Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Oleh :

Nama : Ni Komang Mega Angelina

Nim : 18089014036

Semester : 6B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi HIV AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan patogen yang
menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki
penanda CD4+ di permukaannya seperti makrofag dan limfosit T.
Acquired-immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan suatu
kondisi (sindrom) imunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder. Serta manifestasi neurologik
tertentu akibat infeksi HIV. Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) merupakan suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV).
2. Epidemiologi
Berdasarkan laporan UNAIDS Report on the Global AIDS
Epidemicpada tahun 2012 ditemukan sebanyak 34 juta penduduk di
seluruh dunia hidup dengan HIV / AIDS, 2,5 juta kasus diantaranya
merupakan infeksi baru. Di regio Asia Tenggara sendiri, tahun 2010
diperkirakan 3,5 juta penduduk hidup dengan HIV / AIDS. Sejak
tahun2001 jumlah kasus baru infeksi HIV sudah menurun sebesar 34%
menjadi 210.000 kasus pada tahun 2010, selain itu angka kematian
tahunan akibat penyakit terkait AIDS juga menurun 41% akibat terapi
antiretroviral.Prevalensi HIV ditemukan menurun pada pekerjaseks
komersial namun transmisi HIV masih tinggi pada kelompok pemakai
obat terlarang menggunakan jarum suntik (penasun), homoseksual dan
transgender.
Penelitian di Asia Tenggara menunjukkan lima negara utama di Asia
Tenggara dengan penduduk yang terinfeksi HIV terbanyak adalah India,
Indonesia, Myanmar, Nepal dan Thailand. Jumlah kasus infeksi baru
HIV menunjukkan tren menurun pada 4 negara lain namun di Indonesia
masih terus meningkat, ditunjukkan dalam gambar 3. Tahun 2016
diperkirakan akan terjadi peningkatan kasus infeksi baru HIV sebesar
24,8 %.
3. Etiologi
Menurut Risca,Iris (2014) HIV merupakan virus ribonucleic acid
(RNA) yang termasuk dalam subfamili lentivirus dan famili Retrovirus.
Struktur HIV dapat dibedakan menjadi dua tipe HIV-1 yang menyebar
luar ke seluruh dunia dan HIV-2 yang hanya ada di afrika Barat dan
beberapa Negara Eropa.
Sumber penularan infeksi HIV
1) Kontak seksual (heteroseksual, homoseksual) lewat mukosa
genetal
2) Darah, produk darah ( langsung menyebar hematogen) jaringan
transplansi, jarum suntik, spuit
3) Vertikal dari ibu ke janin / bayi lewat infeksi intrapartum
perinatal atau air susu ibu.
4. Klasifikasi
Klasifikasi HIV/AIDS pada orang dewasa dengan infeksi, menurut
WHO (Health Organizations)dijelaskan menjadi 4 stadium klinis yaitu:
1) Stadium I bersifat Asimptomatik Aktivitas normal dan dijumpai
adanya Limfadenopati generalisata.
2) Stadium II Simptomatik Aktivitas normal, berat badan menurun
<10%, terdapat kelainan kulit dan mukosa yang ringan, seperti
Dermatitis serobik, Prorigo, Onikomikosis, Ulkus yang
berulang dan Khelitis angularis, Herpes zoster dalam 5 tahun
terakhir, serta adanya infeksi saluran nafas bagian atas, seperti
Sinusitis bakterialis.
3) Stadium III Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas di
tempat tidur <50% berat badan menurun >10% terjadidiare
kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan, terdapat Kandidiasis
orofaringeal, TB paru dalam 1 tahun terakhir, infeksi bacterial
yang berat seperti Pneumonia dan Piomiositis.
4) Stadium IV Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas
ditempat tidur <50%, terjadi HIV wasting syndrome, semakin
bertambahnya infeksi oportunistik, seperti Pneumonia
Pneumocystis carinii, Toksoplasmosis otak, Diare
Kriptosporidosis ekstrapulmunal, Retinitis virus sitomegalo,
Herpes simpleks mukomutan >1 bulan, Leukoensefalopati
multifocal progresif, Kandidiasis di esophagus, trachea, bronkus
dan paru, TB diluar paru, LImfoma, Sarkoma Kaposi, serta
Ensefalopati HIV. (WHO dalam Budhy, 2017).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Mandal (2014) tanda dan gejala penyakit AIDS
menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai semua sistem organ.
Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi
akibat infeksi dan efek langsung HIV pada jaringan tubuh. Adanya HIV
dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang
yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka
waktu yang relatif lama (±7-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa ini
disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa bekerja
sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa
inilah yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang
terinfeksi secara tidak disadari dapat menularkan kepada yang lainnya.
Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala
sebagai berikut:
Menurut Nursalam (2014) pasien AIDS secara khas punya
riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi HIV primer akut yang
lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu dan disaat
fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,
keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan
ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Ketika HIV menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama
penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi oportunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial
yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis,
kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
1. Infeksi HIV
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa
seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit
kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.
2. Infeksi HIV tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar HIV dalam darah akan diperoleh
hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan
gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama
lebih dari 3 bulan.
Gejala yang muncul pada HIV AIDS:
1. Gejala mayor
a. Berat badan menyusut hingga 10% atau lebih dalam waktu satu
bulan, tanpa sebab yang spesifik.
b. Diare berkepanjangan selama lebih dari satu bulan.
c. Demam terus-menerus, baik konstan maupun hilang-timbul,
selama sebulan lebih.
2. Gejala minor
a. Batuk kering berkepanjangan.
b. Serangan gatal pada permukaan kulit di seluruh tubuh.
c. Herpes zoster, mirip cacar air, yang tampak pada kulit, dan tidak
sembuh-sembuh.
d. Ruam pada mulut, lidah, dan tenggorokan.
e. Kelenjar di leher, ketiak, atau selangkangan membengkak tanpa
sebab.
6. Patofisiologi
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat
dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi
limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan mengalami
destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan
mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan
rusak, maka fungsi imunologik lain terganggu.
HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic
RANA. Pada saat virus HIV masuk dalam tubuh virus akan
menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4+ (Sel T pembantu,
helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan membuka
lapisan protein sel dan menggunakan enzim Reserve
transcriptase untuk mengubah RNA. DNA virus akan terintergrasi
dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama proses
normal pembelahan.
Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4
untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menyebabkan
kematian limfosit T4. kematian limfosit T4 membuat daya tahan tubuh
berkurang sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain,
bakteri, jamur atau parasit). Hal itu menyebabkan kematian pada orang
yang terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS
juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ yang paling sering terkena
adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS diliputi oleh suatu
protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel.
Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat
mengakibatkan kematian sel otak.
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan
penting dalam fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel
yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibody.
Juga dalam aktivitas langsung pada cell-mediated cell immune
(immune sel bermedia) dan mempengaruhi aktivitas langsung pada sel
kongetitis duplikasi.
Menurut Long (2013) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan
seksual, tranfusi darah dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada
saat virus HIV masuk ke dalam aliran darha maka HIV mencari sel T4
dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke
dalam sel dan mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi
normal (kematian sel T4) dan memperbanyak dari HIV. HIV baru
menempel kepada sel T4 dan menghancurkannya. Hal ini terjadi
berulang-ulang kemudian terjadi sebagai berikut :
1. Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam
darah. HIV masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual,
muntah, berkeringat malam, batuk, nyeri saat menelan dan
faringgitis.
2. Infeksi kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi
refleksi lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.
3. Pembengkakan kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar
limfe dapat persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap
merasa sehat. Pada masa ini terjadi progresi terhadap dari adanya
hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe sampai dengan timbulnya
involusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel dendritik pada
otak juga sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua
tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah inguinal selama tiga
bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada liquor
serebrospinal.
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
a. Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang
tidak langsung berhubungan dengan HIV seperti diare,
demam lebih dari 1 bulan, berkeringat malam, terasa lelah
yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10%
yang mengindikasikan AIDS (slim disease)
b. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS
(AIDS demensia complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf
antara lain mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan
syaraf otak, kehilangan memori secara fluktoatik, bingung,
kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan
motorik. Demensia penuh dengan adanya gangguan kognitif,
verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit kontitusional.
c. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia
carinii protozoa (PCP), cryptosporidictis (etero colitis),
toxoplasmosis (CNS dissemminated desease), dan
isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri,
bakteriemi, salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus
: hati, retinaparu-paru, kolon; herpes simplek) dan fungus
(candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)
d. Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
e. Penyakit lain
f. Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada
kematian dimana sistem imunitas tubuh sudah pada batas
minimal atau mugkin habis sehingga HIV menguasai tubu
Virus HIV
7. WOC
masuk
Menginfeksi sel yang mempunyai molkul CD4(Limfosit T4, Monosit, sel dendrit, sel langerhans)

Sel limfosit T4

Imunitas tubuh menurun

Infeksi oportunistik Stigmatisasi Isolasi diri

Respiratorius Gastrointestinal Neurologi Sel-sel malignan

PCP Mycobakterium Diare Kandidiasis oral Ensevalopati HIV Sarkoma kaposi


P

MK. Penurunan nafsu makan Disfungsi seluler Lesi kutaneus


Menginvasi dan berpoliferasi
Kekurangan mengganggu
dengan alveoli pulmonalis dan
volum cairan neurotransmiter
terjadi konsolidasi parenkim
dari
paru kebutuhan MK. Nutrisi
tubuh MK.Kerusak MK.Nyeri
kurang Gangguan daya ingat, an integritas Akut
dari sakit kepala, sulit kulit
Penumpukan sekret Tergangguanya berkonstrasi, konfusi
pada bronkus proses difusi dan progresif, apatis
osmosis

MK. Bersihan MK. Gangguan


Penurunan O2 pertukaran gas Gangguan proses pikir
jalan napas
tidak efektif konsentrasi O2
8. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c. Vital sign :
a. TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
b. Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
c. Pernafasan : Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
d. Suhu : Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
e. TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)
f. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis
seboreika
g. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak
ikhterik, pupil isokor, reflek pupil terganggu
h. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
i. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak
bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.
j. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi
jamur Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer
getah bening
k. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
l. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding
dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek
(cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
m. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
n. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-
tanda lesi (lesi sarkoma kaposi). Poltekkes Kemenkes Padang
o. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun,
akral dingin.
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Amin & Hardhi (2015) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mengetahui penyakit HIV/AIDS antara lain:
1) Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction.
2) Tes ELISA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi.
3) Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot.
4) Serologis:skrining HIV dengan ELISA,Tes westen blot, limfosit T.
5) Pemeriksaan darah rutin.
6) Pemeriksaan neurologis.
10. Penatalaksanaan
1) Pengendalian Infeksi Oportunistik
Tujuan utama dari penatalaksanaan pasien AIDS yang sakit
kritis adalah menghilangkan mengendalikan atau pemulihan infeksi
oportunistik, infeksi nosocomial, atau sepsis. Penatalaksanaan
infeksi-infeksi oportunistik diarahkan pada dukungan terhadap
sistem-sistem yang terlibat. Digunakan agen-agen farmakologi
spesifik untuk mengidentifikasi organisme juga agen-agen
eksperimental atau organisme yang tidak umum. Pada lingkungan
perawatan kritis, prosedur-prosedur isolasi tambahan seperti
tindakan kewaspadaan neutropenik mungkin diperlukan untuk
mencegah tenaga perawtan kesehatan dari penularan organisme
lingkungan yang umum kepada pasien dengan AIDS. Infeksi
stafilokokus adalah perhatian utama pada lingkungan perawatan
kritis. Pasien-pasien dengan AIDS yang terinfeksi oleh bakteri ini
akan mengalami septic, yang ditandai oleh demam, hipotensi, dan
takikardi. Tindakan-tindakan pengendali infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikaso-komplikasi yang
mengakibatkan sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan krisis (Desmawati, 2013).
2) ARV (Antiretroviral)
Terapi ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS bertujuan untuk
menghentikan replikasi dari virus HIV, memulihkan system imun
untuk mengurangi timbulnya infeksi oportunistik, memperbaiki
kualitas hidup dan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
karena infeksi HIV (Nursalam & Ninuk, 2013).
a. Cara kerja ARV Obat-obatan ARV yang beredar saat ini
sebagian besar bekerja berdasarkan siklus replikasi HIV,
sementara obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian.
Jenis obat-obat ARV mempunyai target yaitu :
a) Entery(saat masuk)HIV harus masuk kedalam sel T
untuk dapat memulai kerjanya yang merusak. HIV
mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian
menyatukan membran luarnya dengan membrane luar
sel. Enzim reversetrascriptase dapat dihalangi oleh
obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzim integrase
mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang
dikembangkan, enzim protease mungkin dapat
dihalangi oleh obat saquinavir, Ritonivir, dan indinivir.
b) Early replication Sifat HIV adalah mengambil alih
mesin genetic sel T. setelah bergabung dengan sebuah
sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya
kedalam sel. Disini HIV mengalami masalah dengan
kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang
disebut RNA, sedangkan pada manusia kode genetik
manusia tertulis dalam DNA. Untuk mengatasi
masalah ini, HIV membuat enzimreverse
transcriptase(RT) yang menyalin RNA-nya kedalam
DNA. Obat Nucleose RT Inhibitors (Nukes)
menyebabkan terbentuknya enzim reverse
transcriptase yang cacat. Golongan non-nucleoside
RTInhibitors memiliki kemampuan untuk mengikat
enzim reverse transcriptasesehingga membuat enzim
itu tidak berfungsi.
c) Late replication HIV harus menggunting sel DNA
untuk kemudian memasukan DNAnya sendiri kedalam
guntingan tersebut dan menyambung kembali helaian
DNA tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim
integrase, maka obat integrase inhibitors diperlukan
untuk menghalangi penyambungan ini.
d) Assembly (Perakitan/penyatuan)Begitu HIV
mengambil alih bahan-bahan genetik sel, maka sel
akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai
bahan untuk membuat virus baru. Potongan ini harus
dipotong dalam ukuran yang benar yang dilakukan
enzim protase HIV, masa pada fase ini, obat jenis
protase inhibitorsdiperlukan untuk menghalangi
terjadinya penyambungan ini.
b. Beberapa golongan obat ARV
Menurut Desmawati (2013) dijelaskan ada beberapa
golongan dari obat ARV antara lain yaitu :
a) Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
(NRTI)Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida
yang menghambat proses perubahan RNA virus
menjadi DNA (proses ini dilakukan oleh virus HIV
agar bisa replikasi).Jenis-jenis obat ARV berdasarkan
nama generic :Zidovudine, Didanosine, Zalzitabine,
Stavudine, Lamivudine, Abacavir, Tenofovir
b) Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI) yang
termasuk golongan ini adalah Tenofir (TDF).
c) NON-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
(NNRTI) golongan ini juga bekerja dengan
menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA
dengan mengikat reverse transcriptase sehingga tidak
berfungsi.Golongan Non-Nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitor berdasarkan nama generic
:Nevairapine, Delavirdine , Efavirenz
d) Protease Inhibitor (PI, menghalangi kerja enzzim
protease yang berfungsi memotong DNA yang
dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk
memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini
adalah indinavir (IDV), nelfinavir (NFV), squinavir
(SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV), dan
loponavir/ ritonavir (LPV/r).
e) Fusion Inhibitor yang termasuk golongan ini adalah
Enfuvirtide (T-20).
3) Vaksin dan rekontruksi imun
Tantangan terapeutik untuk pengobatan AIDS tetap ada. Sejak agen
penyebab infeksi HIV dan AIDS dapat disolasi, pengembangan
vaksin telah diteliti secara aktif. Upaya-upaya rekontruksi imun juga
sedang diteliti dengan agen tersebut seperti interferon. Penelitaian
yang akan datang tidak diragukan lagi akan menghasilkan obat-obat
tambahan dan protocol tindakan terhadap penyakit ini (Desmawati,
2013).
11. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung HIV pada
sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan HIV
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepar flora normal,
limpoma, sarcoma, Kaposi, dengan efek penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies / tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi
imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada
lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan
dengan melemahnya fungsi imun. Berikut bentuk kelainan hospes
dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan
hospes :
1) Kerusakan respon imun seluler (LimfositT )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasiatimik,
limpoma, kortikosteroid, globulin anti limfosit,disfungsi
timikcongenital.
2) Kerusakanimunitas humoral (Antibodi)
Limfosit ikleukemiakronis, mieloma, hipogamaglobulemia
congenital, protein – liosingen teropati (peradangan usus).
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
1) Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, progresi malaise,
perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
2) Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama
pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer,
pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan
penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
4) Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau
tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare
pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal, perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.
5) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan
gusi yang buruk, edema
6) Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
7) Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan
status indera, kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks
tidak normal, tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / lokal, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada
pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan
rentan gerak, pincang.
9) Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk,
sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas,
adanya sputum.
10) Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfuse darah,
penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses,
timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan
umum, tekanan umum.
11) Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya
libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
12) Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi,
kesepian, adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
13) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko
tinggi, penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan sekresi bronkus dan penurunan reflek batuk karena
pneumonia
2. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2
3. Kekurangan volume cairan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi HIV
, ekskoriasi pada kulit.
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera sarkoma kaposi,
neuropati perifer
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Bersihan jalan napas NOC : NIC : Manajemen Jalan Napas


tidak efektif 1. Status Pernafasan : Kepatenan Jalan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
berhubungan dengan Napas ventilasi
peningkatan sekresi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Buang sekret dengan memotivasi pasien
bronkus dan penurunan selama 3 x 24 jam diharapkan : untuk melakukan batuk atau menyedot
reflek batuk karena 1. Klien mampu mengeluarkan seret lendir
pneumonia 2. Klien mampu melakukan batuk 3. Instruksikan bagaimana agar bisa
efektif melakukan batuk efektif
3. Tidak ada suara nafas tambahan 4. Auskultasi suara napas, catat area yang
ventilasinya menurun atau tidak ada dan
adanya suara tambahan
5. Kelola pemberian bronkodilator,
sebagaimana mestinya
2 Gangguan Pertukaran NOC : NIC : Terapi Oksigen
gas berhubungan dengan 1. Status pernafasan : pertukaran gas 1. Siapkan peralatan oksigen dan berikan
penurunan O2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan melalui sistem humidifier
selama 3 x 24 jam diharapkan : 2. Berikan oksigen tambahan sepperti yang
1. Klien diharapkan tidak ada dispnea diperintahkan
dengan aktivitas ringan 3. Monitor aliran oksigen
2. Klien mampu menyeimbangkan 4. Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi
ventilasi dan perfusi oksigen
3. Saturasi oksigen klien normal 5. Sediakan oksigen ketika pasien
dibawa/dipindahkan
NIC : Monitor Pernapasan
1. Monitor pola napas (misalnya, bradipneu,
takipneu, hiperventilasi, pernapasan
kusmaul, apneustik, respirasi biot, dan pola
ataxic)
2. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang
tersedasi (seperti, SaO2, SvO2, SpO2) sesuai
protokol yang ada
3. Catat perubahan pada saturasi O2, volume
tidal akhir CO2, dan perubahan nilai analisa
gas darah dengan tepat
4. Monitor keluhan sesak napas pasien,
termasuk kegiatan yang meningkatkan atau
memperburuk sesak napas tersebut

3 Kekurangan volume NOC : NIC : Manajemen Cairan


cairan dari kebutuhan 1. Keseimbangan cairan 1. Timbang berat badan setiap hari dan
tubuh berhubungan 2. Hidrasi monitor status pasien
dengan diare Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat
selama 3 x 24 jam diharapkan : output pada pasien
1. Turgor kulit klien normal 3. Monitor status hidrasi (misalnya, membran
2. Membran mukosa klien lembab mukosa lembab, denyut nadi adekuat)
3. Keseimbangan intake dan output 4. Monitor tanda-tanda vital pasien
klien terjaga 5. Berikan cairan dengan tepat
6. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
7. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
4 Nutrisi kurang dari NOC : NIC : Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh 1. Status Nutrisi 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
berhubungan dengan 2. Status nutrisi : Asupan nutrisi makanan yang dimiliki pasien
penurunan nafsu makan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
selama 3 x 24 jam diharapkan : yang dibutuhkan untuk memenuhi
1. Asupan makanan klien terpenuhi persyaratan gizi
2. Asupan gizi klien terpenuhi 3. Monitor kalori dan asupan makan
4. Pastikan diet mencakup makanan tinggi
kandungan serat untuk mencegah konstipasi

5 Kerusakan integritas NOC : NIC : Pengecekan Kulit


kulit berhubungan 1. Integritas jaringan : kulit dan 1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan manifestasi HIV membran mukosa dengan adanya kemerahan, kehangatan
, ekskoriasi pada kulit. Setelah dilakukan asuhan keperawatan ekstrim, edema, atau drainase
selama 3 x 24 jam diharapkan : 2. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi,
1. Integritas kulit bisa dipertahankan tekstur, edema, dan ulserasi pada
(sensasi, elastisitas, tekstur, hidrasi) ekstremitas
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 3. Monitor warna dan suhu kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap
area perubahan warna, memar, dan pecah
5. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet
6. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang
berlebihan dan kelembaban
7. Monitor sumber tekanan dan gesekan
8. Periksa pakaian yang terlalu ketat
9. Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda kerusakan kulit,
dengan tepat

6 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC : Manajemen Nyeri


dengan agen 1. Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
cederassarkoma kaposi, 2. Tingkat nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik,
neuropati perifer Setelah dilakukan asuhan keperawatan onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
selama 3 x 24 jam diharapkan : atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
1. Klien mampu mengenal kapan nyeri 2. Pastikan perawatan anlagesik bagi pasien
terjadi dilakukan dengan pemantauan yang ketat
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
2. Klien mampu menggambarkan untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
faktor peyebab nyeri sampaikan penerimaan nyeri terhadap
3. Klien mampu menggunakan kualitas hidup
tindakan pengurangan nyeri tanpa 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
analgesik penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
4. Mampu mengenali nyeri ( skala, dirasakan
intensitas, dan frekuensi nyeri) 5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
6. Berikan individu penurun nyeri yang optimal
dengan peresepan analgesik
7. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
5. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana


tindakan keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi
masalah pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai rencana yang sudah
dilakukan, teknik dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah
selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang
sudah dilakukan dan bagaimana respon dari pasien (Bararah & Jauhar,
2013).

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses


keperawatan. Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang
telah dicapai setelah proses implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah
diharapkan dapat terapai. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing ).
(Bararah & Jauhar, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Hendrastuti, R. (2014). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PADA
REMAJA TERHADAP STIGMA TENTANG ORANG
DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI SMA SULTAN AGUNG
KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER.
Pangestika, G. A., Saraswati, L. D., & Adi, M. S. (2017). Gambaran Faktor Personal
yang Melatarbelakangi Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Pada Warga Binaan Dengan HIV Positif (Studi Kualitatif di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Kota Semarang). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 5(1), 186-192.
Lailla, M. I. N. (2019). Penyuluhan Islam untuk mencegah penularan HIV/AIDS di
Kementrian Agama Kota Semarang (Doctoral dissertation, UIN
Walisongo).
Bulechek, Gloria M. dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). USA:
Mosby Inc an Affilliate of Elsevier.
Moorhead, Sue. dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: Mosby
Inc an Affilliate of Elsevier.
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/4502/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pus
taka.pdf Diakses pada tanggal 24 juli 2021 pukul 14.00

http://repo.stikesperintis.ac.id/126/1/05%20FERDY%20SAPUTRA.pdf Diakses
pada tanggal 24 juli 2021 pukul 14.00

http://eprints.umpo.ac.id/6122/3/BAB%202%20DEWI%20AMINAH%20176131
07.pdf Diakses pada tanggal 24 juli 2021 pukul 14.00

Anda mungkin juga menyukai