Anda di halaman 1dari 10

Sebuah perburuan mikroba yang dilakukan peneliti di Amerika menemukan

bahwa dalam kulit manusia terkandung ratusan bakteri. Beberapa di antaranya


menetap di kulit dan ada pula yang sekadar singgah.

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National


Academy of Sciences, Blaser dan koleganya mengambil sampel dari kulit lengan
bawah enam orang sehat. “Kami mengidentifikasi sekitar 182 spesies dan
diperkirakan ada 250 spesies bakteri di kulit,” ujar Blaser.

Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu yang dipercaya sebagai


makhluk hidup pertama di bumi. Selain menjadi biang penyakit (bakteri jahat),
bakteri juga hidup normal dalam tubuh kita (bakteri baik), contohnya di saluran cerna.
“Tanpa bakteri baik, tubuh kita tidak bisa bertahan,” kata Dr Zhan Gao, ilmuwan yang
turut serta dalam studi ini.

Mikroba dalam tubuh manusia sebenarnya jumlahnya lebih banyak dari sel
tubuh manusia itu sendiri. “Mikroba tersebut sebenarnya merupakan bagian inti dari
tubuh kita, dan kami rasa banyak organisme normal yang melindungi kulit. Jadi,
terlalu sering membersihkan badan (mandi) menurut saya juga tidak bagus. Pasalnya,
itu sama saja menghilangkan salah satu lapisan pelindung tubuh kita (organisme
pelindung kulit),” tuturnya.

Sudah sejak lama diketahui bahwa bakteri hidup di kulit, tapi Blaser dan
koleganya menggunakan teknik molekuler canggih yang berdasarkan pada DNA
untuk mendapatkan penghitungan akurat. Mereka membuktikan bahwa penghuni
dunia lebih beragam dari yang selama ini dipikirkan, dengan sekitar 8 persen spesies
tidak dikenal.

Beberapa bakteri cenderung hidup permanen di kulit, yang terdiri atas empat
genus, yaitu Staphylococcus, Streptococcus, Propionibacteria dan Corynebacteria.
Beberapa di antaranya hanya singgah sementara. Pada tiap orang, populasi bakteri
berubah setiap waktu kendati sudah ada yang bersifat tetap.
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari tiga pria dan tiga wanita, dan
hasilnya menunjukkan bahwa kedua jenis kelamin berbeda itu juga menunjukkan
perbedaan dalam hal bakteri yang dibawa. Sebelumnya, peneliti juga sudah meneliti
bakteri di perut dan kerongkongan.

Melalui penelitian ini, mereka menemukan bahwa di dalam tubuh dan kulit terdapat
perbedaan mendasar dalam hal populasi bakteri. “Mikroba telah hidup pada binatang
selama miliaran tahun. Begitupun mikroba yang ada dalam tubuh kita tidak muncul tiba-tiba.
Mereka telah tumbuh berkembang bersama kita,” ungkapnya.

Baketri stafilokokus pertama kali di kenal oleh Pasteur pada tahun 1880 dan ogstron
pada tahun 1881 dari pus seorang penderita. Selanjutnya, becker pada tahun 1883 berhasil
melakukan biakan murni pada tahun 1884 Resonbach untuk pertama kalinya mengetahui
adanya kausal antara timbulnya suatu penyakit osteomeilitis dengan bakteri staphylococcus.
Dalam genus staphylococcus terdapat 3 macam spesies yaitu staphylococcus aureus,
staphylococcus epidermiclis, staphylococcus saprophyticus, bakteri golongan staphylococcus
memiliki bentuk sel bulat dan tersusun bergerombol seperti buah anggur.

Staphylococcus berasal dari kata staphyle yang berarti kelompok buah anggur dan
coccus berarti biji yang bulat. Bakteri ini sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit
dan selaput lendir manusia, tetapi dapat pula menyebabkan infeksi pada binatang, bahkan
ada jenis staphylococcus yang menyebabkan keracunan makanan.

Staphylococcus adalah sel berbentuk bulat, gram positif tersusun seperti buah
anggur, kuman ini mudah tumbuh pada berbagai media dan metabolismenya aktif,
meragikan banyak karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari warna putih
hingga kuning tua.

A. Ciri-ciri Organisme

•Sel berbentuk bulat

•Diameter 0-1 um

•Susunan buah anggur

•Gram positif

•Tidak bergerak dan tidak berspora


•Di bawah pengaruh zat tertentu misal fenicilin kuman dapat dilisiskan

•Tidak dipengaruhi oleh garam empedu aptokin

•Koloni sering tampak putih, kuning, merah atau merah jingga

•Aerob dan anaerob tumbuh sama baik

B.Biakan

Staphylococcus mudah tumbuh pada media CC, paling baik mambentuk pigmen
pada 20-27bakteri, suhu potomim 37 (suhu kamar) koloni pada perbenihan tampak bulat,
halus dan menonjol dan berkilau-kilau membentuk berbagai pigmen, albus putih, aureus
emas, citrius kehijauan seperti jeruk.

Contoh
Staphylococcus aureus haemolitikus seperti emas

Staphylococcus albus haemolitikus putih

Staphylococcus citrius kuning kehijauan

Peptococcus (mirip staphylococcus penyebab keracunan)

C.Sifat pertumbuhan

Staphylococcus dapat meragikan menit), resistenC selama 30karbohidrat asam


laktat, termostabil (50 terhadap obat antibiotika.

D.Variasi

Setiap biakan Staphylococcus mengandung organisme yang berbeda type, koloni,


pigmen, daya hemolisis, juga perlengkapan enzim dan resisten terhadap obat serta
patogenitas.

E.Struktur antigen

 Staphylococcus mempunyai antigen polisakarida dan protein yang memungkinkan


penggolongan strain dalam batas tertentu
 Zat yang dihasilkan Staphylococcus juga merupakan antigen, dapat digunakan tes
serologi untuk identifikasi strein. Dengan bakteriofoga dapat diidentifikasi. Banyak
strein Staphylococcus bersifat. Lisogenik
 Pembentukan toksin oleh plasmid atau faga temperature

F.Toksin dan Enzim

Staphylococcus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berbaik dan


menyebar

luas pada jaringan dan melalui banyak zat estraceller:

1. Eksotoksin Staphylococcus adalah suatu zat campuran yang bersifat termolabil,


mematikan hewan percobaan, penyebab nekrosa kulit dan juga mengandung
haemolisin
2. Leucocidin adalah zat yang dapat melarutkan lekosit hewan, termolabil, peranannya
kurang jelas sebab Staphylococcus tidak dapat mematikan leukosit bahkan dapat di
fagositoleh leukosit
3. Entero toksin adalah suatu zat yang dapat larut yang dihasilkan oleh sterin tertentu
dari jenis Staphylococcus terutama bila di biakan pada media dengan konsentrasi
CO2 yang tinggi (30%) pada media setengah padat yang terdiri dari protein
4. Koagulasi, Staphylococcus yang pathogen pada manusia menghasilkan koagulasi,
yaitu suatu protein seperti enzim yang dapat menggumpalkan plasma oxalate atau
citrat, koagulasi dapat menggumpalkan fibrin pada permukaan Staphylococcus
sehingga menyebabkan kuman tidak dapat di fagositosis oleh sel tubuh

Propionibacterium

P Acnes alias Propionibacterium Acnes merupakan bakteri penyebab jerawat atau


bisa juga kita sebut sebagai bakteri jerawat yang memiliki watak pertumbuhan atau
perkembangbiakan yang relatif lambat. Sebelum menlanjutkan pembahasan tentang bakteri
jerawat, saya akan terlebih memberikan identitas Klasifikasi Ilmiah (Scientific Classification)
atau Taksonomi dari Propionibacterium Acnes.

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Order : Actinomycetales

Family : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium
Species : P. Acnes

Untuk binomial name ( nama binomial) bakteri jerawat ini disebut sebagai
Propionibacterium acnes (Gilchrist 1900). P. Acnes merupakan jenis bakteri yang hidup
tanpa memerlukan adanya oksigen atau bisa disebut sebagai bakteri anaerobik. Organisme
yang hidup tanpa memerlukan oksigen biasa juga disebut memiliki tipical atau karateristik
aerotolerant. Sang bakteri jerawati ini juga merupakan bakteri jenis Gram-Positif.

Seperti yang telah saya berikan di artikel lain, Bakteri jerawat dapat menyebabkan terjadinya
peradangan pada jerawat. Genome dari P. Acnes dalam beberapa penelitian / study
menunjukkan bahwa geberapa gen darinya memproduksi ensime yang dapat mendegradasi
kulit dan protein.

Bakteri Jerawat ini sebagian besar ada pada kulit


banyak orang dan berkarateristik commensal (commensal merupakan sifat dari hubungan 2
organisme yang secara signifikant tidak saling dirugikan: contoh hubungan antara burung
dengan pohon). Ia hidup di daerah asam lemak (fatty acid) di kantung kelenjar minyak
(sebaceous glands) pada kelenjar minyak (sebum) tersembunyi di dalam pori pori kulit.
Untuk lebih jelasnya perbedaan antara sebaceous glands dan sebum liat gambar yang saya
ambil dari wikipedia disamping. Selain ditemukan di daerah kelenjar minyak bakteri ini juga
bisa ditemukan di daerah Gastrointestinal tract (pencernaan makanan??).

Nama dari Propionibacterium Acnes diambil karena bakteri ini dapat memproduksi
atau menghasilkan asam propionik (propionic acid).

Bagaimana Bakteri Jerawat ini bisa menyebabkan Penyakit?

Ketika pori pori kulit terhalang atau "tidak bisa bernafas" maka bakteri yang sifatnya
tumbuh dalam lingkungan yang anaerobic (tanpa oksigen) ini menjadi tumbuh sangat cepat
dan mengeluarkan banyak bahan kimia untuk merusak jaringan jaringan pada pori pori kulit,
dan menjatuhkan bakteri semisal Staphylococcus aureus ke kulit yang kemudian membentuk
"luka jerawat" (acne lesion)

CORYNEBACTERIUM

Kingdom: Bacteria

Phylum: Actinobacteria

Order: Actinomycetales

Suborder: Corynebacterineae

Family: Corynebacteriaceae

Genus: Corynebacterium

A. Definisi

Corynebacterium merupakan suatu kelompok bakteri batang, gram


positif, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Hidup pada suhu 37 0C
secara aerob, fakultatif anaerob dan saprofit. Beberapa spesies merupakan
flora normal pada kulit, membrane mukosa dan tractus respiratorius manusia.
Spesies Corynebacterium lainnya dapat ditemukan pada hewan dan tumbuhan.

Corynebacteria berasal dari bahasa Yunani

+Coryne = club/ganda

+Bacteria = batang/kecil

Yang terpenting dari genus bakteri ini adalah Corynebacterium diphteriae


ang menghasilkan eksotoksin kuat dan menyebabkan difteri pada manusia.

B. Sifat Umum
 Batang gram +
 Tidak dapat bergerak
 Tidak membentk spora
 Hidup pada temperatur 370C, aerob, fakultatif anaerob, dan saprofit
 Tidak berkapsul
 Ukuran : Panjang bervariasi dengan lebar ± o,5-1Цm

C. Karakteristik
- Mikroskopis
 Formasi : V,W,L
 Bentuk : seperti gada/club shaped
 Granula metakhromatik (pewarnaan Neisser dan Tyler)
- Pada Perbenihan

Telurit (koloni bakteri), kecil, abu-abu sampai hitam

Berdasarkan atas koloni pada perbenihan, Telurit dapat dibedakan


3 tipe bakteri C.dipteriae, yaitu :

1. Tipe Gravis

Koloni besar, abu-abu, non hemolitik, pinggiran tidak beraturan


(irregular), non hemolitik, dan berstria-striated.

2. Tipe Mitis

Koloni kecil, hitam, cembung, licin, mengilap, hemolitik

3. Tipe Intermedius

Koloni kecil, hitam, bergerigi, bagian tengah cembung, dan non


hemolitik

Dalam bulyon tipe gravis tumbuh seperti selaput, tipe mitis difus (keruh
merata) dan tipe intermedius berupa sediment granular.

D. Patogenesis
C. diphteriae masuk ke tractus respiratorius bagian atas melalui droplets
inhalasi, per oral, bakteri berkembang biak dan menimbulkan luka infeksi.
Bakteri mengeluarkan toksin lalu menjadi eksotoksin, lalu terabsorpsi dalam
mukosa, menimbulkan kerusakan pada epitil dan peradangan superficial dan
terjadilah nekrosis.

Nekrosis sel  diselimuti oleh fibrin, leukosit, eritrosit, bakteri membentuk


eksudan warna kelabu  pseudomembran  meluas menutupi tonsil, faring,
atau laring sehingga akan menutupi saluran udara (asphixia)  kematian 
perlu dilakukan tracheotomy untuk mencegah mati lemas.

E. Spesies

C. diphteriae = lesi bakteri

C. ulcerans = lesi difteri pada pernafasan

C. matruchotii = bentuk Corynebacteria pada rongga mulut

dll.

F. Gejala Klinis
 Masa tunas inkubasi 2-5 hari
 Demam
 Pseudomembran(mudh menyebabkan perdarahan)
 Bila masuk toksin ke sirkulasi darah dapat mengakibatkan perdarahan
ginjal, kelenjar suprarenal;kerusakan cor;kerusakan SSP
G. Terapi

Istirahat, makanan lnak (bubur), Vaksin (anti toksin ADS), antibiotik


(penisilin, tetrasiklin,Cephalosporin), Tracheotomi.
Streptococus

Klasifikasi S. mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998) adalah :

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

Streptococcus mutans adalah salah satu jenis dari bakteri yang mendapat
perhatian khusus, karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan karies
gigi (Joklik et al., 1980; Nolte, 1982). Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak gigi
oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecenderungan berbentuk coccus dengan
formasi rantai panjang apabila ditanam pada medium yang diperkaya seperti pada
Brain Heart Infusion (BHI) Broth sebagaimana pada gambar 2.3, sedangkan bila
ditanam di media agar memperlihatkan rantai pendek dengan bentuk sel tidak
beraturan (Michalek dan Mc Ghee, 1982).

Michalek dan Mc Ghee (1982) serta Nolte (1982) menyatakan bahwa media
selektif untuk pertumbuhan Streptococcus mutans adalah agar Mitis Salivarius, yang
menghambat kebanyakan bakteri mulut lainnya kecuali Streptococcus. Penghambatan
pertumbuhan bakteri mulut lainnya pada agar Milis Salivarius disebabkan karena
kadar biru trypan. Di samping itu, media ini juga mengandung kristal violet, telurit
dan sukrosa berkadar tinggi.

Streptococcus mutans yang tumbuh pada agar Mitis Salivarius


memperlihatkan bentuk koloni halus berdiameter 0,5 – 1,5 mm, cembung, berwarna
biru tua dan pada pinggiran koloni kasar serta berair membentuk genangan di
sekitarnya. Seperti bakteri streptococcus lainnya, bakteri ini juga bersifat gram positif,
selnya berbentuk bulat atau lonjong dengan diameter 1 mm dan tersusun dalam
bentuk rantai. (Michalek dan Mc Ghee, 1982).

Streptococcus mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob (Lehner,


1992; Michalek dan Mc Ghee, 1982). Menurut Nolte (1982) dalam keadaan anaerob,
bakteri ini memerlukan 5% CO2 dan 95% nitrogen serta memerlukan amonia sebagai
sumber nitronen agar dapat bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal.
Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glikosiltransferase dan
fruktosiltransferase. Enzim-enzim ini bersifat spesifik untuk subtsrat sukrosa yang
digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan. Pada metabolisme karbohidrat, enzim
glikosiltransferase menggunakan sukrosa untuk mensintesa molekul glukosa dengan
berat molekul tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3)
(Michalek dan Mc Ghee, 1982). Ikatan glukosa alfa (1-3) bersifat sangat pekat seperti
lumpur, lengket dan tidak larut dalam air. Kelarutan ikatan glukosa alfa (1-3) dalam
air sangat berpengaruh terhadap pembentukan koloni Streptococcus mutans pada
permukaan gigi. Ikatan glukosa alfa (1-3) berfungsi pada perlekatan dan peningkatan
koloni bakteri ini dalam kaitannya dengan pembentukan plak dan terjadinya karies
gigi. (Roeslan dan Melanie, 1988).

Anda mungkin juga menyukai