Anda di halaman 1dari 3

LEARNING JURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan : XXXVII ( 37 )
Nama Mata Pelatihan : Manajemen ASN
Nama Peserta : Fahrurozi,S.Pd
Nomor Daftar Hadir : 11
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : BPSDM Provinsi Kalimantan Timur

A. POKOK PIKIRAN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil negara yang unggul, selaras, dan mengikuti perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).PNS diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan pemerintahan dan memilili
nomor induk pegawai nasional. Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu. Adapun manajemen PNS dan PPPK adalah
seabagai berikut :
1. Manajemen PNS,( Penyususnan dan Penetapan Kebutuhan,Pengadaan,Pangkat dan
Jabatan,pengembangan karir,Promosi,Mutasi,Penilaian Kinerja,Penggajian dan
Tunjangan,Penghargaan,Disiplin,Pemberhentian,Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari
Tua ).
2. Manajemen PPPK,(Penetapan Kebutuhan,Pengadaan,Penilaian Kinerja,Penggajian
danTunjangan,PengembanganKompetensi,PemberianPenghargaan,Disiplin,Pemutusn
Hubungan Perjanjian Kerja,Perlindungan).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ASN merupakan sebuah pekerjaan profesi.
Sebagai pekerja profesi harus mempunyai kriteria-kriteria tertentu, antara lain
kualifiasi, kompetensi dan kinerja. Kualifikasi sendiri merupakan syarat pendidikan
minimal untuk menjadi seorang ASN, misalnya untk menjadi guru PJOK minimal
harus mempunyai ijazah S1 PJOK. Selanjutnya yang dimaksud kompetensi adalah
kemampuan yang harus dilakukan dan ditunjukkan oleh seseorang yang memiliki
kualifikasi, misalnya seseorang yang mempunyai ijazah PJOK haruslah mampu
melaksanakan tugas pokok fungsi guru Mapel, mulai dari merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menganalisis hasil
pembelajaran. Sedangkan kinerja adalah bentuk unjuk kerja atau performa ASN
dalam bekerja. Dalam menjalankan tupoksinya dapat diukur melalui tingkat
produktivitas kerja, kedisiplinan kerja, ketuntasan pekerjaan, keakuratan, serta
melakukan pelayanan prima terhadap masyarakat. ASN merupakan profesi yang
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku yang bertujuan untuk menjaga
martabat serta kehormatan ASN. Fungsi kode etik sebagai pedoman dalam
menjalankan tugasnya serta sebagai standar penilaian sifat, perilaku dan tindakan
birokrasi. Untuk menjalankan tugas dan kedudukannya tersebut, maka pegawai ASN
mempunyai fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat
dan pemersatu bangsa.

B. PENERAPAN
Dalam Manajemen ASN, seorang Guru melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas serta mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guru professional
dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu sebagai pegangan yang diakui serta
dihargai oleh masyarakat. Kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku yang dijunjung tinggi oleh setiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Kode
etik dan kode perilaku tersebut bertujuan menjaga martabat dan kehormatan guru
sebagai ASN. Penerapan pelayanan publik seorang guru, tentu harus memberikan
pelayanan yang prima kepada penerima layanan, dalam hal ini bukan saja melayani
siswa dan siswi saja, melainkan pelayanan terhadap semua elemen yang ada pada
Lembaga. Pelayanan yang dimaksud adalah melayani dengan sepenuh hati mulai dari
memperhatikan, mengamati, mendengarkan, dan menfasilitasi mereka. Guru harus
bisa menjadi fasilitor bagi murid. Disebut sebagai fasilitator karena guru mempunyai
kemampuan untuk menfasilitasi segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan
karakteristik siswa. Karakter yang diharapkan harus betul-betul bisa terpaku pada
siswa. Dengan tujuan setelah materi yang diajarkan sudah selesai maka siswa dapat
mempraktekkan karakter-karakter yang sudah didapatkan dari materi tersebut.
Penerapan konsep WoG antara lain dengan penguatan koordinasi antar Lembaga,
salah satunya adalah mengurangi Lembaga sampai jumlahnya ideal untuk koordinasi.
Sebagai contoh UPTD Tingkat Kecamatan dihapus menjadi UPTD Tingkat Sekolah
agar koordinasi dengan Lembaga di atasnya lebih efektif dan juga efisiensi anggaran.
Adapun prinsip kolaborasi yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah bekerja sama
dengan puskesmas dalam kerangka memberikan pelayanan Kesehatan salah satunya
dengan menggalakkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan adanya E-Rapor
kesehatan. Pihak sekolah bekerjasama untuk mengisi data kesehatan masing-masing
siswa. Dengan demikian guru lebih mudah melakukan monitoring terhadap
kesehatan siswa, sehingga dalam hal ini lembaga yang saling berhubungan baik
sekolah maupun puskesmas saling menguatkan.

Anda mungkin juga menyukai