Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sek
Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sek
BERBASIS SEKOLAH
Hamzah
STAIN Datokarama, Jl. Diponegoro No. 23 Palu
e-mail: hamzah_palu63@yahoo.com
PENDAHULUAN
Ide menempatkan sekolah menjadi bagian utama dalam
proses pembuatan keputusan dalam peningkatan mutu
pendidikan, berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan
sekolah yang selama ini dipahami oleh masyarakat luas.1 Selama
ini pengelolaan sekolah, lebih bayak diintervensi birokrasi pusat
dan mendominasi proses pengambilan atau pembuatan
keputusan pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat
makro saja tetapi juga kepada hal-hal yang bersifat mikro.
Selama ini, sekolah cenderung hanya melaksanakan
kebijakan-kebijakan birokrasi pusat yang belum tentu sesuai
dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan sekolah, harapan
orang tua dan masyarakat serta dunia usaha. Pengalaman
menunjukkan bahwa sistem lama seringkali menimbulkan
kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan sekolah dengan
kebijakan yang harus dilaksanakan dalam proses peningkatan
mutu pendidikan.
Fenomena pemberian kemandirian kepada sekolah akan
memperlihatkan suatu perubahan cara berpikir yang bersifat
rasional, normatif dan menggunakan pendekatan perskriptif
dalam pengambilan keputusan pandidikan.2 Hal ini tentu
berimplikasi kepada suatu kesadaran akan kompleksnya
pengambilan keputusan dalam sistem pendidikan dan organisasi
yang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh
kebijakan-kebijakan birokrat pusat.
Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya
pemikiran untuk beralih kepada konsep manajemen peningkatan
mutu pendidikan berbasis sekolah sebagai pendekatan baru di
Indonesia, yang merupakan bagian dari desentralisasi pendidikan
yang tengah dikembangkan. Manajemen peningkatan mutu
1
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000), h. 37.
2
Ibid., h. 33.
3
Salfen Hasri, Kepemimpinan Kepala Sekolah dari Kerangka
Desentralisasi dan Otonomi Sekolah, (Edisi Khusus-HUT-FE-UM. Oktober, 2002),
h. 19.
4
Depdiknas, Manajemen Peningkatan..., h. 29.
5
Salfen Hasri, Kepemimpinan..., h. 39.
8
Umaedi Parakasi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Cet.
VIII; Malang: UMM Press, 2005), h.20.
9
Nurkholis, Manajemen Berbasis..., h. 33.
11
Wayne Parsons, Public Policy: An Introduction to the Theory and
Practise of Policy Analysis, (Edward Elgar, Cheltenham, UK Lyme. US, 1997), h.
41.
12
Abdul Wahab S., Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 31.
13
Wayne Parsons, Public Policy..., h. 47.
14
Lihat selengkapnya Paul A. Sabatier, “Top Down and Bottom-up
Approaches to Implementation Research: a Critical Analyis and Suggested
Syinthesis” dalam Journal of Public Policy, (1986), h. 197-209.
sama lain dalam proses politik dan kebijakan. Dan dibatasi oleh
parameter yang relatif stabil serta kejadian di luar subsystem.
Secara lebih jelas bahwa policy subsystem adalah aktor-aktor
kebijakan yang berasal dari organisasi baik organisasi publik
maupun privat secara aktif mengkaji dan mengkritisi suatu
masalah kebijakan tertentu.
Hal penting dari model implementasi kebijakan ini dalam
kaitan ini keterlibatan aktor/stakeholders dalam implementasi
kebijakan MPMBS adalah kedudukannya sebagai bagian
berkesinambungan dari pengambil kebijakan (engonging part of
policy making) dalam advocacy coalitions atau pendampingan
para aktor/stakeholders kebijakan dengan berbagai elemen yang
ada dalam masyarakat.
15
Widjajati, Anak Jalanan : Studi Kasus tentang Fenomena Pengamen
Lampu Merah dan Kebijakan Penanggulangannya di Kota Malang. (Tesis
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang, 2002), h. 44.
17
Abdul Wahab, S. , Analisis Kebijakan..., h. 33.
PENUTUP
Dari ulasan yang dikemukakan di atas, Penulis menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab S., Analisis Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara, Cet.IV; Jakarta: Bumi
Aksara, 2003.
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000.
Hasri, Salfen, Kepemimpinan Kepala Sekolah dari Kerangka
Desentralisasi dan Otonomi Sekolah. Edisi Khusus-HUT-FE-
UM. Oktober, 2002.
Nurkolis, “Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Sukses
Implementasi MBS” dalam Article Pendidikan Network
(English), Juni, 2001.
Parakasi, Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah, Cet. VIII; Malang: UMM Press, 2005.
Parsons, Wayne, Public Policy: An Introduction to the Theory and
Practise of Policy Analysis. Edward Elgar, Cheltenham, UK
Lyme. US, 1997.
Portz, John, “Problem Definitions and Policy Agendas: Shaping the
Educational Agenda in Boston” dalam Journal Policy Studies,
Vol. 24, 2009.
Rumtini dan Jiyono, “Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep dan
Kemungkinan Strategi Pelaksanaannya di Indonesia” dalam
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Juni Tahun Ke 5 No. 017.
2008.
Salladien, Alternatif Model Pendidikan Berorientasi Dunia Kerja,
Edisi Khusus-HUT-FE-UM. Oktober, 2002.