Makalaha - Tugas - Agama - Arham Muhammad Ramdhan
Makalaha - Tugas - Agama - Arham Muhammad Ramdhan
TAHLILAN
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang tahlilan.
Terima kasih kepada dosen pengasuh yang telah memberikan penugasan dan
kesempatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tahlil?
2. Bagaimana sejarah tahlil?
3. Bagaimana tahlil menurut pandangan ulama?
4. Bagaimana bacaan tahlil dan urutannya?
5. Apa saja do‟a tahlil?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tahlil
2. Untuk mengetahui sejarah tahlil
3. Untuk mengetahui tahlil menurut pandangan ulama
4. Untuk mengetahui manfaat tahlil
5. Untuk mengetahui bacaan tahlil dan urutannya
6. Untuk mengetahui do‟a dalam tahlil
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian tahlil
2. Dapat mengetahui sejarah tahlil
3. Dapat mengetahui tahlil menurut pandangan ulama
4. Dapat mengetahui manfaat tahlil
5. Dapat mengetahui bacaan tahlil dan urutannya
6. Dapat mengetahui do‟a dalam tahlil
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tahlil
Secara lughah tahlilan berakar dari kata berbahasa arab yakni hallala yuhallilu
tahlilan artinya adalah membaca/mengucap kalimat "Laa ila ha illallah" makna inilah
yang dimaksud dengan pengertian tahlilan. Dikatakan sebagai tahlil, karena memang
dalam pelaksanaanya lebih banyak membaca kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan
Allah seperti bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi
masyarakat setempat atau pemahaman dari guru (syekh) suatu daerah tertentu. Pada
pelaksanaan tahlilan selain bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) ada juga bacaan tasbih
(Subhanallah),tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu akbar), sholawat (Allahumma
sholli„ala syaidina Muhammad), serta beberapa ayat Al-Qur'an seperti QS.Yaasin, QS.
Al-Baqarah : 1-5, 163, 255, 284-286, dan lain sebagainya yang bagi umat muslim
dianggap memiliki fadhilah dan syafaat.Sebagian muslim sering mengamalkanya dalam
segala macam acara,bahkan dalam resepsi (sebelum atau sesudah akad nikah) tidak
meninggalkan amalan tahlilan ini.[1] Dengan kata lain, dalam tahlilan menggunakan
bacaan-bacaan (doa) tetentu yang mengandung banyak keutamaan (fadhilah). Fenomena
yang terlihat di masyrakat, penyebutankata tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan
yang dikelompokan menurut jenis, maksud,dan suasananya.
Ketika dipakai untuk peristiwa gembira (kemenangan) tahlilan disebut sebagai
syukuran, ketika dipakai untuk peristiwa sedih (kematian), ketika dipakai untuk meminta
perlindungan (pindah rumah, menempati kantor/rumah baru, awal membuka usaha dll.)
disebut selamatan, dan ketika dipakai untuk meminta sesuatu (menghasratkan sesuatau)
disebut hajatan. Selain itu tahlilan juga dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti saat
seseorang akan pergi jauh dan dalam waktu yang cukup lama (pergi haji, merantau
belajar, atau bekerja diluar negeri), acara pertemuan keluarga seperti arisan keluarga
maupun halal- bihalal, dan khitanan. Tradisi tahlilan dalam masyrakat Jawa juga sering
disebut dengan kata sedekah (sedekahan, karena dalam setiap kegiatannya diangggap
selalu memberikan sedekah (pemberian) baik bagi mereka yang datang berkunjung atau
bagi pemilik hajat. Jadi masing-masing saling bersedekah (memberi) dalam bentuk barang
atau pun berupa dukungan moral yang sangat mereka harapkan. Dukungan moral diantara
mereka secara psikologis dapat saling memberi motivasi. Dalam kenyataan istilah
syukuran, hajatan dan sedekah sulit dibedakan, mereka lebih sering menggunakan kata
tahlilan.
3
B. Sejarah Tahlil
Jika kita buka catatan sejarah Islam, maka acara ritual tahlilan tidak dijumpai di
masa Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam, di masa para sahabatnya ? dan para Tabi‟in
maupun Tabi‟ut tabi‟in. Bahkan acara tersebut tidak dikenal pula oleh para Imam-Imam
Ahlus Sunnah seperti Al Imam Malik, Abu Hanifah, Asy Syafi‟i, Ahmad, dan ulama
lainnya yang semasa dengan mereka ataupun sesudah mereka. Lalu dari mana sejarah
munculnya acara tahlilan?.Awal mula acara tersebut berasal dari upacara peribadatan
(baca: selamatan) nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Hindu
dan Budha.[2] Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo‟akan orang
yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu
tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi
selamatan agama lain yaitu dengan cara mengganti dzikir-dzikir dan do‟a-do‟a ala agama
lain dengan bacaan dari Al Qur‟an, maupun dzikir-dzikir dan do‟a-do‟a ala Islam menurut
mereka.
Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara tahlilan
merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama
lain.Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai kepercayaan yang di anut oleh
sebagian besar penduduk tanah air ini, di antara keyakinan-keyakinan yang mendomisili
saat itu adalah animisme dan dinamisme. Di antara mereka meyakini bahwa arwah yang
telah dicabut dari jasadnya akan gentayangan di sekitar rumah selam tujuh hari, kemudian
setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut dan akan kembali pada hari ke empat
puluh, hari keseratus dan hari keseribunya atau mereka mereka meyakini bahwa arwah
akan datang setiap tanggal dan bulan dimana dia meninggal ia akan kembali ke tempat
tersebut, dan keyakinan seperti ini masih melekat kuat di hati kalangan awan di tanah air
ini sampai hari ini.
Sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah tersebut dan
membacakan mantra-mantra sesuai keyakinan mereka. Setelah Islam mulai masuk di
bawa oleh para Ulama‟ yang berdagang ke tanah air ini, mereka memandang bahwa ini
adalah suatu kebiasaan yang menyelisihi syari‟at Islam, lalu mereka berusaha
menghapusnya dengan perlahan, dengan cara memasukkan bacaan – bacaan berupa
kalimat – kalimat thoyyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak dibenarkan
menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bisa berubah sedikit demi sedikit
dan mininggalkan acara tersebut menuju ajaran Islam yang murni dan benar.
Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan acara pembacaan
kalimatkalimat thoyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, para Ulama‟ yang bertujuan baik ini meninggal dunia, sehingga
datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui tujuan generasi awal
yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk meninggalkan secara
4
perlahan. Perkembangan selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian
selanjutnya, kemudian pembacaan kalimat-kalimat thoyibah ini mengalami banyak
perubahan baik penambahan atau pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga kita
jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain
sampai hari ini.
ْ َغ ِشيَ ُه ُم الرحْ َمةُ َوََزَ ل
ْ َ عز َو َجل إِال َحفتْ ُه ُم اْل َم ََلئِ َكةُ َو
َ َسل َم الَ يَ ْقعُ ُد قَ ْو ٌم يَ ْذكُ ُر ْونَ هللا
َ ع َل ْي ِه َو ّ س ِع ْي ٍد ا َ ْل ُخد ِْر
َ ِي ِ قاَلَ َرسُ ْو ُل هللا
َ ُصلي هللا َ ع ْن أَبِ ْي
َ
)۸۴۸۴ ,علَ ْي ِه ُم الس ِك ْيََةُ َوذَك ََرهُ ُم هللاُ فِ ْي َم ْن ِع َْ َدهُ ( رواه مسلم
َ
“Dari Abi Sa‟id al-Khudri RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah
berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah SWT, kecuali mereka akan
dikelilingi malaikat, dan Allah SWT akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka,
memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya”
(HR. Al-Muslim, 4868).[3]
5
D. Manfaat Tahlil
Para ulama telah sepakat bahwa sampainya kiriman pahala sedekah atas nama
orang yang telah meninggal. Seperti yang telah di sebutkan dalam hadis-hadis yang sahih
di antaranya;
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi : "Ibuku
meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara
dia akan bershadaqah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bershadaqah
untuknya (atas namanya)?". Beliau menjawab: "Ya, benar". (HR. Bukhari )
Imam Muslim juga meriwayatkan hadis yang semisal di dalam kitab sahihnya
pada bab;
انًيد إنى انصدقاخ ثىاب وصىل.
“Sesungguhnya pada setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap kalimat takbir adalah
sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah,.(HR.
Muslim)”
Tidak di pungkiri lagi bahwa bacaan kalimat tasbih, takbir, tahmid dan
tahlil merupakan salah satu bentuk sedekah.
Di dalam Al-Quran di sebutkan:
“Amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah lebih baik pahalanya
di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 46)”
6
ٌَْ سث َحا ِ َ َوان َحً ْده،ّلِل
ه،ّللا ْ َ ِإ،ّللاه
ِ َ ِ ْل ِإنَهَْ َو َل َْ أَك َث هْر َو
َ ّللا ه
“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah
Mahabesar.”
Diantara manfaat dan keutamaan bacaan tersebut yaitu Merupakan bacaan yang
paling di sukai oleh Allah
Rasulullah ﷺbersabda:
ُّّْللا إِنَى انك ََل ِْو أ َ َحة
َِْ ٌْ أَرتَع
َْ سث َحا َْ ّلِل َوان َحً ْده
ّللاِ ه َِْ ِ ل ْ َ ِّللا ه إ
ْ َ ل إِنَ َْه َو َْ َ أَكثَر َو
َْ ّللاه َْ
“Sesungguhnya membaca, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain
Allah, dan Allah Maha Besar adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena
oleh sinar matahari. (HR. Muslim)”
Dan juga merupakan bacaan yang merontokkan dosa.
Rasulullah bersabda:
ٌَْ ٌ ِإ
َْ سث َحا َْ ّلِل َوان َحً ْده
ّللاِ ه َِْ ِ ل ْ َ ّللا ه ِإ
ْ َ ل ِإنَ َْه َو َْ ض أَكثَ هْر َو
َْ ّللاه َ ض َك ًَا ان َخ
ْطايَا ذ َُفه ه َْو َرقَ َها ان َش َج َر ْج ه ذ َُفه ه
"Sesungguhnya bacaan 'subhaanAllah wal hamdu lillaah wa laa ilaaha illa Allah wa
Allahu akbar' merontokkan dosa-dosa sebagaimana sebatang pohon yang merontokkan
daunnya."
(HR. Ahmad, Abu Daud , Ibnu Majah)”
Inilah sesungguhnya hakikat tahlilan, yaitu Amaliyah yang di himpun dari Al-
Quran dan As-sunnah. [5]
7
E. Bacaan Tahlil dan Urutan
Tahlilan dari susunan bacaannya terdiri dari dua unsur yang disebut dengan syarat
dan rukun, yang dimaksud dengan syarat ialah bacaan :
1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 5 انكراب ذنك انى.......
5. Surat al-Baqarah ayat 163 واحد إنه وانهكى........
6. Surat al-Baqarah ayat 255 انقيىو انحي هى إل لإنه هللا........
7. Surat al-Baqarah ayat dari ayat 284 samai ayat 286 انسًىاخ يافي هلل......
8. Surat al-Ahzab ayat 33 هللا يريد إًَا........
9. Surat al-Ahzab ayat 56ٌ انُثي عهى يصهىٌ ويلئكره هللا إ........
10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih
1. Surat al-Baqarah ayat 286 pada bacaan :وارحًُا نُا واغفر عُا واعف
2. Surat al-Hud ayat 73: انراحًيٍ ياأرحى ارحًُا
3. Shalawat Nabi
4. Istighfar
5. Kalimat Thayyibah إلهللا لإنه
6. Tasbih
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah menguraikan secara sistematis, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Saran penulis kepada pembaca agar dapat
memahami dan mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan dapat
menerapkan dan memahami apa itu tahlilan dan bagaimana cara kita menyikapinya
dalam kehidupan sehari-hari.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://ezarhafiz.blogspot.co.id/2012/06/tahlildalamislampendidikan.html
https://dokumen.tips/documents/makalah-tradisi-tahlilan.html
https://darussalaf.or.id/tahlilan-dalam-timbangan-islam/
http://mainfada.iai-tribakti.ac.id/2016/03/manfaat-dan-keutamaan-tahlilan.html
10