DISUSUN OLEH
Nama Mahasiswa : Herwandy Baharuddin, S.H.
Nim : P2MH. 190201006
Kelas : Genap 2019 / 2020
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Marif Mansur, SH, M.H.
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatNya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah filsafat ilmu dan
mengangkat judul ”membangun kesadaran pentingnya memahami filsafat sebagai
induk ilmu”.
Makalah ini ditulis oleh penulis yang bersumber dari jurnal, buku dan internet
sebagai refrensi. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya paper ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua. Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan dengan
pengangkatan judul makalah yang ada, Keterbatasan waktu dan kesempatan
sehingga makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang tentunya masih perlu
perbaikan dan penyempurnaan maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Amin
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 9
B. Saran .................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai induk dari segala ilmu, filsafat telah berjasa dalam kelahiran sebuah
disiplin ilmu, kajian, gagasan, serta aliran pemikiran semapi edeologi.
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam
ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu
orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang
secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang,
asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang
usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah
harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan
Tuhan.
3
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat
adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat
tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari.
Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar
pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar
manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia.
4
B. Filsafat dipandang sebagai Induk Ilmu
Filsafat dikatakan sebagai ilmu karena filsafat merupakan induk dari semua
ilmu dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Sehingga
keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat
mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan ini sangat diakui
keberadaannya. Karena sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah
pemikiran yang berdasarkan empiric yang dilakukan oleh para filosof sehingga
menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan teori mereka
masing-masing dalam kehidupan yang nyata.
Dahulu pada mulanya filsafat meliputi semua ilmu yang ada pada zamanya:
politik, ekonomi, hukum, seni, dan sebagainya. Akan tetapi lama kelamaan dengan
intensifnya usaha-usaha yang bersifat empiris dan eksperimental terciptalah satu
persatu ilmu yang khusus memecahkan satu bidang masalah. Sehingga terwujudlah
berbagai ilmu pengetahuan yang mendasarkan penyelidikannya secara empiris dan
eksperimental dan terlepaslah dari filsafat sebagai induknya. Tetapi dengan
munculnya ilmu-ilmu tidak berarti telah lenyaplah eksistensi filsafat dan fungsinya.
Filsafat masih tetap eksis dan mempunyai fungsi sendiri yang tidak dapat digantikan
oleh ilmu pengetahuan. Garapan filsafat berbeda dengan garapan ilmu pengtahuan
dan masing-masing dibutuhkan. Dalam kenyataan, setiap ilmu membutuhkan
filsafatnya. Ada ilmu hukum ada pula filsafat hukum, ada ilmu pendidikan ada pula
filsafat pendidikan.
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat
di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu
kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
5
sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang
mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi
tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut
kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan
banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T. W.
dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul Karl
Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu pengetahuan
menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan mempunyai metode yang
benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada hasil-hasil yang dapat
diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua alasan yang diungkapkan
Prasetya tersebut, dengan jelas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan
peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat manusia.
Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend.
Sikap anti ilmu pengetahuannya ini, tidak berarti anti terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri, tetapi anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali melampaui
maksud utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan tidak
menggunguli bidang-bidang dan bentuk-bentuk pengetahuan lain. Menurutnya, ilmu-
ilmu pengetahuan menjadi lebih unggul karena propaganda dari para ilmuan dan
adanya tolak ukur institusional yang diberi wewenang untuk memutuskannya.
6
peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah-masalah
hidupnya, walaupun kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan
masalah-masalah baru.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu
Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian filsafat
atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap “tepat”
dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang
pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-
bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu
pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang
ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan
tentang apa itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat
memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan
manusia guna mencapai kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat
bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam
usaha manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu
sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah
yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di
dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran
dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa filsafat selalu mengarah
pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-
ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban
yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang
7
teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang
diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan
masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang
lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan
untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk
mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan,
yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut
sebagai filsafat ilmu.
A. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun agar penulis mendapatkan membelajaran baru.
Dan semoga makalah ini dapat menjadi tempat mendapatkan ilmu pengetahuan
baru.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
AM, Suhar, Filsafat Umum; Konsepsi Sejarah dan Aliran, Jakarta: Gaung Persada
Pers, 2009.
Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu, Filsafat dan Agama Surabaya: PT Bina Ilmu. 1987.
http://mohismaiel.blogspot.com/2013/06/pemahaman-dasar-filsafat-dan-
filsafat_8869.html
http://kereta-sains.blogspot.com/2011/06/filsafat-induk-segala-ilmu.html
http://andriwiranata76.blogspot.com/
10