M Ridwan Lubis
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E-mail: ridwan.lubis@uinjkt.ac.id
Naskah diterima redaksi tanggal 7 April 2015, diseleksi 15 Juli dan direvisi 22 Juli 2015
Abstract Abstrak
Ahlussunnah wal Jamaat was an icon of Teologi Ahlussunnah wal Jamaah sebagai
ikon pemahaman teologi umat Islam di
theological understanding used in the
Indonesia merupakan hasil pilihan pada
past as Islamic approach for Muslims in masa lalu sebagai sebuah pendekatan
Indonesia referring to preservation of islamisasi yang mengacu kepada
balance condition. On the other hand, this pemeliharaan suasana equlibrium. Pada
theological understanding was effective satu sisi, model pemahaman teologi
tersebut, cukup ampuh untuk melakukan
enough to reach islamization process
proses islamisasi tanpa menimbulkan
without causing social upheaval; however kegoncangan sosial, tetapi kelemahan
it was weak to transform social system. pendekatan ini tidak efektif untuk melakukan
Then community had conversion into transformasi dalam berbagai pranata sosial.
Islam but their social system in economy, Sehingga yang terjadi adalah komunitas
mengalami konversi ke dalam Islam tetapi
politics, education, and law were
pranata sosial mereka baik dalam bidang
controlled by local tradition or western ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan
modernism manipulation. This situation sebagainya lebih dikendalikan oleh tradisi
changed after 1970s when reorganization lokal atau rekayasa modernisme barat.
in teaching Islam occurred by introducing Keadaan itu mulai mengalami perubahan
citra setelah dekade 1970-an dengan
the distinction between Islam teaching terjadinya reorganisasi pengajaran Islam
and Islamic culture. However, these ideas dengan memperkenalkan distingsi Islam
were getting reaction from intellectual ajaran dengan Islam budaya. Akan tetapi,
Muslims. The greatest goal of Ahlussunnah gagasan tersebut memperoleh reaksi yang
cukup keras dari sesama intelektual muslim.
wal Jamaah theology was formulating
Prestasi terbesar dari teologi Ahlussunnah
a synergy among the Islamic discourse, wal Jamaah adalah merumuskan sinergi
democracy, and nationality at NU Congress antara wacana keislaman, demokrasi
in Situbondo in 1984, so Indonesia as a dan kebangsaan pada Muktamar NU di
country based on Pancasila was considered Situbondo pada tahun 1984, sehingga
Indonesia sebagai negara berdasarkan
as the final form of Islam toward the
Pancasila dipandang sebagai bentuk final
statehood concept. tuntutan Islam terhadap konsep kenegaraan
di Indonesia.
Keywords: Theology, Nationality,
Civilization Kata kunci: Teologi, Kebangsaan,
Peradaban
perilaku sifatnya kongkret karena dapat lalu yang kemudian dibimbing primus
diamati baik dalam tindakan maupun interpares secara arif menempatkan diri
tutur kata yang kemudian disebut berada pada dua posisi tersebut.
bahasa; 3). Wujud artefak disebut juga
kebudayaan fisik yaitu seluruhnya Model kepercayaan animisme dan
merupakan hasil fisik. Sifatnya paling diamisme merupakan aktualisasi dari
kongkret dan bisa diraba, dilihat dan perasaan ketidakberdayaan manusia
didokumentasikan. Agama telah pernah berhadapan dengan alam semesta. Siklus
menciptakan terjadinya perubahan sosial pergantian musim membawa pengaruh
yang dahsyat dalam kehidupan manusia. terhadap kehidupan manusia. Oleh
karena pergantian musim tersebut sering
Setidaknya terdapat dua kasus menimbulkan suasana kedahsyatan
perjalanan sejarah yang dapat dijadikan maka manusia menjadi tidak berdaya
bukti terjadinya revolusi kebudayaan dan kemudian mencari pelarian dari
yaitu peradaban Islam yang terjadi antara berbagai ancaman kehidupan mereka.
abad ketujuh sampai tiga belas masehi. Pemuka masyarakat, primus interpares,
Selain itu, etos Protestan yang menjadi melakukan penafsiran, penyederhanaan
pemicu lahirnya kapitalisme Eropa dan perumusan logika terhadap berbagai
yang merambah negeri-negeri di Asia, peristiwa alam semesta. Akibatnya,
Afrika maupun Amerika Latin. Cabang- muncul tokoh yang memiliki hubungan
cabang Protestanisme seperti Calvinisme,
dengan kekuatan supranatural serta
Methodisme, Baptisme lebih berorientasi
munculnya jalan keluar untuk mengatasi
pada kehidupan duniawi. Kecerdasan
berbagai kesulitan itu melalui pendekatan
dalam berbisnis ini terungkap dalam
mistik dan dogmatik. Ketokohan primus
ide panggilan dan kesalehan agama
interpares itu tidak hanya sekedar
terungkap dalam ide takdir, bahwa
dipahami sebagai sosok biasa akan tetapi
pencapaian keampunan dan keselamatan
memiliki kekuatan luhur yang melekat
di akhirat sepenuhnya ditentukan oleh
pada diri kepercayaan yang diebut
takdir kekuasaan dan kehendak Tuhan
(Sztompka, 2008: 276-277) messianistik dan millenaristik. Messianistik
adalah kepercayaan tentang hak privilege
Budaya nusantara sebagai artikulasi orang tertentu sebagai penyelamat
keberagamaan, merupakan kumpulan dan millenaristik adalah kepercayaan
keseluruhan sistem, gagasan, tindakan atas akan datangnya tokoh pembaharu
dan hasil karya manusia yang ada di pada setiap seribu tahun. Ketokohan
nusantara. Budaya nusantara mempunyai pemimpin spiritual memperoleh privelege
watak yang majemuk yang kesemuanya kewibawaan karena didukung oleh
berdasar kepada kepercayaan terhadap adanya dua profesionalitas yaitu spiritual
zat yang memiliki kekuasaan tidak power yang dimaknai sebagai kewibawaan
terbatas. Dalam rangka mendekatkan kerohanian yang mampu menjembatani
diri kepada zat yang kuasa tersebut maka hubungan mikro kosmos dengan makro
konstruksi budaya nusantara terbentuk kosmos dan demikian pula sebaliknya.
melalui pola relativitas antara subyek Sedangkan profesionalitas kedua adalah
dengan obyek. Pola kepercayaan itu, temporal power yaitu kemampuan tokoh
keberadaan manusia diri di alam semesta menjadi pengelola kehidupan sosial
berada dalam keraguan antara sebagai dalam berbagai aspeknya mulai dari
subyek yaitu mempengaruhi alam semesta keluarga, pertanian, ekonomi, tradisi
atau obyek yaitu yang dipengaruhi alam budaya dan lain sebagainya. Dari dua
semesta. Atas dasar itu, berdasarkan hasil keterampilan tersebut maka tokoh primus
pengalaman serta refleksi terhadap masa
interpares muncul sebagai sumber rujukan
komitmen selama ini terhadap Islam tetap diawasi seperti kasus pelaksanaan
adalah Islam Budaya. Pemahaman ibadah haji sehingga tidak berkembang
keislaman yang bisa mengantarkan menjadi gelombang kekuatan politik.
seseorang kepada Islam yang radikal Terakhir, Islam politik dipandang pihak
adalah ketika mengambil jarak dari kolonial sangat berbahaya dengan
budaya dan menggali pengertian Islam merujuk kepada berbagai kejadian
dari sumbernya. Kesalahan itu tentu saja di Timur Tengah, Afrika dan Eropa.
tidak bisa ditimpakan kepada masyarakat Pihak kolonial tidak memberi peluang
di lapisan bawah. Penyebab utamanya berkembangnya Islam politik. Partai politik
adalah keengganan sebagian kaum Islam pertama di Indonesia yang bernama
terpelajar muslim untuk terjun langsung PERMI yang dipimpin oleh Muchtar Lutfi
kepada pendalaman radikal Islam dan Al Ansori dan HA Gaffar Ismail langsung
tidak menggantungkan pemahaman dibubarkan sebelum sempat berkembang
kepada Islam Budaya. Islam Budaya akan (Noer,1978: 153) .
datang sendiri sebagaimana dahulu
juga para muballig menyampaikan
Islam dengan pengertian radikal namun Kekuatan dan Kelemahan Islam
oleh karena perjalanan waktu, pola Nusantara
pemahaman itu menerima berbagai
identitas baru sehingga menjelma menjadi Islam disebarkan di nusantara
Islam Budaya. Terjadinya perubahan yang melalui dakwah. Hal ini berbeda dengan
lebih mengedepankan Islam Budaya penyiaran Islam yang terjadi pada
disebabkan karena intelektual muslim sebagian dunia yang lain seperti Afrika,
tidak berani atau kurang memberi Asia Timur, Asia Selatan, sebagian Eropa
perhatian memperkenalkan Islam Ajaran yang disebarkan melalui penaklukan
sehingga masyarakat secara reflektif (futuhat). Hasilnya adalah penyusupan
dibentuk oleh berbagai format budaya secara damai. Kekuatan Islam di
lokal. nusantara adalah Islam tumbuh dan
berkembang menjadi milik masyarakat
Selanjutnya persepsi teologi yang karena berhasil ditanamkan dalam
fatalistik ini diperkuat lagi dengan keyakinan masyarakat sebagai milik
persepsi masyarakat terhadap konsep asli (genuine) Indonesia yang semula
dalam tasawuf yang disebut zuhd yang barang yang hilang dan ditemukan
dipahami dengan meninggalkan dunia kembali. Karena Islam menjadi milik asli
secara mutlak karena dunia penuh maka para mubalig yang datang hanya
dengan berbagai kemungkaran. Hal ini sekedar agen yang memperkenalkan
menjadi peluang yang dimanfaatkan Islam kepada masyarakat. Hsilnya
pula oleh penjajah melemahkan etos adalah, kolonialisme yang bercokol
keislaman. Dalam peta pemikiran yang puluhan bahkan ratusan tahun ternyata
disusun oleh penasehat kolonial untuk tidak mampu membongkar Islam
urusan pribumi mengklasifikasi Islam dari keyakinan masyarakat sekalipun
dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, berbagai cara telah mereka lakukan.
Islam ritual yang tidak hanya dibebaskan Kekuatan Islam yang menghambat laju
untuk dilaksanakan namun justeru pihak pergerakan kolonialisme di berbagai
kolonial berupaya untuk membantunya. pedesaan dilakukan oleh para kiai, santri
Bantuan yang diberikan pihak kolonial dan masyarakat setempat. Prof Sartono
terhadap pelaksanaan Islam Ritual Kartodirjo melukiskan perlawanan
bertujuan untuk membangun citra positif petani Banten melawan kolonial muncul
terhadap kaum penjajah. Kedua, Islam dari para santri tarekat dan petani yang
sosial yang diberikan kebebasan namun bahu membahu melawan kolonial.
Kuatnya semangat perlawanan mereka antara Islam satu daerah bisa berbeda
dipicu oleh etos kejuangan yang disebut dengan Islam di daerah lainnya. Hal
Sartono dengan asketisme intelektual yaitu itu menunjukkan sebagaimana yang
kerelaan menunda kenikmatan semntara disebut Syah Wali Allah Al Dihlawi
untuk meraih kenikmatan yang abadi. dalam kitabnya Hujjat Allah Balighah,
Tumbuhnya semangat nasionalisme di bahwa Islam itu selalu muncul dalam
nusantara dipicu oleh term-term agama dua bentuk yaitu Islam Universal dan
yang digunakan menjadi pengungkit Islam Lokal. Islam Universal adalah Islam
nasionalisme seperti kesatuan arah kiblat, yang dipahami dan diamalkan secara
kesatuan kepemimpinan melalui sholat, bersama oleh seluruh umat Islam tanpa
kesamaan waktu berpuasa dan berbuka, membedakan bentuk budaya, geografis,
ibadah haji dan lain sebagainya. Puncak idiologi politiknya. Sedang yang kedua
dari kesadaran nasionalisme ini adalah adalah Islam lokal yaitu aktualisasi Islam
ketika KH. Hasyim Asy`ari mengeluarkan yang berbeda antara satu daerah lainnya
Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober terkait dengan respon masyarakat dalam
1945 yang kemudian memicu lahirnya menyikapi berbagai peristiwa sosial
pertempuran 10 November 1945 di mulai dari proses kelahiran, perkawinan
Surabaya yang menewaskan Brigadir maupun kematian di samping berbagai
Jenderal Mallaby, seorang perwira tinggi aktivitas sosial lainnya. Mereka memiliki
tentara NICA. Isi dari Resolusi Jihad itu berbagai kreativitas dalam menunjukkan
adalah sebagai berikut: 1). Kemerdekaan unsur Islam dalam kreasi budayanya.
Indonesia yang diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib Kelemahan Islam Nusantara adalah
dipertahankan; 2). Republik Indonesia orientasi dalam bidang pendidikan
sebagai satu-satunya pemerintah yang yang hanya memadukan pendidikan
sah wajib dibela dan pertahankan; 3). dengan pola yang lama. KH. Wahid
Musuh Republik Indonesia terutama Hasyim dan KH. M. Ilyas, keduanya
Belanda yang datang membonceng pernah menjadi Menteri Agama RI pada
tentara Sekutu (Inggris) dalam masalah masa Pemerintahan Soekarno, pada
tawanan perang bangsa Jepang, tentulah tahun 1930-an pernah mempelopori
akan menggunakan kesempatan politik model pendidikan yang memasukkan
dan militer untuk kembali menjajah unsur-unsur perkembangan modern
Indonesia; 4). Umat Islam terutama dalam pola pendidikan di Pesantren
Nahdlatul Ulama wajib mengangkat Tebuireng Jombang sebagai sebuah
senjata melawan Belanda dan kawan- pengantar menuju sistem pendidikan
kawannya yang hendak kembali menjajah yang integrative dan holistik (Zuhri,
Indonesia; 5). Kewajiban tersebut adalah 2009: 24-25). Menurut Prof. Mulyadhi
suatu jihad yang menjadi kewajiban tiap Kartanegara, dua system pendidikan
orang Islam (fardu ‘ain) yang berada pada itu pada hakikatnya adalah satu karena
jarak radius 94 km (jarak di mana umat merupakan perpaduan dari ‘ilm al
Islam diperkenakna sembahyang Jama’ tadwiniyat dan ‘ilm kauniyat (Kartanegara,
dan Qasar). Adapun mereka yang berada 2005: 22). Penyebab keengganan pesantren
di luar jarak tersebut berkewajiban melakukan modernisasi sistim pendidikan
membantu saudara-saudaranya yang di pesantren pada dasarnya disebabkan
berada dalam jarak radius 94 km itu karena motivasi ghirah kepada Islam
(Zuhri, 2013:.323). sehingga khawatir terjadi pelemahan
terhadap Islam. Kelemahan berikutnya
Perkembangan Islam di nusantara Islam Nusantara adalah keterlambatan
kemudian diperkaya dengan berbagai mentautkan Islam dengan perkembangan
tradisi yang saling berkembang sehingga modern sehingga karena alam pikiran
yang amat penting dalam menumbuhkan dahulu melalui tradisi Hinduisme dan
peradaban Islam Nusantara. Keberadaan Buddhisme. Di balik itu, sekaligus juga
Indonesia sebagai poros peradaban Islam dapat bersikap akomodatif terhadap
Islam ditentukan oleh jumlah populasi proses transformasi perkembangan
terbesar umat Islam di dunia, karakter masyarakat yang telah melewati fase
keislaman yang toleran, khazanah agraris menuju kepada fase industri.
lembaga pendidikan keislaman, integrasi
Islam ke dalam pernik-pernik budaya. Kedua, dengan sikap teologi
Hal itu menjadi modal sosial (social Ahlussunnah wal Jamaah yang fleksibel
capital) tampilnya Indonesia yang akan diharapkan dapat menetralisir aliran
menjadi pusat peradaban Islam di masa teologi yang dikembangkan oleh
depan. Namun demikian, tentu saja hal kelompok pemikiran radikalisme Islam
itu tidaklah berlangsung mulus manakala di Indonesia yang menjadi trend pada
tidak diimbangi oleh adanya rekayasa paruh terakhir abad 20. Karena teologi
intervensi baik oleh kalangan intelektual Ahlussunnah wal Jamaah membangun
terlebih lagi oleh kebijakan birokrasi kekuatan teologi yang menjadi pijakan
pemerintahan. Tampilnya Indonesia lahirnya ekilibrium dalam memandang
menjadi pusat peradaban Islam pada dinamika sosial, politik dan budaya
dasarnya akan menolong pemerintah di tengah dinamika peralihan menuju
dalam memajukan pembangunan di perkembangan modern. Keseimbangan
Indonesia karena akan lahir generasi yang
pendulum dinamika sosial itu hanya
memiliki pola pemikiran yang terbiasa
akan bisa bertahan manakala pemikiran
untuk mencari esensi dibanding simbol.
teologi Islam memiliki pijakan dari
sumber utama ajaran Islam dan sekaligus
responsif terhadap perubahan zaman.
Penutup Dengan demikian diharapkan akan
Pemikiran dalam bidang terjadi kesinambungan (continuity) dan
teologi beraliran Ahlussunnah wal perubahan (change) dalam kerangka
Jamaah menurut pandangan sebagian pemeliharaan tradisi lama yang masih
merupakan faktor kelemahan Islam dipandang baik dan menggali berbagai
Nusantara ketika melakukan rekayasa gagasan baru guna menghasilkan yang
terhadap gagasan pembentukan lebih baik (al muhafazat ‘ala al qadim al
peradaban Islam. Akibatnya, orientasi shalih wa al akhdz bi al jaded al ashlah).
pandangan teologi menjadi lemah yang Ketiga, teologi Ahlussunnah wal
semestinya diharapkan bersifat dinamis, Jamaah menjadi landasan melanjutkan
kreatif dan inovatif menuju terbentuknya tradisi kerukunan yang dapat
sebuah peradaban Islam khas Indonesia.
memperkuat kehidupan berbangsa
Akan tetapi pada sisi lain patut juga
dengan meramu pluralitas sosial menjadi
dipertimbangkan pandangan lain yang
sebuah kekuatan yang terjalin khususnya
melihat bahwa aliran teologi Ahlussunnah
antara paham keberagamaan dengan
wal Jamaah yang berkembang di Indonesia
kebangsaan di dalam wadah Negara
sebagai sebuah sikap kesyukuran karena
Kesatuan Republik Indonesia. Akan
dengan teologi Ahlussunnah wal Jamaah
tetapi, sebagai sebuah aliran pemikiran
sekaligus terjawab dua dinamika sosial.
harus disadari kebenarannya selalu
Pertama, dengan teologi Ahlussunnah
bersifat relatif karena akan tergantung
wal Jamaah maka Islam dengan mudah
dengan bentuk perubahan social. Oleh
melakukan adaptasi terhadap budaya
karena itu rekonstruksi teologi di masa
lokal yang telah dibentuk lebih
HARMONI Mei - Agustus 2015
Melacak Akar Paham Teologi Islam di Indonesia 21
Daftar Pustaka
Ahmad, Abd Kadir. Ulama Bugis. Makassar: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,
2008.
Budairy Said dan Ali Zawawi. Dari Pesantren Untuk Bangsa: Biografi KH. Muhammad
Ilyas. Jakarta: Yayasan Saifudin Zuhri, 2009.Deliar Noer. The Modernist Muslim
Movement in Indonesia, 1900-1942. Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1978.
Kartanegara, Mulyadhi. Integrasi Ilmu. Jakarta: UIN Jakarta Pres, 2005
Kuntowijoyo. Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan, 1991
Prijosaksono, Aribowo dan Marlan Mardianto. The Power of Transformation. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2005,
Soetomo. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Sztompka, Piôtr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group, 2008
Zuhri, Saifuddin KH. Berangkat Dari Pesantren. Yogyakarta: LkiS, 2013