Anda di halaman 1dari 119

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN STATUS GIZI DENGAN


KELELAHAN KERJA PADA KARYAWATI PT. AGRI WANGI
INDONESIA MANUFACTURING DIVISION TAHUN 2020

OLEH
SITI MARYAM ISNAENI
1605015036

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2020
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Hubungan


Status Anemia Dan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawati Pt.
Agri Wangi Indonesia Manufacturing Division Tahun 2020.
Merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan
saya bukan plagiat dari karya ilmiah yan telah dipublikasikan sebelumnya atau
ditulis orang lain. Semua sumber, baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
tulis dengan benar sesuai dengan pedoman dan tata cara pengutipan yang berlaku.
Apabila ternyata di kemudian hari skripsi ini, baik sebagian maupun keseluruhan
merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan
perundang-undangan dan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. HAMKA.

Jakarta, 2020

Siti Maryam Isnaeni


1605015036

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Siti Maryam Isnaeni
NIM : 1605015036
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu-ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka. Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi yang berjudul
“Hubungan Status Anemia Dan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja Pada
Karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia Manufacturing Division Tahun 2020”
beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 2020
Yang menyatakan,

Siti Maryam Isnaeni

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Siti Maryam Isnaeni


NIM : 1605015036
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi : Hubungan Status Anemia Dan Status Gizi Dengan Kelelahan
Kerja Pada Karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia
Manufacturing
Division Tahun 2020
Skripsi dari mahasiswa tersebut di atas telah diperiksa dan disetujui
untuk / dan telah disidangkan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

Jakarta, 5 Agustus 2020

Pembimbing I

Arif Setyawan, SKM., M.Kes

iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Siti Maryam Isnaeni


NIM : 1605015036
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi : Hubungan Status Anemia Dan Status Gizi Dengan Kelelahan
Kerja Pada Karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia
Manufacturing
Division Tahun 2020
Skripsi dari mahasiswa tersebut di atas telah berhasil di pertahankan di
hadapan tim penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. HAMKA.

Jakarta, 2020

TIM PENGUJI

Pembimbing I : Arif Setyawan S,KM. M.Kes ( )

Penguji I : Ikhwan Ridha Wilti, Skm., Mkm ( )

Penguji II : Rony Darmawansyah, Skm., Mph ( )

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Maryam Isnaeni


NIM : 1605015039
Tempat/Tanggal Lahir : Depok, 26 Mei 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : KP. Sidamukti RT 04 RW 03 No. 23 Sukamaju
Cilodong Depok
Telp/Hp : 085893475083
Email : smaryamisnaeni@gmail.com

Riwayat Pendidikan
2002-2003 : TK Lestari Depok

2003-2009 : SD Negeri Sukamaju 6 Depok

2009-2012 : SMP Negeri 12 Depok

2012-2015 : SMK Kesehatan Pelita Husada Bogor

2016-Sekarang : S1Jurusan Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan

Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Riwayat Organisasi
2016-2017 : Panitia Khusus MPM UHAMKA

2017-2018 : Wakil Ketua Umum HIMA KESMAS UHAMKA

2018-2019 : Anggota Bidang Hikmah PK IMM FIKES UHAMKA

2018-2019 : Ketua Komisi Keuangan DPM FIKES UHAMKA

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya


Sembah sujud serta syukur kepada Allah S.W.T
Taburan kasih sayangmu telah memberiku kekuatan atas karunia yang kau berikan
Akhirnya skripsi sederhana ini dapat terselesaikan
Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kehadirban Rasullah Muhammad SAW
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat aku
Kasihi dan sayangi

Mamah dan Bapak Tercinta


Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga
Saya persembahkan karya kecil ini untuk mamah dan bapak yang telah
memberikan kasih dan sayang atas dukungan serta cinta kasih yang diberikan
dengan tak terhingga yang tidak mungkin terbalas dengan selembar kata cinta dan
persembahan ini. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat mamah dan
bapak bahagia 
Amin Yarobal Alamin…

Adikku Tersayang Wulan


Untuk adikku, tiada yang paling menyenangkan saat kumpulakur bersama,
walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu memberikan warna yang ngga akan
bisa digantikan oleh apapun. Terimakasih dukungannya 

Nenek dan Saudaraku


Untuk nenekku tersayang, hormat dan rasa terimakasih yang tidak terhingga untuk
nenekku tersayang, terimakasih selalu sayang sama cucunya ini dan selalu
mendoakan cucunya untuk samapai di tahap ini. Untuka saudara-saudaraku
tersayang terimakasih atas doa dan dukunggannya.

vi
Sahabat dan Teman Seperjuangan
Terimakasih untuk temanteman dan sahabat yang saya cintai sudah menemani
keluh kesah saya, suka duka di organisasi dan sudah berjuang bersama sampai
tahap akhir ini. Terimakasih sudah ada dan saling mendukung satu sama lain
mualia dari awal samapi selesai 

Dosen Pembimbing dan Almamaterku


Terima kasih untuk segala bimbingan serta pelajaran di dunia pendidikan terutama
di dalam jurusan Kesehatan Masyarakat. Kepada Pak Arif Setyawan selaku
pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan nasihat sampai skripsi
ini telah selesai.

Kepada dosen-dosenku yang terhormat. Semoga kalian semua selalu dalam


lindungan Allah SWT.

Semoga pengabdian dan ilmu nya dapat di kenang hingga ujung usia.

Dengan segala ketulusan hati

Siti Maryam Isnaeni

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Status Anemia Dan
Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawati Pt. Agri Wangi
Indonesia Manufacturing Division Tahun 2020”. Adapun maksud dan tujuan
penulisan skripsi ini disampaikan untuk melengkapi syarat-syarat guna
memperoleh gelar sarjana strata I pada Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Prodi
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak sejak persiapan hingga tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu
pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan baik
moral maupun spiritual terutama kepada :
1. Ibu Ony Linda M.kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
2. Ibu Dian Kholika Hamal,SKM.,M.Kes, selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyrakat Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
3. Bapak Arif Setyawan,SKM.,M.Kes selaku pembimbing utama skripsi.
Yang dengan sabar telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk,
bimbingan dan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Kesehatan Masyrakat Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa studi.
5. Kepada seluruh staff PT. Agri Wangi Indonesia yang telah
mengijinkan saya untuk penelitan kepada karyawatinya.

viii
6. Kedua orang tuaku Ayah dan Ibu tercinta yang tidak pernah kering
akan do’a, dorongan dan bimbingan moril maupun spirituil, sehingga
ananda dapat menyelesaikan studi dengan baik.
7. Adik-adik ku yang selalu menghibur penulis dikala jenuh dalam
menulis skripsi ini, terimakasih atas hiburan dan dukungannya
8. Teruntuk sahabat-sahabatku Ayu, Mala, Oput, Peny, Putri dan Nila
terimakasih sudah memberi dukungan dan do’a kepada penulis.
9. Teruntuk Sahabat-sahabatku Nindia, Revani, Cucum, Riska, Niken dan
Aida terimakasih sudah menjadi pengingat, penyemngat untuk selasai
tepat waktu dan Terimakasih sudah sama-sama berjuang dan saling
mendukung satu sama lain mulai dari awal hingga selesainya tugas
akhir ini, semoga kita semua selalu diberi yang terbaik oleh Allah
SWT ya.
10. Teruntuk Bagas Sansang Terimakasih atas perhatian yang selalu
diberikan, sesulit apapun keadaan yang dialami selalu ada untuk
mendampingi, memberikan support yang luar biasa.
11. Rekan-rekan HIMA KESMAS, DPM FIKES UHAMKA dan PK
IMM FIKES UHAMKA yang selalu kompak dan selalu memberikan
semangat serta dukungan kepada penulis.
12. Rekan mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2016 selalu
kompak memberikan dukungan.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya sebagai balasan


atas semua bantuan yang telah diberikan dari pihak-pihak yang telah disebutkan
diatas. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. WB

Depok, 2020

ix
Penulis
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Skripsi, Agustus 2020


Siti Maryam Isnaeni,

“Hubungan Anemia dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada


Karyawati PT. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020”

mmxx + halaman, 26 tabel, 3 gambar + 7 lampiran

ABSTRAK

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Status Anemia

dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada karyawati. Metode penelitian

adalaha penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional , bertempat di Pt. Agri

Wangi Indonesia, populasi pada penelitian ini 400 responden dan sempel pada

penelitian ini 100 responden, pengambilan data menggunakan teknik simple

random sampling. Faktor yang diteliti adalah usia, pengetahuan, massa kerja,

status anemia dan status gizi. Hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan

bahwa ada hubungan antara usia Pvaleu=0,000, massa kerja PValeu=0,064 , status

gizi PValeu= 0,007 dan status anemia PValeu= 0,000. Sedangkan faktor yang

tidak ada hubungan adalah pengetahuan PValeu=0,753, dengan kelelahan kerja.

x
Kata kunci: Kelelahan Kerja, Anemia dan Status Gizi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Skripsi, Agustus 2020


Siti Maryam Isnaeni,

“Correlation Anemia And Nutrition Status With Work Fatigue In PT. Agri
Wangi Indonesia In 2020”

mmxx + pages, 26 tables, 3 pictures + attachments

ABSTRACT

Fatigue is a protective mechanism for the body to prevent the body from further

damage so that it recovers after rest. The purpose of this study was to determine

the relationship between anemia status and nutritional status with work fatigue in

female employees. The research method is this research using a cross sectional

design, located at Pt. Agri Wangi Indonesia, the population in this study was 400

respondents and the sample in this study was 100 respondents, data collection

using simple random sampling technique. The factors studied were age,

knowledge, work mass, anemia status and nutritional status. The results of the

research that have been done show that there is a relationship between age

Pvaleu = 0,000, work mass PValeu = 0.064, nutritional status PValeu = 0.007

and anemia status PValeu = 0.000. While the factor that has no relationship is

knowledge PValeu = 0.753, with work fatigue.

xi
Keywords: Fatigue, Anemia and Nutritional Status

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN..................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...........................................iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .....................................................iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................vii
ABSTRAK ......................................................................................................x
ABSTRACT......................................................................................................xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................4
C. Tujuan penelitian .....................................................................................5
C.1 Tujuan Umum ..................................................................................5
C.2 Tujuan Khusus..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................5
D.1 Manfaat Untuk Insitusi ....................................................................6
D.2 Manfaat Untuk Fikes Uhamka ........................................................6
D.3 Manfaat Untuk Peneliti lain ............................................................6
E. Ruang Lingkup ........................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Kelelahan Kerja
A.1 Definisi Kelelahan Kerja ..............................................................7
A.2 Jenis Kelelahan .............................................................................8
A.3 Mekanisme Kelelahan ...................................................................8

xii
A.4 Gejala Kelelahan ...........................................................................10
A.5 Akibat Kelelahan ..........................................................................10
A.6 Pencegahan Kelelahan ..................................................................11
A.7 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kelelahan .............................11
A.8 Pengukuran Derajat Kelelahan .....................................................21
B. Status Gizi
B.1 Pengertian Status Gizi ...................................................................24
B.2 Kebutuhan Gizi Pekerja ................................................................24
B.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ...........................24
B.4 Penilaian Status Gizi .....................................................................25
C. Status Anemia
C.1 Definisi Anemia ............................................................................28
C.2 Penentuan Status Anemia .............................................................28
C.3 Cara Mengatasi Anemia ................................................................28
C.4 Definisi Hemoglobin .....................................................................30
C.5 Batas Kadar Hemoglobin ..............................................................30
C.6 Fungsi Hemoglobin .......................................................................32
C.7 Pengukuran Hemoglobin ..............................................................32
D. Penelitian Terkait .................................................................................33
E. Kerangka Teori ....................................................................................34
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL & HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep .................................................................................35
B. Definisi Oprasional ..............................................................................36
C. Hipotesis...............................................................................................39
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................40
C. Populasi dan Sampel ............................................................................40
D. Sumber Data ........................................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................42
F. Pengolahan Data ..................................................................................45
G. Analisis Data ........................................................................................46

xiii
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................................47
B. Analisis Univariat ................................................................................48
B.1 Kelelahan Kerja ............................................................................48
B.2 Usia ...............................................................................................49
B.3 Status Gizi .....................................................................................49
B.4 Massa Kerja ..................................................................................50
B.5 Status Anemia ...............................................................................50
B.6 Pengetahuan ..................................................................................51
B.7 Rekapitulasi Analisis Univariat ....................................................52
C. Analisis Bivariat ..................................................................................52
C.1 Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Kerja ...........................53
C.2 Hubungan antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja .................53
C.3 Hubungan antara Massa Kerja dengan Kelelahan Kerja ..............54
C.4 Hubungan antara Status Anemia dengan Kelelahan Kerja ...........54
C.5 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kelelahan Kerja ..............55
C.6 Rekapitulasi Analisis Bivariat ......................................................55
BAB VI PEMBAHASAN
A. Kelelahan Kerja ...................................................................................57
B. Usia ......................................................................................................58
C. Status Gizi ............................................................................................59
D. Massa Kerja..........................................................................................59
E. Status Anemia ......................................................................................60
F. Pengetahuan .........................................................................................60
G. Keterbatasan Penelitian .......................................................................61
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................63
B. Saran.....................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks Masa Tubuh..........................................................................18


Tabel 2.2 Pertanyaan IFRC ..............................................................................22
Tabel 2.3 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif ..........................................23
Table 2.4 IMT menurut Supriasa .....................................................................26
Table 2.5 Batas Kadar HB ...............................................................................30
Table 2.6 Standar Batas Kadar Hemoglobin....................................................31
Table 3.1 Definisi Oprasional ..........................................................................36
Tabel 5.1 Nilai Statistik Berdasarkan Kelelahan Kerja....................................48
Table 5.2 Distribusi Responden berdasarkan katagorik kelelahan ..................48
Tabel 5.3 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Usia Karyawati...........................49
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Usia Karyawati.........49
Tabel 5.5 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Status Gizi Pada karyawati..........49
Tabel 5.6 Distribusi Responden Kategori Status Gizi karyawati....................49
Tabel 5.7 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Massa Kerja Pada karyawati.......50
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja karyawati..............50
Tabel 5.9 Nilai Statistik Berdasarkan Status Anemia Pada karyawati............50
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Anemia karyawati......51
Tabel 5.11 Nilai Statistik Berdasarkan Pengetahuan Pada karyawati............51
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan..........................51
Tabel 5.13 Rekapitulasi Uji Univariat .............................................................52
Tabel 5.14 Hubungan Usia dengan Kelelahan.................................................53
Tabel 5.15 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kelelahan Kerja..............53
Tabel 5.16 Hubungan Massa Kerja dengan Kelelahan Kerja ..........................54
Tabel 5.17 Hubungan Status Anemia dengan Kelelahan Kerja .......................54
Tabel 5.18 Hubungan Pengetahuan dengan Kelelahan Kerja ..........................55
Tabel 5.19 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat..............................................55

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ......................................................................................................9


Gambar 2.2 ......................................................................................................34
Gambar 3.1 ......................................................................................................35

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kuesioner
Lampiran Perizinan Kampus
Lampiran Perizinan Institusi
Lampiran Output
Lampiran Kegiatan Penelitian

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, Indonesia sedang mengembangkan dan merumuskan program
kesehatan dan keselamatan kerja nasional tahun 2019-2024. Penerapan K3
nasional yang diterapkan di setiap perusahaan harus sesuai dengan K3 Nasional
yang dipegang oleh Kemenaker [ CITATION ILO191 \l 1033 ]. Dalam Rangka
mewujudkan K3 Nasional di Era Globalisasi, maka K3 Nasional menyongsong
sumber daya manusia yang berkualitas merupakan factor penentu untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
Pekerja mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku untuk
tujuan pembangunan berkembangnya IPTEK, setiap tenaga kerja dipaksakan
untuk menjadi pekerja yang berkualitas, terampil dan mampu meningkatkan
kesejahteraan. Ketahanan tubuh pekerja untuk melakukan pekerjaan dengan
produktivitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan status
gizi baik [ CITATION Adn161 \l 1033 ]. Partisipasi pekerja wanita dalam bekerja
meningkat signifikan dibandingkan pekerja pria. Pada tahun 2019 populasi
pekerja wanita mengalami peningkatan mencapai 70% (44.465) dari jumlah
total 64.062 pekerja diseluruh wilayah Indonesia (BPS, 2018). Peningkatan
jumlah pekerja wanita jauh dibandingkan dengan pekerja pria. Hal ini
diakibatkan terbukanya sector pekerjaan dengan kesempatan kerja yang banyak
serta dapat menampung pekerja wanita itu sendiri untuk memperkuat ekonomi
keluarga (BPS,2018).
Kemajuan jumlah tenaga kerja di Indonesia dari tahun ketahun terus
meningkat, akan tetapi tidak ada upaya dari perusahaan untuk meningkatkan
keselamatan dan kesehatan pada pekerja, maka angka kecelekaan kerja di
Indonesia cukup tinggi. Salah satu ganguan kesehatan pada pekerja adalah
berupa kelelahan kerja. Kelelahan merupakan keadaan umum yang dialami
kebanyakan tenaga kerja setelah melakukan pekerjaan [ CITATION Vic082 \l
1033 ].

1
2
2

Menurut International Labour Organitation (ILO) bahwa dua juta pekerja


meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor
kelelahan, penelitian yang dilakukan oleh ILO bahwa dari 58.115 sempel
diantaranya 32,8% atau sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Cha11 \l 1033 ] di China tentang
Fatigue: The Most Critical Accident Risk in Oil and Gas Construction
mengatakan bahwa sebanyak 226 respondent (78%) mengalami kelelahan,
diantaranya sebanyak 64 respondent (22%) tidak mengalami kelelahan.
Menurut Depnakertrans RI bahwa kecelakaan kerja tahun 2019 terjadi 9.891
khasus kecelakaan kerja ditahun 2012 terjadi kecelakaan kerja meningkat
sebanyak 21.735, sedangkan 2013 kecelekaan kerja di Indonesia meningkat
sangat tinggi sebanyak 35.917 akan tetapi pada tahun 2014 angka kecelakaan
kerja menurun sebanyak 24.910. Lebih dari 65% pekerja di Indonesia datang
ke poli klinik perusahaan dengan keluhan kelelahan kerja [ CITATION Kem14 \l
1033 ]. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Umiyati (2010) bahwa
kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja penjahit wanita disektor informal,
sebanyak 41 respondent mengalami kelelahan yang disebabkan oleh target
yang tidak menentu dari pabrik tersebut.
Bahwa kelelahan itu merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar
terhindar dari kerusakan organ lebih lanjut. Bahwa kelelahan menunjukan
kondidi yang berbeda antar individu, tetapi pada dasarnya sama yakni
kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan pada pekerja adalah intensitas dan
lamanya kerja fisik, mental dan lingkungan, problem fisik, kenyeriaan dan
kondisi kesehatan, serta nutrisi/status gizi. Faktor-faktor tersebut dapat
bervariasi namun hal ini dapat diperbaiki dengan penyegaran saat istirahat
waktu malam hari atau saat istirahat waktu bekerja [ CITATION Kus141 \l 1033 ].
Factor yang mempengaruhi kelelahan kerja bisa terjadi pada wanita adalah
IMT (Berat badan berlebih) dan Hemoglobin yang berkurang.
Status IMT adalah keadaan suatu tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antar zat gizi kedalam tubuh dan serta perhitungan IMT
seseorang (Mustika,2012). Status gizi memiliki peran penting bagi pekerja
3

dikarenakan untuk meningkatkan produktivitas pekerja itu sendiri. Pekerja


dalam hakekatnya harus memiliki asupan gizi yang seimbang untuk melakukan
pekerjaan yang sangat berat, tetapi seringnya pekerja lupa makan karna terlalu
disibukan dengan target yang diberikan oleh tempat bekerjanya. Dampak yang
ditimbulkan dari perilaku tersebut adalah dapat mengurangi energy, asupan zat
gizi, menurunkan imunitas, menurunkan kekebalan tubuh dan cepat merasa
lelah. Kondisi tersebut harus diperhatikan untuk meningkatkan produktivitas
pekerja tersebut bila mana tidak diperhatikan maka produktivitas pekerja
menurun dan banyak pekerja yang sakit. Pekerja yang memiliki berat badan
lebih atau kurang akan cenderung memiliki gerakan yang lamban dalam
melaksanakan tugasnya sehingga akan mempengaruhi produktivitasnya. Dalam
penelitian sebelumnya yang dilakukan bahwa presentasi polisis yang berbadan
gemuk dengan tingkat kelelahannya adalah 87%, angka ini jauh dari polantas
yang berbadan normal, pekerja yang memiliki berat badan normal akan
memiliki kapasitas kerja normal dan ketahan badan yang normal tidak akan
merasa cepat lelah dan cape [ CITATION Sor141 \l 1033 ].
Penyebab kelalahan bisa juga disebabkan oleh faktor lain yaitu status Anemia.
Anemia merupakan masalah kesehatan masyrakat terbesar di dunia terutama
bagi kelompok Wanita Usia Reproduksi (WUS). Pekerja perempuan
merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah gizi. Dikarenakan pekerja
perempuan lebih rentan terhadap kekurangan gizi atau kelebihan gizi karena
selain masalah pekerjaan, wanita mengalami Menstruasi setiap bulan dan
wanita mengalami keadaan hamil yang sengat mempengaruhi keadaan
tubuhnya.
Menurut WHO, pravelensi Anemia pada semua jenis kelamin dan usia dapat
dilihat secara Global 2007-2018 dari tahun 2007-2018 sebesar 40-88% orang
terkena Anemia, pada pekerja wanita mencapai 60% terkena Anemia gizi
(Gandy et al, 2016). Menurut Kementerian Kesehatan (2015) menyakatakan
bahwa sekitar 50% dari 25 juta pekerja wanita di Indonesia menderita Anemia
Gizi Besi. Anemia Gizi Besi ini mengakibatkan kadar Hemoglobin (Hb) para
pekerja perempuan di bawah nilai normal nasional yang di tentukan oleh
Kemenkes. Kadar Hemoglobin yaitu suatu parameter yang digunakan secara
4

menyeluruh untuk menetapkan angka kejadian anemia. Nilai rerata Nasional


Kadar Hemoglobin (Hb) pada perempuan dewasa adalah > 12,0 gr/dl.
Sebanyak 17 provinsi di Indonesia mempunyai nilai kadar Hemoglobin (Hb)
dibawah nilai normal nasional. Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi
Anemia di Indonesia yaitu 21,7%, dengan proporsi 20,6% diperkotaan dan
22,8% dipedesaan serta 23,9% perempuan.
Berdasarkan studi terdahulu yang dilakukan oleh Islami (2018) pada perawat
Rumah Sakit PT. Nusantara Medika Utama Jember. Berdasarkan data yang
ada perawat yang berjumlah 69 orang dan memiliki beban kerja yang berat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara Anemia
dengan kelelahan kerja, perawat yang memiliki Anemia rendah akan
mempengaruhi kelelahan kerja sedangkan untuk status gizi terdapat hubungan
antara status gizi dengan kelelahan kerja pada perawat PT. Nusantara Medika
Utama Jember. Bagi PT. Agri Wangi indonesia, gizi kerja yang baik selain
dapat meningkatkan produktiitas kerja. PT. Agri Wangi merupakan bidang
usaha manufacturing di bidang pengepakan teh sariwangi, yang memiliki jam
kerja sekitar 8 jam bekerja dengan istiahat 30 menit. Berdasarkan survey awal
bahwa PT. Agri Wangi Indonesia memiliki tenaga kerja wanita sebanyak 85%.
Dari jumlah keselurahan karyawan 1500 jiwa. Ditemukan kasus Anemia
sebesar 20% pada unit pengepakan teh dan royco PT. Agri Wangi Indonesia.
Data kesakitan dilihat dari data poli klinik PT. Agri Wangi Indonesia, sering
didapatkan keluhan seperti lemah, lesu, ngantuk, dan pusing.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peniliti, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan ststus anemia dan ststus
Gizi pada karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia tahun 2020.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penliti di PT. Agri
Wangi Indonesia bahwa status gizi dan status Anemia bisa mempengaruhi
kelelahan kerja dan dapat memperburuk produktivitas pekerja itu sendiri,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara
Anemia dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawati PT. Agri
Wangi Indonesia Tahun 2020.
5

C. Tujuan
C.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Antara Status
Anemia dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada karyawati PT. Agri
Wangi Indonesia Tahun 2020”.
C.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran Kelelahan pada karyawati PT. Agri Wangi
Indonesia
2. Diketahuinya gambaran karakteristik karyawati (umur dan
pengetahuan) PT. Agri Wangi Indonesia
3. Diketahuinya Massa Kerja pada karyawati PT. Agri Wangi
Indonesia
4. Diketahuinya gambaran status gizi karyawati PT. Agri Wangi
Indonesia
5. Diketahuinya gambaran status anemia karyawati PT. Agri Wangi
Indonesia
6. Diketahuinya hubungan antara karakteristik karyawati dengan
kelelahan kerja pada karyawati PT. Agri Wangi Indonesia
7. Diketahuinya hubungan antara massa kerja dengan kelelahan kerja
pada karyawati PT. Agri Wangi Indonesia
8. Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja
pada karyawati PT. Agri Wangi Indonesia
9. Diketahuinya hubungan antara status anemia dengan kelelahan
kerja pada karyawati PT. Agri Wangi Indonesia
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Untuk Insitusi Terkait
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam bentuk data dan informasi tentang Hubungan
Antara Anemia dan Status Gizi dengan Kelelahan kerja pada karyawati
PT. Agri Wangi Indonesia. Penelitian ini dapat digunakan data gambaran
kelelahan serta faktor-faktor yang berhubungan digunakan sebagai
6

masukan atau pertimbangan dalam mengatasi masalah kelelahan kerja


pada karyawati.
D.2 Manfaat Untuk Fikes UHAMKA
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti memberikan manfaat
dalam bentuk data dan informasi tentang Hubungan Antara Anemia dan
Status Gizi dengan Kelelahan kerja pada karyawati PT. Agri Wangi
Indonesia. Penelitian ini dapat digunakan oleh tenaga pengajar,
mahasiswa dan alumni UHAMKA sebagai bagian dari materi proses
belajar dan mengajar di UHAMKA.
D.3 Manfaat Untuk Peneliti Lain
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti memberikan manfaat
dalam bentuk data dan informasi Hubungan Antara Anemia dan Status
Gizi dengan Kelelahan kerja pada karyawati PT. Agri Wangi Indonesia.
Data dan informasi ini dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan ide penelitian dalam memperkaya refrensi peneliti
selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengetahui Hubungan Antara Anemia
dan Status Gizi dengan Kelelahan kerja pada karyawati PT. Agri Wangi
Indonesia. Sasaran pada penelitian ini adalah pekerja wanita di PT. Agri Wangi
Indonesia.. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2020. Jenis penelitian ini
adalah Cross Sectional karena pada penelitian ini variabel dependen dan
variabel independen diamati dalam satu waktu yang sama. Sedangkan data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yaitu
diperoleh secara observasi, wawancara dan pengukuran langsung
menggunakan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan Industrial Fatigue
Research Committee (IFRC) yang merupakan cara untuk mengukur tingkat
kelelahan kerja secara subjektif tenaga kerja Indonesia dan alat ukur untuk
mengukur tinggi badan, berat badan dan kadar hemoglobin.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Kelelahan Kerja
A.1 Definisi Kelelahan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, bahwa kelelahan itu berasal dari
kata lelah yang berarti penat, letih, payah, lesu, dan tidak bertenaga.
Kelelahan yaitu suatu proses perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat
[ CITATION Tar151 \l 1033 ]. Konsep kelelahan (kelesuan), yaitu perasaan
subjektif, tetapi berbeda dengan kelemahan dan memiliki sifat bertahap
yang dapat diatasi dengan periode istirahat. Kelelahan dapat disebabkan
secara fisik atau mental.
Berrios GE, (1990), menuliskan bahwa secara medis, kelelahan yaitu
suatu gejala nonspesifik yang berarti memiliki banyak kemungkinan yang
disebabkan oleh kelelahan. Kelelahan suatu fenomena yang bukan tanda
karena kelelahan merupakan suatu perasaan subjektif yang dilaporkan oleh
pasien. Selain kelelahan emosional ada juga kelelahan fisik atau kelelahan
otot yaitu ketidakmampuan fisik otot untuk tampil maksimal [ CITATION
Kus141 \l 1033 ].
Definisi kelelahan diatas dapat disimpulkan bahwa perasaan subyektif
seperti perasaan frustasi, banyak fikiran, stress kerja, merasa sedih atau
merasa apatis yang disebabkan oleh keadaan fisik dan keadaan mental dan
serta faktor psikis sehingga kapasitas kerja terganggu. Menurut [CITATION
DRd14 \l 1033 ] bahwa kelelahan yakni: pekerjaan yang monoton,
kesengguhan dan lamanya kerja baik mental ataupun fisik yang tidak
sejalan dengan keadaan tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan suatu
lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak di jelaskannya
tanggung jawab, khawatiran yang mendalam dan konflik batin, serta
kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.

7
8

A.2 Jenis Kelelahan


1. Kelelahan Otot
Menurut (Kusuma, 2014), kelelahan otot ditandai dengan keadaan
tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Rendahnya kinerja otot
terjadi setelah tekanan fisik yang diterima oleh otot secara fisiologi, dan
gejala yang ditunjukkan semakin rendahnya gerakan dan pada akhirnya
dapat menyebabkan melemahnya suatu kemampuan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan dan meningkatkan kesalahan saat melakukan
kegiatan kerja sehingga akan mengganggu produktivitas tenaga kerja.
Sampai saat ini masih berlaku 2 teori mengenai kelelahan otot yaitu
teori kimia dan teori saraf pusat. Pada teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan yaitu akibat berkurangnya
cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab
hilangnya efesiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan
saraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori saraf pusat
menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang
proses (Tarwaka, 2015).
2. Kelelahan Umum
Kelelahan umum menurut (Kusuma, 2014) yaitu hilangnya kemauan
untuk bekerja yang disebabkan keadaan saraf sentral dan kondisi psikis.
Gejala utama kelelahan pada umumnya yakni perasaan lelah yang luar
biasa dan terasa aneh. Aktivitas menjadi terganggu karena timbulnya
gejala kelelahan sehingga menimbulkan perasaan tidak ada gairah untuk
bekerja baik secara fisik maupun mental, menimbulkan perasaan terasa
berat dan ngantuk [ CITATION Bud03 \l 1033 ].
A.3 Mekanisme Kelelahan
Kelelahan kerja merupakan keadaan dan perasaan kelelahan akibat
beroperasi dari pusat kesadaran yakni korteks serebri kemudian
dipengaruhi oleh 2 sistem antagonistik yakni: sistem penghambat
(Inhibisi) dan sistem penggerak (Aktivasi). Sistem penghambat (Inhibisi)
yaitu mampu menurunkan kemampuan manusia dalam bereaksi sehingga
menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penghambat ini terletak
9

pada Thalamus. Sistem penggerak (Aktivasi) mampu merangsang


peralatan yang ada di dalam tubuh untuk bekerja, berkelahi dan lain
sebagainya (Kusuma, 2014).
Kelelahan sebagai akibat akumulasi asam laktat di otot dan zat ini
juga berada dalam aliran darah. Akumulasi asam laktat dapat
menyebabkan penurunan kerja otot dan kemungkinan faktor saraf tepi
dan sentral berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan. Pada saat otot
berkontraksi, glikogen diubah menjadi asam laktat dan asam laktat ini
merupakan produk yang bisa menghabat kesinambungan kerja otot
sehingga terjadi kelelahan. Dalam stadium pemulihan terjadi proses yang
mengubah sebagian asam laktat kembali menjadi glikogen sehingga
memungkinkan otot dapat berfungsi normal kembali. Penyediaan oksigen
berpengaruh terhadap kecepatan fungsi otot. Jika beban kerja otot tidak
terlampau besar maka otot dapat mempertahankan keseimbangan, asam
laktat yang berlebih tidak terakumulasi dan otot tidak mengalami oxygen
debt sehingga kapasitas kerja otot kembali normal, atau tidak munurun
(Mauritis, 2011). Siklus krebs menghasilkan karbondioksida dan energy
yang berbentuk Adenosin Triphosfat (ATP). ATP adalah sumber utama
energy tubuh yang digunakan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kelelahan akibat dari akumulasi asam laktat di otot dan di dalam aliran
darah. Akumulasi asam laktat dapat menyebabkan penurunan kerja otot
dan kemungkinan faktor saraf tepi dan sentral berpengaruh terhadap
proses terjadinya kelelahan. Pada saat otot berkontraksi, glikogen diubah
menjadi asam laktat dan asam ini merupakan produk yang dapat
menghambat kontinuitas kerja otot sehingga terjadi kelelahan.

Gambar 2.1 Mekanisme Kelelahan Kerja


10

A.4 Gejala Kelelahan Kerja


Kelelahan terjadi adanya gejala yang diawali dengan perasaan lelah
pengurangan daya tahan tubuh dan ketidakinginan seseorang dalam
melakukan pekerjaan. Dalam teori Helbigh dan Rohment, bahwa gejala
kelelahan dapat dibagi menjadi 3 kategori :
1. Gejala Psikologis
Kelelahan diinterprestasikan sebagai penurunan fungsi organ. Perihal
ini menciptakan reaksi psikologis terdapat adanya kenaikan frekuensi
detak jantung.
2. Gejala Prilaku
Keletihan diinterprestasikan sebagai penurunan parameter kinerja
sebagai contoh kenaikan keselahan dalam bekerja dalam merapihkan
tugas-tugas yang diberi.
3. Gejala PsikoFisik
Kelelahan diinterprestasikan sebagai kenaikan perasaan, banyaknya
aktivitas dan penurunan keseriusan, durasi serta komposisi aspek
pendorong. Keletihan merupakan sebutan universal untuk
menggambarkan suatu kondisi yang dirasakan oleh seorang dengan
ditandai berbagai gejela semacam lemah, lesu, jenuh, konsentrasi
berkurang dan sebagainya.

A.5 Akibat Kelelahan Kerja


Menurut [ CITATION Set18 \l 1033 ] kelelahan kerja bisa memunculkan
sebagian kondisi ialah prestasi kerja yang menyusut, fungsi fisiologis
motorik serta neural yang menyusut, badan terasa tidak merasa segar
disamping semangat kerja yang menyusut. Perasaan letih saat bekerja
cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan pada pekerja, sehingga
bisa merugikan diri pekerja sendiri ataupun perusahaannya sebab
terdapatnya penyusutan produktivitas kerja.
Menurut Tarwaka, dkk. (2015) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen dan Implementasin K3 di tempat kerja bahwa risiko
terbentuknya kelelahan adalah sebagai berikut :
a. Motivasi kerja turun
11

b. Performansi rendah
c. Mutu kerja rendah
d. Banyak terjadi kesalahan
e. Stress akibat kerja
f. Penyakit akibat kerja
g. Cidera
h. Terjadi kecelakaan akibat kerja
A.6 Pencegahan Kelelahan Kerja
Upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja senantiasa baik, salah
satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap kelelahan kerja.
Menurut Tarwaka, dkk. (2015) dalam bukunya yang berjudul Manajemen
dan Implementasin K3 di tempat kerja bahwa cara mengatasi kelelahan
dengan cara sesuai kapasitas kerja fisik, sesuai kapasitas kerja mental,
redesain stasiun kerja ergonomis, perilaku kerja alamiah, kerja lebih
dinamis, redesain area kerja, reorganisasi kerja dan kebutuhan kalori
seimbang. Sedangkan Tarwaka mengatakan untuk mengendalikan
kesehatan dibagi menjadi 4 yaitu : Tindakan preventif, Tindakan kuratif,
Tindakan rehabilitative dan Jaminan masa tua.

A.7 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan


Kelelahan kerja dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor yang
saling berhubungan. Grandjean (1991) di dalam buku Tawaka tahun 2015
menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat
bervariasi dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan dan
efesiensi proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out
the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi
periode istirahat dan waktu senggang saat bekerja juga dapat memberikan
penyegaran. Faktor- faktor penyebab kelelahan antara lain:
1. Karakteristik Individu
Menurut Manuaba (1998) didalam bukunya dalam mencapai
keserasian antara pekerja dengan pekerjaanya maka diperlukan
kesesuaian antara pekerja dengan kemampuan, kebolehan dan
keterbatasannya. Secara umum kemampuan atau kapasitas kerja
12

seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yakni diantaranya: usia dan


jenis kelamin dan lama kerja. Berikut penjelasannya:
a. Usia
Faktor individu semacam usia bisa mempengaruhi terbentuknya
perasaan letih. Proses menjadi tua diiringi dengan berkurangnya
keahlian kerja sebab perubahan-perubahan pada alat-alat tubuh,
sistem cardiovascular, serta hormonal [ CITATION Kus09 \l 1033 ] .
Umur seseorang hendak mempengaruhi keahlian serta kapasitas
tubuh dalam melaksanakan aktifitasnya. Produktifitas kerja akan
menyusut bersamaan dengan adanya bertambahan usia. Umur
seseorang yang berusia lebih muda memiliki kekuatan fisik serta
cadangan tenaga lebih besar daripada orang yang berumur tua,
namun pada subjek yang lebih tua maka lebih gampang memiliki
hambatan serta mudah lelah.
Hasil penelitian [ CITATION Sar17 \l 1033 ] menyebutkan bahwa
responden yang mengalami kelelahan dengan kategori yang tinggi
lebih banyak yang berusia tua atau ≥ 35 tahun (89,7%)
dibandingkan dengan umur muda atau < 35 tahun (51,4%). Dapat
disimpulkan bahwa pekerja dengan umur tua (≥ 35 tahun) lebih
cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja usia
muda (< 35 tahun).
Menurut Kementerian Kesehatan Republic Indonesia tahun
2018 bahwa umur produktivitas untuk pekerja wanita sebagai
berikut adalah :
a) Usia Muda < 35 tahun.
b) Usia Tua ≥ 35 tahun.
b. Lama Kerja
Lama kerja seseorang biasanya terhitung dalam sehari adalah 6-
10 jam. Sisanya (14-18 jam) digunakan untuk kehidupan sosial,
istirahat, tidur dan lain-lain. Dalam seminggu, jika terhitung dalam
sehari 6-10 jam maka, dalam seminggu 40-50 jam seseorang dapat
bekerja dengan baik dan optimal. Setiap individu memiliki batasan
13

waktu dalam bekerja. Batasan waktu ini diharapkan dapat


mempertahankan efesiensi, efektivitas dan produktivitas kerja
dengan optimal guna menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
tepat waktu tanpa menurunkan kualitas kerja. Namun, akan berbeda
apabila ada pemanjangan lama kerja lebih dari kemampuan pekerja
maka akan berdampak pada penurunan kualitas dan hasil kerja,
mempercepat kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit serta
kecelakan kerja.
c. Jenis Kelamin
Pada umumnya wanita hanya mempunyai kekuatan fisik
2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot pria. Bagi seorang
wanita, jantung harus bekerja memompa darah yang mengandung
oksigen lebih berat dari pada pria untuk mengalirkan satu liter
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Dengan demikian, untuk
mendapatkan hasil kerja yang sesuai maka harus diusahakan
pembagian tugas antara pria dan wanita. Hal ini harus disesuaikan
dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasannya masing
masing.

d. Pengetahuan
Pengetahuan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan segala Sesutu yang diketahuinya. Menurut,
pengetahuan merupakan terjadinya setelah orang melakukan proses
pengindraan terhadap objek yang diamatinya. Pengetahuan adalah
kumpulan informasi yang dimiliki seseorang atau kelompok.
Pengetahuan dalam peneliatian Amrullah (2019) bahwa kategori
pengetahuan dapat dibedakan menjadi katagori pengetahuan baik
dan kurang baik.
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2010)
menerangkan bahwa pengetahuan seseorang dapat diketahui atau
diinterprestasikan dalam skala yang bersifat kategorik yang
didasarkan pada nilai presentase seperti pada kategori baik apabila
14

hasil presentase berkisar antara 75% - 100% dan kurang apabila


hasil persentase <75% [ CITATION Amm19 \l 1033 ].
2. Faktor Lingkungan
Berdasarkan posisi suatu tempat dikenal kawasan sesuai dengan
kemiripan iklim secara umum sebagai akibat perbedaan dan pola
perubahan suhu udara. Situasi alam akan memberikan pengaruh
terhadap lingkungan kerja fisik di suatu tempat kerja. Lingkungan
yang tidak aman (bising, pencahayaan, getaran, radiasi, desain kerja
tidak ergonomis) juga akan berimbas pada konsentrasi saat bekerja
pekerja.
a. Beban Kerja
Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja sesuai
dengan jenis pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, bahwa
beban kerja yang diterima oleh pekerja harus seimbang dengan
kemampuan fisik, kognitif maupun keterbatasan manusia.
Kemampuan kerja individu bergantung pada tingkat keterampilan,
kesegaran jasmani, keadaan gizi yang baik, jenis kelamin, usia, dan
antropometri [CITATION DRd14 \l 1033 ]. Berat ringannya beban kerja
yang diterima oleh individu untuk menentukan berapa lama waktu
untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaanya sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas kerjany. Semakin berat beban kerjanya
maka akan semakin pendek waktu kerja tanpa kelelahan (Tarwaka,
2015). Sebuah penelitian di Uni Emirate Arab (UAE) mendapati
pekerja yang mengalami kelelahan meningkat 49% di berbagai
perusahaan yang berpusat di Abu Dhabi. Selain itu, hampir dua per
tiga (63%) direktur sumber daya manusia di UAE menuding beban
kerja sebagai penyebab utama pegawai kelelahan. Pekerja yang
mengalami beban stress dan menghadapi tekanan produktivitas
perusahaan yang sangat besar di tempat kerja mengalami kelelahan
dan dapat memiliki dampak negatif pada seluruh organisasi
(www.kompas.com, 2012 dalam Sartono, 2014).
15

b. Pencahayaan
Pencahayaan di tempat kerja adalah sumber cahaya yang
menerangi benda-benda yang ada di dalam tempat kerja.
Pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek
yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tepat serta dapat
memberikan kesan pemandangan yang baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan. Upaya mata yang berlebihan
menjadi sebab kelelahan dengan gejala sakit kepala, penurunan
kemampuan intelektual, daya konsentrasi menurun dan
melambatnya kecepatan berfikir. Ketajaman penglihatan berkurang
juga dapat dipicu dengan bertambahnya usia yakni lebih dari 40
tahun. Maka, untuk mendapatkan pecahayaan yang baik perlu
adanya pengendalian faktor yang berhubungan dengan
pencahayaan di tempat kerja.
c. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran disebabkan oleh kebisingan. Gangguan pendengaran
diawali dengan suatu pergeseran ambang dengar sementara. Pada
saat ini terjadi kelelahan yang akan pulih kembali secara lambat,
dan akan semakin bertambah lambat lagi jika tingkat kelelahan
semakin tinggi [ CITATION Har14 \l 1033 ].
Alat ukur untuk mengukur kebisingan adalah sound level
meter. Kebisingan akan mempengaruhi kesehatan seseorang,
dimana bahwa pengaruh dari kebisingan adalah kerusakan pada
indera pendengar yang menyebabkan ketulian. Hasil penelitian
membuktikan bahwa kebisingan (>85 dBA) mempengaruhi
terjadinya kelelahan kerja berat sebesar 53,3% (Irma, 2014).
Disimpulkan bahwa kebisingan (>85 dBA) merupakan bagian dari
faktor eksternal yang mengakibatkan terjadinya kelelahan kerja.
d. Iklim Kerja
Efisensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah
16

lingkungan kerja. Untuk suatu ukuran suhu normal bagi orang


Indonesia adalah 36,1—37,2oC (derajat celcius). Suhu panas
mengurangi kecepatan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu
pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,
mengganggu koordinasi saraf perasa dan motoris, serta
memudahkan untuk dirangsang (Kusuma,2009). Iklim kerja
mempengaruhi daya kerja seseorang. Produktivitas, efesiensi dan
efektivitas kerja dipengaruhi oleh iklim kerja.
3. Faktor Pekerjaan
Area pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Berikut poin dari faktor pekerjaan:
a. Masa Kerja
Semakin banyak masa kerja yang dimiliki oleh pekerja, maka
produktivitasnya akan semakin tinggi. Pekerja yang mempunyai
masa kerja cukup lama akan mempunyai pengalaman kerja
yang baik sehingga dapat menghasilkan profuktivitas yang baik
pula tetapi pekerja serta massa kerja baru juga dapat
menghasilkan produktivitas yang baik juga akan tetapi pada
pekerja dengan massa kerja baru akan rentan terhadap kelelahan
dikarenakan pekerjaan yang sedikit berbeda dengan pekerja
lama. Masa kerja dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori,
yaitu (Subadra, 2015):
Masa kerja lama adalah ≥ 3 tahun.
Masa kerja baru adalah < 3 tahun.
b. Shift Kerja
Shift kerja adalah periode waktu suatu kelompok pekerja
dijadwalkan untuk bekerja dalam urutan waktu dan pada tempat
kerja yang sama [ CITATION Win08 \l 1033 ] . Penerapan shift kerja
selama 24 jam dibagi menjadi 2 shift yakni masing-masing siang
dan malam 12 jam atau dibagi menjadi 3 shift yakni pagi, siang
dan malam 8 jam. Pemilihan model shift kerja ditentukan oleh
17

keseimbangan pertimbangan profesional dan personal. Kriteria


yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penggunaan
shift kerja diantaranya: panjang kerja atau lama kerja tidak boleh
melebihi 8 jam per hari, jumlah shift malam dibuat seminimal
mungkin, setiap shift malam harus diikuti sedikitnya 24 jam
istirahat.
4. Kondisi Kesehatan
Keadaan seseorang dinyatakan sehat apabila terpenuhinya
batas-batas parameter dari kondisi sehat secara medis. Tubuh yang
sehat ideal secara fisik dapat dinilai dari tampilan luar secara medis
melalui pemeriksaan antropometri, fisiologis, biokimia, dan
patologi anatomi.
a. Status Gizi
Status gizi mempunyai arti penting dalam kapasitas kerja
dan produktivitas. Kelengkapan gizi pada pekerja selama
melakukan pekerjaan sebagai cara untuk penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja dan merupakan cara dalam meningkatkan
derajat kesehatan pekerja. Hal ini, menjadikan perhatian pada
para pekerja yang membutuhkan jumlah kalori yang tepat
dengan durasi kerja 8 jam setiap hari dengan harapan dapat
mengoptimalkan pemenuhan gizi para pekerja sehingga
tercapainya kesehatan dan kesejahteraan pekerja, dapat
mempertahankan kemampuan bekerja serta produktivitas kerja
secara optimal.
Perlu adanya perhatian terhadap kondisi kesehatan pekerja
dan dipastikan pekerja dalam kondisi tubuh yang bugar. Kondisi
tubuh yang bugar pasti mudah mencerna dan mendistribusikan
nutrisi atau zat gizi yang diperoleh dari makanan masuk ke
dalam organ tubuh secara baik dan tepat. Perhitungan status gizi
dapat memakai metode Antropometri serta menggunakan
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) serta mengukur berat
badan dan tinggi badan.
18

Status gizi seseorang dapat diketahui dari perhitungan


Indeks Masa Tubuh (IMT). Adapun cara perhitungan IMT
adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan (KG)
Tinggi Badan2 (CM)

Hasil tersebut akan dibandingkan dengan standart yang


diterapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2019, adapun standart Imt yang diterapkan dapat dilihat
ditabel dibawah ini :
Tabel 2.1
Indeks Masa Tubuh
KATAGORI IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17.0
KURUS
Kekurangan berat badan tingkat RINGAN 17.0 – 18.4

NORMAL 18.5 – 25.0

25.1 –
Kelebihan berat badan tingkat RINGAN 27.0
GEMUK
Kelebihan berat badan tingan BERAT < 27.0

Menurut teori kelelahan terjadi pada IMT yang lebih


tinggi yaitu obesitas. Secara persentase dapat dilihat bahwa
kelelahan kerja berat yang dialami oleh pekerja lebih banyak
terjadi pada pekerja yang memiliki status gizi obesitas (Safitri,
2008). Dalam penelitian yang dilakukan kepada tenaga kerja
dibagian weaving di PT. Iskandar Printing pada tahun 2014
menyatkan bahwa ststus gizi pekerja ada hubungannya dengan
kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja weaving.
b. Status Anemia
Kadar hemoglobin darah yaitu suatu keadaan dengan darah
lebih rendah dari normal. Rendahnya asupan zat besi di dalam
tubuh menyebabkan kadar Hb menurun. Zat besi mempunyai
19

peranan yang penting dalam pembentukan Hemoglobin dan


mendukung proses metabolisme di dalam tubuh. Hemoglobin
memiliki fungsi mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru
untuk diedarkan ke seluruh jaringan di dalam tubuh.
Pada kondisi defisiensi gizi besi, tubuh tidak dapat
menyientisa Hemoglobin sehingga konsentrasi Hemoglobin
menurun. Akibatnya sel darah merah tidak dapat
mendistribusikan oksigen ke otak dan seluruh jaringan kedalam
tubuh serta menurunnya fungsi otot dan dapat menyebabkan
akumulasi asam laknat karena metobolisme anaerob sehingga
menyebabkan seseorang mudah lelah.
Bisa dikatakatan anemia bila seseorang itu melalukan
pengukuran kadar Hemoglobin, pengukuran kadar hemoglobin
bisa menguunakan banyak metode salah satunya adalah dengan
metode digital dengan alat essy touch atau Hb meter memiliki
Gold Standart adalah 80%. Hasil pengukuran Hb meter adalah
1. Anemia bila kadar Hb < 12,0 g/dL
2. Normal bila kadar Hb 12,1-15,1 g/dL [ CITATION
WHO19 \l 1033 ]
c. Asupan Gizi
Asupan gizi didapatkan dari konsumsi pangan seseorang.
Kaonsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang
dimakan oleh seseorang dengan tujuan untuk pemenuhan
kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan
fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar atau keinginan
memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan
psikologis merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
kebutuhan untuk memenuhi kepuasan emosional ataupun selera
individu dan tujuan sosiologis berhubungan dengan
pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil
maupun kelompok besar (Marsetyo , 2010).
20

Lestyanto, dkk (2013) menyatakan bahwa kebutuhan


pangan hanya diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih
dari kecukupan yang diperlukan, terutama apabila dialami dalam
jangka waktu yang lama, akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Adanya interaksi antara berbagai zat gizi memberikan gambaran
perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat-zat gizi yang
dikonsumsi. Semakin beranekaragam bahan pangan yang
dikonsumsi, maka semakin tercapai keseimbangan dalam
interaksi antara zat gizi. Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang
diterima tubuh seseorang akan mempunyai dampak negatif yang
sama. Perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi
sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh merupakan
unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas
hidup manusia, kesehatan, kreativitas dan produktivitas.
Masalah kecukupan pangan dan gizi mutlak didapatkan oleh
tenaga kerja, tanpa makanan dan minuman yang cukup maka
kebutuhan akan energi untuk bekerja akan diambil dari energi
cadangan yang terdapat dalam sel tubuh. Kekurangan makanan
secara terus menerus akan menyebakan susunan tubuh fisiologi
terganggu. Apabila hal ini terjadi akibatnya tenaga kerja yang
bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaan secara baik dan
produktivitas kerjanyaakan menurun bahkan dapat mencapai
target rendah (Setyawati, 2018).
Untuk mengetahui keadaan konsumsi makanan oleh tenaga
kerja perlu diadakan survey makanan mengenai jenis makanan
yang di makan yang disesuaiakan dengan usia dan Angka
Kecukupan Gizi. Menurut Angka Kecukupan Gizi (2013).
Untuk pekerja usia 19-29 tahun 2250 kkal, 56 gram untuk
protein, 1500 mg untuk sodium, sedangkan vitamin B1 1,1 mg.
Pada usia 30-49 tahun kecukupan energinya sebesar 2150 kkal,
57 gram untuk protein, 1500 mg untuk sodium, sedangkan
vitamin B1 1,1 mg (Marmi, 207).
21

A.8 Pengukuran Derajat Kelelahan


Terdapat beberapa pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur kelelahan kerja antara lain [ CITATION Mau111 \l 1033 ] :
1. Pengukuran Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian
rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang
tersebut. Waktu reaksi merupakan reaksi sederhana atas rangsang
tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi (Kusuma, 2011).
Parameter waktu reaksi ini sesekali digunakan untuk pengukuran
reaksi kelelahan kerja, namun dikemukakan bahwa waktu reaksi
dipengaruhi oleh faktor rangsangannya sendiri baik macam,
intensitas maupun kompleksitas rangsangannya, dan dapat juga
diengaruhi oleh motivasi kerja, jenis kelamin, usia, kesempatan serta
anggota tubuh yang dipergunakan. Pada keadaan kelelahan terjadi
perubahan waktu reaksi, waku reaksi lebih lama atau memanjang.
2. Uji Finger-tapping (Uji Ketuk Jari)
Uji Finger-tapping adalah mengukur kecepatan maksimal
mengetukkan jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini
sangat lemah karena banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam
proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat untuk
menguji kelelahan kerja bermacam-macam pekerjaan.
3. Uji Flicker-fusion
Uji Flicker-fusion adalah pengukuran kecepatan berkelipnya
cahaya (lampu) yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan
tertentu sehingga cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang
kontinyu. Uji ini dipergunakan untuk menilai kelelahan mata saja.
4. Uji Bourdon Wiersma
Uji Bourdon Wiersma adalah pengujian terhadap kelelahan
kecepatan bereaksi dan ketelitian. Uji ini dipakai untuk menguji
kelelahan pada pengemudi.
22

5. Skala Kelelahan Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)


Metode pengukuran menggunakan skala yang dikeluarkan oleh
International Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang atau
disebut Subjective Self Rating Test (SSRT) merupakan salah satu
kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif. Di
dalam skala IFRC terdapat 30 gejala kelelahan yang disusun dalam
bentuk pertanyaan. Sepuluh pertanyaan pertama mengindikasikan
adanya pemelahan aktivitas, sepuluh pertanyaan kedua pelemahan
motivasi kerja dan sepuluh pertanyaan ketiga mengindikasikan
kelelahan fisik atau kelelahan pada beberapa bagian tubuh. Semakin
tinggi frekuensi gejala kelelahan muncul diartikan semakin besar
pula tingkat kelelahan.
Berikut merupakan 30 item indikator pertanyaan yang ada di
kuesioner IFRC:
Tabel. 2.2
Pertanyaan IFRC
1.Perasaan berat dikepala 16. Kurang kepercyaan
2.Menjadi lelah seluruh badan 17. Cemas terhadap sesuatu
3.Kaki merasa berat 18. Tidak dapat mengontrol sikap
4.Menguap 19.Tidak dapat tekun dalam
bekerja
5.Merasa kacau pikiran 20. Sakit kepala
6.Menjadi mengantuk 21. Kekakuan di bahu
7.Merasakan ada beban di mata 22. Merasa nyeri di pumgung
8.Kaku dan cangung dlam 23. Merasa pernapasan tertekan
gerakan
9.Tidak seimbang dalam berdiri 24. Haus
10.Merasa ingin berbaring 25. Suara serak
11.Merasa sulit untuk berfikir 26. Merasa pening
12.Lelah berbicara 27. Ketegangan pada kelopak mata
13. Menjadi Gugup 28. Gemeter pada anggota badan
14. Tidak dapat berkomunikasi 29. Tidak dapat mempunyai
perhatian terhadap
sesuatu/memusatkan perhatian
15. Cenderung untuk lupa 30. Merasa kurang sehat
Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi empat
kategori besar yaitu:
23

o Skor 0 = Tidak pernah merasakan


o Skor 1 = Kadang-kadang merasakan
o Skor 2 = Sering merasakan
o Skor 3 = Sering sekali merasakan

Berdasarkan desain penilaian kelelahan subjektif dengan


menggunakan empat skala likert ini, akan diperoleh skor individu
terendah adalah 0 dan skor individu tertinggi adalah 90. Langkah
terakhir yaitu upaya perbaikan pada pekerjaan, jika diperoleh
hasil yang menunjukkan kelelahan yang tinggi.
Tabel 2.3 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif
Total Skor Tingkat Kategori Tindakan Perbaikan
Individu Kelelaha Kelelaha
n n
0—21 0 Renda Belum diperlukan adanya
h tindakan perbaikan
22--44 1 Sedang Mungkin diperlukan
adanya
tindakan perbaikan
45--67 2 Tinggi Diperlukan adanya
tindakan
perbaikan
68--90 3 Sanga Diperlukan tindakan
t perbaikan segera
Tingg mungkin
i
Sumber: Ergonomi Industri, Tarwaka (2015)

B. STATUS GIZI
B.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah eksperesi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk


variable tertentu (Supriasa, 2012). Status gizi dibagi menjadi tiga kategori,
24

yaitu status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih. Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi.
Disebabkan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Gizi tidak
berhubungan dengan kesehatan saja tapi gizi berhubungan dengan
perkembangan otak, kemapuan belajar dan produktivitas kerja. Di Negara
berkembang seperti di Indonesia dihubungkan dengan upaya untuk
memacu pembangunan kualitas sumber daya manusai (SDM). Status gizi
pada orang dewasa di perngaruhi oleh banyak factor, salah satunya adalah
kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari-hari. Namun banyak factor yang
mempengaruhi terbentuknya kebiasaan maka, salah satunya adalah
lingkungan.

B.2 Kebutuhan Gizi Pekerja


Gizi kerja yaitu nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan kalori atau energy sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Tenaga kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk
pemeliharaan tubuh, untuk perbaikan termasuk pekerjaan. Sesuai dengan
fungsinya zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu, zat tenaga
yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein. Zat pembangun yang terdiri
dari protein, mineral, air. Zat pengatur yang terdiri dari vitamin, mineral,
protein, air (Asmira, 1980).
B.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut Triwibowo dan Mitha (2013), bahwa status gizi biasa
mempengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Konsumsi Makan
Merupakan kebutuhan sehari-hari bagi seseorang manusia
mengkonsumsi makanan yang kurang asupan zat gizi akan
mengakibatkan kurangnya simpanan gizi pada tubuh yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, apabila keadaan ini
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
akan terjadi kemerosotan jaringan.
2. Faktor Lingkungan Kerja
25

Menurut [ CITATION Bud03 \l 1033 ] faktor lingkungan menunjukan


pengaruh terhadap gizi kerja. Beban yang berlebihan menyebabkan
penurunan berat badan, sebaliknya motivasi yang kuat, kadang-
kadang meningkatkan selera makanan sebagai salah satu penyebab
bertambahnya berat badan yang menyebabkan kegemukan
B.4 Penilian Status Gizi
Menurut [ CITATION Sup121 \l 1033 ] Penilaian status gizi dibagi menjadi 2
cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung yaitu :
1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
a. Indeks Antropometri
Secara umum bahwa indeks antropometri artinya ukuran tubuh
manusia, bahwa antropometri gizi adalah berkaitan dengan beragam
pengukuran dimensi tubuh dari komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Supriasa, 2012). Pengukuran
antropometri gizi sangat umum digunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan
energi. Ganguan ini umumnya terlihat dari pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
Jenis Parameter Antropometri sebagai indikator pengukuran dan
memiliki beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari
tubuh manusia antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal
lemak dibawah kulit
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Ada beberapa indeks antropometri yaitu :
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
5. Indeks Masa Tubuh (IMT)
26

Indikator BB/U menunjukan secara sensitive status gizi saat ini


karena mudah berubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena
berat badan selain dipengaruhi oleh umur berat badan juga
dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U menggambarkan
status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara
sensitive dan spesifik status gizi saat ini [ CITATION Soe021 \l 1033 ].
Pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan digunakan
untuk mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) orang dewasa. Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index merupakan alat yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang
mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut :
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) × Tinggi Badan (m)
Dengan katagori ambang batas sebagai berikut :
Tabel 2.4
Indeks Massa Tubuh Menurut Supriasa

Katagori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat badan <17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
a. Normal
K >18,5-25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
b. Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Pe
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting
untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan
27

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan


tubuh seperti kelanjar tiroid (Supriasa, 2012).
Penggunaan metode ini biasanya digunakan untuk survey klinis
secara cepat (rapid clinical survey). Survey ini dilakukan Biokimia
b. Bikimia
Penilaian status gizi dengan menggunakan teknik biokimia yaitu
pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supriasa, 2012).
c. Biofisik
Penentuan metode biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan.

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


a. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan merupakan metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melibatkan jumlah dan jenis zat
gizi yang di konsumsi. Pengumpulan data untuk konsumsi
makanan dapat memberikan tentang gambaran tentang konsumsi
zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu [ CITATION
Sup121 \l 1033 ].
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi menggunakan metode statistic vital adalah
dengan menganalisa data beberapa statistic seperti angka kemauan
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi [ CITATION
Sup121 \l 1033 ].
c. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
28

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat


tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, irigasi dan lain-lain.
C. Status Anemia
C.1 Definisi
Anemia merupakan masalah gizi terbanyak terdapat di seluruh
dunia. Anemia yaitu suatu kondisi dengan kadar Hemoglobin dalam
darah lebih rendah dari nilai normal [ CITATION Rus18 \l 1033 ].
Menurut MOST [ CITATION Bri131 \l 1033 ] menyatakan bahwa terdapat
beberapa jenis anemia yakni terdiri dari anemia defesiensi gizi besi,
infeksi atau genetik. Anemia yang banyak ditemukan adalah
defesiensi gizi besi akibat dari kekurangan asupan zat gizi besi dan zat
gizi lain serta rendahnya tingkat penyerapan zat besi.
C.2 Penentuan Status Anemia
Penentuan status anemia defesiensi zat gizi besi yang paling tepat
yaitu menggunakan pemeriksaan biokimia untuk hasil yang nyata
daripada menilai konsumsi pangan atau pemeriksaan lainnya.
Pengecekan biokimia yang kerap kali digunakan adalah teknik
pengukuran muatan zat gizi dan substansi kimia dalam darah dan
urine. Dalam pemeriksaan dilakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin
yakni dengan mengambil sebagian kecil darah pada responden.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada kondisi defisiensi gizi besi
ditandai dengan rendahnya serum besi, TIBC dan transferin saturasi
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan Hemoglobin dalam darah.
Serum besi dan TIBC biasanya dihitung secara bersamaan dan disusul
kemudian oleh transferin saturasi. Penentuan status anemia pada
seseorang juga bergantung pada usia dan jenis kelaminnya.
C.3 Cara Mengatasi Anemia
Kekurangan Kadar Hemoglobin atau anemia dapat diatasi dengan
cara meningkatkan kadar Hemoglobin atau mengobati penyakit yang
menyebabkan kadar Hemoglobin berkurang. Karena bisa disebabkan
oleh banyak hal, maka kekurangan Hemoglobin sebaiknya
diperiksakan ke dokter lebih lanjut. Setelah dokter menemukan apa
29

penyebab tubuh kekurangan Hemoglobin atau anemia, maka ada


beberapa langkah penanganan yang bisa dilakukan atau disarankan
oleh dokter, antara lain [ CITATION Azm19 \l 1033 ]:
a. Meningkatkan asupan zat besi, vitamin B12, dan folat
Zat besi, vitamin B12, dan folat adalah nutrisi yang berguna
dalam produksi sel darah merah yang kaya Kadar Hemoglobin.
Oleh sebab itu, jika tubuh kekurangan Hemoglobin, anda perlu
meningkatkan asupan makanan yang kaya zat besi, vitamin B12,
dan folat, seperti:
 Hati sapi atau hati ayam.
 Daging.
 Makanan laut, seperti ikan, udang, dan kerang
 Sayuran hijau, seperti bayam, brokoli dan kale.
 Kacang-kacangan, seperti kacang hijau, kacang merah, dan
kedelai.
 Sereal yang diperkaya dengan zat besi maupun folat.
 Selain dengan makanan, dokter mungkin akan memberikan
suplemen yang mengandung zat besi, folat, dan vitamin
B12 untuk menambah jumlah hemoglobin dalam tubuh.
Walau secara umum aman dikonsumsi, sebagian orang dapat
merasakan beberapa efek samping, seperti mual, sembelit, sakit
perut, dan warna tinja menjadi hitam, saat mengonsumsi tablet zat
besi. Karena itu, pastikan dosis suplemen yang dikonsumsi sesuai
dengan anjuran dokter. Selain asupan di atas, anda juga bisa
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C untuk
membantu tubuh menyerap zat besi lebih banyak [ CITATION
Azm19 \l 1033 ]
b.Terapi eritropoietin
Terapi eritropoietin adalah terapi hormon untuk merangsang
produksi sel darah merah. Pilihan terapi ini adalah untuk anemia
akibat penyakit ginjal berat yang menyebabkan produksi hormon
eritropoietin tidak memadai. Penggunaan hormon ini juga bisa untuk
30

mengobati anemia karena efek samping kemoterapi, gangguan


sumsum tulang, dan anemia yang disebabkan oleh kanker [ CITATION
Azm19 \l 1033 ].
C.4 Definisi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen dalam darah
dan hematokrit serta merupakan indikator dalam penentuan defisiensi
zat besi dengan tingkat yang paling parah [ CITATION Bri131 \l 1033 ].
Hemoglobin menurut [ CITATION Pea12 \l 1033 ] yaitu protein yang
banyak akan zat besi dan mempunyai keterikatan terhadap oksigen.
Oksigen akan menyusun ikatan Oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melewati fungsi maka oksigen dibawa dari paru-paru
ke jaringan yang terdapat di seluruh tubuh.
Sel darah merah merupakan suatu senyawa protein dengan Fe
yang dinamakan conjugated protein. Hemoglobin memiliki warna
yang khas yakni merah tua. Warna merah pada hemoglobin
disebabkan oleh Fe dengan rangka Protoperphyrin dan globin (tetra
phirin) lalu eritrosit hemoglobin berikatan dengan karbondioksida
menjadi karboxyhemoglobin.
C.5 Batas Kadar Hemoglobin
Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah. Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang
sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap
suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin
normal berdasarkan umur dan jenis kelamin [ CITATION Pea12 \l 1033 ].
secara cepat untuk mengetahui ganguan klinis kekurangan gizi.
Tabel 2.5
Batas Kadar Hemoglobin

Umur (tahun) Jenis Defisit (g/100 ml) Normal (g/100 ml)


Kelamin
<2 M-F <9 10 atau >
2-5 M-F < 10 11 atau >
6-12 M-F < 10 11,5 atau >
13-16 M < 12 13 atau >
31

F < 10 11,5 atau >


> 16 M < 12 14 atau >
F < 10 12 atau >
Trimester 2 < 9,5 11 atau >
Trimester 3 <9 10,5 atau >
Catatan: untuk mengkonversi nilai hemoglobin (g/100 ml) ke unit standar
internasional dikalikan dengan 10.
F = wanita
M = laki-
laki
Sumber: Noss Whitney and Rady Rolfes (1996) di dalam [ CITATION
Nin101 \l 1033 ])
Pada penelitian ini menggunakan alat hemometer digital
Easy Touch. Alat ini merupakan sistem pemantauan pengujian diri
yang dirancang untuk mendiagnosis secara in vitro saja (hanya
penggunan eksternal). Sistem pemantauan ini ditujukan untuk para
profesional perawatan kesehatan serta seseorang yang memiliki
penyakit tertentu guna mempermudah pemantauan kesehatan. Alat
ini juga memiliki batas kadar hemoglobin normal berdasarkan
jenis kelamin yakni sebagai berikut:
Tabel 2.6
Standar Batas Kadar Hemoglobin
Jenis kelamin Batasan Defisit Hb
normal
Wanita dewasa 12,1-15,1 < 12,0 g/dL
g/dL
Laki-laki dewasa 13,0-16,5 < 13,0 g/dL
g/dL
Sumber: Buku Petunjuk Pemakaian Alat Hemometer
Hasil pemeriksaan hemoglobin pada penelitian ini melihat pada
standar yang ditentukan oleh alat hemometer digital Easy Touch. Hasil
pemeriksaan ini juga tidak berbeda jauh dengan standar yang
ditetapkan oleh WHO mengenai kadar batas normal nilai kadar
Hemoglobin.
C.6 Fungsi Hemoglobin
32

Menurut [ CITATION Kem18 \l 1033 ] adapun fungsi hemoglobin


di dalam tubuh yaitu sebagai berikut:
a. Mengatur perputaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan tubuh manusia. Hemoglobin membawa oksigen ke
seluruh tubuh dan hemoglobin di dalam sel darah merah mengikat
oksigen melalui suatu ikatan kimia dengan reaksi Hb + O2 ↔
HbO2 yang dapat berlangsung dalam 2 arah. Dalam perputaran
oksigen dengan karbondioksida di dalam tubuh maka berlangsung
reaksi arah ke kanan yang merupakan reaksi penggabungan terjadi
di dalam alveolus paru-paru.
b. Menjemput oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar tubuh.
c. Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin (Widyawati, 2012).
C.7 Pengukuran Hemoglobin
Pengukuran kadar Hemoglobin yang paling sering digunakan
adalah metode Sahli adapun metode yang lebih canggih dari metode
Sahli yakni metode cyanmethemoglobin. Dalam penelitian ini
menggunakan alat yang bernama hemometer digital Easy Touch. Alat
ini digunakan untuk mengukur kadar Hemoglobin dalam darah
dengan cara mengambil sampel darah responden. Berikut cara
kerjanya:
1. Pastikan code card sudah terpasang pada alat.
2. Pasang strip pada ujung alat. Pastikan strip dipakai sebelum masa
kadaluarsa berakhir.
3. Bersihkan ujung jari pada bagian yang akan diambil sampel darah
dengan alcohol swap.
4. Tusuk ujung jari dengan menggunakan autoclick blood lancet.
33

5. Tekan ujung jari dengan perlahan-lahan hingga darah keluar


hingga cukup, kemudian dekatkan sampel darah dengan mulut
strip agar cepat terserap langsung oleh ujung mulut strip.
6. Tunggu hasil pada layar alat.
7. Lalu baca hasil yang tertera pada layar.
8. Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran.
9. Setelah kegiatan selesai, matikan alat dengan menekan tombol
power off dan kembalikan alat pada tempatnya.

D. Penelitian Terkait

Menurut Emil Salim (2012) bahwa gizi kerja adalah gizi yang diterapkan
pada karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat
kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang
setinggi-tingginya. Sedangkan menurut (Kusuma D. , 2014) Gizi kerja berarti
nutrisi yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Aulia Islami (2018) berdasarkan kategori status gizi tidak
normal dengan jumlah 58,3% responden dapat terjadi kelelahan dengan
intensitas kelelahan berat. Sedangkan 35,3% responden dengan kategori status
gizi normal tidak terjadi kelelahan berat. Berdasarkan analisis data tersebut
menggunakan uji chi square, didapatkan Ho ditolak yang artinya ada hubungan
antara status gizi dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit di PT
Nusantara Binika Utama, sedangkan hubungan anemia dengan kelelahan kerja
adalah penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa 52% responden
menderita anemia namun terjadi kelelahan berat. berdasarkan hasil uji chi
square didapatkan hasil p value kurang dari 0,05 (p=0,000<0,05) yang berarti
ada hubungan antara anemia dengan kelelahan kerja pada karyawati unit rawat
inap RS PT. Nusantara Binika Utama.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori ini merupakan gabungan dari beberapa teori yang telah
dikemukakan oleh para ahli, sehingga diperoleh kesimpulan menjadi factor
yang mempengaruhi kelelahan kerja. Terdapat beberapa faktor yang
34

mempengaruhi yaitu: Karakteristik Individu, Faktor Pekerjaan, Faktor


Lingkungan dan Kondisi Kesehatan.

Karakteristik Responden

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Lama Kerja
4. Pengetahuan

Faktor Pekerjaan

1. Massa Kerja
2. Sift Kerja

Faktor Lingkungan KELELAHAN


1. Beban Kerja KERJA
2. Pencahayaan
3. Kebisingan
4. Iklim Kerja

Kondisi Kesehatan

1. Status Gizi
2. Status Anemia

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja
Sumber: [ CITATION DRd14 \l 1033 ],[ CITATION Har14 \l 1033 ], [ CITATION Tar151 \l
1033 ],[ CITATION Nin101 \l 1033 ]
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL,DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan acuan yang mendasari penelitian ini.
Beberapa keterbatasan penelitian mengakibatkan tidak semua variable yang
terdapat di kerangka teori diambil dalam penelitian ini. Penelitian ini berfokus
pada hubungan anemia dan status gizi dengan produktivitas kerja pada
karyawati. Berdasarkan kerangka teori diatas maka disusunlah kerangka
konsep sebagai berikut.
Variable Independen Variable Dependen

Karakteristik Responden

1. Usia
2. Pengetahuan

Faktor Pekerjaan KELELAHAN


1. Massa Kerja KERJA

Kondisi Kesehatan

1. Status Gizi
2. Status Anemia

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Hubungan Anemia dan Status Gizi pada Karyawati PT.
Agri Wangi Indonesia Tahun 2020

35
36
36

B. Definisi Oprasional
Tabel. 3.1
Definisi Oprasional

No. Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1. Variabel Menurut Angket Kuesioner Ordinal
1. Rendah,
Dependen: kamus besar IFRC
skor 0—21
Kelelahan Bahasa
Kerja Indonesia, 2. Sedang,

kelelahan skor 22--44

berasal dari
3. Tinggi, skor
kata lelah yang
45--60
berarti penat,
4. Sangat
letih, payah,
tinggi, skor
lesu, dan tidak
68-- 90
bertenaga.
Untuk analisis
bivariat:

1. Kelelahan
tinggi, jika
≥ 45 skor
individu

2. Kelelahan
rendah, jika
< 45 skor
individu
Sumber:
Tarwaka,
2015
2. Variable Umur Angket Kuesioner 1. Usia tua ≥ 35 Ordinal
Independent responden tahun
: Usia yang akan 2. Usia Muda <
37

diteliti mulai 35 tahun.


dari responden (Kemenkes,
lahir hingga 2018)
saat ini.
3. Status Gizi Indikator Pengukur Timbangan 1. Kurus (IMT= Ordinal
kesehatan an Berat Badan <17,0 - 18,4).
seseorang yang langsung Digital dan 2. Normal
dihitung dari oleh Microtoise (IMT= 18,5-
hasil peneliti 25,0).
pembagian 3. Gemuk
berat badan (IMT= 25,1 -
(kg) dan tinggi >27,0)
badan (m2) (Kemenkes,
yang 2019)
menghasilkan Untuk analisis
skor indeks bivariat:
massa tubuh. 1. Tidak
Normal
(IMT=
<18,5 atau
>25,0)
2. Normal
(IMT= 18,5-
25,0)
(Atiqoh,
dkk., 2014).
4. Masa Kerja Kurun waktu Angket Kuesioner A. 1. ≥ 3 Tahun Ordinal
pekerja bekerja 2. < 3 Tahun
pada bagian (Subadra, 2018)
produksi
terkait
5. Status Status Anemia Pengukur GCHB Meter 1. Anemia : < Ordinal
Anemia adalah suatu an 12,0 gr/dL
38

keadaan langsung 2. Normal :


dengan kadar oleh 12,0gr/dL
Hemoglobin peneliti di [ CITATION
dalam darah klinik WHO19 \l 1033 ]
lebih rendah tempat
dari nilai penelitian
normal
6. Pengetahuan Pengetahuan Wawanca Kuesioner B 1. Pengetahuan Ordinal
menurut kamus ra Rendah : ≤
besar bahasa 75%
Indonesia 2. Pengetahuan
(KBBI) Tinggi : > 75
merupakan %
segala Sesutu Sumber :
yang [ CITATION
diketahuinya. Ari10 \l 1033 ]
Menurut,
pengetahuan
merupakan
hasil dari tahu,
terjadi setelah
orang
melakukan
proses
pengindraan
terhadap objek
yang
diamatinya.

C. Hipotesis
39

1. Ada hubungan antara anemia dengan kelelahan kerja pada karyawati


PT. Agri Wangi
2. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada karyawati
PT. Agri Wangi
3. Ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada karyawati PT.
Agri Wangi
4. Ada Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada
karyawati PT. Agri Wangi
5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kelelahan kerja pada
keryawati PT. Agri Wangi
40
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain
Cross Sectional. Hasil penelitian menggambarkan hubungan antara variabel
bebas (Independen) dengan variabel terikat (Dependen). Variabel bebas
(Independen) dalam penelitian ini adalah usia pekerja, status gizi pekerja
(IMT), masa kerja serta status anemia pekerja. Sedangkan variabel terikat
(Dependen) dalam penelitian ini adalah kelelahan pekerja.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Agri Wangi Indonesia yang bertempat
di desa sanja Citereup Kab. Bogor Jawa Barat dan waktu penelitian dimulai
dari bulan Oktober 2019, sedangkan waktu pengambilan data akan di lakukan
di bulan Juli 2020.
C. Populasi dan Sempel
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang terbentuk peristiwa,hal
atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian
peneliti. Pada Pt. Agri Wangi Indonesia memiliki jumlah karyawati sejumlah
400 orang dan 400 responden ini disebut populasi.
Dalam penelitian ini penulis mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh
karyawati sebanyak 400 karyawati dengan menghitung ukuran sampel yang
dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin [ CITATION Sug141 \l 1033 ].
Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena dalam penarikan
sampel, jumlahnya harus representative agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah
sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana.
Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden

40
41

N = Ukuran populasi
E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa ditolerir;
e=0,1
Menurut [ CITATION Sug141 \l 1033 ] dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai
berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara 10-20
% dari populasi penelitian.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 400 karyawati,
sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil
perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk
mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:
n= N
1+N (e)2
n= 400
1+400(0,1)2
n= 400
1+ 4
n = 80;
Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang mejadi responden wanita PT.
Agri Wangi Indonesia, hal dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan
data dan untuk hasil pengujian yang lebih baik. Sampel yang diambil
berdasarkan teknik simple random sampling, dimana peneliti memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota. Adapun kriteria inklusi serta kriteria
eksklusi pada penelitian ini yaitu :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
a. Pekerja wanita yang bekerja dibagian produksi.
b. Pekerja wanita yang tidak menstruasi.
42

2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Ekskuli adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel.
a. Pekerja wanita yang baru selesai menstruasi.
b. Pekerja wanita yang sedang dalam keadaan menstruasi.
c. Pekerja wanita yang baru selesai melahirkan.
D. Sumber Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari satu jenis data primer dan data sekunder.
Data primer dan data sekunder sebagai berikut :
D.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari pihak lain dan
disajikan oleh pengumpul data primer atau pihak lain dalam bentuk tabel
maupun diagram [ CITATION Not12 \l 1033 ]. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah gambaran tempat penelitian, jumlah pekerja, jam
kerja (shift kerja) di Pt. Agri Wangi Indonesia.
D.2 Data Priemer
Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data [ CITATION Sug141 \l 1033 ]. Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, hasil pengukuran
Indeks Massa Tubuh, hasil pemeriksaan kadar Hemoglobin dalam
darah dan kelelahan kerja.
E. Teknik Pengambilan Data
Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
E.1 Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2014). Mengumpulkan data dengan mengirim pertanyaan
untuk diisi sendiri oleh responden, dilakukan dengan menyebar form
kuesioner yang berisi pertanyaan meliputi penilaian kelelahan kerja yang
terjadi di PT. Agri Wangi Indonesia. Penggunaan kuesioner bertujuan
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan serta mendukung
penelitian.
43

E.2 Observasi
Observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan
penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang
mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas
tentang kondisi objek penelitian tersebut (Siregar , 2017). Penelitian
melakukan pengamatan dengan menggunakan indera pengelihatan tidak
dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan. Hal ini dilakukan dengan
tujuan mendaptkan data mengenai keadaan fisik obyek yang mencakup
fasilitas yang ada di kawasan perusahaan.
E.3 Pengukuran
Metode pengukuran yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), kadar hemoglobin (Hb) dan
kelelahan kerja. Berikut penjelasannya:
1. Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
Untuk pengukuran IMT menggunakan alat ukur microtoice dan
bathroomscale. Berikut langkah-langkah pengukurannya menurut
(Ningtyas, 2010):
a. Pengukuran Tinggi Badan
i. Microtoice ditempelkan dengan paku pada dinding yang lurus dan
datar setinggi 2 meter dari lantai. Pada dinding lantai yang rata,
angka 0.
ii. Alas kaki dilepas responden harus berdiri tegak seperti sikap siap
sempurna. Kaki lurus serta tumit, pantat, punggung, dan kepala
bagian belakang menempel pada dinding dan menghadap lurus ke
depan.
iii. Microtoice diturunkan sampai rata pada kepala bagian atas, siku-
siku harus menempel pada dinding. Baca angka pada skala yang
nampak pada lubang dalam gulungan microtoice. Angka yang
muncul tersebut menunjukkan tinggi badan yang diukur.
b. Pengukuran Berat Badan
i. Jarum penunjuk berat badan harus menunjukkan angka nol.
ii. Pakaian yang dikenakan usahakan seminimum mungkin, baju
44

atau pakaian tebal dan alas kaki harus dilepas.


iii. Responden berdiri di atas bathroomscale dan angka yang ditunjuk
oleh jarum penunjuk adalah berat badan responden.
2. Pengukuran Kadar Hemoglobin
Sampel darah responden diambil oleh petugas kesehatan dengan
menggunakan alat hemometer digital. Cara kerjanya:
a. Pastikan code card sudah terpasang pada alat.
b. Pasang strip pada ujung alat.
c. Bersihkan ujung jari pada bagian yang akan diambil sampel
darah dengan alcohol swap.
d. Tusuk ujung jari dengan menggunakan auto click blood lancet.
e. Tekan ujung jari dengan perlahan-lahan hingga darah keluar
hingga cukup, kemudian dekatkan sampel darah dengan mulut
strip agar cepat terserap langsung oleh ujung mulut strip.
f. Tunggu hasil pada layar alat.
g. Lalu baca hasil yang tertera pada layar.
h. Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran.
i. Setelah kegiatan selesai, matikan alat dengan menekan tombol
power off
1. Pengukuran Kelelahan Kerja
Data mengenai kelelahan kerja diperoleh dengan wawancara
langsung menggunakan kuesioner 30 item gejala kelelahan umum IFRC
(International Fatigue Research Committee of Japanese Association of
Industrial Health). Setelah melakukan wawancara dan pengisian
kuesioner, maka melakukan penghitungan skor dari 1--30 pertanyaan
dan dijumlahkannya menjadi total skor individu. Kuesioner ini
kemudian dikembangkan untuk diskoring sesuai 4 skala Likert.
Berdasarkan desain penilaian kelelahan subjektif dengan menggunakan
4 skala Likert, maka akan diperoleh skor individu terendah adalah
sebesar 0 dan skor individu tertinggi 90. Kategori kelelahan kerja
menurut Tarwaka (2015) yaitu:
1. Kelelahan rendah, jika skor 0—21
2. Kelelahan sedang, jika skor 22—44
45

3. Kelelahan tinggi, jika skor 45—67


4. Kelelahan sangat tinggi, jika skor 68--90
Namun untuk keperluan penelitian bivariate peneliti
mengelompokkannya menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Kelelahan tinggi, jika skor ≥ 45
2. Kelelahan rendah, jika skor < 45
F. Pengolahan Data
Data dari lapangan dikumpulkan, kemudian diperiksa, dan diteliti
kelengkapannya, serta diolah menggunakan software pengolahan data statistik
dengan langkah sebagai berikut:
F.1 Coding
Coding yaitu proses pemberian kode pada jawaban keusioner untuk
memudahkan peneliti saat memulai proses komputerisasi yaitu tahap
memasukan data ke komputer. Coding merupakan kegiatan merubah data
dari bentuk huruf menjadi data dalam bentuk angka atau bilangan.
F.2 Editing
Editing yaitu proses menyunting data dan mengidentifikasi kembali
variable pertanyaan yang belum di coding serta melihat kelengkapan,
kejelasan, relavan, dan konsistensi jawaban sebelum di entry.
F.3 Tabulating
Tabulating yaitu pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian
untuk mempermudah dalam pembacaan hasil penelitian.
F.4 Entry Data
Entry Data yaitu proses memasukan data dari keusioner ke komputer
dengan menggunakan bantuan program komputer setelah semua jawaban
keusioner diberikan kode serta keusioner terisi penuh dan benar.
F.5 Cleaning
Cleaning yaitu proses pengecekan kembali data yang sudah di entry
untuk memastikan tidak terdapat kesalahan pada data tersebut. Kemudian
data tersebut siap diolah dan dianalisis.
F.6 Skoring
46

Proses pemberian skor atau nilai untuk setiap jawaban responden.


Pada penelitian ini dilakukan scoring untuk variabel kelelahan kerja
dimana responden diberi skor 3 jika responden menjawab “sangat
sering”, diberi skor 2 jika responden menjawab “sering”, diberi skor 1
jika responden menjawab “kadang-kadang” dan diberi skor 0 jika
responden menjawab “tidak pernah”. Kemudian dihitung total skor
semua item kelelahan kerja, jika total skor ≥ 45 maka dikategorikan
menjadi kelelahan tinggi dan total skor < 45 maka dikategorikan
menjadi kelelahan rendah.
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data sebagai berikut :
G.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan tujuan melihat gambaran distribusi
frekuensi dan proporsi dari variabel independen dan variabel dependen
[ CITATION Not12 \l 1033 ].
G.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen dengan uji Chi Square. Jika
P-value >0,05 maka tidak ada hubungan yang siginifikan antara variabel
dependen dengan variabel independen, sebaliknya jika P-Value ≤ 0,05
maka ada hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan
variabel independen.
Rumus :
X² = ∑ (O – E)²
E
Keterangan :
X² : Chi Square
O : Frekuensi yang diperoleh dari sampel atau hasil pengamatan
E : Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan
dari frekuensi yang diharapkan dari populasi
47
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT Agri Wangi Indonesia


PT Agri Wangi Indonesia pada awalnya bernama Agri Tama Indonesia.
Kemudian pada Juni tahun 2016 diakuisisi oleh Titan Group. Pemilik Titan
Group yaitu Handoko A. Tanuaji. PT Agri Wangi Indonesia dibentuk oleh
Handoko A. Tanuaji dan Cathalia F. Randing. Lalu dibuat perusahaan baru
yakni PT Agri Wangi Indonesia yg berfokus pada food health free
manufactory. PT Agri Wangi Indonesia adalah bentukan saham dari PT Sam
Putra Jaya oleh Cathalia F. Randing dan PT Nusa Dua Perkasa oleh Go
Rahman Priyono. PT Agri Wangi Indonesia dipimpin oleh Go Rahman Priyono
sebagai presiden direktur yang mengolah fungsi-fungsi, seperti keuangan,
kepatuhan, sumber daya manusia, hukum, manufaktur, kepegawaian, dan
komersil. Pada bulan Juli tahun 2015 PT Agri Wangi Indonesia didirikan diatas
tanah seluas 5,2 hektar dengan diawali bangunan seluas 1,2 hektar (bangunan
utama).
PT Agri Wangi Indonesia yg didirikan pada tahun 2015 mewakili
kompetensi komprehensif dalam semi pembuatan teh, kakao, kopi dan rempah-
rempah dari sumber bahan baku sebagai pencampuran dan pengemasan.
Karena banyak row material PT Agri Wangi Indonesia jenis produknya
macam-macam sesuai dengan keinginan konsumen. PT Agri Wangi Indonesia
pertama kali memulai ekspor pada bulan Oktober, kemudian distribusi lokal
dan mendapat sertifikat ISO 9001 didapatkan pada tahun 2015. Lalu pada
pertengahan 2017 masih memproduksi ekspor dan lokal. Tetapi, karena
banyaknya sertifikat yang dimiliki kemudian secara resmi Unilever
mempercayakan PT Agri Wangi Indonesia bekerjasama untuk memproduksi
produknya pada bulan Maret tahun 2017. PT Agri Wangi Indonesia
memproduksi sebanyak 4,5 ton setiap bulannya dan selalu meningkat sampai
dengan 8,5 ton teh. Kemudian, di PT Agri Wangi Indonesiamemproduksi ice
tea mulai padabulan Mei tahun 2017 dan untuk produksi knoor dan royco
mulai diproduksi pada bulan Mei tahun 2018.

47
48

PT. Agri Wangi Indonesia memiliki 1500 karyawan sejak berdiri dengan pekerja
tetap dan buruh lepas, PT. Agri Wangi memiliki 3 Shift untuk semua bagian
kecuali untuk staff PT. Agri Wangi Indonesia. Shift tersebut antara lain adalah
Shift Pagi dari jam 06.00 WIB s/d 14.00 WIB , Shift Siang dari jam 14.00 WIB
S/D 22.00 wib dan untuk Shift malem dimulai dari jam 22.00 WIB s/d 06.00 WIB
dengan istirahat masing-masing Shift adalah 30 menit.
B. Analisis Uivariat
Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi analisa deskriptif data kelelahan
kerja, status anemia, ststus gizi, usia, pengetahuan dan massa kerja.
B.1 Kelelahan Kerja
Variabel Kelelahan kerja yang telah di olah menghasilkan data sebagai
berikut :
Tabel 5.1 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Kelelahan Kerja Karyawati di
Pt.Agri Wangi Indonesia Tahun 2020

Mean Median Modus Min Max SD


41,48 40,00 40 30 80 8,426

Tabel 5.1 Menunjukkan kelelahan kerja pada karyawati di PT. Agri Wangi
Indonesia tahun 2020 memiliki nilai rata-rata yaitu 41,48 dengan nilai
tertinggi yaitu 80 dan nilai terendah yaitu 30 skor individu. Sedangkan
untuk skor individu terbanyak yaitu dengan jumlah 40 dengan variasi data
yaitu 8,426.
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Katagori Kelelahan Kerja
Karyawati di Pt.Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
Kelelahan Kerja N Persentase (%)
Tinggi ≥ 45 24 24,0
Rendah < 45 76 76,0
Total 100 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa karyawati di Pt. Agri Wangi Indonesia


tahun 2020 paling banyak pada kategori trendah yaitu 76 responden (76%)
dibandingkan dengan kategori tinggi yaitu 24 responden (24%).
49

B.2 Usia
Variabel usia yang telah di olah menghasilkan data sebagai berikut;
Tabel 5.3 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Usia Karyawati di Pt.Agri
Wangi Indonesia Tahun 2020

Mean Median Modus Min Max SD


28,89 25,00 22 20 44 8231

Tabel 5.4 menunjukkan rata-rata usia responden adalah 28,89 tahun,


dengan usia terendah adalah 20 tahun dan tertinggi 45 tahun. Responden
paling banyak berusia 22 tahun. Jumlah dan persentase Karyawati
menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Usia Karyawati di
PT. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020

Usia n Persentase (%)


≥ 35 tahun 34 34.0
< 35 tahun 66 66.0
Total 100 100

Tabel 5.5 menunjukkan karyawati di Pt.Agri Wangi Indonesia Tahun 2020


paling banyak pada usia <35 tahun berjumlah 66 karyawati (66,0%)
dibandingkan dengan usia ≥ 35 tahun berjumlah 34 karyawati (34,0%).
B.3 Status Gizi
Variabel status gizi yang telah di olah menghasilkan data sebagai berikut;
Tabel 5.5 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Status Gizi Pada karyawati Pt.
Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
Mean Median Modus Min Max SD
23,14 23,00 25 17 32 3,458

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa status gizi pada karyawati di Pt.Agri


Wangi Indonesia Tahun 2020 memiliki rata-rata IMT 23,15 dengan IMT
terendah yaitu 17 dan IMT tertinggi 32. Sedangkan untuk IMT karyawati
yang paling banyak yaitu 25 dengan variasi data IMT yaitu sebesar 3,458.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status Gizi


Karyawati di PT. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
IMT N %
Tidak Normal 49 49.0
Normal 51 51.0
50

Total 100 100


Tabel 5.6 menunjukkan bahwa karyawati di Pt. Agri Wangi Indonesia
tahun 2020 paling banyak pada kategori status gizi tinggi yaitu 49
responden (49%) dibandingkan dengan kategori status gizi rendah yaitu 51
responden (51%).
B.4 Masa Kerja
Variabel masa kerja yang telah di olah menghasilkan data sebagai berikut;
Tabel 5.7 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Masa Kerja Pada karyawati Pt.
Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
Mean Median Modus Min Max SD
2,94 3,00 3 1 5 1023

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa status gizi pada karyawati di Pt.Agri Wangi
Indonesia Tahun 2020 memiliki rata-rata massa kerja 2,56 dengan masa
kerja terendah yaitu 1 dan masa kerja tertinggi 5. Sedangkan untuk masa
kerja karyawati yang paling banyak yaitu 2 dengan variasi data masa
kerja yaitu sebesar 1.023.
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Kategori pada
karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
No. Masa Kerja N Persentase (%)
Lama ≥ 3tahun 61 61,0
Baru < 3 tahun 39 39,0
Total 100 100

Berdasarkan dari data yang tercantum dalam tabel 5.8 jumlah pekerja lebih
banyak pada masa kerja kategorik lama dengan jumlah 61 karyawati
(61,0%) dibandingkan dengan masa kerja kategorik baru dengan jumlah 44
karyawati (39,0%).
B.5 Status Anemia
Variabel status anemia yang telah di olah menghasilkan data sebagai
berikut;
Tabel 5.9 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Status Anemia Pada
karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
Mean Median Modus Min Max SD
12.449 12.5 13.2 10.0 15.0 1.4005
51

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa status anemia pada karyawati di Pt.Agri


Wangi Indonesia Tahun 2020 memiliki rata-rata status anemia 12.449
dengan status anemia terendah yaitu 10 dan status anemia tertinggi 15.0.
Sedangkan untuk status anemia karyawati yang paling banyak yaitu 13.2
dengan variasi data massa kerja yaitu sebesar 1.4005.
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Anemia Kategori
pada karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
No. Anemia N Persentase (%)
Anemia < 12,0 47 47,0
Normal 12,0 – 15,0 53 53,0
Total 100 100

Berdasarkan dari data yang tercantum dalam tabel 5.10 jumlah pekerja
lebih banyak pada status anemia kategorik normal dengan jumlah 53
karyawati (53,0%) dibandingkan dengan kategori anemia rendah dengan
jumlah 47 kayawati (47,0%).
B.6 Pengetahuan
Variabel pengetahuan yang telah di olah menghasilkan data sebagai
berikut;
Tabel 5.11 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Pengetahuan Pada
karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
Mean Median Modus Min Max SD
10,73 10,00 10 10 16 1,090

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa pengetahuan pada karyawati di Pt.Agri


Wangi Indonesia Tahun 2020 memiliki rata-rata pengetahuan 10,73
dengan pengetahuan terendah yaitu 10 dan penegtahuan tertinggi 16.
Sedangkan untuk pengetahuan karyawati yang paling banyak yaitu 10 n
dengan variasi data pengetahuam yaitu sebesar 1,090
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Kategori
pada karyawati Pt. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
No. Pengetahuan N Persentase (%)
Buruk ≤ median 59 59
Baik > median 41 41
Total 100 100

Tabel 5.12 menunjukkan karyawatidi Pt. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020
paling banyak pada pengetahuan kurang baik berjumlah 59 karyawati
52

(59,0%) dibandingkan dengan pengetahuan baik berjumlah 41 karyawati


(41,0%

B.7 Rekapitulasi Univariat


Variabel-variabel yang telah diolah kemudian direkapitulasi dalam satu
tabel untuk mempermudah dalam melihat hasil keseluruhan data yang
diperoleh. Hasil rekapitulasi ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.13 Rekapitulasi Uji Univariat Hubungan Status Anemia dan Status
Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Karyawati di Pt. Agri Wangi Indonesia
Tahun 2020

Varibel Kategori n %
Kelelahan Kerja 1. Tinggi (≥ 45 skor individu) 24 76,0
2. Rendah (< 45 skor individu) 76 24,0
Usia 1. Tua (≥ 35 tahun) 34 34,0
2. Muda (< 35 tahun) 66 66,0
Status Gizi 1. Tidak Normal (IMT ≤18,5 atau >25,0) 49 49,0
2. Normal (IMT 18,5-25,0) 51 51,0
Masa Kerja 1. Lama (≥ 3 tahun) 61 61,0
2. Baru (< 3 tahun) 39 39,0
Status Anemia 1. Anemia <12,0 g/dL 47 47,0
2. Normal 12,0 – 15,1 g/dL 53 53,0
Pengetahuan 1. Kurang Baik (≤ median) 59 59.0
2. Baik (> median) 41 41.0

C. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisa univariat kemudian telah diketahui
karakteristik atau distribusi data setiap variabel, maka dapat dilanjutkan ke
dalam analisa bivariat. Model analisis bivariat ini digunakan untuk melihat
apakah ada hubungan antara variabel dependen (kelelahan kerja) dengan
vriabel independen (usia, status gizi, massa kerja, status anemia dan
pengetahuan). Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Jenis data yang digunakan peneliti untuk analisis
adalah data kategorik sehingga uji hipotesa yang digunakan adalah uji statistik
Chi Square (X2), dengan tingkat kemaknaan (level of significance) adalah 5%.
Ketentuan hubungan dikatakan bermakna jika p-value < 0,05 dan tidak
53

bermakna jika p- value >0,05. Bedasarkan hasil analisis bivariat didapatkan


hasil berikut:

C.1 Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja


Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kelelahan
Kerja Pada Karyawati Di Pt.Agri Wangi Tahun 2020

Kelelahan Kerja PR (95%


Confiden P
Total
Usia Tinggi Rendah t Valeu
Interval)
N % N % n %
Tua 21 61.8 13 38.2 34 100 13.588
(4.360— 0.000
Muda 3 4.5 63 95.5 66 100
42.350)

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa responden dengan usia tua lebih


banyak mengalami kelelahan tinggi dengan persentase 61,8%
dibandingkan dengan usia muda dengan persentase 4,5%. Hasil uji
statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kelelahan. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai PR = 13.588, artinya usia tua
mempunyai peluang 13.588 kali untuk mengalami tingkat kelelahan yang
tinggi dibanding kelompok usia muda
C.2 Hubungan Status Gizi (IMT) dengan Kelelahan Kerja
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa
Tubuh dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawati Di Pt.Agri Wangi
Tahun 2020
Kelelahan Kerja PR (95%
Indeks P
Total Confident
Massa Tinggi Rendah Valeu
Interval)
Tubuh
N % n % n %
Tidak 3.122
18 36.7 31 63.3 49 100
Normal (1,353— 0.007
Normal 6 11.8 45 88.2 51 100 7.208)

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa responden dengan indeks massa tubuh


tidak normal lebih banyak mengalami kelelahan tingkat tinggi dengan
persentase 36.7% dibandingkan dengan indeks massa tubuh normal.
Hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,007 maka dapat disimpulkan
54

bahwa ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan kelelahan. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai PR = 3.122, artinya pekerja dengan
IMT tidak normal mempunyai peluang 3.122 kali untuk mengalami
tingkat kelelahan yang tinggi dibanding pekerja dengan IMT normal.

C.3 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja


Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Massa Kerja
dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawati Di Pt.Agri Wangi Tahun
2020
Kelelahan Kerja PR (95%
P
Massa Total Confident
Tinggi Rendah Valeu
Kerja Interval)
N % n % n %
≥3
19 31.1 42 68.9 61 100 2.430
Tahun
(0,988— 0.064
<3
5 12.8 34 87.2 39 100 5.972)
Tahun

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja lama


lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi dengan persentase 31.1%
dibandingkan dengan responden dengan masa kerja baru yaitu sebesar
12.8%. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,064 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa
kerja dengan kelelahan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai PR =
2.430, artinya pekerja dengan masa kerja yang lama mempunyai peluang
2.430 kali untuk mengalami tingkat kelelahan yang tinggi dibanding
pekerja dengan masa kerja baru.
C.4 Hubungan Status Anemia dengan Kelelahan Kerja
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Status Anemia
dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawati Di Pt.Agri Wangi Tahun
2020
Kelelahan Kerja PR (95% P
Status Total Confident Vale
Rendah Tinggi
Anemia Interval) u
n % N % n %
Anemia
(≤12,0 22 46,8 25 53.3 47 100 12.404
gr/dL 0.00
(3.080—
Normal 0
(12,0-15,1 2 3.8 51 96.2 53 100 49.963)
gr/dL)

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa responden dengan anemia (≤ 12,0 gr/dL)


55

lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi dengan persentase 46,8%


dibandingkan dengan responden dengan keadaan normal yaitu sebesar
3.8%. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,000 maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status anemia
dengan kelelahan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai PR = 12.404,
artinya pekerja dengan status anemia rendah mempunyai peluang
12.404kali untuk mengalami tingkat kelelahan yang tinggi dibanding
pekerja dengan keadaan status anemia normal (dengan nilai dibatas
normal).
C.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kelelahan Kerja
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawati Di Pt.Agri Wangi Tahun
2020
Kelelahan Kerja PR (95% P
Status Total Confident Vale
Tinggi Rendah
Anemia Interval) u
n % N % n %
Kurang 0,821
Baik 13 22.0 46 78.0 59 100 0.75
(0,409—
Baik 11 26.8 30 73.2 41 100 3
1,649)

Tabel 5.18 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan


baik lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi dengan persentase
26,8% dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan kurang baik
yaitu sebesar 22,0%. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,753 maka
dapat disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kelelahan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai PR
= 0,821, artinya pekerja dengan pengetahuan baik mempunyai peluang
0,821 kali untuk mengalami tingkat kelelahan yang tinggi dibanding
pekerja dengan keadaan pengetahuan buruk.
C.6 Rekapitulasi Analisis Bivariat
Variabel-variabel yang telah diolah, direkapitulasi dalam satu
tabel untuk mempermudah dalam melihat hasil keseluruhan data yang
diperoleh. Hasil rekapitulasi ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.19 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Hubungan Status Anemia
dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Karyawati di PT. Agri Wangi
Indonesia Tahun 2020
56

Kelelahan Kerja Pravelensi


Rasio
P
Total (95%
Variable Tinggi Rendah Valeu
Confident
Interval)
n % n % N %
Usia
Tua 21 61.8 13 38.2 34 100 13.588
Muda 66 100 (4.360— 0,000
3 4.5 63 95.5
42.350)
Status IMT
Tidak Normal 18 36.7 31 63.3 49 100 3.122
Normal (1,353— 0.007
6 11.8 45 88.2 51 100
7.208)
Massa Kerja
≥ 3 Tahun 19 31.1 42 68.9 61 100 2.430
< 3 Tahun (0,988— 0.064
5 12.8 34 87.2 39 100
5.972)
Status Anemia
Anemia 22 46,8 25 53.3 47 100 12.404
Normal (3.080— 0.000
2 3.8 51 96.2 53 100
49.963)
Pengetahuan
Kurang Baik 13 22.0 46 78.0 59 100 0,821
Baik (0,409— 0.753
11 26.8 30 73.2 41 100
1,649)

Tabel 5.19 menunjukkan bahwa dari 5 variabel independen terdapat 4


variabel yang berhubungan dengan kelelahan kerja dengan P value < 0,05 yaitu
indeks masa tubuh (Pvalue = 0,007 dan PR = 3.122), usia (Pvalue = 0,000 dan
PR = 2,497), massa kerja (Pvalue = 0,064 dan PR = 2.430) dan status anemia
(Pvalue = 0,000 dan PR = 12,404).
57
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada karyawati di
PT. Agri wangi yang berjumlah 100 responden yang bekerja dibagian
produksi, menunjukan 24% atau sebanyak 24 orang mengalami kelalahan
tinggi dan 76% atau sebanyak 76 responden mengalami kelelahan rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ulfah dan umryani
(2012) bahwa sebagian responden mengalami lelah sebanyak 63,5%
mengalami kelalahan tinggi.

Kelelahan kerja tinggi dapat disebabkan oleh responden yang memiliki


berat badan lebih dan berat badan kurang. Beberapa gejala kelelahan yang
diakibatkan karena beban kerja yang semakin meningkat dapat menurunkan
efektivitas kerja dan dapat mengakibatkan pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh sehingga timbul adanya gejala kelelahan. Selain itu responden
yang memiliki massa kerja < 3 tahun (baru) dimana tubuh akan merasakan
kelelahan akibat pekerjaan yang dilakukan secara berulang dalam jangka waktu
yang lama kurang lebih 8 jam pekerjaan dengan istirahat 30 menit. Meskipun
lebih banyak usia responden yang muda, namun tidak ada yang membedakan
pekerjaan antara usia muda dan usia tua maka sehingga mengakibatkatkan
responden yang berusia tua cenderung merasakan kelelahan mengingat teori
yang mengatakan semakin tua usia seseorang maka produktivitas seseorang
akan menurun sehingga mudah merasakan lelah dan pemberian pekerjaan
kepada seseorang harus selalu mempertimbangkan pengaruh umur (Tarwaka,
2014). Begitu juga dengan status anemia tidak ada perbedaan antara pekerja
yang sedang sakit dengan yang tidak sakit sehingga responden yang mengalami
anemia (darah rendah) lebih berbahaya untuk melakukan pekerjaan disebabkan
responden akan cepat mengalami gejala kelalahan.

57
58

Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa tempat produksi sangat panas


dan pengap di Pt. Agri Wangi Indonesia, banyaknya jumlah mesin yang
dipakai untuk memperoduksi teh maka udara ditempat produksi sangat panas
dan pengap akibat uap-uap mesin yang dipakai. Hasil kelalahan tinggi juga
disebabkan banyaknya pekerja yang mengeluh haus saat bekerja dan kelopak
mata terasa berat saat bekerja serta kepala pening/pusing saat bekerja sehingga
pekerja ingin segera meminum dan membaringkan badan. Meskipun lebih
banyak responden yang memiliki indeks massa tubuh normal, berdasarkan
kenyataanya di lapangan terdapat beberapa pekerja wanita yang memiliki
bobot lebih, hal tersebut mudah mengalami kelelahan saat bekerja. Selain itu
pekerja wanita dibagian produksi lebih banyak yang duduk dengan posisi yang
tidak benar dalam waktu cukup lama, sehingga berdampak pada keadaan
kelelahan yang dirasakan oleh pekerja wanita.
Kelelahan kerja dapat menimbulkan efek yang kurang baik bagi pekerja
namun efek buruk tersebut dapat dicegah. Diperlukan adanya kesadaran dari
tenaga kerja agar dibiasakan untuk melakukan peregangan otot seperti
menggerakkan kepala, tangan dan kakinya ditengah-tengah pekerjaan ataupun
saat istirahat. Hal tersebut bertujuan agar tubuh tidak terlalu lama dalam
keadaan statis yang terjadi berulang-ulang.
B. Usia
Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa responden kelompok usia muda
lebih banyak dengan persentase 66% dan responden dengan kelompok usia tua
berjumlah 34%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden usia tua
lebih banyak mengalami kelelahan tinggi dengan persentase 61,8%
dibandingkan dengan kelompok usia muda. Hasil uji chi square didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kelelahan kerja
dengan P-Valeu 0,000.

Pekerja wanita di PT. Agri Wangi Indonesia lebih didominasi dengan


pekerja yang berusia dibawah 35 tahun. Sehingga variasi data kelelahan pada
kelompok tersebut adanya perbedaan yang signifikan. Setyawati (2009)
59

mengatakan bahwa usia subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan
fisik dan cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Atas dasar
uraian tersebut maka mayoritas usia pekerja wanita yang menjadi subyek
penelitian dapat dikatakan memiliki kapasitas kerja yang sedikit optimal,
sehingga membuat pengaruh usia terhadap kelelahan ada hubungan yang
signifikan.
Penelitia ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief
Budianto (2016) dengan judul Hubungan Antara Umur Dan Indeks Beban
Kerja Dengan Kelelahan Pada Pekerja Di Pt. Karias Tabing Kencana tahun
2016 bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia pekerja dengan
kelelahan kerja.
C. Indeks Masa Tubuh (Satatus Gizi)
Hasil univariat membuktikan bahwa responden yang memiliki IMT
norlmal lebih banyak dengan persentase 51% dan IMT tidak normal sebanyak
49%. Hasil analisis bivariat antara indeks masa tubuh dengan kelelahan kerja
menunjukkan bahwa responden dengan indeks masa tubuh tidak normal lebih
banyak mengalami kelelahan kerja tinggi dengan persentase sebesar 50%.
Hasil uji chi square menunjukkan adanya hubungan antara indeks masa tubuh
dengan kelelahan kerja (P value = 0,007).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa pekerja
wanita dengan indeks massa tubuh tidak normal berisiko memiliki tingkat
kelelahan yang lebih besar dibandingkan dengan pekerja wanita yang memiliki
indeks massa tubuh normal. Sesuai observasi di lapangan bahwa operator
dengan indeks masa tubuh tidak normal cenderung tidak bersemangat dan cepat
merasa lelah yang ditandai dengan pekerja wanita memiliki keinginan untuk
duduk dan beristirahat segera mungkin. Uraian diatas sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat kelelahan tenaga kerja karena gizi berkaitan dengan
kesehatan dan daya kerja (Suma’mur, 2009).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayu Andi
Pranoto (2018) dengan judul Hubungan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja
60

Pada Tenaga Kerja Bagian Weaving Di Pt. Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja
terdapat 30 pekerja dengan 26 responden (86,7%) mengalami kelelahan ringan
dan 4 responden (13,3%) mengalami kelelahan sedang. Sedangkan 25
responden memiliki status gizi normal.
D. Masa Kerja
Hasil univariat menunjukkan bahwa responden yang memiliki masa kerja
lama lebih banyak dengan persentase 61% dan masa kerja baru memiliki hasil
sebagai berikut 39%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa responden dengan
masa kerja baru lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi dengan
persentase 29,5%. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara masa kerja dengan kelelahan kerja (P value = 0,064). Dari
hasil observasi bahwa massa kerja baru lebih banyak pekerjaannya dan sering
menerima lemburan dari pada pekerja dengan masa kerja lama.
Masa kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan
dalam bekerja dibagian produksi dalam mengepack teh yang akan di pasarkan.
Semakin lama seseorang bekerja menimbulkan perasaan jenuh akibat kerja
monoton yang juga berpengaruh terhadap meningkatnya kelelahan yang
dialami (Maurits, 2011). Menurut Manuaba dalam Susetyo (2008), menyatakan
bahwa pengalaman kerja juga akan dapat membedakan pengaruh kondisi kerja
terhadap dampak yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri. Teori tersebut
sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan peneliti bahwa semakin lama
tenaga kerja bekerja, maka dapat menimbulkan dampak kelelahan yang
semakin besar pula.
E. Status Anemia
Hasil univariat menunjukkan bahwa responden yang memiliki status
anemia dengan keadaan tidak normal jauh lebih sedikit dengan persentase 47%
dibandingkan dengan keadaan normal yaitu 53% . Hasil bivariat menunjukkan
bahwa responden dengan status anemia rendah banyak mengalami kelelahan
kerja tinggi dengan persentase 46,8%. Hasil uji chi square menunjukkan ada
hubungan yang signifikan status anemia dengan kelelahan kerja (P value =
61

0,000).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa dengan
keadaan anemia rendah pekerja sering mengeluh pusing dan lelah. Pekerja
yang diteliti tidak sedang haid/datang bulan dikarenakan sesuai dengan kriteria
inklusi yang sudah peneliti buat. Berdasarkan urian diatas sejalan dengan teori
Manuaba (2010) bahwa keadaan darah yang jauh dari kata normal dapat
mempengerahui sistem otot dan sistem gerak manusia dikarenakan pekerja
dengan keadaan anemia membuat merka pusing, lelah dan letih.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia Islami
dengan judul Status gizi dan Status Anemia dengan Kelelahan Kerja Pada
Perawat di Rumah Sakit Perkebunan Jember PT. Nusantara Medika Utama ada
hubungan yang signifikan antara status anemia dengan kelelahan kerja pada
perawat.
F. Pengetahuan
Hasil univariat menunjukkan bahwa responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik lebih banyak dengan persentase 59% dan
pengetahuan baik berjumlah 41%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa
responden dengan pengetahuan buruk banyak mengalami kelelahan kerja tinggi
dengan persentase 22,0%. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kelelahan kerja (P value
= 0,753).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak HRD dan HSE secara rahasia
yang dilakukan oleh peneliti dilapangan bahwa pekerja wanita di PT tersebut
banyak yang tidak tamat sekolah menengah atas dikarenakan keterbatasaan
biaya untuk sekolah, pekeja yang dengan lulusan dibawah SMA dijadikan
buruh lepas dengan ststus kontrak. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
terjadi setelah seseorang melakukan proses pengindraan terhadap objek yang
diamatinya (Notoatmojo, 2012). Menurut (Reber, 2010) dalam makna
kolektifnya, pengetahuan adalah kumpulan informasi yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok atau budaya tertentu.
62

G. Keterbatasan Penalitian
Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan karena tidak terlepas dari
keterbatasan-keterbatasan yang dapat dihindari. Adapun keterbatasan-
keterbatasan tersebut antara lain:
1. Berdasarkan dengan desain penelitian yang digunakan yaitu desain
cross sectional atau potong lintang, memiliki kelemahan dimana
tidaklah mungkin untuk mengatakan variabel mana yang menjadi
penyebab dan variabel mana yang menjadi akibat terpapar karena
penelitian ini diteliti dan diukur pada waktu yang bersamaan. Oleh
karena itu tidak menyimpulkan pengaruh hubungan yang sebenarnya.
2. Pada saat pengambilan data lapangan, waktu penelitian dilakukan pada
saat pergantian shift kerja sehingga menyebabkan kurang optimalnya
waktu penelitian. Pekerja shift selanjutnya menjawab pertanyaan
dengan tergesa-gesa dikarenakan ingin melakukan pekerjaannya.
Kuesioner yang dikirimkan dengan gfrom membuat pekerja kesulitan
mengisi. Penelitian ini dilakukan secara social distancing untuk
memutus mata rantai pandemic ini.
3. Pengambilan dokumentasi yang sangat dibataskan karena peneliti harus
mengikuti prosedur protocol kesehatan di tempat penelitian sehingga
untuk dokumentasi sangat sedikit.
4. Pengambilan sampel ini dilakukan pada karyawati sifht pagi dikarenakan
sifht siang masih menumpuk untuk melakukan pengambilan data atau
mengisi kuesioner dan untuk pengambilan TB , BB dan Anemia diambil
ada yang berbeda waktu.
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Hubungan Status Anemia dan
Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Karyawati di PT. Agri Wangi
Indonesia Tahun 2020” diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Gambaran karakteristik responden (Usia, Massa Kerja dan
Pengetahuan) dari 100 karyawati bagian produksi PT. Agri Wangi
Indonesia menunjukkan bahwa karyawati yang berumur < 35 tahun
berjumlah 66 responden dengan persentase 66% dan karyawati yang
umurnya ≥ 35 tahun berjumlah 34 responden dengan persentase 34%.
Masa kerja menunjukkan hasil dengan masa kerja < 3 Tahun
berjumlah 39 orang dengan persentase 44% dan masa kerja ≥ 3 tahun
(lama) berjumlah 61 orang dengan persentase 56%. Pengetahuan
responden menunjukan Pengetahuan Baik > Median berjumlah 41
orang dengan persentase 41% sedangkan pengetahuan buruk < median
berjumlah 59 orang dengan persentase 59%.
2. Gambaran kelelahan kerja dari 100 karyawati PT. Agri Wangi
Indonesia bagian produksi menunjukan hasil kelelahan kerja sebagai
berikut, kelelahan kerja tinggi menunjukan bahwa 24 responden
dengan persentase 24% dan kelelahan kerja rendah menunjukan bahwa
76 orang dengan persentase 76%.
3. Gambaran Status Gizi dan Status Anemia dari 100 responden
karyawati bagian produksi di PT. Agri Wangi Indonesia tahun 2020
menunjukan 49 responden (49%) mempunyai status gizi (IMT) normal
dan 51 responden (51%) mempunyai status gizi tidak normal. Status
Anemia pada karyawati PT. Agri Wangi menunjukan 53 responden
tidak mengalami anemia sedangkan 47 responden mengalami anemia.
4. Hanya ada dua variabel yang menunjukkan tidak adanya hubungan
dengan kelelahan kerja yaitu pengetahuan karyawati (Pvalue =0,753)

63
64

dan masa kerja (Pvaleu 0,064), selain itu menunjukkan adanya


hubungan yang bermakna (indeks massa tubuh dengan Pvalue = 0,007,
Status Anemia dengan Pvalue = 0,000, usia dengan Pvalue = 0,000)
dengan kelelahan kerja pada karyawati PT. Agri Wangi Indonesia
tahun 2020.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberikan saran
dintaranya sebagai berikut:
1. Disarankan untuk pihak perusahaan untuk melalukan brefing sebelum
bekerja untuk mengetahui apakah ada karyawati yang sedang sakit atau
tidak supaya bekerja dengan keadaan baik dan pekerjaan dengan target
tertentu bisa terkejar.
2. Disarankan untuk pihak perusahaan untuk memberi peregangan otot
sekira 2 kali dalam satu shift untuk mengurangi rasa bosan dan pegal
akibat pekerjaan yang dilakukan.
3. Disarankan kepada pihak perusahaan untuk memberi sarapan pagi
kepada karyawan untuk menambah kalori pada karyawan/I sarapan
berupa teh manis.
4. Disarankan pada pihak perusahaan untuk meringankan karyawan
membawa minum yang tidak berasa kedalam tempat produksi
dikarenakan untuk mengurangi dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. (2016). Pancreatic Lipase and α-Amylase Inhibitory Potential of


Mangosteen ( Garcinia Mangostana Linn). International Journal of
Medical Research and Health Science, 23-28.

Ammrullah , D. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kryawan Perkebunan


Kelapa Sawit Dengan Perilkau Aman. Jurnal Kesehatan Lingkungan ,
Vol.2.

Azmi, N. (2019, April 3). dr. Yusra Firdaus - Dokter Umum. Dipetik Januari 25,
2020, dari Cara Mengatasi Terjadinya Anemia :
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/anemia/cara-mengobati-mengatasi-
anemia/

Briawan, D. (2013). Anemia: Masalah Gizi pada Remaja Wanita. Jakarta:


Penerbit EGC .

Budiono, A. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang:


Badan Press UNDIP .

Chan, M. (2011). Fatigue: The most critical accident risk in oil and gas
construction . Construction Management and Economics, 29(4), hal. 341–
353, doi:10.1080/01446193.2010.545993.

Hariyati. (2014). Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja
Linting Manual di PT Dijitoe Indonesia Tobacco. Suratakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
(http://eprints.uns.ac.id/8474/1/193101411201107131.pdf).

ILO. (2019). Safety and Health at Work . Germani: International Labour


Organization.

Kemenaker. (2014). Data Angka Kecelakaan Kerja 2011 - 2014. DKI Jakarta:
Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia.

Kemenkes, R. I. (2018). Fungsi Hemoglobin Pada Pekerja. Jakarta:


Kemenkes.go.id.

Kusuma, D. (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung


Seto.
Kusuma, D. P. (2009). Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. . Jakarta :
CV. Sagung Seto.

Kuswana, W. (2014). Ergonomi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). .


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mauritis. (2011). Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Press.

Ningtyas, F. W. (2010). Penentuan Status Gizi secara Langsung. Jember:


Universitas Jember.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pearce, E. (2012). Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka.

Russeng, S. (2018). Status Gizi dan Kelelahan Kerja: Kajian pada Pengemudi
Bus Malam di Sulawesi Selatan dan Barat. Padang: Disertasi Unhas.

Sartono. (2017). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Karyawan dengan


Kelelahan Kerja pada Karyawan Laundry Garment di Bagian Produksi CV
Sinergie Laundry Jakarta Barat Tahun 2013. ARKESMAS, Volume 1 Hal
1.

Setyawati, V. a. (2018). Hubungan Antara Asupan Gizi Dan Status Gizi Dengan
Kelelahan Kerja. Jakarta: Jurnal Kesehatan UPN Jakarta .

Soekirman. (2002). llmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Soraya, A. (2014). Hubungan antara Kadar Hemoglobin (Hb) dengan tingkat


kelelahan kerja pada polisi lalu lintaswilayah semarang tahun 2014. Jurnal
Kesehatan , http://eprints.dinus.ac.id/6694/1/jurnal_13861.pdf [12 Agustus
2017].

Sugiyono, P. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,.


Bandung : Alfabeta.

Supriasa, I. (2012). Penilian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC .

Tarwaka. (2015). Buku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Victoria. (2008). Fatigue prevention in the workplace. Sdyne: Workcover.


WHO, W. O. (2019). Batas Kadar Hemoglobin Dalam Darah . Jakarta:
ejournal.litbang.depkes.go.id.

Winarsunu, T. (2008). Psikologi Keselamatan Kerja. Yogyakarta: UMM Press.


LAMPIRAN
Lampiran 1

HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN STATUS GIZI DENGAN


KELELAHAN KERJA PADA KARYAWATI PT. AGRI WANGI
INDONESIA MANUFACTURING DIVIDSION TAHUN 2020

PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

NASKAH PENJELASAN

Selamat pagi/siang/malam. Ibu/saudari, izinkan saya memperkenalkan diri


saya Siti Maryam Isnaeni Mahasiswa Dari Program studi Kesehatan Masyarakat
S1 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka, yang akan melakukan penelitian berjudul “Hubungan Status Anemia dan
Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada karyawati PT. Agri Wangi Indonesia
Manufacturing Dividsion” penelitian ini bertujuan untuk menganalisis anemia dan
status gizi pekerja wanita apakah ada hubungan dengan kelelahan kerja yang di
hasilkan perhari.
Ibu/Saudari yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini akan diharapkan
bersedia diperiksa kadar HB dengan mengambil spesimen darah dengan ukuran
kecil (sedikit) dan menjawab pertanyaan yang di tanyakan tentang kelelahan kerja
yang sudah disediakan. Kami menjamin bahwa penelitian ini tidak berdampak
negatif atau merugikan responden. Apabila selama penelitian ini Ibu/ Saudari
merasa ketidak nyamanan, maka Ibu /Saudari berhak untuk berhenti dari
penelitian. Kami akan berusaha menjaga hak-hak Ibu/Saudari sebagai responden
dari kerahasiaan selama penelitian berlangsung, dan peneliti menghargai
keinginan responden untuk tidak meneruskan penelitian. Hasil penelitian ini kelak
akan dimanfaatkan sebagai masukan bagi pihak pabrik dalam mengembangkan
produktivitas dan kesehatan pekerjanya.
Dengan penjelasan ini kami sangat mengharapkan partisipasi dari
Ibu/Bapak/Saudara/i. Atas Perhatian dan Partisipasi Ibu/Bapak/Saudara/i dalam
penelitian ini, kami ucapkan terimakasih
Peneliti
Siti Maryam Isnaeni

HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN STATUS GIZI DENGAN


KELELAHAN KERJA PADA KARYAWATI PT. AGRI WANGI
INDONESIA MANUFACTURING DIVIDSION TAHUN 2020

PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


(Informend Consenf)

Nama :
No Telepon :
Alamat :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang


penelitian “Hubungan Anemia dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada
Karyawati PT. Agri Wangi Indonesia Tahun 2020” maka dengan ini saya sukarela
dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Bogor, 2020
Saksi Responden

HUBUNGAN ANEMIA DAN STSTUS GIZI DENGAN


KELELAHAN KERJA PADA KARYAWATI PT. AGRI
WANGI INDONESIA MANUFACTURING DIVIDSION
TAHUN 2020

A. DATA UMUM
A1. No Urut Kuesioner
A2. Nama Pewawancara
A3. Tanggal Wawancara
B. FAKTOR INDIVIDU
B1. Nama Responden
B2. Umur …………... Tahun
…………… Kg (diukur oleh
B3. Berat Badan
peneliti)
…………… Cm (diukur oleh
B4. Tinggi Badan
peneliti)
Sudah berapa lama Anda bekerja di Pt.
B5. Tahun
Agri Wangi Indonesia
Kadar Hemoglobin ................... gr/dL (diukur oleh
B6.
peneliti)
C. PENGETAHUAN ANEMIA DAN STATUS GIZI
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda

(X) atau memberi jawaban yang paling sesuai pada tempat yang
sudah di sediakan.

C1. Menurut anda anemia adalah


kekurangan darah yang disebabkan 1.Benar 2. Salah
oleh kekurangan gizi ?
Menurut saudara bahwa darah rendah bisa
C2. disebut juga anemia ? Benar 2. Salah

Menurut saudara gejala anemia adalah


C3. 1. Benar 2. Salah
muka pucat dan lelah berkepanjangan ?
Apakah kadar HB normal adalah 12,0-15,0
C4. 1. Benar 2. Salah
g/dL ?
Apakah makanan seperti hati ayam bisa
C5. 1. Benar 2. Salah
menormalkan HB ?
Apakah obestitas bisa disebut juga
C6. 1. Benar 2. Salah
kelebihan berat badan ?
C7. Vitamin C merupakan zat gizi yang sangat 1. Benar 2. Salah
berperan dalam meningkatkan zat gizi ?
Apakah tahu dan tempe merupakan
C8. makanan protein nabati yang bisa 1. Benar 2. Salah
meningkatkan zat besi ?
Status gizi yang buruk bisa menyebabkan
C9. penyakit yang serius ? seperti gizi buruk 1. Benar 2. Salah
dan stunting.
Apakah makanan yang mengandung
C10. banyak bahan pengawet bisa menyebabkan 1. Benar 2. Salah
kematian ?

D. KUESIONER IFRC (Industrial Fatigue Research Committee)


Petunjuk Pengisian : Anda diminta memberikan tanggapan atau pernyataan yang
terdapat pada kuesioner berikut, sesuai dengan keadaan, pendapat atau perasaaan
Anda pada saat skala ini diisi bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat
orang lain dengan memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan.
Keterangan
SS : Sangat Sering (Jika hampir setiap hari terasa dalam 1 minggu)
S : Sering (3-4 hari terasa dalam seminggu)
K : Kadang-Kadang (1-2 hari terasa dalam seminggu)
TP : Tidak Pernah (tidak pernah terasa dalam seminggu)
Apakah pada saat Anda Bekerja, Anda merasakan hal-hal sebagai berikut:
D.1 PELEMAHAN KEGITAN
NO Gejala Kelelahan SS S K TP
1. Apakah saudara mengalami berat di
bagian kepala saat bekerja?
2. Apakah saudara mengalami lelah pada
seluruh badan saat bekerja?
3. Apakah saudara mengalami berat di
kaki saat bekerja?
4. Apakah saudara sering menguap pada
saat bekerja ?
5. Apakah saudara mengalami pikieran
yang kacau saat bekerja?
6. Apakah saudara mengantuk saat
bekerja?
7. Apakah saudara merasakan mata
terasa berat (ingin dipejamkan) saat
bekerja ?
8. Apakah saudara merasakan Kaku dan
canggung untuk bergerak saat
bekerja?
9. Apakah saudara merasakan Tidak
seimbang dalam berdiri saat bekerja ?
10. Apakah saudara merasa ingin
berbaring saat bekerja ?
D.2 PELEMAHAN MOTIVASI
No Gejala Kelelahan SS S K TP
1. Apakah saudara susah untuk berfikir
saat bekerja ?
2. Apakah saudara lelah untuk bericara
saat bekerja ?
3. Apakah saudara merasa gugup saat
bekerja ?
4. Apakah saudara tidak bisa
berkonsentrasi saat bekerja?
5. Apakah saudara tidak bisa
memusatkan perhatian terhadap
sesuatu saat bekerja?
6. Apakah saudara punya
kecenderungan untuk lupa saat
bekerja?
7. Apakah saudara merasa kurang
percaya diri saat bekerja?
8. Apakah saudara cemas terhadap
sesuatu saat bekerja?
9. Apakah saudara tidak bisa mengontrol
sikap saat bekerja?
10. Apakah saudara tidak dapat tekun
dalam pekerjaan saat bekerja?
D.3 KELELAHAN FISIK
No Gejala Kesehatan SS S K TP
1. Apakah saudara mengalami sakit di
kepala?
2. Apakah saudara mengalami kaku di
bagian bahu setelah bekerja?
3. Apakah saudara mengalami nyeri di
punggung setelah bekerja?
4. Apakah nafas saudara tertekan saat
bekerja?
5. Apakah saudara sangat haus setelah
bekerja?
6. Apakah suara saudara menjadi serak
setelah bekerja?
7. Apakah saudara mengalami pusing
setelah bekerja?
8. Apakah kelopak mata saudara menjadi
kejang saat bekerja?
9. Apakah anggota badan saudara
bergetar (tremor) saat bekerja?u
10. Apakah saudara kurang sehat saat
bekerja?

LAMPIRAN 2
PRINT OUT SPPS

A. Output Analisis Univariat


1. Kelelahan Kerja

Statistics
Kelelahan
N Valid 100
Missing 0
Mean 41.48
Median 40.00
Mode 40
Std. Deviation 8.426
Minimum 30
Maximum 80

Statistics
Kelelahan_K1
N Valid 100
Missing 0

Kelelahan_K1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang skor 22-44 76 76.0 76.0 76.0
Tinggi skor 45-67 22 22.0 22.0 98.0
Sangat Tinggi skor 68-90 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Statistics
Kelelahan_K2
N Valid 100
Missing 0
Kelelahan_K2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kelelahan Tinggi >45 skor 24 24.0 24.0 24.0
Individu
Kelelahan Rendah <45 skor 76 76.0 76.0 100.0
individu
Total 100 100.0 100.0

2. Umur Responden
Statistics
Umur Responden
N Valid 100
Missing 0
Mean 28.89
Median 25.00
Mode 22
Std. Deviation 8.231
Minimum 20
Maximum 44

Statistics
Umur_K
N Valid 100
Missing 0

Umur_K
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tua > 35 Tahun 34 34.0 34.0 34.0
Muda <35 tahun 66 66.0 66.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
3. Status Gizi

Statistics
statusgizi
N Valid 100
Missing 0
Mean 23.14
Median 23.00
Mode 25
Std. Deviation 3.458
Minimum 17
Maximum 32

Statistics
StatusGizi_K1 StatusGizi_K2
N Valid 100 100
Missing 0 0

StatusGizi_K1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurus ( <17.0 - 18,4) 10 10.0 10.0 10.0
Normal (18,5 - 25,0) 66 66.0 66.0 76.0
Gemuk (25.1 - >27.0) 24 24.0 24.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

StatusGizi_K2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Normal IMT < 18,5 atau 49 49.0 49.0 49.0
> 25,0
Normal IMT 18,5 - 25,0 51 51.0 51.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
4. Massa Kerja

Statistics
Lama kerja di pt tersebut
N Valid 100
Missing 0
Mean 2.94
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation 1.023
Minimum 1
Maximum 5

Statistics
MassaKerja_K
N Valid 100
Missing 0

MassaKerja_K
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 3 Tahun 61 61.0 61.0 61.0
< 3 Tahun 39 39.0 39.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

5. Status Anemia

Statistics
Kadar Hemoglobin dalam darah
N Valid 100
Missing 0
Mean 12.449
Median 12.500
Mode 13.2
Std. Deviation 1.4005
Minimum 10.0
Maximum 15.0
Statistics
Anemia_K
N Valid 100
Missing 0

Anemia_K
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anemia <12,0 47 47.0 47.0 47.0
Normal 12,0-15,1 53 53.0 53.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

6. Pengetahuan

Statistics
Pengetahuan
N Valid 100
Missing 0
Mean 10.73
Median 10.00
Mode 10
Std. Deviation 1.090
Minimum 10
Maximum 16

Statistics
Pengetahuan_K
N Valid 100
Missing 0

Pengetahuan_K
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pengetahuan Buruk 59 59.0 59.0 59.0
Pengetahuan Baik 41 41.0 41.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
B. Output Analisis Bivariat
1. Hubungan Kelelahan dengan Umur Karyawati

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur_K * Kelelahan_K2 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

Umur_K * Kelelahan_K2 Crosstabulation


Kelelahan_K2
Kelelahan
Kelelahan Tinggi Rendah <45 skor
>45 skor Individu individu Total
Umur_K Tua > 35 Tahun Count 21 13 34
% within Umur_K 61.8% 38.2% 100.0%
% within Kelelahan_K2 87.5% 17.1% 34.0%
% of Total 21.0% 13.0% 34.0%
Muda <35 tahun Count 3 63 66
% within Umur_K 4.5% 95.5% 100.0%
% within Kelelahan_K2 12.5% 82.9% 66.0%
% of Total 3.0% 63.0% 66.0%
Total Count 24 76 100
% within Umur_K 24.0% 76.0% 100.0%
% within Kelelahan_K2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 24.0% 76.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 40.279a 1 .000
b
Continuity Correction 37.203 1 .000
Likelihood Ratio 40.574 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 39.877 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,16.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Umur_K (Tua 33.923 8.803 130.729
> 35 Tahun / Muda <35
tahun)
For cohort Kelelahan_K2 = 13.588 4.360 42.350
Kelelahan Tinggi >45 skor
Individu
For cohort Kelelahan_K2 = .401 .260 .616
Kelelahan Rendah <45 skor
individu
N of Valid Cases 100

2. Hubungan antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
StatusGizi_K2 * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
Kelelahan_K2

StatusGizi_K2 * Kelelahan_K2 Crosstabulation


Kelelahan_K2
Kelelahan Kelelahan
Tinggi >45 skor Rendah <45
Individu skor individu Total
StatusGizi_K2 Tidak Normal IMT < 18,5 Count 18 31 49
atau > 25,0 % within StatusGizi_K2 36.7% 63.3% 100.0%
% within Kelelahan_K2 75.0% 40.8% 49.0%
% of Total 18.0% 31.0% 49.0%
Normal IMT 18,5 - 25,0 Count 6 45 51
% within StatusGizi_K2 11.8% 88.2% 100.0%
% within Kelelahan_K2 25.0% 59.2% 51.0%
% of Total 6.0% 45.0% 51.0%
Total Count 24 76 100
% within StatusGizi_K2 24.0% 76.0% 100.0%
% within Kelelahan_K2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 24.0% 76.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.542a 1 .003
Continuity Correctionb 7.228 1 .007
Likelihood Ratio 8.833 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .003
Linear-by-Linear Association 8.457 1 .004
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,76.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for StatusGizi_K2 4.355 1.553 12.210
(Tidak Normal IMT < 18,5
atau > 25,0 / Normal IMT
18,5 - 25,0)
For cohort Kelelahan_K2 = 3.122 1.353 7.208
Kelelahan Tinggi >45 skor
Individu
For cohort Kelelahan_K2 = .717 .566 .908
Kelelahan Rendah <45 skor
individu
N of Valid Cases 100

3. Hubungan Antara Massa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MassaKerja_K * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
Kelelahan_K2
MassaKerja_K * Kelelahan_K2 Crosstabulation
Kelelahan_K2
Kelelahan
Kelelahan Tinggi Rendah <45 skor
>45 skor Individu individu Total
MassaKerja_K > 3 Tahun Count 19 42 61
% within MassaKerja_K 31.1% 68.9% 100.0%
% within Kelelahan_K2 79.2% 55.3% 61.0%
% of Total 19.0% 42.0% 61.0%
< 3 Tahun Count 5 34 39
% within MassaKerja_K 12.8% 87.2% 100.0%
% within Kelelahan_K2 20.8% 44.7% 39.0%
% of Total 5.0% 34.0% 39.0%
Total Count 24 76 100
% within MassaKerja_K 24.0% 76.0% 100.0%
% within Kelelahan_K2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 24.0% 76.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.381 1 .036
b
Continuity Correction 3.434 1 .064
Likelihood Ratio 4.671 1 .031
Fisher's Exact Test .054 .029
Linear-by-Linear Association 4.337 1 .037
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,36.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for MassaKerja_K 3.076 1.041 9.094
(> 3 Tahun / < 3 Tahun)
For cohort Kelelahan_K2 = 2.430 .988 5.972
Kelelahan Tinggi >45 skor
Individu
For cohort Kelelahan_K2 = .790 .642 .972
Kelelahan Rendah <45 skor
individu
N of Valid Cases 100

4. Hubungan Antara Status Anemia dengan Kelelahan Kerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Anemia_K * Kelelahan_K2 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

Anemia_K * Kelelahan_K2 Crosstabulation


Kelelahan_K2
Kelelahan
Kelelahan Tinggi Rendah <45 skor
>45 skor Individu individu Total
Anemia_K Anemia <12,0 Count 22 25 47
% within Anemia_K 46.8% 53.2% 100.0%
% within Kelelahan_K2 91.7% 32.9% 47.0%
% of Total 22.0% 25.0% 47.0%
Normal 12,0-15,1 Count 2 51 53
% within Anemia_K 3.8% 96.2% 100.0%
% within Kelelahan_K2 8.3% 67.1% 53.0%
% of Total 2.0% 51.0% 53.0%
Total Count 24 76 100
% within Anemia_K 24.0% 76.0% 100.0%
% within Kelelahan_K2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 24.0% 76.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 25.292 1 .000
b
Continuity Correction 22.988 1 .000
Likelihood Ratio 28.220 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 25.040 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,28.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Anemia_K 22.440 4.886 103.071
(Anemia <12,0 / Normal 12,0-
15,1)
For cohort Kelelahan_K2 = 12.404 3.080 49.963
Kelelahan Tinggi >45 skor
Individu
For cohort Kelelahan_K2 = .553 .421 .727
Kelelahan Rendah <45 skor
individu
N of Valid Cases 100

5. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kelelahan Kerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan_K * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
Kelelahan_K2

Pengetahuan_K * Kelelahan_K2 Crosstabulation


Kelelahan_K2
Kelelahan Kelelahan
Tinggi >45 skor Rendah <45
Individu skor individu Total
Pengetahuan_K Pengetahuan Buruk Count 13 46 59
% within Pengetahuan_K 22.0% 78.0% 100.0%
% within Kelelahan_K2 54.2% 60.5% 59.0%
% of Total 13.0% 46.0% 59.0%
Pengetahuan Baik Count 11 30 41
% within Pengetahuan_K 26.8% 73.2% 100.0%
% within Kelelahan_K2 45.8% 39.5% 41.0%
% of Total 11.0% 30.0% 41.0%
Total Count 24 76 100
% within Pengetahuan_K 24.0% 76.0% 100.0%
% within Kelelahan_K2 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 24.0% 76.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .305 1 .581
Continuity Correctionb .099 1 .753
Likelihood Ratio .303 1 .582
Fisher's Exact Test .638 .374
Linear-by-Linear Association .302 1 .583
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,84.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for .771 .306 1.944
Pengetahuan_K
(Pengetahuan Buruk /
Pengetahuan Baik)
For cohort Kelelahan_K2 = .821 .409 1.649
Kelelahan Tinggi >45 skor
Individu
For cohort Kelelahan_K2 = 1.066 .847 1.341
Kelelahan Rendah <45 skor
individu
N of Valid Cases 100
LAMPIRAN 3

a. Struktur Organisasi PT. Agri Wangi Indonesia


b. Kebijakan K3 Di PT. Agri Wangi Indonesia dan Sertifikat-Sertifikat
terkait K3

Sertifikat ISO 22000:2005 tentang food safety management system yang di miliki PT Agri
Wangi Indonesia
Sertifikat OHSAS 18001:2007 yang yang di miliki PT Agri Wangi Indonesia

Sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP) yang yang di miliki PT Agri Wangi
Indonesia
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6

HASIL UJI TURNITIN


LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 8

LEMBAR CEKLIS MANAJEMEN PT. AGRI WANGI


INDONESIA
No Daftar Pernyataan Pemeriksaan Ya Tidak Keterangan
Apakah disediakan alat pelindung diri yang
1 sesuai dengan bahaya kerja serta dalam V
keadaan baik untuk digunakan?
Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai
2 V
ketentuan?
Apakah ada materials safety data sheet untuk
3 V
pengendalian bahaya kimia berbahaya?
Apakah ada prosedur tetap untuk pengendalian
4 bahan-bahan yang mudah terbakar dan V
meledak?
Untuk menentukan bahaya-bahaya potensial
5 apakah digunakan “HAZOPS” (hazard V
operability studies)?
Apakah ada petunjuk tertulis pengendalian dan
6 V
penanggulangan keadaan darurat?
Apakah tanda-tanda peringatan dipasang di
7 V
tempat-tempat berbahaya?
Apakah ada prosedur untuk memasuki
ruangan tertutup (confined space) yang
8 V
mencakup pengecekan pendahuluan, ventilasi,
alat-alat pelindung diri dan lain-lain?
Apakah nomor-nomor telepon untuk keadaan
9 V
darurat dipajang dengan jelas?
Apakah saran ventilasi untuk pengendalian
10 V
bau, uap, asap, dan debu memenuhi syarat?
Apakah ada pintu dan jalan penyelamatan
11 V
dengan jumlah yang memadai?
Apakah para anggota Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mendapat
12 V
latihan K3 sesuai tugas dan fungsinya menurut
Undang-undang No. 1 Tahun 1970?
Apakah perusahaan telah mempunyai
13 perizinan keselamatan dan kesehatan kerja V
yang diperlukan dari instansi berwenang?
Apakah perusahaan telah ikut serta dalam
14 V
program JAMSOSTEK?
Apakah para manajer menerapkan manajemen
15 V
risiko(risk management)?
16 Apakah perusahaan mengasuransikan V
kebakaran, peledakan, dan ganti rugi lainnya?
Apakah keselamatan dan kesehatan kerja
17 dimasing-masing bidang pekerjaan secara V
teratur dikaji ulang dan dimutakhirkan?
Apakah perusahaan mempunyai Panitia Belum bekerjasama
18 V
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja? dengan pihak luar
Apakah diadakan pertemuan berkala antara
pekerja dengan petugas keselamatan dan
19 kesehatan kerja untuk mendiskusikan V
masalah-masalah keselamatan dan kesehatan
kerja ?
Apakah pemasangan poster K3 sebelumnya
20 V
sudah direncanakan dengan baik ?
Apakah terdapat sarana dan fasilitas
21 (film,video,dan lain-lain ) untuk dan V
pembinaan pekerja ?
Apakah SOP di PT. Agri Wangi sudah
22 V
sesuai ?
23 Data-data Kepegawaian Lengkap atau tidak ? V
24 Ketersedian APD apakah lengkap ? V
25 Apakah semua karyawan di MCU ? V

Anda mungkin juga menyukai