Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Oleh:

CAHYO TRI WIDIANTORO

NIM: P2005013

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2021


LAPORAN PENDAHULUAN
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah kesan respond dan pengalaman sensori yang salah. (Shart,
2017). Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan suatu yang sebenarnya tidak terjadi. (Maramis, 2015).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu (Prabowo, 2014 : 129).
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Kusumawati & Hartono, 2012:102).

B. RENTANG RESPON
Respon adaptif Respon mal adaptif

- Pikiran logis - Kadang proses - Gangguan proses


- Persepsi akurat pikir terganggu pikir (waham)
- Emosi konsisten - Ilusi - Halusinasi
- Perilaku sesuai - Emosi berlebihan/ - Kerusakan proses
- Hubungan sosial berkurang - Perilaku tidak
harmonis - Perilaku tidak terorganisir
biasa - Isolasi Sosial
- Menarik diri

(Stuart dan Laraia, 2007)


Keterangan:
1. Pikiran logis adalah keadaan dimana individu dapat memikirkan sesuatu dengan
kenyataan atau realita.
2. Persepsi akurat adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan
antara hal ini melaui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca
indra mendapat rangsang dan mampu mempersepsikan sesuai dengan stimulus yang
diterima.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah reaksi emosi yang sesuai dengan yang
dialami atau kejutan yang sedang terjadi.
4. Perilaku sesuai adalah keadaan dimana individu sesuai apa yang sedang dialami atau
dihadapi.
5. Hubungan sosial harmonis adalah keadaan dimana individu mampu menjalin
hubungan dengan orang lain dan sekitar dengan selaras.
6. Pikiran kadang menyimpang adalah keadaan dimana individu kadang-kadang tidak
mampu berfikir secara realita dan kemampuan yang dimiliki.
7. Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang sungguh
terjadi karena rangsang pada panca indra.
8. Emosi berlebihan atau kurang adalah reaksi emosi dari individu yang diekspresikan
menjadi tidak wajar.
9. Perilaku tidak lazim atau tidak biasa adalah perilaku yang diperlihatkan oleh individu
yang tidak sesuai dengan kenyataan atau apa yang dihadapi
10. Menarik diri adalah suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
11. Kelainan pikiran atau waham adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu secara
berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
12. Halusi atau delusi (kelainan berespon terhadap kenyataan) adalah dimana seseorang
mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang
dipraktekan secara internal dan eksternal) berlebihan, kelainan berespon terhadap
stimulus.
13. Kesukaran respon emosi adalah keadaan dimana individu tidak dapat berespon
terhadap reaksi emosi secara tepat.
14. Perilaku tidak terorganisir adalah suatu perilaku individu yang tidak sesuai antara apa
yang dipikirkan dengan apa yang dilakukan.
15. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain dan alam sekitar.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf ysng berhubungsn dengan respon
neurobiologis mal adaptif.
2. Faktor psikologis
Keluarga, pengasuh, dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentan
hidup klien.
3. Faktor sosial budaya
Di masyarakat disingkirkan dan kesepian terhadap lingkungan, kehidupan
terisolasi disertai stress.

D. FAKTOR PRESIPITASI
1. Stresor sosial budaya seperti kemiskinan, pasangan sosial ekonomi
2. Faktor biokimia
Penggunaan agen-agen toksik atau alkohol yang memungkinkan gangguan kesadaran
misalnya halusinogenik
3. Faktor psikologik
Disorientasi proses pikir yang dihubungkan dengan mekanisme koping tidak efektif.

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Hamid (2012), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Bicara sendiri
2. Senyum sendiri
3. Ketawa sendiri
4. Menggerakkan bibir tanpa suara
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panic
19. Agitasi
20. Curiga dan bermusuhan
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
22. Ketakutan
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

F. PSIKODINAMIKA
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui
jenis halusinasi saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
1. Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yangdikatakan
suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika
halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika
halusinasi perabaan.
2. Waktu dan frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi
muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul.
Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi.
3. Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul.
Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
4. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah
klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap
halusinasinya.

G. MEKANISME KOPING
1. Regresi (Kembali kemasa sebelumnya.)
2. Proyeksi (Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dan mengalihkan tanggung jawab
kepada orang lain atau suatu suatu benda.)
3. Menarik diri (Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal).
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien.
H. SUMBER KOPING
Sumber koping seseorang individual dan alamiah serta tergantung pada luasnya
gangguan neurobilogical.Sumber koping tersebut sebagai modal untuk memecahkan atau
menyelesaikan masalah.Dukungan sosial dan keyakinan budaya serta dukungan
keluarga, dapat membantu seseorang menginterprestasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

I. PENATALAKSANAAN UMUM
1. Menciptakan lingkukan yang terapeutik untuk mengarungi tingkat kecemasan,
kepanikan dan keatkutan klien akibat halusinasi. Sebaiknya pada kecemasan,
kepanikkan dan ketakutan klien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan
pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau
bisa klien disentuh atau diisolasi secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk
kekamar atau mendekati klien, bicaralah dengan begitu juga bila akan meninggalkan
hendaklah klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di
ruangan itu hendaknya disediakan saran yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong klien untuk berhubungan dengan realitas. Misalnya jam dinding, gambar
atau hiasan dinding, dan majalah.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Seringkali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuasive tapi intruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul-betul ditelannya serta reaksi
obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah
klien lebih kooperatif dan komunikatif perawat dapat menggali masalah pasien yang
merupakan penyebab timbulnya halusinasi mengatasi masalah yang ada.
4. Memberi aktivitas klien
5. Melibatkan keluarga dan petugas dalam proses keperawatan

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : HDR
4. Gangguan proses pikir : waham
5. Gangguan pemeliharaan kesehatan
6. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
7. Ketidakberdayaan
8. Penatalaksanaan program terapeutik in efektif
9. Kerusakan komunikasi verbal
10. Berduka Disfungsional

K. POHON MASALAH

Effect Risiko menciderai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan
Kerusakan komunikasi verbal

Gangguan
COP Perubahan persepsi sensori : pemeliharaan
halusinasi kesehatan

Causa Isolasi social : menarik diri Deficit perawatan diri : mandi


dan berhias

Gangguan konsep diri : HDR

Berduka disfungsional
Ketidak berdayaan

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan b.d halusinasi
b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran b.d menarik diri
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan HDR
d. Gangguan konsep diri : HDR berhubungan dengan ketidakberdayaan
e. Gangguan proses pikir : waham berhubungan dengan penatalaksanaan program
terapeutik in efektif
f. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri : mandi
dan berhias

M. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Perubahan Setelah Pasien mampu : Intervensi untuk pasien :
persepsi dilakukan 1. Mengidentifikasi
sensori: tindakan halusinasi : isi,waktu Sp 1
halusinasi keperawatan terjadi,frekuensi,situas 1. Identifikasi halusinasi :
selama 12 x i isi,frekuensi,waktu
30 menit di pencetus,perasaan,resp terjadi,situasi
harapkan on pencetus,perasaan,respon
klien mampu 2. Pasien mampu 2. Jelaskan cara mengontrol
mengontrol mengulang cara halusinasi : hardik,obat,cakap-
halusinasinya mengontrol cakap,kegiatan harian
halusinasi : 3. Latih cara mengontrol
hardik,obat,cakap- halusinasi dgn menghardik
cakap,dan melakukan 4. Masukkan pada jadwal
kegiatan kegiatan untuk latihan
menghardik

SP 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan obat
( jelaskan 6 benar :
jenis,guna,dosis,frekuensi,cara
,kontinuitas minum obat)
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat

Sp 3
1. Evaluasi kegiatan latihan
menghardik dan minum obat.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap saat terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik,minum obat dan
bercakap-cakap
Sp 4
1. Evaluasi kegiatan
menghardik,minum obat dan
latihan bercakap-cakap. Beri
pujian
2. Laihan cara mengntrol
halusinasi dgn melakukan
kegiatan harian ( mulai 2
kegiatan )
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan latihan
menghardik,minum
obat,berckap-cakap dan
kegiatan harian

Sp 5
1. Evaluasi kegiatan latihan
menghardik dan minum
obat,bercakap-cakap dan
kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah
mandiri
4. Nilai apakah halusinasi
terkontrol

Intervensi untuk keluarga:


Sp 1
1. Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat
pasien
2. Jelaskan pengertian , tanda &
gejala , dan proses terjadinya
haluusinsi
3. Jelaskan cara merawat
halusinasi ( gunakan booklet )
4. Latih cara merawat
halusinasi : hardik
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian

Sp 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat atau melatih
pasien menghardik. beri pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara memberikan atau
membbimbing minum obat
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal saat besuk dan
beri puian

Sp 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat atau melatih
pasien menghardik dan
memberikan obat. Beri pujian
2. Jelaskan cara bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan
dalam mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat terjadi halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan
pujian

Sp 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat atau melatih
pasien menghardik,minum
obat.cakap-cakap dan kegiatan
harian. Beri puian
2. Jelaskan Follow up ke
RSJ/PKM , tanda kambuh,
rujukan
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal kegiatan dan
memberikan pujian

Sp 5
1. Evaluasi kegiatan kelurga
dalam merawat atau melatih
pasien mengharfik,minum
obat,cakap-cakap dan
melakukan kegiatan
2. Nilai kemampuan keluarga
dalam merawat klien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan control ke
RSJ/PKM
DAFTAR PUSTAKA

Budiana keliat.2010.Proses keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta:EGC.


Kaplan & Sadock.2018..Ilmu kedokteran jiwa darurat.Jakarta:Widya Medika.
Maramis,WT.2015.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Ed 9.Surabaya: Airlangga University
Press
Rasmun.2015.Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan
keluarga.Jakarta:Fajar Interpratama.
Stuart & sudden.2008.Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai