Kelas : X MIPA 2
Isi artikel :
Pada pertengahan bulan April, isu bahwa virus COVID-19 telah menjangkiti
masyarakat mulai beredar setelah beberapa warga diberikan status “pasien dalam
pengawasan” (PDP). Tes cepat pun segera dilaksanakan dan, meskipun hasilnya
negatif, puskesmas mulai menyiapkan warga agar dapat melindungi diri dengan
lebih baik dari penyakit. Indri meyakinkan warga agar mau menjaga diri dengan
mengikuti langkah-langkah pencegahan, termasuk mencuci tangan dengan sabun,
mengenakan masker, dan menjaga jarak aman dengan orang lain.
Bestiana, warga asal Desa Ongan Jaya, mengungkapkan rasa terima kasihnya.
“Kami berterima kasih. Puskesmas mengajarkan kami bahwa mencuci tangan
dengan sabun dapat membunuh COVID.”
Namun, mengajak warga desa mengubah perilaku mereka bukanlah hal yang
mudah. Selama bertahun-tahun, Indri mengampanyekan stop buang air besar
sembarangan (BABS)—praktik yang lazim bagi masyarakat, tetapi dengan
konsekuensi kesehatan yang serius. Awalnya, tidak sedikit warga yang menolak;
sebagian kepala desa bahkan enggan mengubah kebiasaan yang telah begitu
mengakar bagi mereka.
Akan tetapi, Indri tidak menyerah. Akhirnya, ia mengerahkan warga desa untuk
bekerja sama dan membangun sarana toilet umum. Hasilnya, pada tahun 2016,
Desa Purnawajati berhasil menjadi desa pertama di Yapsi yang berstatus bebas
BABS.
“Kesadaran masyarakat sudah menjadi tanggung jawab saya,” kata Indri. “Saya
ingin mereka bisa bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan.”
Puskesmas juga membersihkan bangunannya dan area publik lain dengan cairan
disinfektan. Kegiatan ini didukung oleh UNICEF dengan pendanaan dari USAID
dan dilaksanakan melalui kemitraan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura.
Selain itu, telah direncanakan pula kegiatan kampanye kebersihan di beberapa desa
dan pengembangan kapasitas untuk tenaga kesehatan lingkungan di Jayapura.
Hingga saat ini, belum ada kasus positif COVID-19 yang dilaporkan di Yapsi, dan
hal ini tak lepas dari upaya Indri dan timnya untuk mempromosikan kebersihan
lingkungan.
“Strategi respons kami bertujuan agar praktik kebersihan dapat bertahan meskipun
kelak pandemi berakhir. Praktik ini dapat membantu mencegah penyakit
pernapasan dan diare yang pada situasi normal merupakan penyebab utama
kematian anak di Indonesia.”
Indri tahu, selayaknya jarak yang ia tempuh setiap hari ke puskesmas, proses yang
menantinya di depan masih panjang. Hanya saja, kali ini, ia tidak sendiri.
Sumber : https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/cerita/berjuang-untuk-
kesehatan-lingkungan-di-jayapura-selama-pandemi-covid-19
Catatan :
“Lingkungan yang tidak sehat melahirkan keluarga yang tidak sehat” - Indri