Penyusunan Tarif Listrik Regional Di Daerah Provinsi 13
Penyusunan Tarif Listrik Regional Di Daerah Provinsi 13
1
Proceeding Seminar Tugas Akhir
pelanggan menjadi 4 sektor :
Rumah tangga
Komersil
Publik
Industri
2
Proceeding Seminar Tugas Akhir
Tabel 2 Tabel 4
PDRB Per sektor atas dasar harga konstan Pemakaian Listrik Persektor pada
tahun 2000 Tahun 2004-2008
Tabel 3
Jumlah Pelanggan Per Kelompok Pelanggan
3.2.4 Harga Jual Rata-Rata (Rp/kwh) PT.PLN
Tahun 2004-2008 (Persero) Distribusi Bali tahun 2004-2008
harga jual rata-rata (Rp/kwh) di propinsi
Bali sendiri terus mengalami peningkatan samapi
dengan pada tahun 2008 mencapai Rp 758.07/ kwh
dengan pembagian harga jual rata-rata berbeda
pada tiap sektor tarif yaitu terdiri dari sektor rumah
tangga, bisnis,industri, publik, sosial dan
multiguna.
Tabel 6
Harga Jual rata-rata (Rp/Kwh) PLN Dist. Bali tahun
2004 s/d 2008
3.2.2 Pemakaian / penjualan tenaga listrik per
sektor (GWh) PT.PLN Distribusi Bali
Rata-rata pertumbuhan pemakaian /
penjualan tenaga listrik dalam kurun waktu tahun
2004-2008 adalah sebesar 6.48 %.
3
Proceeding Seminar Tugas Akhir
4. ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK
BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN
TARIF LISTRIK REGIONAL DI PROVINSI
BALI
4.1 Kondisi Eksisting Ketenagalistrikan di Bali
Saat Ini
4.2 Peramalan dengan Metode DKL 3.02 Dari tabel 8 didapatkan bahwa pada tahun
4.2.1 Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik 2010 telah mulai terjadi krisis energi listrik di Bali
Daerah Bali sampai tahun 2019 dimana nilai beban puncak sudah melebihi nilai
dari daya mampu pembangkit dan kondisi ini harus
Tabel 7 dapat diatasi dengan penambahan pembangkit
Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok sebesar 46,21 MW agar daya mampu jauh melebihi
Pelanggan (GWh) Bali beban puncak.
4
Proceeding Seminar Tugas Akhir
Setelah didapatkan rate base sebesar Rp. dijadikan acuan untuk mengetahui seberapa besar
1,78 triliun dan dengan tingkat keuntungan (rate of daya beli energi listrik masyarakat di daerah
return) sebesar 9 %, maka diperoleh pengembalian provinsi Bali .
modal investasi (return on investment) sebagai Dengan input data sebagai berikut :
berikut : Pendapatan perkapita setiap bulan = Rp
Return on investment belum termasuk pajak 1.183.200
= rate base x rate of return Dengan mengasumsikan dalam 1 rumah
= 1.777.891.250.000 x 9% tangga terdapat 4 anggota keluarga sehingga
= Rp. 160.010.212.500,- didapat :
Return on investment termasuk pajak 30% : Pendapatan rumah tangga = Rp 1.183.200 x
= ROI (belum pajak) / 0,7 4 = Rp 4.732.800
= 160.010.212.500 / 0,7 Sedangkan pengeluaran rumah tangga untuk
= Rp. 228.586.017.900,- konsumsi energi listrik rata-rata berkisar 6% - 10%.
Dengan diasumsikan pengeluaran rumah tangga
Sehingga diperoleh : untuk energi listrik rata-rata adalah 6%, maka
Total revenue requirement pengeluarannya sebesar Rp. 283.968,-
= biaya operasi + ROI termasuk pajak Dengan sambungan daya pelanggan pada 900
= 2.575.750.000.000+ 228.586.017.900 VA maka dengan asumsi power faktor 0,8 didapat
= Rp. 2.804.336.018.000,- sambungan daya dalam watt sebesar :
Tabel 9
Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan Bali 900 VA 0,8 0,72 kW
tahun 2008(dalam jutaan Rupiah) Maka konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat
kWh 1 Bulan 0,72 kW 30 24 Load Factor
I. 0 - 20 kWh
II. 20 - 60 kWh dengan rata - rata TDL Rp. 630,00
III. diatas 60 kWh
5
Proceeding Seminar Tugas Akhir
4.5 Desain Tarif Berdasarkan Long Run Sedangkan jika ditinjau dari UU No 30
Marginal Cost tahun 2009 yang baru saja disahkan,
dimana tarif dasar listrik direncanakan
Mendesain tarif berdasarkan Long Run akan ditetapkan per daerah (regional).
Marginal Cost adalah salah satu metode yang dapat Sehingga dalam penelitian ini dicoba
digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan melakukan perhitungan tarif secara
tarif. Tanpa metode ini maka penentuan tarif akan regional dengan membandingkan metode
mengarah kepada tarif yang tidak ekonomis. Revenue requirement untuk perhitungan
biaya pokok penyediaan dan metode long
Tabel 10 run marginal cost untuk mengetahui
Perhitungan Tarif Rata-Rata Berdasarkan LRMC berapa besar biaya yang perlu disisihkan
Bali tahun 2008 (biaya margin) sehingga diperoleh tarif
rata-rata yang efisien dan sesuai dengan
sisi keekonomisannya.
4.6 Pengkajian Penyusunan Tarif Gambar 5 Sistem Kelistrikan Bali ditinjau dari biaya
Perbedaan dalam hal tarif listrik sesuai pokok penyediaan dan marginal Cost
dengan UU Ketenagalistrikan No.15 tahun 1985
dan UU Ketenagalistrikan No.30 tahun 2009 dapat Gambar 5 menunjukkan perbandingan
dijelaskan sebagai berikut : tarif dasar listrik melalui perhitungan biaya pokok
Berdasarkan undang undang penyediaan dengan metode revenue requirement
ketenagalistrikan No.15 tahun 1985 dan perhitungan biaya marginal jangka panjang
ditetapkan bahwa tarif dasar listrik di dengan metode LRMC menunjukkan selisih
kawasan JAMALI (Jawa-Madura-Bali) nominal yang cukup tinggi.
masih mengacu kepada tarif dasar listrik Berdasarkan pengkajian tentang tujuan
secara nasional, Dimana JAMALI formulasi tarif Regional provinsi Bali, maka
merupakan satu sistem kelistrikan yang formulasi tarif regional pada masing-masing
saling terkait satu sama lain. golongan ditunjukkan sebagai berikut:
Untuk pelanggan social golongan tarif S-2
dan S-3, formulasi tarif ditujukan untuk
pendidikan
Untuk pelanggan rumah tangga golongan
tarif R-1 dan R-2, formulasi tarif ditujukan
berdasarkan kemampuan bayar
masyarakat (affordable) serta mendorong
penghematan pemakaian listrik
BPP rata-rata 1070,03 Rp/kWh
(konservasi energi). Sedangkan untuk
Gambar 4 Sistem Kelistrikan JAMALI dan Biaya Pokok golongan R-3 Ditujukan untuk konservasi
Produksi energi dan mendorong pemakaian listrik
yang produktif.
Dapat diketahui bahwa sistem kelistrikan Untuk pelanggan bisnis golongan tarif B1
JAMALI yang merupakan satu sistem kesatuan dan B-2, formulasi tarif ditujukan untuk
yang terinterkoneksikan dengan besar Biaya Pokok mendorong usaha kecil dan menengah
Penyediaan Rata-Rata 1070,03 Rp/kWh.
6
Proceeding Seminar Tugas Akhir
Untuk pelanggan industri golongan tarif I- 5. PENUTUP
1, I-2 dan I3, formulasi tarif ditujukan
sebagai perlindungan terhadap industry 5.1 Kesimpulan
Untuk pelanggan publik golongan tarif P- Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis
1, P-2 dan P-3 , formulasi tarif ditujukan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
untuk mendorong penghematan kesimpulan antara lain :
pemakaian listrik (konservasi energi)
1. Sistem ketenagalistrikan di Bali sampai dengan
Tabel 11 tahun 2008 terdiri dari total daya terpasang
Perhitungan Penyusunan Tarif Regional yaitu sebesar 662,30 MW dengan daya mampu
568,50MW, dipasok dari kabel laut Jawa Bali
sebesar 190MW (34%) dan pembangkit di Bali
sebesar 378,5 MW (66%). Unit terbesar adalah
PLTG Gilimanuk sebesar 130 MW.
2. Kebutuhan listrik di daerah provinsi Bali
sampai dengan tahun 2019 diprediksi yaitu
sektor rumah tangga sebesar 4936.67 GWh,
sektor komersial sebesar 4317.12 GWh, sektor
publik sebesar 486.91 GWh, dan sektor
Industri sebesar 255,63 Gwh. Adapun total
kebutuhan energi listrik di Bali pada tahun
2019 mencapai 9996.33 GWh. Dimana
pertumbuhan konsumsi energi rata-rata sebesar
13.22% per tahun, sedangkan untuk
pertumbuhan beban puncak sebesar 13.17%
per tahun.
3. Total revenue tarif regional tahun 2008 secara
keseluruhan adalah sebesar Rp. 3,1 triliun atau
Rp 1023,93 /kWh, jika dibandingkan dengan
tarif rata-rata margin cost yang sebesar Rp
4608,10 /kWh maka diperoleh bahwa tarif
Dari tabel di atas diperoleh total revenue tarif rata-rata marginal cost menghasilkan nilai
secara keseluruhan adalah sebesar Rp. 3,1 triliun yang jauh lebih tinggi dari tarif regional yang
atau 1023,93 Rp/kWh, jika dibandingkan dengan disusun, hal ini memberikan pengertian bahwa
tarif rata-rata margin cost yang sebesar 4608,10 hasil penyusunan tarif yang dilakukan jauh
Rp/kWh maka terlihat bahwa tarif rata-rata lebih efisien daripada metode LRMC.
marginal cost menghasilkan nilai yang jauh lebih 4. Struktur TDL Bali tahun 2008 yang mengacu
tinggi dari tarif ini, hal ini memberikan pengertian pada UU Ketenagalistrikan No.30 tahun 2009
bahwa hasil penyusunan tarif ini jauh lebih efisien diperoleh bahwa pemberlakukan Tarif dasar
daripada metode LRMC. Sedangkan jika dilihat listrik secara regional sebesar Rp 1023,93/
dari total revenue requirement atau kebutuhan kWh masih dirasa membebani masyarakat dan
biaya pokok penyediaan dan mengacu kepada masih perlu ditinjau ulang karena melebihi
tujuan tarif maka terlihat perlu adanya tambahan kemampuan daya beli rata-rata masyarakat
subsidi sebesar Rp 19,41 / kWh atau sekitar 49,5 Bali terhadap listrik yang hanya mampu
milyar rupiah. sebesar Rp 792,33 / kWh.
5. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di
4.7 Pengkajian Tentang Potensi Energi Primer Bali sampai dengan tahun 2019, diperlukan
di Bali Guna Memenuhi Kebutuhan Listrik pembangunan pembangkit Baru yang
Daerah mengutamakan pemanfaatan energi primer
yang ada. Bali mempunyai potensi energi
Untuk menjamin ketersediaan sumber energi primer seperti panas bumi (PLTP), air (PLTA),
primer untuk pembangkitan tenaga listrik di Bali angin (PLTAngin), Tenaga Surya (PLTS) dan
maka diprioritaskan penggunaan sumber energi biomassa. Namun dengan keterbatasan potensi
setempat, dengan kewajiban menggunakan energi primer di Bali, tidak menutup
pemanfaatan sumber energi terbarukan. Potensi kemungkinan penggunaan PLTD, PLTU
energi primer untuk pembangkit tenaga listrik yang (Batubara) dan PLTG.
terdapat di wilayah provinsi Bali diantaranya yaitu
potensi energi panas bumi, potensi energi surya,
dan potensi biomassa.
7
Proceeding Seminar Tugas Akhir
5.2 Saran 8. Charismata Kualita (CK), Juni 2005.
“Workshop Pelatihan Perhitungan Biaya
1. Mengingat tingginya kebutuhan akan tenaga Pokok Penyediaan dan Desain Tarif Regional
listrik di Provinsi Bali maka budaya hemat di Povinsi Jawa Timur”. Surabaya.
energi perlu ditingkatkan di masyarakat, 9. Moh. Sadli dan Purnomo Yusgiantoro.
terutama untuk menekan beban puncak. Agustus 1990. Penetapan Harga Energi
Karena beban puncak di Bali umumnya terjadi Primer Untuk Menunjang Diversifikasi
pada malam hari, kira-kira pukul 18.00 sampai Pembangkit Tenaga Listrik. Lokakarya
pukul 22.00, maka disarankan pada waktu Energi KNI-WEC,Jakarta.
tersebut mengurangi jumlah pemakaian listrik. 10. Mahmudsyah Syarifuddin,Lembaga Penelitian
Hal tersebut sangat perlu dilakukan untuk dan Pengabdian kepada Masyarakat
menghindari kelebihan beban(over load). (LPPM)- ITS Staf Ahli Bidang Energi dan
Apabila over load terjadi, maka pemadaman ketenagalistrikan. “UU No.30 tahun 2009
bergilirpun terpaksa dilakukan, mengingat tentang Ketenagalistrikan Masa Depan
pasokan listrik yang ada tidak mampu Ketenagalistrikan Indonesia PLN dan anak
memenuhi kebutuhan listrik yang ada. perusahaannya”, Seminar sehari Mubes IV
2. Strategi pembangunan ketenagalistrikan di Bali SP PJB. Hotel Dana Solo, Rabu 18
haruslah mengutamakan sumber energi primer Nopember 2009.
setempat dan pemanfaatan energi terbarukan 11. Stephen, Aue Davy. Agustus 2004. “Analisa
yang ramah lingkungan dalam suasana Penyusunan Tarif Dasar Listrik Regional di
kondusif bagi pengusahaan ketenagalistrikan Propinsi Jawa Timur Menuju era Otonomi
daerah serta memberi peluang lapangan kerja Daerah”, Tugas Akhir,Surabaya.
seluas-luasnya bagi putra daerah. 12. Departemen Hukum dan Ham, Direktorat
3. Untuk sistem yang terinterkoneksi dengan Jendral Peraturan Perundang-undangan.2009.
sistem JAMALI perlunya TDL pada tahun- Undang-Undang Republik Indonesia No.30
tahun mendatang lebih disederhanakan Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan.
dimana TDL Tersebut harus disusun Jakarta.
berdasarkan kemampuan beli masyarakat dan
mencerminkan kondisi keekonomiannya. RIWAYAT HIDUP
4. Jika penetapan tarif listrik secara regional
berdasarkan UU Ketenagalistrikan No.30 I Putu Surya Atmaja
tahun 2009 jadi diberlakukan di Provinsi Bali, dilahirkan di kota Ende, 9
maka perlu ditinjau lagi dari sisi kemampuan Januari 1987. Penulis adalah
beli masyarakat Bali terhadap energi listri putra sulung dari dua
bersaudara pasangan I Ketut
DAFTAR PUSTAKA Mindiawan dan Ni
MadeRustini.
1. BAPPEDA Provinsi Bali. 2004. Rencana Penulis memulai karir
Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) akademisnya di TK Cipta
Provinsi Bali. BAPPEDA Provinsi Bali : Dharma dan SD Cipta Dharma
Denpasar. Denpasar hingga lulus tahun 1999. Setelah itu
2. BPS Tk.I Bali.2008. Bali Dalam Angka penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 1
2007/2008. BPS Tk.I Bali: Denpasar. Denpasar. Tahun 2002, penulis diterima sebagai
3. Marsudi,Djiteng.1990. Operasi Sistem murid SMU Negeri 1 Denpasar hingga lulus tahun
Tenaga Listrik. Balai Penerbit & Humas 2005. Setelah menamatkan SMU, penulis
ISTN : Jakarta. melanjutkan studi sarjananya di Jurusan Teknik
4. Hermawan, Karnoto.2008. Perencanaan Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Pengembangan Sistem Tenaga Listrik. Surabaya melalui jalur PMDK pada tahun itu juga.
Badan penerbit Universitas Diponogoro : Mulai tahun 2008 penulis aktif sebagai
Semarang. asisten di laboratorium Konversi Energi Teknik
5. PT.PLN (persero) Sub Region Bali.2008.
Elektronika ITS. Pada bulan Juli 2009 penulis
Rencana Penyediaan Tenaga Listrik (RPTL)
Tahun 2009-2019. PT.PLN (persero) Sub mengikuti seminar dan ujian Tugas Akhir di
Region Bali : Denpasar. Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan
6. PT.PLN (persero) Unit Distribusi Bali. 2008. Teknik Elektro FTI – ITS Surabaya sebagai salah
Statistik PLN Distribusi Bali 2008. satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Denpasar. Elektro.
7. PT.PLN (persero). 2008. Statistik PLN 2008.
Jakarta.
8
Proceeding Seminar Tugas Akhir