Oleh :
Albern Derian
Prakata
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, makalah yang berjudul “Masalah penduduk di
Indonesia” telah selesai Penulis buat. Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari
sempurna seperti biasanya. Maka itu, kritik & saran menjadi penting untuk Penulis
dalam penyempurnaan makalah ini.
Albern Derian
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam era masa kini, perpindahan penduduk dari desa ke kota atau yang biasa Kita
ketahui atau Kita sebut urbanisasi menjadi permasalahan kota kota besar di Indonesia,
terutamanya di ibukota Jakarta. Karena Jakarta dikenal dengan biaya kehidupan yang
tinggi, Urbanisasi ke Jakarta inilah yang membuat kawasan Jakarta dipenuhi dengan
kawasan kumuh, munculnya banyak sampah di daerah Jakarta, munculnya pengemis,
pengamen, adanya pedagang liar, dan sebagainya.
Tujuan
Penulis membuat makalah ini agar Anda tahu betapa bermasalahnya kependudukan di
Indonesia ini akibat urbanisasi yang tidak terkendali / terkontrol. Tetapi Kita tidak hanya
membahas masalah urbanisasi saja tetapi juga yang berkaitan dengan permasalahan
penduduk Indonesia.
Bab 2
Persoalan & Pemecahan masalah
Negara Indonesia yang memiliki semua sumber daya alam maupun sumber daya
manusia sepertinya belum muncul ke permukaan 100%, masih banyak yang belum
tergali, sehingga Negara Indonesia terkesan lambat dalam proses pembangunannya.
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, Negara Indonesia
belum mampu menyejahterakan semua penduduknya. Berbagai dampak atas
banyaknya penduduk yang belum sejahtera akan mengakibatkan berbagai persoalan
yang berhubungan dengan kependudukan. Adapun masalah-masalah kependudukan
yang dialami oleh Indonesia antara lain :
Jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka
dalam melakukan apa pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak
optimal.
Timbulnya niat untuk pindah dari desa ke kota, seseorang biasanya mendapat
pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi,
terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Salah satu penarik urbanisasi yang
utama adalah ajakan. Ajakan ini biasanya berasal dari seseorang yang mudik ke
kampung halaman pada hari Lebaran. Para pemudik ini biasanya suka memamerkan
diri dengan uang dan barang. Mereka suka menceritakan tentang kehidupan kota yang
megah, gemerlap dan mudah mendapatkan uang. Kota selalu digambarkan sebagai
tempat yang mengagumkan dan menyenangkan.
Berdasarkan faktor ajakan dari pemudik inilah, ada fenomena yang terjadi setiap kali
pasca-Idul Fitri, yaitu terjadinya urbanisasi besar-besaran. Para pemudik yang kembali
ke kota biasanya akan membawa tetangga, teman atau saudaranya. Fenomena ini
tidak sekadar berpindahnya status kependudukan seseorang dalam suatu wilayah baru.
Namun lebih dari itu, para pendatang berpindah dari desa ke kota untuk mendapatkan
pekerjaan baru, atau juga mendapatkan pekerjaan yang sebelumnya belum pernah
bekerja.
Di desa mayoritas pekerjaan adalah bertani dan ada pula yang berternak. Tapi
sebenarnya sama-sama tergolong petani. Petani adalah seorang wirausaha. Tenaga
kerja untuk diri sendiri berbeda dengan tenaga kerja untuk memperoleh gaji. Seorang
wirausaha adalah orang yang mempunyai objek usaha, peralatan dan keahlian
sehingga hasilnya juga langsung dinikmati individu yang bersangkutan. Sedangkan
pekerja adalah seseorang yang hanya mengkontribusikan tenaga dan keahlian kepada
yang memberi pekerjaan dengan mengharapkan imbalan.
Dalam pengertian pemekerjaan penuh adalah ketika semua orang telah bekerja, baik
untuk diri sendiri maupun untuk mendapatkan upah. Dengan demikian apapun jenis
pekerjaannya, maka hal tersebut diakui sebagai pekerjaan. Fenomena yang terjadi
dalam pasar tenaga kerja di Indonesia menunjukkan fakta bahwa tenaga kerja untuk
mengharapkan upah justru yang diminati. Masyarakat kita tampaknya lebih senang
menjadi pekerja ketimbang menjadi wirausaha.
Fenomena peralihan dari wirausaha menjadi pekerja semakin meningkat, yaitu dari
bekerja untuk diri sendiri menjadi bekerja untuk orang lain dengan menerima upah atau
gaji. Hipotesis yang diyakini adalah karena tingkat upah yang tinggi dibandingkan
pendapatan yang diperoleh ketika bekerja untuk diri sendiri. Hipotesis lain adalah
karena tidak ada atau minimnya lapangan pekerjaan di pedesaan. Sehingga pasar
tenaga kerja terkonsentrasi di wilayah perkotaan di mana pusat-pusat industri ada di
sana.
Berdasarkan asumsi di atas maka bertani lalu dianggap bukan sebagai lapangan
pekerjaan yang menjanjikan hasil yang pasti, tetap dan memuaskan bagi masyarakat
desa. Bertani mempunyai risiko gagal panen atau harga hasil panen anjlok. Apalagi
petani di Indonesia tampaknya selalu dirundung malang. Kelangkaan bibit, pupuk dan
pestisida, serangan beras impor, musibah kekeringan, kebanjiran atau serangan hama
wereng datang silih berganti.
Tenaga, modal dan waktu yang telah dikorbankan dalam bertani dianggap tidak
sepadan dengan hasilnya. Sehingga jika kita mendengar kata "petani" maka yang
terbayang di benak kita adalah sosok yang kumuh dan miskin. Petani dianggap menjadi
profesi dalam kategori bawah. Dengan kondisi inilah para pemuda desa menganggap
bertani bukanlah sebuah pekerjaan yang menjanjikan. Apalagi jika mereka mendengar
tentang keberhasilan para pemudik dari kota, maka dorongan urbanisasi itu kian
memuncak.
Kehidupan kota yang modern merupakan salah satu daya tarik seseorang melakukan
urbanisasi. Kehidupan perkotaan sangat bertolak belakang dengan kehidupan
pedesaan. Apapun mudah didapatkan di perkotaan mulai kebutuhan primer, sekunder
dan tersier. Perkotaan juga mempunyai sarana dan prasarana lebih lengkap seperti
sarana pendidikan, kesehatan, transportasi, telekomunikasi, hiburan dan sebagainya.
Tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih luas dan beragam juga menjadi daya tarik
seseorang melakukan urbanisasi dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang
layak sehingga dapat meningkatkan tingkat perekonomian keluarganya. Sedangkan di
pedesaan lapangan pekerjaannya sangat terbatas dan kalaupun ada penghasilan yang
diperoleh bekerja di desa tidak sebesar dengan penghasilan kalau bekerja di kota. Hal
ini bisa kita lihat lewat kehidupan pedesaan yang rata-rata bergerak di sektor agraris
yang tidak banyak membutuhkan tenaga kerja untuk melakukan proses produksinya.
Impian untuk menjadi orang sukses juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan urbanisasi, karena perkotaanlah yang
memberikan peluang cukup besar untuk mewujudkan impiannya itu. Biasanya
seseorang yang telah menyelesaikan sekolah atau kuliahnya yang mereka pikirkan
adalah mencari pekerjaan yang layak di kota untuk mendapatkan materi juga sebagai
sarana menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku sekolah maupun kuliah.
Bab 3
Penutup
Permasalahan penduduk Indonesia yang terlalu banyak & pembangunan yang tidak
merata serta pendidikan yang tidak merata pula di seluruh Indonesia menyebabkan
masalah kependudukan di Indonesia ini menjadi persoalan yang serius dari masalah
kemiskinan, kurangnya layanan kesehatan, kurangnya pemerataan pendidikan, & lain
sebagainya.