Anda di halaman 1dari 8

Bisakah Arsitektur ‘Lari’ dari Geometri?

>> Kembali ke Volume 1 No. 1 (2007)

Muhamad Fakhri Aulia

Geometri dalam pengertian dasar adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari

pengukuran bumi dan proyeksinya dalam sebuah bidang dua dimensi. Cabang ilmu ini

pun berkembang sesuai dengan perkembangan arsitektur yang pada dasarnya memiliki

keterkaitan satu sama lain. Satu hal yang menjadi pemikiran saya dalam melihat

arsitektur adalah bahwa seorang perancang tidak bisa ‘lari’ dari geometri. Pernyataan

‘lari’ disini adalah apa pun yang kita lakukan dalam merancang suatu rancangan, tidak

bisa lepas begitu saja tanpa melihat geometri dari rancangan tersebut. Dunia arsitektur

telah membuka mata saya bahwa tidak ada batasan dalam geometri. Tidak ada suatu

titik dimana kita tidak perlu lagi memikirkan geometri dari sebuah rancangan.

Seluruhnya mempunyai aturan geometri. Mungkin memang bukan aturan geometri

mendasar seperti yang dikemukakan oleh Euclid dalam 13 buku Euclid’s Elements-nya,

tetapi lebih luas lagi pengertian geometri mencakup kenyataan bahwa selalu saja ada

aturan, selalu saja ada alasan atau argumentasi mengapa sebuah bentuk itu memiliki

bentuk yang demikian. Dalam tulisan singkat ini saya akan memberikan penjabaran

bahwa dalam arsitektur kita tidak bisa ‘lari’ dari geometri. Tidak ada bentuk, rancangan,

konsep dalam arsitektur yang bisa lepas dari geometri. Dengan kata lain geometri

dalam arsitektur bersifat mengikat.

Definisi

Geometri: Geometri dalam pembahasan ini adalah bukan hanya geometri yang terkait

dengan ilmu ukur bumi atau penggambaran proyeksi muka bumi dalam selembar kertas

dengan elemen titik, garis dan bidang, tetapi mencakup geometri yang terkandung

dalam proses perancangan termasuk topologi.

Arsitektur: Hasil dari proses merancang sebuah wadah bagi manusia yang memiliki

fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan dengan memasukkan nilai-nilai tambah lain.

Mengikat: Mengikat disini berarti memberikan aturan-aturan sebagai acuan dimana

aturan-aturan tersebut selalu bisa diaplikasikan dalam semua hal.

Argumentasi
Untuk mendukung pernyataan bahwa geometri dalam arsitektur memiliki sifat

mengikat, saya mempunyai 3 buah argumentasi yang saling terkait yaitu:

Pertama, geometri merupakan alat dasar berkembangnya arsitektur.

Kedua, geometri sebagai cabang ilmu pengetahuan berkembang cepat untuk bisa

digunakan dalam proses perancangan arsitektur.

Ketiga, perkembangan geometri yang begitu luas sudah menciptakan cabang ilmu baru

yang terkait sehingga tidak ada suatu arsitektur yang tidak berada dalam pembahasan

geometri.

Ketiga argumentasi ini merupakan sebuah kesatuan terkait yang merupakan pemetaan

perkembangan geometri sesuai dengan perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan.

Geometri merupakan alat dasar berkembangnya arsitektur.

Arsitektur terlahir akan adanya dorongan kebutuhan manusia yang hidup di dunia ini.

Kebutuhan untuk mempertahankan keberadaan diri manusia membuat manusia untuk

memikirkan cara untuk berlindung dari hal-hal yang bisa mengancam keselamatannya.

Pada jaman dahulu, arsitektur lahir dari proses trial and error, tanpa perancangan.

Tujuannya hanya satu yaitu melindungi diri sendiri. Pada saat itulah geometri terlahir.

Ilmu untuk mengukur bumi mulai berkembang seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan manusia. Jadi, arsitektur menggunakan ilmu geometri untuk mulai

memahami konsep dasar bentuk yang nantinya akan diaplikasikan langsung di

permukaan bumi.

Dokumentasi tertua dalam geometri ditemukan di Mesopotamia, Mesir dan Lembah

Indus sekitar 3000 tahun sebelum Masehi [1]. Dokumentasi ini berisikan tentang

konsep panjang, sudut, luasan dan volume yang pada saat itu dikembangkan untuk

keperluan praktis dalam konstruksi, survey dan astronomi. Lalu barulah pada tahun 300

sebelum Masehi buku teks terpenting dalam geometri ditulis oleh Euclid yang memuat

definisi dasar elemen-elemen dalam geometri [2]. Definisi elemen tersebut lalu menjadi

sebuah patokan geometri selama lebih dari 21 abad (3 abad sebelum Masehi dan 18

abad setelah Masehi) sampai pada abad ke-19 ditemukannya sebuah konsep bentuk

non-Euclidian, oleh matematikawan Rusia Nikolai Ivanovich Lobachevsky [3].

Pada waktu yang bersamaan (abad ke-19 sampai abad ke-20) arsitektur mengalami

suatu perubahan yang sangat pesat. Muncul konsep-konsep baru yang menjadi patokan

rancangan pada masa tersebut. Louis Sullivan dengan ungkapan “form follows function”
memicu perkembangan gaya modern dalam arsitektur. Revolusi industri di Inggris juga

mendorong perubahan yang signifikan dalam arsitektur, yaitu international style yang

diprakarsai oleh arsitek-arsitek muda seperti Mies van der Rohe, dengan menggunakan

teknologi terbaru hasil dari revolusi industri. Dalam masa ini geometri digunakan sebgai

alat utama dalam merancang sebuah komposisi yang lalu dikembangkan dengan

sentuhan modern, sehingga muncul ucapan “less is more”.

Namun seperti halnya dengan arsitektur, geometri tidak berhenti di situ. Pada saat

arsitektur mencapai perkembangan untuk bisa mengatakan “less is bore” dan “think

outside the box”, geometri sudah mengembangkan cabang geometri berjudul Topologi

selama lebih dari 300 tahun. Solusi akan permasalahan Königsburg Bridge sudah

terjawab oleh Leonhard Euler pada tahun 1736 [4]. Topologi pun digunakan dalam

arsitektur kota sebagai sarana informasi yang jelas dan memang sesuai dengan yang

dibutuhkan. Penggunaan topologi pada peta sistem transportasi dilakukan pertama kali

di Inggris untuk menggambarkan peta skematis kereta bawah tanah oleh Harry Back

pada tahun 1931.

Gambar 1. Peta London Tube dengan Topologi [5]

Gambar 2. Peta London Tube tanpa Topologi [6]


Informasi yang terkandung dalam peta topologi adalah informasi terpenting yang kita

butuhkan dalam sistem transportasi yaitu bagaimana hubungan antara satu titik dan

titik lain.

Geometri, sebagai cabang ilmu pengetahuan, berkembang cepat


untuk bisa digunakan dalam proses perancangan arsitektur.

Geometri merupakan sebuah cabang ilmu matematika yang memiliki perkembangan

yang sebanding dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Perkembangan geometri

saat ini bisa digunakan untuk proses perancangan arsitektur yaitu [7]:br>

Practical Geometry: Geometri dasar yang ditujukan untuk keperluan praktis seperti,

panjang, lebar, sudut, luasan, volume dll.

Axiomatic Geometry: Sebuah cara untuk menghitung jarak dari sebuah titik ke titik lain

yang tidak bisa dilakukan dengan mengukur.

Geometric Construction: Metode penggambaran bentuk-bentuk geometri dasar dengan

menggunakan jangka dan penggaris.

Numbers in Geometry: Angka-angka dalam geometri dimunculkan oleh Phytagoras

dengan rumus segitiga siku-sikunya yang kemudian disadari bahwa angka Fibonacci

memegang sebuah peran besar dalam proporsi yang ada di dunia ini.

Geometry of Position: Dalam geometri posisi bisa dinyatakan dalam sebuah diagram

kartesius yang setiap angka memiliki nilai tertentu dalam menentukan posisi sebuah

titik. Hal ini lalu dikembangakan menjadi sebuah system GPS (global Positioning

System).

Geometry beyond Euclid: Geometri non-euclidian yang pada dasarnya merupakan

perkembangan lanjutan dari Euclid memberikan bentuk-bentuk geometri baru dalam

proporsi yang berbeda dengan proporsi golden section.

Symmetry: Merupakan geometri yang mendasar dan memunculkan sifat kesempurnaan

dalam keesimbangan.

Modern Geometry: Geometri modern merupakan sebuah pengembangan geometri lebih

dalam lagi kepada bidang-bidang lain seperti matematika dan pemetaan. Topologi

merupakan bagian dari geometri modern yang pada dasarnya makna geometri itu

sendiri sudah mengalami pergeseran namun tetap memiliki unsur-unsur geometri.

Dari kedelapan kategori diatas terlihat bahwa keterkaitan geometri dalam arsitektur itu

sangat mendalam. Kita tidak bisa memisahkan antara arsitektur dan geometri. Kita

tidak bisa merancang sebuah arsitektur tanpa mempertimbangkan geometri.


Perkembangan geometri yang begitu luas sudah menciptakan
cabang ilmu baru yang terkait sehingga tidak ada suatu arsitektur
yang tidak berada dalam pembahasan geometri.

Geometri saat ini sangat luas cakupannya. Hampir seluruh bidang yang terkait dalam

Arsitektur memiliki makna geometri. Untuk memperjelas, saya membagi menjadi 3

kategori bidang yang terkait dalam geometri dan arsitektur yaitu matematika, alam dan

seni:

Matematika:

Memang awalnya geometri merupakan ilmu turunan langsung dari matematika. Dari sini

seluruh ketentuan dasar definisi dari titik, garis, bidang, sudut, bentuk dua dimensi dan

3 dimensi dasar yang hampir selalu digunakan dalam arsitektur.

Alam:

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, saat ini ditemukan bentukan-bentukan

geometri yang ada di alam ini [8]. Unsur terkecil di alam semesta ini memiliki susunan

geometri baik itu bentuk bola, ataupun gugusan sambungan yang berbentuk segi tiga,

segi empat, segi lima, dan seterusnya. Tata surya dan system perbintangan lain juga

memiliki geometri yang tersusun secara rapi. Tak lupa pula bentuk geometri yang ada

di dunia biologi. Bentukan segi enam yang ada pada sarang lebah, tulangan pada

dedaunan, bantuk pintalan sarang laba-laba, semuanya memiliki komposisi geometri.

Arsitektur sekarang ini sudah banyak memasukkan unsur biologi dalam

perancangannya, mulai dari proporsi, bantuk modul, atau bahkan tulangan dari daun

pun bisa dijadikan konsep perancangan. Disini terlihat bukti lain bahwa Arsitektur tidak

bisa lepas dari geometri.

Seni:

Dalam bidang seni, geometri menjadi patokan komposisi dan bentuk. Baik itu dalam

seni dua dimensi atau tiga dimensi. Komposisi dalam sebuah lukisan atau komposisi

dalam susunan patung. Dalam seni musik, komposisi nada-nada baik tinggi maupun

rendah mengandung unsur geometri. Arsitektur juga bisa dirancang dari sebuah

terjemahan karya seni baik itu dari karya seni dua dimensi, tiga dimensi atau bahkan

dari musik [9]. Hal ini juga mendukung bahwa arsitektur yang terkait dengan dunia seni

tidak lepas dari geometri.

Kesimpulan
Dari penjabaran di atas kita dapat melihat bahwa geometri telah mengalami suatu

perkembangan yang sangat pesat dari kemunculannya pertama kali. Demikian pula

arsitektur. Pada saat ini proses perancangan merupakan inti dari sebuah perancangan

arsitektur. Keduanya berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada saat-

saat geometri digunakan sebagai alat untuk mencapai sebuah rancangan arsitektur. Ada

pula saat-saat geometri digunakan untuk menjelaskan sebuah arsitektur untuk

dipelajari proses merancangnya.

Geometri sekarang ini sudah berkembang menjadi sebuah bidang yang sangat luas.

Hampir semua yang ada di dunia ini bisa dikaitkan dengan geometri. Dengan demikian,

arsitektur pun tidak luput dari geometri. Arsitektur yang proses perancangannya

sederhana (hanya merupakan susunan komposisi dan proporsi) sampai arsitektur yang

proses perancangannya sangat kompleks (dengan memasukkan parameter-parameter

kebutuhan manusia, bahkan parameter waktu) semuanya memiliki unsur-unsur

geometri yang harus dikaji dan dipelajari. Ide apa pun yang ada di dalam kepala kita

sebagai awal ide perancangan, bisa kita kaitkan ke geometri untuk lebih memperkaya,

bukan hanya bentuk, melainkan juga sirkulasi dan esensi yang ada dalam rancangan

kita. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa dalam merancang sebuah arsitektur

tidak bisa lari dari geometri. Geometri dalam arsitektur memiliki sifat mengikat, karena

sebagai perancang tidak bisa tidak mempertimbangkan geometri.

Referensi

[1] History of Geometry - http://en.wikipedia.org/wiki/Geometry, diakses pada 31 Mei

2007.

[2] Euclid’s Elements - http://aleph0.clarku.edu/~djoyce/java/elements/toc.html,

diakses pada 31 Mei 2007.

[3] Nikolai Ivanovich Lobachevsky - http://www-history.mcs.st-

andrews.ac.uk/Biographies/

Lobachevsky.html, diakses pada 31 Mei 2007.

[4] A History of Topology - http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/

Topology_in_mathematics.html, diakses pada 31 Mei 2007.

[5] Maths is good for you - http://www.mathsisgoodforyou.com/topicsPages/topology/

topologytopics.htm, diakses pada 1 Juni 2007.


[6] London’s 2nd gift to the world - http://london.metblogs.com/archives/2006/

12/post_21.phtml, diakses pada 1 Juni 2007.

[7] Geometry - http://en.wikipedia.org/wiki/Geometry#Modern_geometry, diakses pada

1 Juni 2007.

[8] Nature’s Geometry - http://www.buckminster.info/Ideas/01-Intro-Geom.htm,

diakses pada 2 Juni 2007.

[9] Fibonacci Numbers and The Golden Section in Art, Architecture and Music -

http://www.mcs.surrey.ac.uk/Personal/R.Knott/ Fibonacci/fibInArt.html#music, diakses

pada 2 Juni 2007.

Book Review: Architecture After Geometry »


Write a comment

Name:

E-mail:

URL:

Message:

Submit!

ISSN 2085-7810
 Tentang arsitektur.net
 2009
o Volume 3 No. 3
o Volume 3 No. 2
o Volume 3 No. 1
 2008
o Volume 2 No. 4
o Volume 2 No. 3
o Volume 2 No. 2
o Volume 2 No. 1
 2007
o Volume 1 No. 2
o Volume 1 No. 1
 Editor
 Edisi selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai