Tanpa dukungan di tempat, defisit Perilaku ritual dan berulang
„Membutuhkan dalam komunikasi sosial yang menyebabkan gangguan yang
dukungan‟ menyebabkan disabilitas signifikan terhadap keberfungsian
komunikasi yang nyata. Memiliki dalam satu atau lebih konteks.
kesulitan dalam memulai interaksi Menolak upaya orang lain untuk
sosial dan menunjukkan mengganggu perilaku ritual dan
contohcontoh yang jelas tentang berulang atau untuk dialihkan dari
tanggapan yang tidak lazim atau minat yang melekat
tidak benar terhadap tawaran
sosial orang lain. Mungkin
menampakkan minat yang rendah
pada interaksi sosial.
Prinsip – prinsip Pendidikan dan Pengajaran

Kontinu
Terpogram Konsisten
Pendidikan
Dilakukan secara “ Tetap dalam
Terpola berbagai hal,
bagi anak
bertahap dan
meliputi ruang autistik harus
Terstruktur berdasarkan pada
kemampuan dan waktu” dilaksanakan
Menciptakan anak, sehingga secara
Dimulai dari kegiatan Tetap untuk berkesinamb
apabila target
materi yang pembelajaran program pertama pemberian ungan,
mudah berdasarkan respon positif
tersebut menjadi simultan dan
rutinitas yang dasar target atau reward
menuju ke terpola melalui integral
program yang /hadiah yang
bahan materi penjadwalan memotivasi
(menyeluruh
kedua, demikian
yang baik di sekolah anak dan terpadu).
pula selanjutnya.
kompleks maupun di
rumah
Program Kebutuhan Khusus Anak dengan Autisme
Beberapa hal yang perlu dilakukan :
a. Pahami karakteristik anak setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakter berbeda.
Misalnya dengan mengalami hambatan penglihatan, maka mereka mengalami masalah dalam
orientasi dan mobilitas. Contohnya: ketika guru akan memberi tahu sesuatu dan menggunakan
media, misalnya gelas, maka guru harus memberi kesempatan pada anak untuk meraba gelas itu. Hal
ini dilakukan agar anak mendapatkan persepsi tentang bentuk gelas, berat dan sebagainya tentang
gelas.
b. Sediakan bantuan
1) Menggunaan pendekatan pengajaran terstruktur yang didasari oleh pemikiran bahwa
lingkungan harus diadaptasi untuk anak dengan ASD, bukan anak yang beradaptasi pada
lingkungan.
2) Menggunakan pendekatan yang mendasarkan pada pemahaman menyeluruh akan fungsi anak.
3) Menggunaan strategi pengajaran yang didesain untuk mengakomodasi kelebihan dan
kelemahan anak, termasuk mengakomodasi kekurangannyadan mengurangi stresor
4) Kerjasama dan kolaborasi dengan orangtua penting sehingga pelajaran yang diberikan di sekolah
dapat dilanjutkan di rumah.
Strategi Lingkungan

• Adaptasikan Lingkungan
• Dukungan rutinitas
• Perubahan/Transisi Bahasa ekpresi
• Penjadwalan
• Berikan pilihan kegiatan
• Istirahat
• Rewards/reinforcers
• Strategi Komunikasi Total
• Dukungan sensori
Pendekatan dan Metode
• Pendekatan pengajaran terstruktur yang didasari oleh pemikiran bahwa
lingkungan harus diadaptasi untuk anak dengan ASD, bukan hanya anak yang
beradaptasi pada lingkungan.
• Merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya
disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang
diberikan kepada anak.
• Metode dalam pengajaran anak autisme adalah metode yang memberikan
gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga anak dapat menangkap pesan,
informasi dan pengertian tentang "sesuatu" tersebut.
• Pendekatan yang didasarkan pada pemahaman menyeluruh akan fungsi anak
• Strategi pengajaran didesain untuk mengakomodasi kelebihan dan kelemahan
anak, termasuk mengakomodasi kekurangannya dan mengurangi stresor
Tugas Individu

Buatlah perencanaan langkah-langkah pembelajaran bagi


peserta didik berkebutuhan khusus (pilih salah satu) yang ada
di sekolah Ibu dan Bapak menggunakan
pendekatan/metode/strategi yang telah dipelajari!

Anda mungkin juga menyukai