Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh:

CAHYO TRI WIDIANTORO

NIM: P2005013

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2021


LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah suatu tindakan melepaskan diri baik perubahan maupun
minatnya terhadap lingkungan social secara langsung.( Stuart dan Sudden, 2008).
Isolasi social adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. ( Budi Anna Keliat, 2010).

B. RENTANG RESPON
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Solitude Aloness Loneliness

Autonomy Manipulation Exploitation

Mutuality Dependence Interdependence

Withdrawl

Paranoid

Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh norma –
norma sosial dan kebudayaan, meliputi :
a. Solitude (Menyendiri)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yng telah
dilakukan di lingkungan sosialnya, dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah – langkah selanjutnya.
b. Autonomy (Kebebasan)
c. Respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide – ide pikirandan perasaan
dalam hubungan sosial.
d. Mutuality
Respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu saling memberi
dan menerima.
e. Interdependence (Saling Ketergantungan)
f. Respon individu dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan hubungan
interpersonal.
Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
a. Aloness (Kesepian)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan dari
lingkungan.
b. Manipulation (Manipulasi)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.
c. Dependence (Ketergantungan)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan
kemampuan yang dimilikinya.
Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma –
norma sosial dan budaya lingkungannya.
a. Loneliness (Kesepian)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan
dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk mencari ketenangan waktu
sementara.
b. Exploitation (Pemerasan)
c. Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan keinginannya tanpa
memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan pribadi.
d. Withdrawl (Menarik Diri)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam membina
hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu sengaja menghindari
hubungan interpersonal ataupun dengan lingkungannya.
e. Paranoid (Curiga)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya
pada orang lain.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Kegagalan perkembangan yaitu tidak mampu membina hubungan yang sehat
tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang
2. Kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan ibu (pengasuh) pada
waktu masih bayi akan memberikan rasa tidak aman yang menghambat terbentuknya
rasa percaya yang mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang
lain, ragu takut salah
3. Putus asa terhadap hubungan dengan orang lain
4. Menghindar dari orang lain
5. Tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.

D. FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor sosio-kultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena
meninggal
2. Faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang
lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan
klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 2008).
3. Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat,
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi.

E. MANIFESTASI KLINIS/TANDA GEJALA


1. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
2. Komunikasi kurang/tidak ada.
3. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. (Budi Anna Keliat, 2010)
F. PSIKODINAMIKA
STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Das Es
Das Es yang dalam bahasa Inggris disebut The Id adalah aspek kepribadian yang
dimiliki individu sejak lahir. Jadi das Es merupakan factor pembawaan. Das Es
merupakan aspek biologis dari kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instintif
yang fungsinya untuk mempertahankan konstansi atau keseimbangan.Misalnya rasa
lapar dan haus muncul jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman.Dengan
munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha mempertahankan keseimbangan
hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman.
2. Das Ich
Das Ich yang dalam bahasa Inggris disebut The Ego merupakan aspek kepribadian
yang diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut
Freud, das Ich merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang fungsinya
mengarahkan individu pada realitas atas dasar prinsip realitas (reality principle). Misal
ketika individu lapar secara realistis hanya dapat diatasi dengan makan. Dalam hal ini
das Ich mempertimbangkan bagaimana cara memperoleh makanan. Dan jikakemudian
terdapat makanan, apakah makanan tersebut layak untuk dimakan atau tidak. Dengan
demikian das Ich dalam berfungsinya melibatkan proses kejiwaan yang tidak simple
dan untuk itu Freud menyebut perlengkapan untuk berfungsinya das Ich dengan
proses sekunder.
3. Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the Super Egoadalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang
isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative.Menurut
Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang
berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Aspek kkepribadian ini memiliki
fungsi :
a. sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Esdisalurkan dalam bentuk
aktivitas yang dapoat diterima masyarakat
b. mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
c. mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi denganconscientia atau nurani
dan ego ideal.Freud menyatakan bahwa conscentiaberkembang melalui internalisasi
dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-
contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
2. Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3. Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4. Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5. Fase genital (genital stage)
terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu
telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

G. MEKANISME KOPING
Individu yang mengalami respons sosial maladaptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan
dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Stuart, 2008).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain
proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang
lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.

H. SUMBER KOPING
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh
ganngguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti model intelegensia atau
kreatifitas yang tinggi orang tua harus secara aktif mendidik anak dan dewasa muda
tentang ketramppilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari
pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga serta kemampuan memberikan dukungan
secara berkesinambungan. ( Stuart dan sundeen, 2008 )
Ada 5 sumber koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stresor
yaitu ketrampilan dan kemampuan, ekonomi, teknik pertahanan dukungan sosial dan
komunikasi (Rasmun, 2001 )

I. PENATALAKSANAAN UMUM
Menurut Keliat, dkk.,(2006), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri adalah :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Ciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
4. Dengarkan klien dengan penuh empati
5. Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik
6. Lakukan kontak sering dan singkat
7. Lakukan perawatan fisik
8. Lindungi klien
9. Rekreasi
10. Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan
11. Laksanakan program terapi dokter
12. Lakukan terapi keluarga

J. POHON MASALAH

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial  : menarik diri

Harga Diri Rendah

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori
2. Isolasisosial 
3. Harga diri rendah.
L. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan

Isolasi sosial Setelah Pasien mampu : Intervensi untuk pasien :


:menarik diri dilakukan 1. Mengidentifikasi Sp 1
tindakan penyebab isolasi sosial 1. Identifikasi penyebab isolasi
keperawatan 2. Menyebutkan social :siapa yang serumah,
selama 12 x 30 keuntungan dari punya siapa yang dekat, siapa yang
menit di teman dan bercakap- tidak dekat, dan apa sebabnya
harapkan klien cakap 2. Keuntungan punya teman dan
mampu 3. Menyebutkan kerugian bercakap-cakap
berinteraksi tidak punya teman 3. Kerugian tidak punya teman
dengan orang 4. Berkenalan dengan orang dan tidak bercakap-cakap
lain lain setelah latihan 4. Latih cara berkenalan dengan
pasien dan perawat atau tamu
5. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan

SP 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan
(berapa orang) . beri pujian
2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan
harian(latih dua kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan 2-3 orang pasien,
perawat dan tamu , berbicara
saat melakukan kegiatan
harian

Sp 3
1. Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan (berapa orang) &
bicara saat melakukan dua
kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian (2
kegiatan baru )
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan 4-5 orang .
berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian

Sp 4
1. Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan, bicara saat
melakukan empat kegiatan
harian. Beri pujian
2. Latih cara bicara social :
meminta sesuatu, menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan >5 orang, orang
baru , berbicara saat
melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi

Sp 5
1. Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah
mandiri
4. Nilai apakah isolasi social
teratasi

Intervensi untuk keluarga:


Sp 1
1. Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat
pasien
2. Jelaskan pengertian , tanda &
gejala , dan proses terjadinya
isolasi social
3. Jelaskan cara merawat isolasi
social
4. Latih dua cara merawat
berkenalan , berbicara saat
melakukan kegiatan harian
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan
pujian saat besuk

Sp 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/melatih
pasien berkenalan dan
berbicara saat melakukan
kegiatan harian . beri pujian
2. Jelaskan kegiatan rumah
tangga yang dapat
melibatkan pasien berbicara
(makan, sholat bersama) d
rumah
3. Latih cara membimbing
pasien berbicra dan
member pujian
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal saat besuk
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/melatih
pasien berkenalan,
berbicara saat melakukan
kegiatan harian. Beri pujian
2. Jelaskan cara melatih
pasien melakukan kegiatan
social seperti
berbelanja,meminta sesuatu
dll.
3. Latih keluarga dalam
mengajak pasien belanja
saat besuk
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan
pujian saat besuk

Sp 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/melatih
pasien berkenalan, berbicara
saat melakukan kegiatan
harian / RT, berbelanja . beri
pujian
2. Jelaskan Follow up ke
RSJ/PKM , tanda kambuh,
rujukan
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal kegiatan dan
memberikan pujian

Sp 5
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat / melatih
pasien berkenalan, berbicara
saat melakukan kegiatan
harian/ RT, berbelanja &
kegiatan lain dan follow up
2. Nilai kemampuan keluarga
dalam merawat klien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan control ke
RSJ/PKM
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Anna. . 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Isolasi Menarik Diri, FIK,
UI : Jakarta
Maramis,WT.2015.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Ed 9.Jakarta : EGC
Stuart, GW dan Sundeen, S.J .2008.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Kusumawati dan Hartono.2014.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai