Anda di halaman 1dari 143

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imbalan dari mengajar adalah mengetahui bahwa hidup anda memberi


perubahan bagi sesama (William Ayers)

Mengajar adalah profesi yang menantang, profesi yang diperuntukkan bukan


untuk semua orang, hanya orang-orang yang terpanggil. Ikatan emosi antara
anda sebagai pengajar dengan peserta didik anda akan membangun
hubungan yang kuat dengan mereka. Kontak sehari-hari anda dengan
peserta didik anda akan memahamkan kebutuhan pribadi dan akademik
peserta didik anda.

Anda adalah para guru profesional yang memiliki kemampuan dan


pengalaman dalam mengajar. Bahan ajar ini dirancang bagi anda, sesuai
dengan kaedah pembelajaran bagi orang dewasa. Pembelajaran orang
dewasa didasari oleh asumsi bahwa pembelajar memahami kenapa ia perlu
untuk belajar, memiliki tanggung jawab terhadap keputusan dan hidupnya
sendiri, memulai proses belajar dengan sejumlah pengalaman yang sudah
dimilikinya, memiliki kesiapan untuk belajar karena sesungguhnya sudah
berhadapan langsung dengan obyek yang sedang dipelajarinya dan ingin
menghadapinya secara lebih efektif, dan lebih termotivasi secara internal.

Permendiknas 16 Tahun 2007 mengenai standar kompetensi guru,


menyebutkan bahwa salah satu kompetensi yang dikuasai guru adalah
kompetensi pedagogik. Bahan ajar ini, dirancang agar Anda menguasai
kompetensi pedagogik, khususnya kompetensi inti pertama yaitu menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,
emsional, dan intelektual. Bahan ajar ini merupakan 1 dari 10 judul bahan
ajar yang menjadi satu kesatuan bahan yang perlu anda pelajari, kalau Anda

Halaman 1 dari 143


ingin menguasai kompetensi pedagogik sebagaimana diamanatkan oleh
permendiknas no 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru,
sebagaimana iilustrasikan dalam Gambar 1 berikut.

Gambar .1 Standar kompetensi guru, sebagaimana diamanatkan oleh


Perndiknas no 16 tahun 2007

Ruang lingkup bahasan bahan ajar ini mencakup pemahaman karakteristik


peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emsional, dan intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial-budaya, mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu, mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam

Halaman 2 dari 143


mata pelajaran yang diampu, mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik
dalam mata pelajaran yang diampu. Bahan ajar ini dipersiapkan bagi para
guru sebagai tindak lanjut dari kegiatan uji kompetensi guru kejuruan.

Penyajian bahan ajar ini dikelompokkan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan
pembelajaran pertama adalah Memahami karakteristik peserta didik yang
berkaitan dengan aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emsional, dan
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-
budaya. Kegiatan pembelajaran kedua mencakup kegiatan mengidentifikasi
potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu, mengidentifikasi
bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu, dan
mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu

B. Tujuan

Tujuan umum bahan ajar ini adalah untuk membekali para para guru dalam
menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emsional, dan intelektual. Secara khusus tujuan bahan ajar ini
adalah

1. Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,


moral, spiritual, sosial, kultural, emsional, dan intelektual, sosial-
emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya

2. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

3. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang


diampu

4. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran


yang diampu

Halaman 3 dari 143


C. Peta Kompetensi

Kompetensi guru menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,


moral-spiritual diilustrasikan dalam gambar 2 berikut.

Gambar 2. Peta kompetensi guru dalam penguasaan karakteristik peserta


didik dari aspek fisik, moral-spiritual sebagaimana diamanatkan
permendiknas no 16 tahun 2007.

D. Ruang Lingkup

Lingkup materi yang dibahas dalam bahan ajar ini adalah materi-materi untuk
memenuhi tuntutan standar kompeteni guru untuk kompetensi inti pedagogic,
yaitu mencakup

a. Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,


moral, spiritual, sosial, kultural, emsional, dan intelektual, sosial-
emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya

b. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

Halaman 4 dari 143


c. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu

d. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran


yang diampu

E. Saran Cara penggunaan modul

Materi pelatihan ini dirancang untuk dipelajari oleh para guru yang ingin
memperdalam penguasaan kompetensi pemahaman karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emsional, dan
intelektual. Kegiatan pembelajaran satu mencakup pemahaman karakteristik
peserta didik menurut beberapa ahli antara lain Dave Meier, deKolb, Honey-
Mumford. Kegiatan pembelajaran kedua mencakup bagaimana
mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dan kesulitan belajar peserta
didik.

Selain membaca materi dalam bahan ajar ini, Anda diminta melakukan
diskusi kelompok, latihan-latihan, dan praktik dalam pendalaman materi yang
mendorong kreativitas untuk berinovasi. Pelaksanaan pembelajaran
menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan
pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis,
menyimpulkan, dan menggeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi pelatihan


ini mencakup aktivitas individual dan kelompok.

A. Aktivitas individual meliputi:

a. memahami dan mencermati materi pelatihan;

Halaman 5 dari 143


b. mengerjakan latihan/tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap
kegiatan belajar;

c. melaksanakan simulasi;

d. menyimpulkan materi manajemen implementasi kurikulum 2013;

e. melakukan refleksi.

B. Aktivitas kelompok meliputi

a. mendiskusikan materi pelatihan;

b. bertukar pengalaman (sharing) dalam melakukan latihan menyelesaikan


masalah/kasus;

c. melaksanakan simulasi

d. membuat rangkuman;

e. refleksi.

Halaman 6 dari 143


I. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1:

MEMAHAMI KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK YANG


BERKAITAN DENGAN ASPEK FISIK, INTELEKTUAL, SOCIAL-
EKONOMI, MORAL, SPIRITUAL, DAN LATAR BELAKANG SOCIAL-
BUDAYA.

A. TUJUAN

Tujuan pembelaran bahan ajar ini adalah agar peserta diklat memahami
karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual,
dan latar belakang sosial-budaya, dan mengidentifikasi potensi peserta didik
dalam mata pelajaran yang diampu

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. Memahami karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran


menurut Dave Meier
2. Memahami karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran
menurut de Kolb
3. Memahami karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran
menurut Honey Mumford

C. URAIAN MATERI

Berikut adalah beberapa kutipan kesan peserta diklat dari hasil evaluasi
diklat, dalam menanggapi kegiatan pembelajara yang mereka ikuti, mungkin

Halaman 7 dari 143


kesan ini tidak begitu asing bagi anda karena anda juga merasakan hal yang
sama:

“Kalau diminta mendengarkan, saya cenderung mengantuk”

“Saya lebih suka langsung praktek ke lahan”

”Saya berharap ada kontribusi dari teman sekolah lain yang sudah
berpengalaman dan menunggu pandangan-pandangannya dalam proses
pembelajaran. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada saya untuk
belajar dari pengalaman teman, dalam lingkungan pembelajaran bersama. Ini
juga akan membantu saya untuk membangun hubungan antara
pembelajaran terdahulu dengan yang baru dipelajari”.

“Saya sudah beberapa kali mengikuti penataran mengenai bagaimana


menyelenggarakan pembelajaran pertanian. Saya mengharap peserta didik
saya mau belajar seperti saya. Saya selalu bekerja keras, memperlakukan
mereka dengan baik. Tetapi saya tidak pernah merasakan energy mereka
untuk mencapai kemajuan, saya ingin mereka menjadi murid yang
bertanggung jawab, dan independen”

Masih banyak lagi yang ditulis oleh peserta diklat pada lembar evaluasi diklat
yang selalu diberikan oleh PPPPTK Pertanian pada setiap diklat yang
diselenggarakan.

Setiap peserta didik dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang
cenderung berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk
diperhatikan karena dengan mengidentifikasi kondisi awal peserta didik saat
akan mengikuti pembelajaran dapat memberikan informasi penting untuk
guru dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan
bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi
pengajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa
sehingga pembelajaran akan lebih

Halaman 8 dari 143


Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak,
pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.
Karakteristik mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-
nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih
konsisten dan mudah di perhatikan. Peserta didik adalah setiap individu yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan pendidikan. Mereka adalah unsur penting dalam kegiatan
interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas
pembelajaran.

Karakateristik peserta didik merupakan keseluruhan pola kelakuan dan


kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari
lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-
citanya. Dengan kata lain karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau
kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar,
gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimilik.

Kegiatan menganalisis kemampuan dan karakteristik siswa dalam


pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa
apa adanya dan untuk menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan
siswa tersebut. Dengan demikian, mengidentifikasi kemampuan awal dan
karakteristik siswa adalah bertujuan untuk menentukan apa yang harus
diajarkan, tidak perlu diajarkan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Karena itu, kegiatan ini sama sekali bukan untuk menentukan pra syarat
dalam menyeleksi siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Gambar 3
mengilustrasikan kondisi perbedaan yang sangat ekstrim mengenai
kondisi/bakat peserta didik kita. Kenyataannya perbedaan karakteristis
peserta didik kita tidak seekstrim seperti yang diilustrasi dalam Gambar 3
tersebut

Halaman 9 dari 143


Mari kita mulai
dengan
pelajaran
renang

Gambar 3. Ilustrasi kondisi perbedaan yang sangat ekstrim mengenai


kondisi/bakat pribadi peserta didik kita yang sangat beragam

Karakteristik peserta didik merupakan salah satu variabel dari kondisi


pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas
individu peserta didik. Aspek-aspek terkait tersebut dapat berupa bakat,
minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan
kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya

Dalam uraian materi mengenai karakteristik belajar peserta didik ini akan
dibahas tiga pendapat mengenai karakteristik peserta didik, yaitu karakteristik
belajar menurut Dave Meier, Gaya belajar menurut David A de Kolb, dan
Gaya Belajar menurut Honey Mumford.

1. Gaya Belajar Menurut Dave Meier

Pengalaman Anda belajar selama ini pasti sudah memberitahu anda


bagaimana cara belajar yang paling nyaman anda lakukan, apakah dengan

Halaman 10 dari 143


mendengar ceramah, menonton video, atau melakukan percobaan sendiri.
Mungkin ada diantara anda yang mengantuk kalau mendengarkan ceramah,
atau lebih senang belajar melakukan sesuatu dengan cara melihat orang lain
melakukannya, atau ada yang merasa lebih puas kalau langsung melakukan
sendiri. Hal ini erat kaitannya dengan gaya/cara belajar kita masing-masing.
Untuk lebih meyakinkan bahwa gaya belajar kita, marilah kita coba mengisi
kuis berikut.

Jawablah dengan cepat pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan


memberi tanda silang pada a, b, atau c.

1 Pada waktu belajar untuk tes, apakah anda memilih

a) membaca catatan, membaca judul dan sub-judul dalam buku, dan


melihat diagram dan ilustrasi

b) meminta seseorang memberi anda pertanyaan, atau menghafal


dalam hati sendirian

c) membuat catatan pada kartu dan membuat model atau diagram

2 Apa yang anda lakukan pada waktu mendengarkan musik?

a) berkhayal (melihat benda-benda yang sesuai dengan musik yang


sedang didengarkan)

b) berdendang mengikuti alunan musik tersebut

c) bergerak mengikuti musik tersebut, mengetukkan kaki mengikuti


irama

3 Pada waktu anda memecahkan masalah, apakah anda

a) membuat daftar, mengatur langkah, dan mengeceknya setelah


langkah itu dikerjakan

b) menelpon teman atau ahli untuk membicarakan masalah tersebut

Halaman 11 dari 143


c) menguraikan (menganalisa) masalah itu atau melakukan semua
langkah yang anda pikirkan

4 Jika anda ingin membaca untuk hiburan, apakah anda memilih

a) buku perjalanan dengan banyak gambar di dalamnya

b) cerita misteri yang penuh dengan percakapan di dalamnya

c) buku yang dapat menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah


anda

5 Untuk mempelajari bagaimana cara kerja komputer, apakah anda


memilih

a) menonton film tentang cara kerja komputer

b) mendengarkan seseorang menjelaskan cara keja komputer

c) membongkar komputer dan mencoba menemukan sendiri cara


kerjanya

6 Anda baru saja memasuki museum ilmu pengetahuan, apa yang


anda lakukan pertama kali?

a) melihat sekeliling dan menemukan peta yang menunjukkan lokasi


berbagai benda yang dipamerkan

b) berbicara dengan penjaga museum dan bertanya kepadanya tentang


benda-benda yang dipamerkan

c) melihat pada benda pertama yang kelihatan menarik, dan baru


kemudian membaca petunjuk lokasi benda-benda lainnya

7 Jenis restoran apa yang tidak anda sukai?

a) restoran yang lampunya terlalu terang

b) restoran yang musiknya terlalu keras

Halaman 12 dari 143


c) restoran yang kursinya tidak nyaman

8 Apakah anda lebih suka mengikuti

a) kelas melukis

b) kelas musik

c) kelas olah raga

9 Apa yang kira-kira anda lakukan pada waktu anda merasa senang?

a) meringis (tersenyum)

b) berteriak dengan senang

c) melompat dengan senang

10 Seandainya anda berada pada suatu pesta, apa yang kira-kira


akan paling anda ingat pada keesokan harinya?

a) muka orang-orang dalam pesta, tetapi bukan namanya

b) nama orang-orang dalam pesta, tetapi bukan mukanya

c) sesuatu yang anda lakukan dan katakan selama dalam pesta

11 Pada waktu anda bercerita, apakah anda memilih untuk

a) menulisnya

b) menceritakannya dengan suara keras

c) memerankannya

12 Apa yang paling mengganggu bagi anda pada waktu anda


mencoba untuk berkonsentrasi?

a) gangguan visual

b) suara gaduh

Halaman 13 dari 143


c) gangguan lainnya seperti rasa lapar, sepatu yang sempit, atau rasa
khawatir

13 Apa yang kira-kira anda lakukan pada waktu anda marah?

a) cemberut atau memperlihatkan muka marah

b) berteriak atau “mengamuk”

c) menghentakkan kaki dengan keras dan membanting pintu

14 Apa yang kira-kira akan anda lakukan pada waktu berdiri


menunggu antrian di gedung bioskop?

a) melihat-lihat pada poster iklan film lainnya

b) berbicara dengan orang di sebelah anda

c) mengetukkan kaki atau berjalan ke arah lain

Anda sudah mengisi kuisener tersebut, untuk mengetahui gaya belajar anda
sekarang anda coba hitung berapa jumlah pilihan jawaban (a) – jawaban (a)
menunjukkan bahwa anda bergaya belajar ‘visual’. Hitung berapa jumlah
pilihan jawaban (b) – jawaban (b) menunjukkan bahwa anda bergaya belajar
‘auditory’. Hitung berapa jumlah pilihan jawaban (c) – jawaban (c)
menunjukkan bahwa anda bergaya belajar ‘kinesthetic’ Mari kita lihat
deskripsi dari masing-masing gaya belajar tersebut.

Visual learners = Peserta didik Visual


Peserta didik visual perlu melihat apa yang
sedang terjadi. Anda dapat mendeteksi
peserta didik visual karena mereka suka
membaca, menonton televisi, suka melihat
photo, membuat rencana dan karton.
Mereka akan tertarik dengan kata-kata
seperti “lihat, kelihatannya, muncul, buat
lebih jelas, dan overview”. Mereka
mempunyai ketrampilan mengeja dan
menulis yang kuat. Mereka tidak suka

Halaman 14 dari 143


bicara banyak dan tidak suka mendengar Gambar 4. Gaya belajar
terlalu lama dan mereka akan terganggu
visual learners kuat dalam
oleh ketidakrapian atau gerakan. Anda
dapat melatih peserta didik visual dengan: mengamati dan
 Poster dan grafik
menggambarkan
 Visual display
 Booklet, brosur dan handouts
 Variasi warna dan bentuk.
Auditory learners = Peserta didik
auditori
Peserta didik auditori belajar melalui
mendengar. Anda dapat mendeteksi
peserta didik auditori karena mereka
senang bicara, tertarik kepada bunyi dan
terganggu oleh suara, lebih menyukai
mendengarkan daripada membaca. Gambar 5. Gaya
Mereka mungkin membaca dengan gaya
“bicara”, mendengarkan teks sambil belajarAuditory learners,
membaca teks tersebut. Mereka seperti dominan dalam berbicara
bermimpi di siang hari saat bicara dalam
kepala mereka. Mereka menyukai telepon dan mendengarkan
dan musik. Anda dapat melatih peserta
didik auditori dengan menggunakan:
 Ceramah dan cerita
 Audio tape
 Diskusi Berpasangan dan
Kelompok
 Variasi dalam tonasi, tingkat, pitch
dan volume
 Menggunakan musik dan slogan
Kinesthetic learners = peserta didik

Halaman 15 dari 143


kinestetik
Peserta didik kinestetik belajar melalui
melakukan. Anda dapat mendeteksi
peserta didik kinestetik karena mereka
banyak bergerak, menggerakkan pena
atau berpindah-pindah tempat duduk.
Mereka mungkin menginginkan banyak
istirahat, menyukai permainan (games)
dan tidak begitu suka membaca. Mereka
akan mengingat dengan sangat baik
melalui latihan. Anda dapat melatih
pembelahar kinestetik dengan
menggunakan:
 Aktivitas team
Gambar 6. Gaya Belajar
 Pengalaman praktis
kinaesthetic learners, kuat
 Bermain peran
dalam melakukan dan
 Mencatat
menggerakkan
 Diskusi emosional
 Diskusi berpasangan dan kelompok
Dave Meier membagi gaya belajar menjadi empat, yitu gaya belajar Somatis,
gaya belajar auditorial, gaya belajar visual, dan gaya belajar kinestetik.

Gaya Belajar Somatik.


Somatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh soma (seperti
Psikosomatis). Jadi, belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba,
kinestis, praktis – melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan
tubuh sewaktu belajar.

Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak
semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya.
Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini
bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.Karakter
berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk manis berlama-

Halaman 16 dari 143


lama mendengarkan penyampaian pelajaran. Tak heran kalau individu yang
memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya
disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak
tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini
lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak
gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami
fakta. Untuk menerapkannya dalam pembelajar/pendidik, kepada
pesertadidik yang memiliki karakteristik-karakteristik di atas dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai model peraga, semisal bekerja

Gaya Belajar Auditorial


Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus
menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita
sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa
area penting di otak kita menjadi aktif.

Mendengarkan atau mendengar adalah menangkap atau menerima suara


melalui indera pendengaran. Auditori adalah cara belajar dengan berbicara
dan mendengar. Berikut beberapa teknik-teknik dalam melaksanakan
pendekatan auditori. Bacalah Secara Dramatis, Kita ingat apa yang dramatik
itu.

Pakaian warna pastel lembut mungkin cantik, namun mungkin tidak mudah
dikenang atau diingat. Sekuntum bunga merah tua pada pakaian warna hitam
mungkin lebih mudah diingat. Seperti halnya citra visual, demikian pula
suara. Maka jika suatu pesan kritis atau sulit, coba baca pesan keras-keras
dengan dramatis.

Anda dapat menggunakan aksen asing atau membisikkannya. (Kita sering


membisikkan sesuatu yang penting). Memberi tekanan auditori ini pada suatu

Halaman 17 dari 143


bahan yang sedang kita pelajari akan membantu melekatkannya pada fikiran
anda.

Rangkumlah lalu ucapkan dengan lantang, Apakah anda ingat statistik yang
selama ini kita kutip? Kita cenderung mengingat dua kali lebih banyak pada
apa yang kita ucapkan dengan lantang daripada hanya kita baca saja. Maka,
berhentilah sejenak secara teratur lalu ucapkanlah dengan lantang
rangkuman bahan yang sudah anda baca dalam buku ini. Suara anda sendiri
membantu menambah tingkat keteringatan bahan. Alat rekam sangat
membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Rekamlah catatan rangkuman
anda dan putarlah dengan walkman anda ketika anda berkendaraan, umum
atau pribadi. Dr. Win Wenger dari Proyek Renaisans di Gaithersburg,
Maryland, mengamati bahwa kunci belajar terletak pada apa yang disebutnya
artikulasi terinci. Tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi anda
akan mempertajam persepsi dan memori anda tentangnya. Lebih terinci anda
menguaknya, lebih banyak perkaitan atau asosiasi yang anda bentuk dan
lebih mudah pula diingat.

Dr. Wenger merekomendasikan bahwa ketika kita membaca sesuatu yang


baru, anda harus menutup mata dan kemudian mendeskripsikan dan
mengucapkan apa yang sudah anda baca tadi dengan lantang. Alasannya,
anda telah membacanya, memvisualisasikannya (ketika anda mengingat
dengan mata tertutup), dan mendeskripsikannya dengan lantang. Maka anda
otomastis telah belajar dan menyimpannya dalam cara
multisensori.Sederhana tetapi efektif.

Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah :

 Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok


atau kelas.

Halaman 18 dari 143


 Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV, bahkan dapat menirukannya
secara tepat dankomplet.
 Cenderung banyak omong.
 Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik
karena kurang dapatmengingat dengan baik apa yang baru saja
dibacanya.
 Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
 Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya,
seperti hadirnya pesertadidik baru, adanya papan pengumuman di pojok
kelas dan sebagainya.

Gaya belajar Visual


Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat
kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua
indra yang lain. Adapun teknik yang dikembangkan dalam melaksanakan
strategi visual adalah peta konsep. Peta konsep atau peta pembelajaran
adalah cara dinamik utuk menangkap butir-butir pokok informasi yang
signifikan. Mereka menggunakan format global atau umum, yang
memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita
berfungsi dalam pelbagai arah secara serempak.
Penelitian yang dilakuakan oleh Robert Ornstein dan lain-lain telah
menunjukkan bahwa proses berfikir adalah kombinasi kompleks kata,
gambar, skenario, warna dan bahkan suara dan musik. Degan demikian,
proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta konsep
mendekati operasi alamiah dalam berfikir. Otak dapat dipandang sebagai
hutan raya tempat puluhan ribu pohon dengan ratusan ribu cabang besar,
jutaan dahan dan miliaran ranting. Peta konsep dibuat dengan cara yang

Halaman 19 dari 143


sama seperti halnya informasi disimpan pada cabang-cabang dari tema
sentral, meskipun skalanya jauh lebih kecil. Dalam menyusun peta konsep
gaya pemrosesan belahan kiri dan belahan kanan otak dilibatkan secara
penuh. Ketika informasi baru diserap dengan menggunakan peta-peta
konsep, kapasitas penyimpanan meningkat pula. Formatnya banyak menarik
para pembelajar Visual dan pembelajar global dan tentu saja otak
“emosional” lebih banyak dilibatkan atau diikutsertakan melalui warna.
Selanjutnya, informasi tersebut akan bersifat personal, spesifik bagi anda.
Tentu saja, pencatatan secara visual berlangsung disepanjang sejarah
manusia. Lihatlah lukisan gua manusia primitif dan hieroglif Mesir kuno.
Diserahkan pada gaya mereka sendiri, kebanyakan anak-anak membuat
sketsa dan melukis saat hendak menyajikan gagasan-gagasan baru.
Seorang artis termasyhur, Nancy Margulies, penulis buku Mapping Inner
space dan Yes, You Can Draw, berkata, “Sebelum kita belajar bahasa, kita
memvisualisasikan gambar dalam fikiran kita dan mengaitkannya dengan
konsep-konsep. Sayangnya, kita sering menyumbat saluran-saluran kreatif
dengan melatih anak-anak untuk hanya menulis kata, secara
monokronologis, diatas kertas bergaris.” Sesungguhnya, bagi kebanyakan
kita, gaya tradisional menuliskan gagasan secara linier, di kertas bergaris,
dengan menggunakann satu warna, monoton (biasanya biru, hitam, atau
abu-abu) adalah kebiasaan yang sudah sangat dalam tertanam. Ia juga
menjadi monoton.
Sang “pengembang” teknik peta konsep yang disebut “Pemetaan Fikiran”
bertanya “Apa yang dilakukan anak ketika jemu? Ia mandek, mampet dan
kemudian “tertidur”. Maka 95% dari populasi manusia yang melek-huruf
membuat catatan dalam cara yang tampaknya dirancang agar bosan sendiri
dan juga membuat orang lain bingung dan menjadikan sebagian besar
darinya dilupakan. “Kita cukup melihat di perpustakaan sekolah, universitas,
umum, daerah atau kota di seluruh dunia. Apa yang dilakukan oleh separo

Halaman 20 dari 143


dari pengunjung mereka? Tidur. Tempat-tempat belajar kita menjadi tempat-
tempat tidur umum raksasa”.
Melatih kembali otak untuk menarik ide-ide yang memancar dari citra dan
gambaran pusat membutuhkan praktik dan kesabaran. Triknya adalah
mempraktikkan ketrampilan hingga menjadi bersifat otomatis.

Gaya belajar Intelektual:


Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.

Yang dimaksud dengan intelektual menurut Dave Meier adalah bukanlah


pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalistis,
akademis, dan terkotak-kotak. Kata intelektual menunjukkan apa yang
dilakukan pembelajar dalam fikiran mereka secara internal ketika mereka
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan
menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.

Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan


masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam
fikiran; sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan
pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Ia
menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk
membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan
fikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan
menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

Ketika sebuah pelatihan belajar tidak dapat menantang sisi intelektual


pembelajar, pelatihan tersebut akan kelihatan dangkal dan kekanak-kanakan.
Inilah yang terjadi dengan beberapa teknik “kreatif” yang mengajak orang
untuk bergerak secara fisik (S), mempunyai auditori (A) dan masukan visual
(V), namun tidak memiliki kedalaman intelektual (I), akhirnya anda akan

Halaman 21 dari 143


menjalankan “SAVI”-sangat menjanjikan diawal-awal pembelajaran, namun
kemudian musnah begitu hujan realitas turun.

Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan
presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka
dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S),
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara
menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I).
Atau mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan
masalah (I) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk
menghasilkan piktogram atau panjang tiga dimensi (V) sambil membicarakan
apa yang sedang mereka kerjakan (A).

Gaya belajar Menurut David A. Kolb


Sebelum membaca teks mengenai gaya belajar menurut David A Kolb,
marilah kita cermati kuis berikut. Berilah rangking kepada alternatif jawaban
a, b, c, d, angka 4 untuk rangking jawaban yang paling sesuai dengan anda,
angka 1 untuk rangking yang paling tidak sesuai dengan anda.

1. Cara belajar yang paling baik bagi saya adalah dengan

a. Melihat orang lain melakukan dan saya memikirkannya

b. Membaca buku

c. Menganalisis informasi yang diberikan kepada saya

d. Pengalaman nyata yang saya alami

2. Saya menyukai situasi belajar yang

a. Mendorong saya untuk mencari informasi baru 3

b. Mendorong / meminta saya untuk mengaitkan ide baru dengan


pengetahuan yang sudah saya miliki 4

Halaman 22 dari 143


c. Berubah-ubah dalam waktu tidak begitu lama 1

d. Melibatkan saya dalam mengobservasi 2

3. Kalau diberi tugas, saya

a. Merupakan pelaksana yang tanggung jawab dan produktif

b. Melaksanakan semua yang ditugaskan

c. Memikirkan cara yang paling baik untuk dapat menyelesaikannya

d. Senang membuat keputusan-keputusan dan melaksanakan


keputusan-keputusan tersebut

4. Dalam belajar kelompok, saya

a. Memilih peran sebagai pelaksana tugas

b. Memikirkan beberapa kemungkinan sebelum memberi saran

c. Menghindari tanggung jawab yang besar

d. Menguji saran-saran anggota kelompok

5. Dalam Belajar, saya

a. Berpikiran logis dan sistematis

b. Praktis selalu berpijak pada hal nyata

c. Peka dan mengikuti perasaan (intuitif)

d. Impulsif dan tidak sabaran

6. Kalau diberi informasi baru, saya

a. Skeptis

b. Menerima ide-ide baru

c. Melihat dulu sampai meyakini, baru menerima

Halaman 23 dari 143


d. Menerapkan prinsip-prinsip yang mendasari informasi tersebut

7. Kalau dihadapkan kepada permasalahan, saya

a. Mempelajarinya dari sudut pandang berbeda

b. Mencari formula yang mungkin bisa memecahkannya

c. Menyelesaikan dengan coba-coba

d. Berusaha menjadi orang pertama yang memecahkannya

8. Kalau mengikuti pelatihan baru, saya

a. Ingin tahu apakah materinya dapat digunakan dalam kondisi tempat


kerja saya

b. Menerima semua materi yang diberikan

c. Ingin membuat saya terkenal diantara peserta lain

d. Ingin menceriterakan pengalaman diri saya yang relevan dengan


materi

Anda sudah mengisi kuis diatas? Kalau sudah mari kita tinggalkan kuis tsb,
kita pelajari lebih dahulu bagaimana gaya belajar menurut David A de Kolb.
Beliau mengklasifikasikan Gaya Belajar Siswa ke dalam empat
kecenderungan kegiatan pembelajaran utama yaitu kegiatan pembelajaran
melalui proses mengalami secara konkrit (concrete experience/CE), kegiatan
pembelajaran melalui pengkonsepan secara abstrak (abstract
conceptualization/AC),kegiatan pembelajaran melalui pengamatan refleksif
(reflective observation/RO), dan kegiatan pembelajaran melalui
eksperimentasi aktif (active experimentation/AE). Berikut adalah deskripsi
singkat dari keempat gaya belajar tersebut.

a. Concrete Experience (CE). Peserta didik belajar melalui perasaan


(feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih

Halaman 24 dari 143


mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan
orang lain. Siswa melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru,
siswa cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap
perubahan yang dihadapinya.

b. Abstract Conceptualization (AC). Siswa belajar melalui pemikiran


(thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan
sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang
dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan
observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada
perencanaan yang sistematis.

c. Reflective Observation (RO). Siswa belajar melalui pengamatan


(watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu
perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal
yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk
membentuk opini/pendapat, siswa mengobservasi dan merefleksi
pengalamannya dari berbagai segi.

d. Active Experimentation (AE). Siswa belajar melalui tindakan (doing),


cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani
mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya.
Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,
pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori
untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan .

Selanjutnya Kolb mengemukakan, bahwa setiap individu tidak didominasi


oleh satu gaya belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk
kombinasi dan konfigurasi gaya belajar tertentu, yang diklasifikasikannya ke
dalam 4 (empat) tipe sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 8 berikut.

Halaman 25 dari 143


Gambar 8. Tipe belajar anak menurut David A de Kolb

1) Tipe 1. Diverger.

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective


Observation (RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling)
dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Diverger memiliki
keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari
banyak sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya
menjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi
adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Siswa seperti ini menyukai tugas
belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide dan gemar
mengumpulkan berbagai informasi. Mereka biasanya lebih banyak bertanya
“Why?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini
adalah sebagai Motivator.

2) Tipe 2. Assimilator.

Tipe kedua ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan


Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran

Halaman 26 dari 143


(thinking) dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator
memiliki keunggulan dalam memahami dan merespons berbagai sajian
informasi serta mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format
yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya siswa tipe ini cenderung lebih teoritis,
lebih menyukai bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak, daripada
bekerja dengan orang. Mata pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang
sains dan matematika. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What?”.
Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah
sebagai seorang Expert.

3) Tipe 3. Converger.

Tipe ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Concrete


Experience (CE). atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan
berbuat (doing). Siswa mampu merespons terhadap berbagai peluang dan
mampu bekerja secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara
baik. Siswa gemar belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti,
dan segera berusaha mencari jawaban yang tepat. Dia mau belajar secara
trial and error hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari
kegagalan.

Siswa dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari
berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung
lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Dia cenderung tidak emosional
dan lebih menyukai bekerja yang berhubungan dengan benda dari pada
manusia, masalah sosial atau hubungan antar pribadi.

Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan teknik. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “How?”. Peran dan fungsi guru yang cocok
untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Coach, yang dapat

Halaman 27 dari 143


menyediakan praktik terbimbing dan dapat memberikan umpan balik yang
tepat.

4) Tipe 4. Accomodator

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active


Experimentation (AE) atau dengan kata lain kombinasi antara merasakan
(feeling) dengan berbuat (doing). Siswa tipe ini senang mengaplikasikan
materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk memecahkan berbagai
masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa tipe ini memiliki
kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya
dalam berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam usaha
memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia
(untuk mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis. Mereka
cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada
berdasarkan analisa logis, sering menggunakan trial and error dalam
memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada
teori yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya. Mata
pelajaran yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis)
dan teknik.

Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What if?”. Peran dan fungsi guru
dalam berhadapan dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan
siswa pada “open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa
untuk mempelajari dan menggali sesuatu sesuai pilihannya. Penggunaan
Metode Problem-Based Learning tampaknya sangat cocok untuk siswa tipe
yang keempat ini. Anda dapat menggunakan kuisesner yang sudah anda isi
diatas, untuk mengetahui gaya belajar anda.

Halaman 28 dari 143


Mari kita kembali ke kuis gaya belajar menurut David A de Kolb. Dari Hasil
pengisian kuis tadi, misalnya jawaban pertanyaan nomor 1 adalah sbb.

a. Melihat orang lain melakukan dan saya memikirkannya 3

b. Membaca buku 2

c. Menganalisis informasi yang diberikan kepada saya 4

d. Pengalaman nyata yang saya alami 1

Soal nomor dua

a. saya untuk mencari informasi baru

b. Mendorong Meminta saya untuk mengaitkan ide baru dengan


pengetahuan yang sudah saya miliki

c. Berubah-ubah dalam waktu tidak begitu lama

d. Melibatkan saya dalam mengobservasi

Setelah anda mengisi kuis tersebut, masukkan nilai urutan rankingnya dalam
table 1 seperti berikut

Tabel 1. Pengolahan hasil pengisian kuisener untuk melihat kecenderungan


gaya belajar menurut Kolb

Concrete Reflective Abstract Active


experience observation conceptualisation experimentation
(CE) (RO) (AC) (AE)

1d 1 1a 3 1c 4 -

- - 2d 2 2b 4 2a 3

3b - - 3c 3d

Halaman 29 dari 143


4a 4b - - 4d

5c - - 5a 5b

6b 6c 6d - -

- - 7a 7b 7c

8d 8b - - 8a

Total Total Total Total

Total nilai pada kolom gaya belajar manakah yang paling tinggi menurut
jawaban anda? Kalau total skor paling tinggi ada pada kolom 4, maka gaya
belajar anda adalah fefleksive observatory, sedangkan kalau skor tertinggi
ada pada kolom 2 maka anda bergaya belajar concrete experience dan
seterusnya. Rangkuman deskripsi dari masing-masing gaya belajar disajikan
dalam gambar 8 sebagai berikut

Asimilator
Kekuatannya terletak pada kemampuannya dalam
menciptakan model-model teoritis, mampu mengaitkan
banyak fakta kedalam satu penjelasan umum. Sangat
memperhatikan konsep-konsep abstrak, kurang
memperhatikan penerapan teori.Cocok bekerja pada
bidang-bidang penelitian dan pengembangan.
Gambar 8. Rangkuman deskripsi gaya belajar menurut Kolb

Pada prinsipnya belajar seseorang merupakan kombinasi keempat gaya


belajar diatas, tidak ada peserta didik yang 100 % belajar hanya dari
pengamatan reflektif saja, atau hanya melalui concrete experience saja.
Namun ada gaya belajar yang dominan misalnya melalui pengamatan
reflektif. Untuk melihat kontribusi masing-masing gaya belajar yang sesuai

Halaman 30 dari 143


dengan anda, silakan anda memplot persentase keempat gaya belajar anda
pada gambar 9.
CONCRETE
EXPERIENCE
(CE)
20
18
17

16

15
100%
14
80%
13

12 60%

11
40%
10
9 20%
ACTIVE ABSTRACT
EXPERIMENTATION 20 19 18 17 16 15 14 13 11 9 10 11 12 13 14 16 17 18 CONSEPTUALISATION
(AE) (AC)
20% 13

40%
15
60%
17
80%
18
100%
19

20
21

22

23

REFLECTIVE
OBSERVATION
(RO)

Gambar 9. Kombinasi empat gaya belajar menerut de Kolb

Karena itu pada tulisan selanjutnya de Kolb menyarankan bahwa pada teori
belajar experience learning, peserta diklat akan lebih menguasai objek
belajarnya kalau keempat pengalaman belajar dilakukan semua (lebih rinci
akan dibahas pada bahan ajar teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

Gaya Belajar menurut Honey dan Mumford

Sebelum membaca teks mengenai gaya belajar menurut Honey Mumford,


marilah kita cermati kuis berikut. Berilah tanda cek (V) kalau anda
menganggap pernyataan sesuai dengan anda, dan tanda silang (X) kalau
anda menganggap pernyataan tidak sesuai dengan anda. Kuis ini dirancang

Halaman 31 dari 143


untuk melihat gaya belajar anda menurut Honey Mumford (aktivis, teoris,
reflector, pragmatis)

1 Saya seringkali berani ambil resiko, kalau alasannya masuk akal

2 Saya cenderung memecahkan masalah menggunakan


pendekatan step by step menghindari memikirkan lebih dahulu
beberapa alternative yang lebih baik baru berusaha untuk
menyelesaikannya

3 Saya mempunyai reputasi sebagai orang yang melihat objek


sebagai apa adanya

4 Saya seringkali menganggap bahwa tindakan yang didasarkan


kepada feeling, sama saja dengan yang didasarkan kepada logika
dan analisis

5 Faktor yang paling perlu dipertimbangkan untuk


mempertimbangkan suatu gagasan atau solusi baik atau tidak
adalah dengan melihat apakah ide tersebut dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari atau tidak

6 Kalau saya memperoleh gagasan atau pendekatan baru, saya


ingin langsung segera menerapkannya

7 Saya lebih suka mengikuti perndekatan kemauan sendiri,


menyusun langkah-langkah yang jelas, dan menganut pola pikir
logis

8 Saya senang melakukan pekerjaan yang menuntut ketelitian dan


runtut

9 Saya lebih suka bekerja dengan orang yang bekerja secara logis
analitis, dibandingkan dengan orang yang bekerja dengan cara

Halaman 32 dari 143


merespon secara spontan dan tidak rasional

1 Saya banyak meluangkan waktu menginterpretasikan data,


0 banyak pertimbangan sebelum menarik kesimpulan

1 Saya baru berani mengambil keputusan kalau sudah


1 mempertimbangkan banyak alternatip lain

1 Saya lebih tertarik kepada ide-ide baru, yang tidak umum


2 dibanding dengan ide praktis yang sudah biasa

1 Saya tidak suka situasi-situasi tidak berpola (tidak ada


3 keteraturan)

1 Saya suka menjalankan aktivitas yang sesuai dengan prinsip-


4 prinsip umum

1 Dalam meting, saya dikenal sebagai orang yang selalu ingin


5 langsung kepada permasalahan tanpa ada basa-basi

1 Saya lebih nyaman kalau mempunyai sumber informasi yang


6 banyak, makin banyak data yang saya miliki makin membuat saya
merasa nyaman

1 Orang yang kurang serius dalam bekerja, membuat saya merasa


7 kurang nyaman

1 Saya lebih suka merespon dengan cara spontan dan fleksibel


8

1 Saya sangat tidak nyaman kalau diminta menyimpulkan sesuatu


9 dengan disediakan waktu mendesak tanpa memberi kesempatan
untuk memikirkannya lebih mendalam

2 Saya selalu menganggap ide yang disampaikan orang lain hanya


0 mempertimbangkan aspek kepraktisan

Halaman 33 dari 143


2 Saya merasa terganggu dengan orang-orang hanya
1 mempertimbangkan mengejar deadline

2 Memikirkan kondisi saat ini lebih penting daripada mempelajari


2 masa lalu dan memikirkan masa depan

2 Saya menganggap keputusan yang didasarkan kepada analisis


3 teliti melibatkan banyak informasi akan lebih baik daripada
keputusan yang hanya mengandalkan intuisi

2 Dalam pertemuan saya suka menyumbang ide


4

2 Saya lebih banyak bicara daripada yang seharusnya, mungkin


5 saya perlu memperbaiki kemampuan mendengarkan saya

2 Dalam meeting saya sering kehilangan kesabaran kalau ada


6 peserta lain yang keluar dari kontek pembicaraan

2 Saya menyukai mengkomunikasikan gagasan dan pendapat saya


7

2 Dalam rapat seharusnya orang bersikap realistic, konsentrasi


8 pada topic, menghindari hal-hal yang mengada-ada dan spekulasi

2 Saya suka mempertimbangkan berbagai alternative, sebelum


9 membuat keputusan

3 Dibandingkan dengan reaksi teman dalam meeting, saya


0 menganggap bahwa saya lebih objektif dan tidak emosional

3 Dalam meeting, saya lebih suka berada di balik layar, daripada


1 memimpinnya dan melakukan sebagian besar pembicaraan

3 Saya lebih menyukai mendengarkan pembicaraan orang daripada


2 berbicara kepada orang

Halaman 34 dari 143


3 Secara umum saya lebih nenyukai hasil, daripada proses
3

3 Tujuan dan target kelompok lebih diutamakan daripada tujuan dan


4 target individu

3 Saya mengerjakan apapun yang perlu dikerjakan agar tugas


5 dapat diselesaikan

3 Saya mudah bosan dengan pekerjaan pekerjakan yang


6 tataurutannya tertib dan detil

3 Untuk setiap pekerjaan saya berusaha mencari asumsi, prinsip,


7 dan teori yang mendasarinya

3 Saya senang mengikuti pertemuan yang agendanya sudah


8 dijadwal, dan mematuhi agenda itu

3 Saya berusaha mengendalikan topic-topik yang subjektif dan


9 membingungkan

4 Saya menyukai krisis-krisis yang dramatic dan hingar bingar


0

Honey dan Mumford membuat penggolongan pesertadidik, menjadi empat


macam atau tipe peserta didik, yakni aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
Masing-masing dapat dideskripsikan seperti berikut.

Tipe Aktifis,

Tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-
pengalaman baru. Mereka cenderung berfikiran terbuka dan mudah diajak
berdialog. Pesertadidik semacam ini biasanya identik dengan sifat mudah
percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstrorming atau

Halaman 35 dari 143


problem solving. Tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang
memerlukan waktu lama dalam implementasinya. Gaya belajar aktivis
mempunyai kekuatan; fleksibel, dan berpikiran terbuka.

Tipe Reflektor,

Tipe reflector sebaliknya, cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.


Dalam proses pengambilan keputusan, pesertadidik tipe ini cenderung
konservatif, dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara
cermat baik-buruk suatu keputusan.

Tipe Teoris,

Tipe teoris biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi mereka, berfikir secara
rasional adalah suatau yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat
skeptis, dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.

Tipe Pragmatis

Tipe Pragmatis, pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek


praktis dari segala hal. Teori memang penting, kata mereka. Namun bila teori
tidak dapat dipraktikan, untuk apa? Mereka tidak suka bertele-tele membahas
aspek-aspek teoritis-filosofis dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan
ada gunanya dan baik hanya jika bisa dipraktikan.

Keempat gaya belajar tadi diilustrasikan dalam Gambar 7.berikut

Halaman 36 dari 143


Gambar 10. Ilustrasi empat gaya belajar menurut Honey dan Mumford

Mari kita lihat lagi hasil pengisian 40 pertanyaan dalam quisener yang sudah
anda isi. Tanda V pada pertanyaan nomor 1, 4, 12, 18, 22, 24, 25, 27, 36,
dan 40, menunjukkan gaya belajar aktivis. Tanda V pada pertanyaan nomor
8, 10, 11, 16, 19, 21, 23, 29, 31, dan 32, menunjukkan gaya belajar reflector.
Tanda V pada pertanyaan nomor 2, 7, 9, 13, 14, 17, 24, 30, 37, 38, dan 39,
menunjukkan gaya belajar teoris. Tanda V pada pertanyaan nomor 3, 5, 6,
15, 20, 26, 28, 33, 34, dan 35, menunjukkan gaya belajar pragmatis.

MANFAAT ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA

1. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai


landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan.

2. Guru dapat mengetahui keluasan dan jenis pengalaman belajar siswa, hal
ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan
disampaikan.

3. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa. Meliputi
tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga
guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.

Halaman 37 dari 143


4. Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan
aspirasi dan kebutuhan siswa.

5. Guru mengetahui tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa


sebelumnya

KLASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA

Pribadi dan lingkungan

Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra sekolah,
Lingkungan tempat tinggal

Psikis

Tingkat Kecerdasan, Perkembangan jiwa anak, Modalitas belajar, Motivasi,


Bakat dan minat

KALASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN POTENSI

Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan

1. Nativisme

Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir


membawa bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu

2. Empirisme

Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh


dunia di luar dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya
“Tabula Rasa”

3. Konvergensi

William Stern (1871-1938), yang mengatakan : “kemungkinan-kemungkinan


yang dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib dengan ruangan

Halaman 38 dari 143


permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti
seluas-luasnya

Klasifikasi Kecerdasan

> 140 = Genius

130 – 139 = Sangat Pandai

120 – 129 = Pandai

110 – 119 = Di atas Normal

90 –109 = Normal/Sedang

80 – 89 = Di bawah Normal

70 – 79 = Bodoh

50 – 69 = Feeble Minded: Moron

< 49 = Feeble Monded: Imbicile/Idiot

MODALITAS BELAJAR:

SISWA VISUAL:

1. Rapi dan teratur

2. Berbicara dengan cepat

3. Mementingkan penampilan, baik dlm pakaian maupun presentasi

4. Biasanya tidak terganggu oleh keributan

5. Lebih suka membaca daripada dibacakan

6. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telpon/kuliah

7. Lebih suka demonstrasi daripada berpidato

8. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya/tidak!

Halaman 39 dari 143


9. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya

10. Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, dll

SISWA AUDITORIAL:

1. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

2. Mudah terganggu oleh keributan

3. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat membaca

4. Merasa kesulitan untuk menulis, namun hebat dalam bercerita

5. Lebih suka gurauan lisan daripada komik

6. Berbicara dalam irama terpola

7. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan


daripada yang dilihat

8. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang


lebar

9. Dapat menirukan warna, irama dan nada suara, dll

SISWA KINESTETIK:

1. Berbicara dengan perlahan

2. Menanggapi perhatian fisik

3. Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka

4. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

5. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

6. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

7. Menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca

Halaman 40 dari 143


8. Banyak menggunakan isyarat tubuh

9. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar

10. Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada di tempat itu

11. Kemungkinan tulisannya jelek

12. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

karakteristik siswa dalam sebuah kelas atau sekolah itu sangat beragam.
Sehingga saat melakukan proses belajar-mengajar, setiap siswa sebaiknya
menerima perlakuan individu dengan pendekatan yang berbeda-beda antara
satu siswa dengan siswa lainnya.

model pembelajaran yang khas dalam keberbhinekaan pendidikan


mengakomodasi perbedaan karakteristik peserta didik, agar mampu
beradaptasi dengan kondisi peserta didik yang beragam.

banyak variabel yang mengindikasikan perbedaan individu dan


mempengaruhi proses belajar, seperti kecerdasan, keberbakatan, gaya
kognitif, gaya berpikir, daya adopsi, ketahan-malangan, dan kemampuan
awal.

Soal kecerdasan sudah sejak lama menjadi bahan pertimbangan dalam


pembelajaran. teori faktor tunggal dari Binet-Simon mendeskripsikan
kecerdasan dalam satu skor umum tunggal (overall single score) yang
disebut intelligence quotient (IQ), sedangkan

Spearman dengan teori dua faktor mendeskripsikan kecerdasan menjadi dua


faktor kemampuan yang berdiri sendiri, yaitu faktor umum (general) dan
faktor khusus (specific). ''Sekalipun teori faktor tunggal dan teori dua faktor
memungkinkan penyeragaman proses pembelajaran, namun akan lebih baik
jika individu dengan IQ yang berbeda mendapatkan layanan pembelajaran
yang berbeda''. Thurstone mendeskripsikan kecerdasan dan keberbakatan

Halaman 41 dari 143


(aptitude) menjadi beberapa faktor kemampuan yang dikenal dengan faktor
ganda (multiple factors), yaitu kemampuan verbal (verbal comprehension),
kemampuan berhitung (number), kemampuan geometris (spatial relation),
kelancaran kata (word fluency), ingatan (memory), dan penalaran
(reasoning).

Selanjutnya, tuntutan keberagaman pembelajaran lebih tampak lagi pada


teori kecerdasan ganda (multiple intelligence) dari Gardner. Teori kecerdasan
ganda menyatakan bahwa kecerdasan dan keberbakatan manusia terdiri
atas tujuh komponen yang semiotonom, yaitu kecerdasan musik (musical
intelligence), kecerdasasan bodi-kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence),
kecerdasan logika-matematika (logical-mathematical intelligence),
kecerdasan ruang (spatial intelligence), kecerdasan interpersonal
(interpersonal intelligence), dan kecerdasan intrapersonal (intrapersonal
intelligence). Nah, agar diperoleh hasil belajar yang optimal, kecerdasan yang
berbeda harus mendapatkan layanan pembelajaran yang berbeda pula.

gaya kognitif juga cukup kuat pengaruhnya terhadap proses pembelajaran.


Sebagaimana disebutkan oleh Witkin yang membedakan individu
berdasarkan gaya kognitifnya menjadi individu field independent dan individu
field dependent.

Individu field independent cenderung berpikir analisis, mereorganisasi materi


pembelajaran menurut kepentingan sendiri, merumuskan sendiri tujuan
pembelajaran secara internal dan lebih mengutamakan motivasi internal. Di
lain pihak, individu field dependent cenderung berpikir global, mengikuti
struktur materi pembelajaran apa adanya, mengikuti tujuan pembelajaran
yang ada dan lebih mengutamakan motivasi eksternal.

Gejala psikologis lain yang dapat membedakan individu dalam proses


belajarnya adalah gaya berpikir. Gaya berpikir erat kaitannya dengan fungsi

Halaman 42 dari 143


belahan otak. Koestler dan Clark yang menyebut bahwa belahan otak kanan
lebih bersifat lateral dan divergen, sedangkan belahan otak kiri lebih bersifat
vertikal dan konvergen.

Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berpikir, dan


masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan
tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi tertentu. Proses
berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional, sedangkan
proses berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, divergen, dan
holistik. Daya adopsi individu juga berbeda dan juga berpengaruh terhadap
proses pembelajaran. Rogers, membedakan individu berdasarkan daya
adopsinya menjadi empat kelompok, yaitu adopter, mayoritas awal (early
majority), mayoritas akhir (late majority), dan pembelot (laggard). Individu
yang masuk kelompok adopter selalu mempelopori penerimaan inovasi.
Kelompok mayoritas awal memerima inovasi apabila sudah sekitar 30 persen
individu lainnya menerima. Kelompok individu mayoritas akhir bersedia
menerima inovasi setelah 60 persen individu lainnya. Kelompok individu
pembelot adalah kelompok individu yang paling sukar menerima inovasi.
Setelah itu, berawal dari kegagalan individu cerdas dan berbakat dalam
usahanya, ditemukan variabel ketahan-malangan (adversity) yang dapat
mempengaruhi aktivitas individu, termasuk belajar.

Ketahan-malangan adalah daya tahan individu untuk menghadapi tantangan.


Stoltz yang membedakan individu berdasarkan ketahan-malangan yang
dimiliki menjadi tiga kelompok, yaitu penjelajah (climber), penunggu
(camper), dan penyerah (quitter). Individu penjelajah selalu ingin maju
seberapa pun hambatan yang dialami. Individu penunggu, untuk berbuat
sesuatu selalu menunggu keberhasilan individu lainnya. Individu penyerah
adalah individu yang tidak berusaha untuk maju dan cenderung menyerah
sebelum berusaha.

Halaman 43 dari 143


Kemampuan awal peserta juga harus mendapat pertimbangan dalam proses
pembelajaran. Kemampuan awal sangat dipengaruhi oleh pengalaman
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
perbedaan lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan awal.
Perbedaan kemampuan awal mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk
mengelaborasi informasi baru untuk membangun struktur kognitif.

Dengan melihat perbedaan-perbedaan itu rupanya dalam belajar juga dituntut


individualisasi agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Permasalahan yang
timbul adalah bagaimana mengakomodasi perbedaan karakteristik individu
dalam pembelajaran. Permasalahan berikutnya adalah komponen-komponen
pembelajaran yang mana saja dapat diadaptasikan dengan karakteristik
individu yang amat beragam.

Mengenal bekalkarakteristik peserta didik menduduki posisi strategis,


karena sentral layanan pendidikan, baik dalam latar institusi persekolahan
maupun yang berada di luar latar institusi persekolahan, tertuju kepada
peserta didik. Semua kegiatan pendidikan, baik yang berkenaan dengan
manajemen akademik, layanan pendukung akademik, sumber daya manusia,
sumber daya keuangan, sarana prasarana dan hubungan sekolah dengan
masyarakat, senantiasa diupayakan agar peserta didik mendapatkan layanan
pendidikan yang andal. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
manajemen peserta didik (kesiswaan) perlu dibekalkan kepala kepala
sekolah atau calon kepala sekolah melalui pendidikan dan pelatihan.
Manajemen peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta
didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik
lulus, bahkan menjadi alumni. Bidang kajian manajemen peserta didik,
sebenarnya meliputi pengaturan aktivitas-aktivitas peserta didik sejak yang
bersangkutan masuk ke sekolah hingga yang bersangkutan lulus, baik yang
berkenaan dengan peserta didik secara langsung, maupun yang berkenaan

Halaman 44 dari 143


dengan peserta didik secara tidak langsung: kepada tenaga kependidikan,
sumber-sumber pendidikan, prasarana dan sarananya. Karena itu, kegiatan
manajemen peserta didik meliputi hal-hal sebagai berikut.

Perencanaan peserta didik, termasuk di dalamnya adalah: school census,


school size, class size dan efektive class. Penerimaan peserta didik, meliputi
penentuan: kebijaksanaan penerimaan peserta didik, sistem penerimaan
peserta didik, kriteria penerimaan peserta didik, prosedur penerimaan peserta
didik, pemecahan problema-problema penerimaan peserta didik. Orientasi
peserta didik baru, meliputi pengaturan: hari-hari pertama peserta didik di
sekolah, pekan orientasi peserta didik, pendekatan yang dipergunakan dalam
orientasi peserta didik, dan teknik-teknik orientasi peserta didik. Mengatur
kehadiran, ketidak-hadiran peserta didik di sekolah. Termasuk di dalamnya
adalah: peserta didik yang membolos, terlambat datang dan meninggalkan
sekolah sebelum waktunya. Mengatur pengelompokan peserta didik baik
yang berdasar fungsi persamaan maupun yang berdasarkan fungsi
perbedaan. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki
proses belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan maupun untuk
kepentingan promosi pserta didik. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik.
Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out. Mengatur kode etik,
pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik. Mengatur layanan peserta
didik yang meliputi: Layanan kepenasehatan akademik dan administratif,
Layanan bimbingan dan konseling peserta didik, mengatur organisasi peserta
didik yang meliputi: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan organisasi
Alumni

Perlu dipertimbangkan bahwa secara sosiologis, peserta didik


mempunyai kesamaan-kesamaan. Kesamaan-kesamaan itu dapat ditangkap
dari kenyataan bahwa mereka sama-sama anak manusia, dan oleh karena
itu mempunyai kesamaan-kesamaan unsur kemanusiaan. Fakta

Halaman 45 dari 143


menunjukkan bahwa tidak ada anak yang lebih manusiawi dibandingkan
dengan anak lainnya; dan tidak anak yang kurang manusia dibandingkan
dengan anak yang lainnya. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak
inilah yang melahirkan kensekuensi samanya hak-hak yang mereka punyai.
Di antara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak
untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu.
Samanya hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian
melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan
(schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan
kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui
sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang
bersifat individual. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sistem
schooling memang lebih memberi porsi bagi layanan atas kesamaan
dibandingkan layanan atas perbedaan.
Sungguhpun demikian, layanan yang lebih diaksentuasikan kepada
kesamaan anak ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat
dengan pandangan psikologis mengenai anak. Sungguhpun anak-anak
manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-kesamaan, ternyata jika
dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini kemudian menunjukkan
bukti-bukti yang meyakinkan, bahwa di dunia ini tak ada dua anak atau lebih
yang benar-benar sama. Dua anak atau lebih yang kelihatan samapun,
misalnya saja si kembar, pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena
berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang
berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling
tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan
layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut.
Ada dua tuntutan, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan
perbedaan anak itulah, yang melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan.
manajemen peserta didik, adalah kegiatan yang bermaksud untuk mengatur

Halaman 46 dari 143


bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di
sekolah.
Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada
perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik
berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Sebagai
akibat dari adanya perbedaan bawaan peserta didik, maka akan ada peserta
didik yang lambat dan ada peserta didik yang cepat perkembangannya.
Kompetisi yang sehat akan memungkinkan jika ada usaha dan kegiatan
manajemen, ialah manajemen peserta didik. Demikian juga peserta didik
yang bermasalah sebagai akibat dari adanya kompetisi akan dapat ditangani
dengan baik manakala manajemen peserta didik-nya baik.
Dalam upaya mengembangkan diri tersebut, ada banyak kebutuhan yang
sering kali tarik-menarik dalam hal pemenuhan pemrioritasnnya. Di satu sisi,
para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi akademiknya, di sisi lain,
ia ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan sebayanya. Bahkan tidak itu
saja, dalam hal mengejar keduanya, ia ingin senantiasa berada dalam
keadaan sejahtera. Pilihan-pilihan yang tepat atas ketiga hal yang sama-
sama menarik tersebut, tidak jarang menimbulkan masalah bagi para peserta
didik. Oleh karena itu diperlukan layanan tertentu yang dikelola dengan baik.
manajemen peserta didik berupaya mengisi kebutuhan tersebut.

Fungsi layanan peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi
aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta
didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi
individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan

Halaman 47 dari 143


tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan
khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta
didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan
sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan
sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini
berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan
peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan
minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut
disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap
perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam
hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan
demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.
Uraian pemahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek
fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, sosial-
emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya, dan
mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu
diatas ditambah dilanjutkan dengan penguraian mengenai bagaimana
mengarahkan peserta didik, diharapkan dapat membantu anda dalam
menjalankan tugas sehari-hari sebagai guru

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 103 tahun 2014, kegiatan


pembelajaran dimulai dengan aktivitas pemecah kebekuan atau ice breaker .

Halaman 48 dari 143


Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang melibatkan emosi peserta didik.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, sukses, partisipatif, berbasis
aktifitas maka anda harus meanamkan rasa nyaman, berkontribusi, dan
menumbuhkan rasa percaya antar peserta. Dalam lingkungan peserta yang
saling percaya, peserta akan lebih disiapkan untuk berani mengambil resiko,
berkontribusi dan lebih menyenangi belajar.

Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, guru harus memecahkan


kebekuan pada awal pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta
dan menciptakan perasaan positif satu sama lain. Tehnik ini dikenal sebagai
“pemecah kebekuan” atau “Ice-breakers”.

Dua kegunaan utama Ice-breakers:

1. Untuk saling mengenal. Saling mengetahui hal-hal kecil satu sama


lainnya, perasaan positif antar sesama dan lebih siap mengambil resiko
dalam berbagi pengalaman dan pandangannya.

2. Menciptakan kesungguhan untuk berpartisipasi dalam pelatihan. Ice


Breaker ini akan mengubah perasaan dan pikiran yang pasif dan negatif
ke arah yang positif dan aktif. Bagian terberat pada banyak pelatihan
adalah bagaimana melewati kepasifan dan ketidak-tertarikan peserta. Ice
Breaker ini akan membawa anda bergerak melewati kebekuan dan akan
membuat anda berinteraksi dengan lebih baik dengan peserta selama
pelatihan .

Kunci keberhasilan dalam membuat Ice breaker adalah (a) menyenangkan


(b) mereka aktif dan (c) mereka saling berbagi informasi mengenai diri
mereka.

Di bawah ini beberapa contoh mengenai pengenalan Ice Breaker:

A. Rhyming Names

Halaman 49 dari 143


Latihan kelompok – mempraktekkan Rhyming Names

Anda telah diberi kartu nama.

Pilihlah kata sifat yang dimulai dengan huruf pertama dari nama anda
yang cocok dengan sifat atau kepribadian anda – misalnya, Fantastis
Fatima, Joget Joko, Dangdut Diana

Tulislah di depan nama anda dalam kartu nama anda.

Anda akan diberi waktu 2 menit untuk berkeliling dan bertemu dengan
orang lain. Pada akhir waktu setiap orang akan menulis nama orang
lain berdasarkan yang diingat. Kita akan menggunakan nama julukan
yang dibuat di depan nama mereka selama pelatihan ini berlangsung.

B. Permainan Deteksi kebohongan

Aktivitas kelompok – praktek permainan deteksi


kebohongan

Buatlah tiga pernyataan yang cukup menarik. Dua harus benar dan
satu bohong. Misalkan

a). Saya telah berkeliling di semua provinsi di Indonesia (benar)

b). Saya punya se-ekor ayam yang bernama “George Bush” (bohong)

c). Saya pernah tinggal di Jepang selama satu tahun. (benar)

Dalam beberapa menit katakan hal ini pada 6 orang. Mereka harus
memilih mana yang bohong. Kita akan bisa menemukan siapa
sebetulnya yang pandai berbohong dan yang pandai menebak.

Menggunakan Energizer

Halaman 50 dari 143


Energizer biasanya di gunakan pada awal hari pelatihan, setelah istirahat
atau setiap saat jika diperlukan agar peserta menjadi bersemangat kembali
atau bisa juga sebagai transisi dari satu sesi ke sesi yang lain. Energizer
yang baik harus menyenangkan, kadang kadang ribut dan membuat orang
tertawa.

Idealnya energizer yang baik ada hubungannya dengan topik yang akan
dibahas. Misalnya, kompetisi desain pesawat terbang sesuai untuk
membahas topik penting kreatifitas dan praktek dalam merencanakan dan
membuat keputusan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Energizer

Seperti yang anda perkirakan bahwa tidak semua energiser dapat dipakai
untuk semua situasi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :

Kebutuhan peserta

Anda harus pandai pandai dalam memilih energizer mana yang cocok dan
sesuai dengan kebutuhan peserta. Beberapa energiser mungkin efektif pada
satu peserta pelatihan dan mungkin tidak pada peserta pelatihan yang lain.
Cobalah pilih energiser yang sesuai dengan aktifitas pelatihan yang akan
dilakukan.

Ukuran kelompok dan rentang waktu

Perhatikan besarnya kelompok dan waktu yang tersedia untuk melakukan


energizer. Idealnya energizer dilakukan tidak lebih dari lima menit dan
melibatkan semua peserta.

Keamanan

Beberapa energizer sangat aktif. Anda perlu mengumumkan mungkin bagi


peserta yang sedang hamil bisa tidak ikut aktifitas ini atau bagi orang yang
punya penyakit jantung.

Halaman 51 dari 143


Contoh-2 energizers

Kelas akan bermain energizer berikut ini.

Gajah dan semut

Peserta diminta untuk berdiri dan membuat lingkaran penuh

Peserta diminta untuk merespon kata “Gajah” atau “semut” dengan


kata “besar” atau ”kecil”. Peserta juga diminta untuk mengekspresikan
dengan gerak bagaimana simbol besar dan simbol kecil.

Berikutnya peserta diminta untuk merespon kata ” Gajah” dengan kata


”Besar” namun dengan gerakan tubuh yang menyimbolkan sesuatu
yang ”kecil”, demikian juga dengan kata ”Semut” peserta diminta untuk
merespon dengan kata ”Kecil” namun dengan gerakan tangan
menyimbolkan sesuatu yang ”Besar”

Pelatih akan memimpin kata apa yang akan dipilih (Gajah atau Semut)
dan peserta diminta merespon dengan cepat. Bagi peserta yang salah
gerak akan ditunjuk oleh peserta yang lain karena masih dalam
lingkaran (saling mengawasi). Lakukan beberapa kali (3-5 kali) dan
anda masih menemukan bagaimana masih ada saja orang yang
melakukan kesalahan respon.

Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer ini


dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang
bermanfaat?

Halaman 52 dari 143


Samson dan Delilah

Dalam kisah Samson dan Delilah terdapat tiga karakter utama yaitu :
Samson, Delilah dan Singa.

1. Bagilah peserta menjadi dua kelompok dengan tehnik nominal


”satu” dan ”dua”.

2. Tempatkan kelompok satu dan kelompok dua saling berhadap-


hadapan (berbaris)

3. Mintalah mereka mengekspresikan dengan suara dan gerak


untuk masing masing karakter di atas (Samson perkasa dengan
kepalan dan suara ”hah”.., Delilah yang jelita dengan suaru ”aih”
dan gerakan yang gemulai/kemayu dan Singa dengan suara
”auman” dan dua cakarnya)

4. Jelaskan bahwa Samson dapat mengalahkan Singa, Singa


dapat memakan Delilah, namun Delilah dapat mengalahkan
Samson.

5. Mintalah pada kelompok satu dan dua untuk memikirkan


karakter apa yang akan ditampilkan secara serentak, dengan
tujuan untuk saling mengalahkan satu dan lainnya.

6. Pelatih akan menghitung (1,2,3) dan masing masing kelompok


harus mengeluarkan karakter yang dipilih.

7. Lakukan sebanyak tiga kali dan tentukan kelompok mana yang


menang

8. Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer


ini dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang

Halaman 53 dari 143


bermanfaat?

Setelah peserta melakukan ice breaking, peserta diminta melakukan kegiatan


pembelajaran utama atau kegiatan inti. Karena dalam kegiatan inti ini anda
disediakan bahan bacaan utama dalam bentuk bahan ajar tertulis berbentuk
teks, maka kegiatan pembelajaran utama adalah membaca teks tersebut.
Salah satu yang disarankan digunakan dalam membaca teks tersebut adalah
model membaca teks yang disarankan oleh Francis P. Robinson, Universitas
Negeri Ohio Amerika Serikat, yaitu model belajar SQ3R. Merupakan
singkatan dari Surveying, Questioning, Reading, Reciting, dan Reviewing.

Langkah pertama, dalam melakukan aktivitas survey, adalah membantu dan


mendorong peserta diklat untuk memeriksa atau meneliti secara singkat
seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar peserta diklat mengetahui
struktur teks, yang meliputi judul, bagian (heading) dan judul subbagian
(subheading), istilah dan kata kunci. Dalam melakukan survey, peserta didik
dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna
kuning, hijau, dan warna lainnya) seperti stabilo untuk menandai bagian-
bagian tertentu. Disarankan juga peserta didik menyajikan hasil survey ini
dalam bentuk peta konsep. Bagian-bagian penting dari peta konsep dapat
dijadikan bahan pertanyaan, dengan cara ditandai untuk memudahkan
proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya. Kegiatan ini
setara dengan dengan kegiatan mengamati pada pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran

Anda akan menyaksikan bahwa peta konsep memungkinkan anda mencatat


banyak sekali informasi dalam satu halaman dan memperlihatkan hubungan
antar berbagai konsep dan ide. Penggambaran secara visual membantu
anda berfikir tentang suatu subjek secara global dan memungkinkan
keluwesan (fleksibilitas) pemikiran anda. Pada sebuah peta anda secara

Halaman 54 dari 143


harfiah dapat melihat sturuktur subjek yang bersangkutan dalam cara yang
mustahil dilakukan dengan kerangka yang linear. Anda dapat melihat tema-
tema terpisah namun juga hubungan-hubungan antartema. Pencatatan
secara linear tidak dapat menjaga kita agar tetap sadar akan kompleksitas
pemikiran. Sebaliknya, pencatatan melalui peta konsep dapat melakukan hal
itu.
Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh Collin Rose:
- Mulai Dengan Topik Ditengah-Tengah. Awali dengan menuliskan tema
pokok ditengah-tengah halaman. Ini mendorong anda mendefinisikan
gagasan inti subjek yang tengah anda pelajari, titik awal pembelajaran
yang efektif.
Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda
punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas subsubtema di
sekelilingnya.
Mereka dapat dihubungkan dengan tema pokok memakai garis, seperti
jari-jari roda.
- Gunakan Kata-Kata Kunci. Sasaran peta konsep adalah hanya
menangkap fakta-fakta penting yang ketika ditinjau ulang akan memicu
ingatan terhadap seluruh subjek pelajaran. Anda akan mendapati bahwa
ini umumnya menggunakan kata kerja dan kata benda kunci. Hal-hal
lainnya adalah informasi “yang diisikan di dalamnya” yang memasok fikiran
anda ketika ia telah “disentak” oleh peta-peta konsep.
- Buatlah cabang-cabangnya. Berpijaklah pada tema pokok anda keluar ke
semua arah. Batasilah cabang utama antara lima dan tujuah.
- Gunakan Simbol, Warna, Gambar, Dan Citra-Citra Lainnya. Kombinasi
berbagai gaya menjadikan peta konsep lebih mudah diingat. Untuk
keragaman, variasikan ukuran kata di peta tersebut. Tulis kata-kata atau
frase-frase kunci dengan huruf kapital tebal. Batasi kata-kata seminimal
mungkin. Gunakanlah symbol simbol

Halaman 55 dari 143


Yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya,
gambar jantung segitiga dan sebagainya.
- Buatlah Seperti Bilbor. Gunakan ruang bersih putih antarinformasi
sedemikian rupa sehingga semua kata atau gambar / citra jelas
terpampang. Buatlah ia setebal mungkin, mencengangkan, dan “mudah
diingat”. Buatlah menarik. Buatlah kata-kata yang penting lebih menonjol
daripadayang lain.
- Buatlah Berwarna Warni. Berilah penekanan pada berbagai butir atau
tema pokok dengan menggunakan warna-warna yang padu. Buat sejelas
yang anda mau.
- Praktik Menjadikan Lebih Sempurna. Jangan harap anda langsung benar
untuk pertama kali. Pada kenyataannya, alangkah lebih baik jika anda
menggambar ulang peta konsep anda. Melakukannya dua atau tiga kali
akan membantu anda mengingat detail-detailnya.
- Melakukannya Sendiri Anda tidak harus menjadi seorang seniman lukis
untuk dapat embuat peta konsep. Yang penting yaitu mengembangkan
gagasan anda sendiri. Gunakan sebanyak mungkin gambar yang dapat
anda buat. Tony Buzan misalnya, menekankan benar kebutuhan akan
penggambaran secara visual.
Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih
bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri,
menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan
membantu mencerap informasi ke dalam ingatan jangka panjang anda.
Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda
gambar.
- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk
menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta
memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya
sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.

Halaman 56 dari 143


- Mengapa Peta Kosep Harus Mudah Dimengerti Anda akan menghemat
waktu karena anda hanya mencatat dan selanjutnya membaca dan
meninjau, kata-kata kunci saja. Anda tidak harus menelisik bahan-bahan
yang tak diperlukan atau bahan
sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas.
Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah
diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita
mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.
- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri,
memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda
melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan
setahun kemudian, anda akan mengangkat dan menekankan butir-butir
penting informasi baru.
Perhatikan tekanan pada kata baru. Banyak orang menyoroti semua
gagasan penting dalam suatu paragraf. Itu kedengarannya logis, tetapi
sebenarnya tidak. Butir masalah yang penting dalam hubungannya dengan
pembelajaran adalah anda memperoleh informasi atau cara baru dalam
melihat informasi lama. Maka, untuk menekankan sesuatu yang sudah
anda ketahui yaitu dengan meningkatkan usaha anda ketika anda kembali
untuk meninjau ulang di kemudian hari. Dan peninjauan yang cepat
tentang apa yang anda telah pelajari adalah bagian penting dari
“menyimpan rapat-rapat” yang sebenarnya.
Hasilnya? Anda dapat meninjau pengetahuan anda tentang keseluruhan
isi buku kira-kira hanya dalam waktu lima belas menit.
- Duduklah Dengan Tenang Lalu Visualisasikan Kebanyakan dari kita perlu
duduk dan berfikir dengan tenang pada apa yang baru saja dilihat, dibaca
atau didengar. Tataplah ia dengan mata fikiran anda dan buatlah “film
mental” darinya. Ia mungkin hanya suatu potongan seperti pemutaran

Halaman 57 dari 143


ulang sesaat dalam suatu program olahraga. Itu membantu menyimpan
informasi dalam memori visual anda.
Para pelayan penerbang Trans World Airlines (TWA) yang mengikuti tes
keamanan penerbangan menggunakan gambar-gambar untuk
meningkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan
sekuens berikut ini.
1) Mereka mengelilingi pesawat terbang, dengan mencatat lokasi-lokasi
yang aman
2) Kemudian mereka mengidentifikasi lokasi-lokasi pada diagram yang
dapat mereka ingat
3) Mereka mengakurkan lokasi-lokasi itu dengan diagram induk
4) Kemudian mereka duduk, menutup mata, dan menggambarkan lokaso-
lokasi itu dalam mata fikiran mereka. Akhirnya mereka membuat
diagram lokasi sekali lagi.
Bagaimana anda dapat menambahkan citra mental setelah anda
mempelajari sesuatu?
- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah
menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau
diagram.

Peta konsep, hasil langkah survey, diharapkan menumbuhkan motivasi


peserta diklat untuk mempelajari bahan ajar lebih lanjut.

Keingintahuan peserta diklat dituangkan dalam kegiatan bertanya, sehingga


langkah kedua SQ3R adalah Question. Dari peta konsep yang dihasilkan,
peserta diklat diminta untuk menanyakan, atau menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang
telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada
panjang pendeknya teks, dan kemampuan peserta dalam memahami teks
yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal

Halaman 58 dari 143


yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin mereka hanya perlu membuat
beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan siswa
tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan
sebanyak-banyaknya. Kegiatan ini setara dengan kegiatan bertanya pada
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

Langkah ketiga adalah membaca teks (Read). Peserta diklat diminta untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dengan cara membaca
secara aktif teks yang disediakan. Dalam hal ini membaca secara aktif juga
berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan
mengandung jawaban-jawaban yang relevan dengan pertanyaan tadi. Jika
sebuah pertanyaan tak terjawab, peserta diklat diminta menjawab
pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan,
termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik

Langkah keempat adalah Recite (mengkutip ulang). Peserta diklat


mengemukakan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun
dengan bahasa dirinya. Peserta diklat dilatih untuk tidak membuka teks
bahan ajar dalam mengutip ulang jawaban, sebaliknya mereka diminta untuk
mengutip hasil kegiatan membacanya, dengan bahasa sendiri

Langkah kelima adalah Review (mengomunikasikan setiap jawaban yang


telah di temukan), peserta diklat diminta meninjau ulang seluruh pertanyaan
dan jawaban secara singkat, langkah ini setara dengan dengan langkah
mengkomunikasikan dalam pembelajaran pendekatan ilmiah.

Hal yang perlu diketahui juga adalah bahwa bahan ajar ini bukan berupa
bahan ajar “self contained” sepenuhnya yang memberikan informasi secara
komprehensif, namun sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 65
tahun 2013 mengenai standar proses, ada banyak sumber belajar yang lain
yang perlu dipelajari. Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai

Halaman 59 dari 143


karakteristik belajar peserta didik, anda dapat buku “Psikologi Kependidikan”
yang ditulis oleh Abin Syamsudin Makmun.

E. KASUS

Seorang guru SMK Pertanian di suatu kabupaten mengatakan bahwa banyak


peserta didik sekolah tersebut yang kurang motivasi kalau belajar di kelas,
mereka lebih senang kalau belajar di lahan. Berkaitan dengan karakteristik
belajar peserta didik, bagaimana anda menanggapi hal ini? Bagaimana anda
merancang kegiatan pembelajaran untuk peserta didik seperti yang
dideskripsikan oleh kasus ini?

F. RANGKUMAN

Cara belajar peserta didik tidak selalu sama, ada gaya belajar tertentu yang
dirasa cocok untuk sesorang peserta didik, belum tentu sesuai kalau
diterapkan oleh peserta didik lain. Keragaman perilaku belajar peseta didik
perlu dipelajari oleh guru agar dapat memfasilitasi proses belajar semua
spectrum peserta didik.

Ada beberapa karakteristik peserta didik yang disajikan disini yaitu


karakteristik/gaya belajar menurut Dave Meier, David A. deKolb, dan Honey-
Mumford. Dave Meier menyatakan bahwa pembelajaran akan bermakna
kalau melibatkan aktivitas fisik/somatik (S),melibatkan auditori (A), melibatkan
Visual (V) dan melibatkan pendalaman intelektual (I).

David A de Kolb membagi gaya belajar menjadi 4, yaitu belajar melalui


proses mengalami secara konkrit, belajar melalui pengkonsepan secara
abstrak, belajar melalui pengamaan reflektif, belajar melalui eksperimentasi
aktif.

Halaman 60 dari 143


Honey dan Mumford membuat penggolongan pesertadidik, menjadi empat
macam atau tipe peserta didik, yakni aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis

G. UMPAN BALIK

Kalau anda belum yakin dalam menjawab studi kasus diatas, pelajari lagi
bahan ajar ini

Disamping itu dalam rangka meningkatkan proses diklat, Anda diminta untuk
menjawab beberapa pertanyaan berikut. Agar Anda bebas dalam
memberikan jawaban, Anda tidak perlu menulis identitas Anda!
1. Apakah target yang ingin Anda dicapai dengan menelaah bahan ajar ini?

Halaman 61 dari 143


2. Setelah Anda membaca materi ini, berapa persen hal-hal yang Anda
targetkan telah tercapai? Berikan penjelasan!

3. Apakah materi ini mempunyai kontribusi terhadap tugas-tugas Anda


dilapangan? Deskripsikan kemungkinan manfaatnya!

Halaman 62 dari 143


4. Kedepankan kekurangan dari materi diklat ini! Kemukakan saran-saran
Anda terkait dengan perbaikan materi diklat ini!

5. Bagaimanakah tingkat keterbacaan materi diklat ini! Apakah materi ini


punya nilai aplikasi di lapangan? Ataukah memberikan wawasan dan
inspirasi dalam pelaksanaan tugas di lapangan?

Halaman 63 dari 143


6. Berikan saran-saran Anda terkait dengan penyempurnaan materi diklat ?

H. Kunci Jawaban

Kasus diatas memberikan petunjuk kepada kita bahwa pada umumnya


peserta didik dalam studi kasus ini adalah perserta didik yang bergaya belajar
Somatis (menurut Dave Meier), bergaya belajar eksperimentasi aktif (de
Kolb), bergaya belajar pragmatis (menurut Honey Mumford)

EVALUASI

Berikan tanda V pada nomor jawaban yang betul:

Soal

Seorang guru harus mampu mengidentifikasi karakteristik peserta didik


dalam mata pelajaran yang diampu, berikut adalah beberapa gaya belajar
menurut David A Kolb , 1984 yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
potensi peserta didik

Halaman 64 dari 143


Jawaban

Visual, audio, kinestetik

Diverger, assimilator, converger, dan akomodator

Linguistik, logika matematik, visual spasial, musikal kinestetik, interpersonal,


dan natural

Somatis, auditori, visual, dan intelektual

Soal

Dave Meier menyarankan agar anda mengidentifikasi gaya belajar peserta


didik mata pelajaran yang anda ampu, berikut adalah beberapa gaya belajar
menurut kajian Dave Maier

Jawab

Linguistik, logika matematik, visual spasial, musikal kinestetik, interpersonal,


dan natural

Diverger, assimilator, converger, dan akomodator

aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis

Somatis, auditori, visual, dan intelektual

Halaman 65 dari 143


KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

MENGIDENTIFIKASI POTENSI PESERTA DIDIK DALAM MATA


PELAJARAN YANG DIAMPU

A. TUJUAN

1. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

2. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang


diampu

3. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran


yang diampu

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


1. Menguraikan bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu dalam ranah pengetahuan dan keterampilan
2. Mengkategorikan kesulitan belajar peserta didik terhadap pengetahuan
dan keterampilan pada mata pelajaran yang diampu
3. Menguraikan potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu
dalam ranah pengetahuan dan keterampilan
4. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik terhadap penguasaan
pengetahuan dan keterampilan pada mata pelajaran yang diampu.
5. Mengkategorikan bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu dalam ranah pengetahuan dan keterampilan
6. Mengkategorikan potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu

C. URAIAN MATERI

Halaman 66 dari 143


Bagaimana rasanya menjadi guru di depan kelas? Sepertinya menjawab
pertanyaan tadi adalah hal yang mudah. Berdasarkan pengalaman anda
sebagai peserta didik, anda dapat mengingat bahwa yang dilakukan oleh
para guru adalah bertanya dan mengevaluasi peserta didik. Mereka juga
menerangkan dan kadang-kadang mendemonstrasikan apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik. Mereka memberi tugas membaca bab dan
melakukan pengulangan atau memberikan tes untuk bab tersebut. Mereka
memuji beberapa peserta didik yang memberikan jawaban benar atau kerja
yang bagus, dan mereka mendorong, menghukum dan kadang menegur para
peserta didik yang dianggap tidak memenuhi harapan kinerjanya dengan
harapan kinerja mereka membaik. Dan pada saat mendekati semester akhir
mereka memutuskan siapa yang lulus dan siapa yang tidak. Apakah tugas
guru adalah seperti diatas?

Kenyataannya, tugas guru tidaklah sesederhana itu, tidak seperti profesi lain
yang bekerja dengan benda mati, dimana dalilnya dirumuskan dengan salah
satu hukum fisika Newton “aksi sama dengan reaksi”. Dengan benda mati,
reaksi objek yang kita beri aksi sudah dapat dipastikan. Dalam dunia
pendidikan apakah respon peserta didik dapat kita tentukan seperti hukum
fisika diatas? Tentu saja tidak, sikap guru yang sama terhadap sejumlah
peserta didiknya tidak akan direspon dengan cara yang sama, tetapi direspon
secara berbeda oleh masing-masing peserta didik.

Respon peserta didik berbeda dengan dugaan popular bahwa mengajar


terdiri dari hanya kompetensi spesifik atau sikap yang bisa diobservasi,
namun sebagaimana konsep B. F. Skinner mengenai pengkondisian operator
pembelajaran (operant conditioning), diharapkan guru juga dapat
membimbing peserta didik dalam cara merespon sesuatu. Satu contoh dari
ketidakpastian mengajar diberikan oleh catatan guru magang dalam
menanamkan kebiasaan membaca mandiri dalam kelas. Disini diilustrasikan

Halaman 67 dari 143


bahwa meskipun pengaturan kelas maupun materi sudah dipersiapkan
dengan baik tidak menjamin hasilnya sesuai dengan yang diharapkan,
karena masih ditentukan oleh kecocokan pemilihan metode pembelajaran
dengan karakter peserta didik.

Permendiknas no 16 tahun 2007 mengamanatkan bahwa anda harus


menguasai kompetensi mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata
pelajaran yang anda ampu, mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik
anda dalam mata pelajaran yang anda ampu dan mengidentifikasi kesulitan
belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

Potensi peserta didik

Potensi peserta didik seringkali tidak mudah untuk diidentifikasi. Edgar


Schein mengibaratkan bekal awal peserta didik seperti fenomena gunung es
(iceberg). Kenampakan gunung es di permukaan laut bahkan memberikan
pelajaran kepada manusia sebagaimana yang pernah didokumentasikan
dalam film “Titanic”. Dalam pelayaran perdananya kapal besar tersebut
menabrak gunung es yang dianggapnya kecil dan akhirnya karam. Potensi
peserta didik kita juga seperti yang digambarkan dalam ilustrasi sebagaimana
gunung es dalam gambar 11 berikut.

Bongkahan es di laut
Keyakinan (belief), niat
akan mengapung
(motives)
dipermukaan dengan
Gambar 11. Potensi peserta didik kita seperti proporsi kira-kira 10%
fenomena gunung es berada di atas
permukaan,
sedangkan sisanya
kira-kira 90% berada di
bawah permukaan

Halaman 68 dari 143


sehingga tidak
kelihatan. Demikian
juga dengan perilaku
yang nampak
merupakan pewujudan
dari nilai-nilai yang
dianut, standar yang
jadi pedoman, dan
cara pandang terhadap

objek yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianut tersebut didasari oleh asumsi
dasar atau keyakinan yang menimbulkan niat atau motif perilaku.

Bekal awal memang dapat diidentifikasi melalui tes, namun tes saja belum
menggambarkan motivasi peserta didik untuk mempelajari lebih jauh materi-
materi yang akan dikuasainya. Disinilah anda diharap mengenal peserta didik
anda dari aspek nilai-nilai apa yang dianut dan asumsi dasar apa yang
menjadi motif peserta didik anda. Menjadi pendidik tidak sekedar mentransfer
pengetahuan namun profesi yang diperuntukkan bagi orang yang dapat
menjadi panutan peserta didiknya. Ikatan emosi antara anda sebagai
pengajar dengan peserta didik anda akan membangun hubungan yang kuat
dengan mereka. Hubungan yang kuat melalui kontak sehari-hari anda
dengan peserta didik anda akan membangun komunikasi dan memahamkan
kebutuhan pribadi dan akademik peserta didik anda.

Hofstede dalam “Cultures and Organizations: Software of the Mind” (Geert


Hofstede, 1997) menyatakan bahwa setiap orang sudah mempunyai bekal
kompetensi, baik secara kognitif psikomotorik maupun afektif melalui
interaksinya secara social dengan orang lain. Perilaku peserta didik anda

Halaman 69 dari 143


tersebut perlu dipertimbangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Interaksi tersebut digambarkan seperti gambar 12 berikut

(Rosenthal and Jacobson, Bamburg, Good and Brophy,


Omatani, Patriarca, and Purkey)
Gambar 12. Perilaku peserta didik merupakan hasil interaksi dengan
lingkungannya

Hari-hari pertama di sekolah bagi peserta didik adalah hari yang


dirasakan secara campur aduk. Campur aduk antara senang dan khawatir,
antara bangga dan kadangkala cemas. Senang dan bangga, karena baru
saja diterima menjadi peserta didik di sekolah yang dipilihnya. Khawatir dan
cemas karena dia akan berhadapan dengan tugas-tugas baru yang lebih
berat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Oleh karena yang dihadapi oleh peserta didik baru tersebut adalah hal-
hal yang serba baru, maka hasrat ingin tahu mereka terhadap lingkungan
baru tersebut sangat besar. Siapa saja guru di sekolah tersebut, siapa saja
pejabat-pejabat di sekolah tersebut, dan bagaimana penampilan orangnya,
adalah pertanyaan-pertanyaan yang seringkali menggoda peserta didik baru.
Demikian juga apa yang menjadi keahlian gurunya, bidang studi yang akan
diajarkan seringkali ingin diketahui oleh mereka.
Para peserta didik baru ini juga seringkali tidak sabar dengan
keingintahuannya tentang perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah serta
berbagai macam jenis layanan yang didapatkan di sekolah. Hal demikian
wajar mengingat lingkungan baru sekolah yang lebih tinggi dibandingkan
sekolah mereka sebelumnya, menimbulkan persepsi lebih bagi peserta didik
terhadap sekolah barunya. Kelebihan-kelebihan demikian inilah yang segera
ingin mereka ketahui.

Halaman 70 dari 143


Tidak jarang, peserta didik sebenarnya telah mengenal sekolah tersebut
melalui brosur-brosur, berita-berita di koran serta cerita dari teman-temannya.
Oleh karena itu, ia ingin tahu senyatanya terhadap sekolah tersebut, begitu ia
diterima sebagai peserta didiknya. Oleh karena itulah, pada hari-hari pertama
di sekolah tersebut, peserta didik diperkenalkan secara menyeluruh dan
global mengenai sekolahnya, personalianya, jenis-jenis layanan yang dapat
dimanfaatkan dan sebagainya. Perkenalan secara menyeluruh tersebut
dilakukan bersamaan dengan penerimaan secara resmi terhadap peserta
didik oleh kepala sekolah.

Bekal ajar peserta didik juga dapat dipelajari oleh guru selama masa
orientasi peserta didik, Jika pada hari-hari pertama masuk sekolah, peserta
didik diperkenalkan dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah
secara global, maka pada pekan orientasi studi ini mereka diperkenalkan
secara rinci.
Adapun lingkungan sekolah yang diperkenalkan secara rinci tersebut
adalah: peraturan dan tata tertib sekolah, guru dan personalia sekolah,
perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah, bengkel sekolah, kafetaria
sekolah, bimbingan dan konseling sekolah, layanan kesehatan sekolah,
layanan asrama sekolah, orientasi program studi, cara belajar yang efektif
dan efisien di sekolah dan organisasi peserta didik.

a. Peraturan dan Tata Tertib Sekolah


Para peserta didik baru perlu diperkenalkan dengan tata tertib sekolah.
Sebab, tata tertib sekolah ini mengatur perilaku peserta didik di sekolah.
Adapun tata tertib sekolah yang harus dipatuhi oleh peserta didik adalah:
1) Peserta didik wajib berpakaian sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh sekolah.

Halaman 71 dari 143


2) Peserta didik wajib memelihara dan menjaga ketertiban serta
menjunjung tinggi nama baik sekolah.
3) Peserta didik harus hadir di sekolah paling lambat 5 menit sebelum
pelajaran dimulai.
4) Peserta didik harus siap menerima pelajaran yang telah ditetapkan
oleh sekolah.
5) Pada jam istirahat para peserta didik tidak dibenarkan ada dalam
ruangan kelas atau meninggalkan pekarangan sekolah, kecuali ijin
kepada kepala sekolah.
6) Selama jam sekolah berlangsung, peserta didik dilarang
meninggalkan sekolah tanpa seijin kepala sekolah.
7) Setiap peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran harus
dengan menunjukkan keterangan yang syah.
8) Setiap peserta didik wajib memelihara dan menjaga kebersihan
sekolah.
9) Peserta didik tidak dibenarkan membawa rokok atau merokok di
dalam kelas maupun halaman sekolah dan lingkungannya.
10) Peserta didik dilarang berpakaian yang berlebihan dan memakai
perhiasan yang mencolok.
11) Peserta didik dilarang membawa segala sesuatu yang dapat
mengganggu pelajaran.
12) Peserta didik dilarang mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengganggu pelajaran di sekolah.
13) Setiap peserta didik wajib membayar SPP setiap bulan selambat-
lambatnya tanggan 10 setiap bulan.
14) Pelanggaran atas tata tertib sekolah bisa menjadikan penyebab
dikeluarkannya peserta didik dari sekolah setelah mendapat
peringatan lisan, tertulis dan skorsing sementara.

Halaman 72 dari 143


b. Guru dan Personalia Sekolah
Pada pekan orientasi peserta didik ini, para peserta didik harus
diperkenalkan dengan guru-guru dan personalia sekolah secara detail.
Perkenalan mengenai guru dan personalia ini meliputi: tempat dan tanggal
lahirnya, statusnya, jumlah anaknya, alamatnya, latar belakang
pendidikannya, bidang keahliannya, pengalamannya, prestasi-prestasi yang
pernah dicapai dan karya-karyanya.
Perkenalan secara detail demikian sangat penting, agar peserta didik
mengetahui lebih banyak tentang gurunya dan personalia sekolah yang akan
memberikan layanan kepadanya. Lebih jauh, peserta didik akan dapat
mengetahui alamat, kepada siapa masalah yang dia punyai harus diadukan.
Peserta didik akan tahu, kepada guru mana ia harus mengadukan mata
pelajaran dan personalia sekolah ini.
Orientasi terhadap guru dan personalia sekolah ini juga menyangkut
struktur-struktur mereka dalam organisasi sekolah. Diskripsi tugas dan
tanggungjawab masing-masing peserta didik dalam struktur organisasi
sekolah ini juga patut dijelaskan kepada peserta didik. Pemahaman
mengenai stuktur orgnisasi sekolah ini juga akan menghantarkan peserta
didik pada pemahaman mengenai lalu lintas hubungan organisasional di
sekolah. Dengan demikian peserta didik tidak kehilangan peta dalam
memanfaatkan layanan-layanan pendidikan yang disediakan oleh sekolah.

c. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah ini juga harus diperkenalkan kepada peserta didik.
Yang diperkenalkan menyangkut siapa yang mengelola dan mengepalai, dan
apa saja tugas dan tanggungjawab mereka. Peserta didik perlu
diperkenalkan berapa jumlah koleksi bahan pustaka yang dipunyai
perpustakaan sekolah, macam-macam dan jenis koleksi yang dipunyai oleh
perpustakaan, dari mana koleksi yang dipunyai selama ini. Peserta didik juga

Halaman 73 dari 143


diperkenalkan dengan layanan yang dapat diberikan oleh perpustakaan,
misalnya saja layanan baca, layanan peminjaman, layanan pemesanan, dan
layanan pengembalian.
Agar peserta didik dapat menggunakan semaksimal mungkin tetapi juga
tidak mengganggu keberlangsungan penyelenggaraan perpustakaan
sekolah, peserta didik perlu diberi informasi mengenai persyaratan menjadi
anggota perpustakaan, tata cara peminjaman, pemesanan dan pengembalian
koleksi bahan pustaka. Pada saat ini, peserta didik juga dijelaskan tentang
tata tertib berkunjung, membaca di ruangan, peminjaman, pemesanan dan
pengembalian buku atau koleksi bahan pustaka berikut sangsi atas
pelanggaran-pelanggarannya.
d. Laboratorium Sekolah
Layanan laboratorium ini juga perlu diperkenalkan kepada peserta didik
baru. Tidak berbeda dengan perkenalan perpustakaan, peserta didik terlebih
dahulu diperkenalkan kepada para petugas laboratorium berikut tugas dan
tanggungjawabnya.
Lebih lanjut peserta didik diberi informasi mengenai macam-macam
laboratorium yang dimiliki oleh sekolah berikut macam-macam sarana
prasarana, perlengkapan dan atau fasilitas yang dipunyai. Tata cara
menggunakan masing-masing laboratorium beserta dengan petunjuk
teknisnya perlu juga disampaikan kepada peserta didik baru ini. Demikian
juga bahaya-bahaya dari sebagian peralatan yang ada dengan sejumlah
resiko yang dipunyai perlu diketahui oleh peserta didik baru.

e. Bengkel Sekolah
Bengkel yang dipunyai oleh sekolah perlu diperkenalkan kepada peserta
didik baru. Tujuan dan fungsi diadakannya bengkel harus dijelaskan kepada
peserta didik. Tata cara pemanfaatan bengkel oleh peserta didik juga perlu
dijelaskan kepada mereka.

Halaman 74 dari 143


Bekal awal peserta didik yang berupa latar belakang budaya keseharian
peserta didik, dapat juga dilihat seelama proses pembelajaran, midsalnya
melalui partisipasi atau kehadirannya. Kehadiran peserta didik di sekolah
(school attandence) adalah kehadiran dan keikutsertaan peserta didik secara
fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah.
Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik peserta
didik terhadap kegiatan-kegiatan sekolah.
Pada jam-jam efektif sekolah, peserta didik memang harus berada di
sekolah. Kalau tidak ada di sekolah, haruslah dapat memberikan keterangan
yang syah serta diketahui oleh orang tua atau walinya. Hal demikian sangat
penting, oelh karena ada insiden-insiden seperti: peserta didik menyatakan
kepada orang tua atau walinya bahwa ia berangkat ke sekolah, tetapi
ternyata tidak hadir di sekolah. Carter V. Good (1981) memberi batasan
kehadiran sebagai berikut:
The act of being present, particulary at school (certain court dicisions
have defined attendance at school as not merely being bodily presence
but incluiding actual participation in the work and activities orientasi the
school).

Pengertian kehadiran seperti yang dikemukakan di atas seringkali


dipertanyakan, terutama pada saat teknologi pendidikan dan pengajaran
telah berkembang pesat seperti sekarang ini. Kalau misalnya saja, aktivitas-
aktivitas sekolah dapat dipancarkan melalui TV dan bisa sampai ke rumah,
apakah kehadiran peserta didik secara fisik di sekolah masih dipandang
mutlak?
Jika pendidikan atau pengajaran dipandang sebagai sekedar
penyampaian pengetahuan, sedangkan para peserta didik dapat menyerap
pesan-pesan pendidikan melalui layar kacanya di rumah, ketidakhadiran
peserta didik di sekolah secara fisik mungkin tidak menjadi persoalan.

Halaman 75 dari 143


Sebaliknya, jika pendidikan bukan sekadar penyerapan ilmu pengetahuan,
melainkan lebih jauh membutuhkan keterlibatan aktif secara fisik dan mental
dalam prosesnya, maka kehadiran secara fisik di sekolah tetap penting
apapun alasannya, dan bagaimanapun canggihnya teknologi yang
dipergunakan. Pendidikan telah lama dipandang sebagai suatu aktivitas yang
harus melibatkan peserta didik secara aktif, dan tidak sekedar sebagai
penyampaian informasi belaka.

1. Sebab-Sebab Ketidakhadiran Peserta Didik


Ada banyak sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah.
Pertama, ketidakhadiran yang bersumber dari lingkungan keluarga. Ada
kalanya suatu keluarga mendukung terhadap kehadiran peserta didik di
sekolah, dan adakalanya tidak mendukung. Bahkan dapat juga terjadi, bahwa
keluarga justru menjadi perintang bagi peserta didik untuk hadir di sekolah.
Pemecahan atas ketidakhadiran peserta didik yang bersumber dari keluarga
demikian, tentulah lebih ditujukan pada langkah-langkah kuratif bagi
kehidupan keluarga.
Adapun ketidakhadiran yang disebabkan atau bersumber dari keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Kedua orang tuanya baik ayah maupun ibu, bekerja. Hal demikian bisa
terjadi, mengingat disamping peserta didik tersebut tidak
mendapatkan pengawasan keluarga, juga bisa jadi yang
bersangkutan memang disuruh menjaga rumah oleh kedua orang
tuanya.
b. Ada kegiatan keagamaan di rumah. Kegiatan keagamaan demikian,
terutama pada masyarakat yang religius, bisa menjadikan sebab
peserta didik tidak hadir di sekolah.
c. Ada persoalan di lingkungan keluarga. Meskipun masalah tersebut
tidak bersangkut paut dengan peserta didik, umumnya juga

Halaman 76 dari 143


mempengaruhi jiwa peserta didik. Misalnya adanya pertengkaran
antara ayah dan ibu, bisa menjadikan penyebab bagi peserta didik
untuk tidak hadir di sekolah.
d. Ada kegiatan darurat di rumah. Kegiatan yang sifatnya darurat, lazim
memaksa anak untuk turut menyelesaikan sesegera mungkin. Hal
demikian, bisa menjadikan penyebab peserta didik tidak dapat hadir
di sekolah.
e. Adanya keluarga, famili dan atau handai taulan yang pindah rumah. Ini
seringkali menjadikan peserta didik untuk turut serta membantu serta
menghadirinya. Tidak jarang, pindah rumah demikian bersamaan
dengan hari dan atau jam sekolah. Pindah rumah memang tidak
pernah mempertimbangkan aspek peserta didik sedang bersekolah
ataukan tidak.
f. Ada kematian. Kematian di dalam keluarga umumnya membawa duka
bagi anak. Oleh karena dukanya tersebut, anak kemudian tidak hadir
di sekolah.
g. Letak rumah yang jauh dari sekolah. Hal demikian tidak jarang
menjadikan peserta didik malas untuk hadir ke sekolah. Terkecuali
jika ada transportasinya. Sungguhpun demikian, jarang juga ketika
sudah ada transportasinya, peserta didik juga masih tetap tidak hadir
di sekolah, karena mungkin waktu itu tidak mempunyai uang ongkos
transportasi.
h. Ada keluarga yang sakit. Pada saat salah seorang anggota keluarga
ada yang sakit, tidak jarang peserta didik dimintai untuk menunggu
atau merawatnya, sehingga menjadi penyebab peserta didik tidak
bersekolah.
i. Baju seragam yang tidak ada lagi. Ini dialami oleh mereka yang secara
ekonomi memang lemah. Tidak seragam ke sekolah dikhawatirkan

Halaman 77 dari 143


mendapatkan sangsi, umumnya peserta didik memilih tidak hadir di
sekolah.
j. Kekurangan makanan yang sehat. Ini terjadi pada peserta didik yang
berada di daerah-daerah kantong kemiskinan.
k. Ikut orang tua berlibur. Hari libur orang tua yang tidak bersamaan
dengan hari libur sekolah bisa memberi peluang bagi tidak hadirnya
peserta didik di sekolah. Karena, tidak jarang peserta didik mengikuti
liburan orang tuanya.

l. Orang tua pindah tempat kerja. Orang tua yang pindah tempat kerja
bisa menyebabkan anak tidak hadir di sekolah, oleh karena anak
kadang-kadang mengikuti orang tua baik untuk jangka waktu lama
maupun untuk jangka waktu tertentu saja

Kedua, ketidakhadiran yang bersumber dari peserta didik itu sendiri. Hal
demikian bisa terjadi, terutama pada peserta didik yang berjiwa labil serta
kurang mendapatkan pengawasan dari orang tua atau keluarga. Adapun
ketidakhadiran yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah sebagai
berikut:
a. Lupa tidak bersekolah.
b. Moralnya tidak baik.
c. Terjadi perkelahian antar peserta didik.
d. Sakit yang tidak diketahui kapan sembuhnya.
e. Anggota kelompok peserta didik yang suka membolos.
f. Anak itu sendiri yang memang suka membolos.
g. Prestasinya lemah

Ketiga, ketidakhadiran yang bersumber dari sekolah. Sekolah juga


dipersepsi oleh peserta didik tidak mendukung terhadap keinginannya. Oleh
karena itu, ketidakhadiran mereka di sekolah, dapat juga bersumber dari

Halaman 78 dari 143


lingkungan sekolah. Adapun sumber-sumber penyebab ketidakhadiran
peserta didik di sekolah yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah
sebagai berikut:
a. Lokasi sekolah yang tidak menyenangkan.
b. Program sekolah yang tidak efektif.
c. Terlalu sedikit peserta didik yang masuk.
d. Biaya sekolah yang terlalu mahal.
e. Transportasi sekolah yang tidak memadai.
f. Kurangnya fasilitas sekolah.
g. Kurangnya bimbingan dari guru baik secara individual maupun secara
kelompok kepada peserta didik.
h. Program yang ditawarkan oleh sekolah kepada peserta didik tidak
menarik.
i. Suasana sekolah yang tidak kondusif.

Keempat, ketidakhadiran yang bersumber dari masyarakat. Sebagai


lingkungan pendidikan yang ketiga, masyarakat juga menentukan dapat
tidaknya, suka tidaknya peserta didik hadir di sekolah. Ketidakhadiran yang
bersumber dari faktor masyarakat ini adalah:
a. Terjadinya peledakan penduduk. Ketidakhadiran di sini, terutama
berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber yang dapat
dipergunakan oleh anak untuk hadir di sekolah.
b. Keadaan genting di masyarakat. Kegawatan-kegawatan yang terjadi
pada masyarakat, antara lain bisa menjadi penyebab peserta didik
tidak hadir di sekolah. Terutama jika hal demikian dirasakan
menakutkan oleh peserta didik.
c. Kemacetan jalan. Kemacetan demikian, terutama terjadi di kota-kota
besar yang padat arus kendaraannya. Padatnya arus kendaraan ini,
erat kaitannya dengan tidak seimbangnya antara rasio jalan dengan

Halaman 79 dari 143


jumlah kendaraan yang ada. Sementara banyaknya jumlah
kendaraan, berkaitan erat dengan tingginya daya beli masyarakat di
satu pihak dan banyaknya permintaan penduduk terhadap sarana
transportasi. Hal demikian akan terasa pada kota-kota yang padat
penduduknya.
d. Adanya pemogokan massal. Pemogokan massal, bisa terjadi pada
para pekerja dan bisa terjadi pada peserta didik di sekolah.
Solidaritas yang berbentuk pemogokan ini bisa menjadikan peserta
didik tidak mau hadir di sekolah.
e. Adanya peperangan. Di negara yang suhu politiknya menghangat,
tidak jarang diwarnai oleh peperangan, baik peperangan antara satu
negara dengan negara lain atau antar masyarakat di suatu negara.
Perebutan kekuasaan di suatu negara sering juga diwarnai oleh
peperangan. Pada saat demikian, peserta didik tedak hadir ke
sekolah, karena alasan keamanan.

3. Peserta Didik yang Membolos, Datang Terlambat dan Meninggalkan


Sekolah
Ada beberapa jenis ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Pertama,
ketidakhadiran tanpa memberi ijin, atau yang dikenal dengan membolos
(truency). Kedua, ketidakhadiran beberapa jam pelajaran karena terlambat
(tardiness). Ketiga, ketidakhadiran dengan ijin (permission). Jenis
ketidakhadiran yang ketiga ini, bisa karena sakit yang memang tidak
memungkinkan untuk hadir, dan bisa juga karena ada kepentingan keluarga.
Disamping itu, ada peserta didik yang hadir di sekolah, tetapi begitu jam-jam
pelajaran sekolah masih belum selesai, mereka sudah pulang meninggalkan
sekolah.
Terhadap peserta didik yang membolos, sekolah dapat mengirim surat
kepada orang tua yang berisi: pemberitahuan bahwa anaknya tidak hadir di

Halaman 80 dari 143


sekolah, mempertanyakan mengapa peserta didik tersebut tidak masuk
sekolah, serta berapa jumlah hari peserta didik tersebut tidak bersekolah.
Surat kepada orang tua tersebut penting, agar orang tua memperhatikan
kehadiran anaknya ke sekolah.
Terhadap keterlambatan peserta didik, sekolah juga perlu berkirim surat
kepada orang tua atau wali peserta didik. Dengan pemberitahuan demikian,
orang tua atau wali peserta didik akan semakin memperhatikan mengenai
kehadiran anaknya di sekolah dengan waktu yang tepat. Kontrak antara guru
dengan peserta didik mengenai sangsi atas mereka yang terlambat juga
dapat dibuat, agar mereka sama-sama menepati waktu yang telah
dijadwalkan.
Terhadap peserta didik yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya,
juga perlu dipertanyakan oleh guru kepada peserta didik yang bersangkutan.
Sebab, peserta didik tentu juga punya alasan mengapa ia meninggalkan
sekolah sebelum waktunya. Dengan upaya tersebut maka ketertiban dan
kelancaran pendidikan di sekolah akan terjaga.

4. Pendekatan Peningkatan Kehadiran Peserta Didik


Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kehadiran
peserta didik di sekolah adalah dengan melihat kasus per kasus. Sebab,
antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain, mempunyai
masalah-masalah yang berbeda. Sungguhpun demikian, upaya secara
massal untuk meningkatkan peserta didik dapat dilakukan dengan
memperhatikan sumber-sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik di
sekolah seperti: perbaikan lingkungan rumah, perbaikan lingkungan sekolah,
perbaikan diri peserta didik sendiri, dan perbaikan lingkungan masyarakat.

a. Perbaikan Lingkungan Rumah

Halaman 81 dari 143


Usaha-usaha yang dapat dilakukan berkaitan dengan perbaikan
lingkungan rumah dalam rangka meningkatkan kehadiran peserta didik di
sekolah adalah sebagai berikut:
1) Mengantarkan peserta didik ke sekolah tepat pada waktunya. Hal
demikian dapat dilakukan oleh orang tua pada kelas-kelas awal di
sekolah dasar. Upaya demikian, dapat dilakukan juga oleh sekolah
misalkan dengan transportasi sekolah yang tepat waktu dan dapat
mengakomodasi jumlah peserta didik di sekolah.
2) Peserta didik diberi pekerjaan tertentu dan memerintahkan dia untuk
mengumpulkannya ke sekolah.
3) Orang tua berusaha memantau waktu tidur anaknya agar yang
bersangkutan tidur tepat waktu sehingga dapat bangun tepat waktu
juga. Dapat juga menyediakan weker agar anaknya dapat bangun
pagi-pagi benar sebelum berangkat sekolah.
4) Mengupayakan agar peserta didik memahami sedalam mungkin
mengenai tata tertib sekolah.

b. Perbaikan Kondisi Sekolah


Usaha-usaha yang dapat dilakukan berkenaan dengan perbaikan kondisi
sekolah adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan tata tertib sekolah sebagai salah satu pendekatan
untuk meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah. Peserta didik
yang melanggar tata tertib sekolah bisa diberi sangsi sesuai dengan
yang ditentukan dan disepakati oleh peserta didik. Pada awal pekan
orientasi peserta didik, para peserta didik memang diminta untuk
tandatangan kesediaannya untuk mentaati peraturan sekolah dan
tata tertib sekolah.
2) Memberikan pengertian kepada peserta didik akan arti pentingnya
kehadiran mereka.

Halaman 82 dari 143


3) Menjadikan kehadiran peserta didik di sekolah sebagai prasyarat
untuk mengikuti ujian; atau menjadikan kehadiran peserta didik
sebagai bagian dari perhitungan nilai ujian di sekolah.
4) Memperbaiki kondisi sekolah agar dipersepsi oleh peserta didik
sangat menarik.
5) Melibatkan guru secara aktif dalam upaya peningkatan kehadiran
peserta didik.
6) Selalu mempresensi peserta didik pada saat awal masuk kelas, baik
pada saat jam-jam pertama maupun pada saat jam-jam setelah
istirahat atau pergantian jam. Mereka yang tidak ada pada jam-jam
tertentu dicatat dalam buku absensi dan digolongkan sebagai peserta
yang tidak hadir.

c. Perbaikan Terhadap Peserta Didik Sendiri


Perbaikan terhadap peserta didik sendiri sangat penting, oleh karena
yang menentukan hadir tidaknya peserta didik adalah mereka sendiri dan
bukan orang lain. Usaha yang dilakukan dapat secara preventif, kuratif dan
preservatif. Yang melakukan tentu saja sekolah, keluarga dan masyarakat.
Sebab, jika ketiga wahana ini sama-sama berusaha dengan bahasa dan
gerak langkah yang sama, maka kehadiran peserta didik di sekolah dapat
ditingkatkan. Demikian juga ketidakhadiran peserta didik di sekolah dapat
dikurangi.
Pengawasan terhadap peserta didik yang dilakukan secara bersama-
sama ini akan menjadikan peserta didik yang ingin tidak hadir ke sekolah
menjadi tidak berkutik. Kemanapun dia akan membolos dan
menyembunyikan diri akan berhasil diketahui mengingat ketiga wahana tadi
sama-sama mengadakan pengawasan kepada mereka.

d. Perbaikan Terhadap Kondisi Masyarakat

Halaman 83 dari 143


Perbaikan demikian akan dapat dilakukan, manakala ada kerja sama
yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Jika sekolah tersebut didirikan
untuk masyarakat, maka semestinyalah masyarakat juga mendukung
terhadap keberlangsungan sekolah. Dukungan tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk mendukung terhadap upaya sekolah untuk meningkatkan
kehadiran peserta didiknya di sekolah.
Tidak diperbolehkannya peserta didik memasuki tempat-tempat hiburan
dan toko-toko pada saat jam-jam sekolah sedang berlangsung, adalah salah
satu manifestasi dukungan yang patut dikembangkan. Demikian juga
meminta keterangan atas peserta didik yang keluyuran di jalan-jalan pada
saat jam-jam sekolah, dapat dilakukan oleh masyarakat karena hal tersebut
mendukung terhadap peningkatan kehadiran peserta didik di sekolah.

1. Catatan Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik


Peserta didik yang hadir di sekolah hendaknya dicatat oleh guru dalam
buku presensi. Sementara peserta didik yang tidak hadir di sekolah dicatat
dalam buku absensi. Dengan perkataan lain, presensi adalah daftar
kehadiran peserta didik, sementara absensi adalah buku daftar
ketidakhadiran peserta didik.
Begitu jam pertama dinyatakan masuk, serta para peserta didik masuk ke
kelas, guru mempresensi peserta didiknya satu persatu. Selain agar
mengenali satu persatu peserta didiknya yang masuk sekolah dan yang tidak
masuk sekolah. Demikian juga pada jam-jam berikutnya setelah istirahat,
guru perlu mempresensi kembali, barangkali ada peserta didiknya yang
pulang sebelum waktunya. Tidak jarang, peserta didik pulang sebelum
waktunya, hanya karena sudah dinyatakan masuk melalui presensi pada jam
pertama.
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus
ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplin

Halaman 84 dari 143


ditanamkan secara terus menerus, maka disiplin tersebut akan menjadi
kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya
masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya
orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.
Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli yang memberikan
pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie (1972)
memberikan pengertian disiplin sebagai berikut:
“Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang
telah ada dengan rasa senang hati”.

Good’s (1959) dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai


berikut:
a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalikan keinginan,
dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
mencapai tindakan yang lebih sangkil.
b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri,
meskipun menghadapi rintangan.
c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman
atau hadiah.
d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
Webster’s New World Dictionary (1959) membeikan batasan disiplin sebagai:
Latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan secara tertib dan
efisien.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin
adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib,
teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik
secara langsung atau tidak langsung.

Halaman 85 dari 143


Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan baik secara lansung maupun tidak langsung
terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan
konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah
dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil
memperhatikan uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik
diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak
boleh membantah. Dengan demikian, guru bebas memberikan tekanan
kepada peserta didik, dan memang harus menekan peserta didik. Dengan
demikian, peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh
guru.
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut
konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di
dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak
perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa
saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive ini merupakan anti
tesa dari konsep autoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub
ekstrim.
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang
terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian,
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat
apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena
ia yang menabur, maka ialah yang menuai. Konsep ini merupakan
konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive di atas.
Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik memang diberi
kebebasan, asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan
yang diberikan. Sebab tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini, termasuk di

Halaman 86 dari 143


negara liberal sekalipun. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh
seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga
kehidupan bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba
kebebasan mutlak pun, sebenarnya akan terbatasi oleh kebebasan itu
sendiri.
Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan
terbimbing. Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut,
diaksentuasikan kepada hal-hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut
berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif, maka dibimbing kembali ke
arah yang konstruktif.
Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian dikemukakan teknik-
teknik alternatif pembinaan disiplin peserta didik. Pertama, dinamai dengan
teknik external control, ialah suatu teknik di mana disiplin peserta didik
haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Teknik ini meyakini kebenaran
akan teori X, yang mempunyai asumsi-asumsi tak baik mengenai manusia.
Karena tak baik, mereka senantiasa diawasi dan dikontrol terus, agar tidak
terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif.
Menurut teknik external control ini, peserta didik harus terus menerus
didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti dengan ancaman dan ditawari dengan
ganjaran. Ancaman diberikan kepada peserta didik yang tidak disiplin,
sementara ganjaran diberikan kepada peserta didik yang mempunyai disiplin
tinggi.
Kedua, dinamainya dengan teknik inner control atau internal control.
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan
agar peserta didik dapat mendisiplinkan dari mereka sendiri. Peserta didik
disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Sesudah sadar, ia akan mawas diri
dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan
dengan baik, maka akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat
dibandingkan dengan teknik external control.

Halaman 87 dari 143


Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh guru, maka guru haruslah
bisa menjadi teladan dalam hal kedisiplinan. Sebab, guru tidak akan dapat
mendisiplinkan peserta didiknya, tanpa ia sendiri harus berdisiplin. Guru
harus sudah punya self control dan inner control yang baik.
Ketiga, adalah teknik cooperative control. Menurut teknik ini, antara
pendidik dan peserta didik harus saling bekerjasama dengan baik dalam
menegakkan disiplin. Guru dan peserta didik lazimnya membuat semacam
kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati
bersama-sama. Sangsi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat
bersama.
Kontrak atau perjanjian seperti ini sangat penting, oleh karena hanya
dengan cara demikianlah pendidik dan peserta didik dapat bekerjasama
dengan baik. Dalam suasana demikianlah, maka peserta didik juga merasa
dihargai. Inisiatif yang berasal dari dirinya, biarpun itu berbeda dengan
inisiatif guru, asalkan baik juga diterima oleh guru dan peserta didik lainnya.
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus
ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplin
ditanamkan secara terus menerus, maka disiplin tersebut akan menjadi
kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya
masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya
orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.
Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli yang memberikan
pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie (1972)
memberikan pengertian disiplin sebagai berikut:
“Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang
telah ada dengan rasa senang hati”.

Halaman 88 dari 143


Good’s (1959) dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai
berikut:
a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalikan keinginan,
dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
mencapai tindakan yang lebih sangkil.
b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri,
meskipun menghadapi rintangan.
c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman
atau hadiah.
d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
Webster’s New World Dictionary (1959) membeikan batasan disiplin sebagai:
Latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan secara tertib dan
efisien.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin
adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib,
teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik
secara langsung atau tidak langsung.
Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan baik secara lansung maupun tidak langsung
terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan
konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah
dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil
memperhatikan uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik
diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak
boleh membantah. Dengan demikian, guru bebas memberikan tekanan
kepada peserta didik, dan memang harus menekan peserta didik. Dengan

Halaman 89 dari 143


demikian, peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh
guru.
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut
konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di
dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak
perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa
saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive ini merupakan anti
tesa dari konsep autoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub
ekstrim.
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang
terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian,
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat
apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena
ia yang menabur, maka ialah yang menuai. Konsep ini merupakan
konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive di atas.
Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik memang diberi
kebebasan, asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan
yang diberikan. Sebab tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini, termasuk di
negara liberal sekalipun. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh
seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga
kehidupan bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba
kebebasan mutlak pun, sebenarnya akan terbatasi oleh kebebasan itu
sendiri.
Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan
terbimbing. Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut,
diaksentuasikan kepada hal-hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut
berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif, maka dibimbing kembali ke
arah yang konstruktif.

Halaman 90 dari 143


Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian dikemukakan teknik-
teknik alternatif pembinaan disiplin peserta didik. Pertama, dinamai dengan
teknik external control, ialah suatu teknik di mana disiplin peserta didik
haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Teknik ini meyakini kebenaran
akan teori X, yang mempunyai asumsi-asumsi tak baik mengenai manusia.
Karena tak baik, mereka senantiasa diawasi dan dikontrol terus, agar tidak
terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif.
Menurut teknik external control ini, peserta didik harus terus menerus
didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti dengan ancaman dan ditawari dengan
ganjaran. Ancaman diberikan kepada peserta didik yang tidak disiplin,
sementara ganjaran diberikan kepada peserta didik yang mempunyai disiplin
tinggi.
Kedua, dinamainya dengan teknik inner control atau internal control.
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan
agar peserta didik dapat mendisiplinkan dari mereka sendiri. Peserta didik
disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Sesudah sadar, ia akan mawas diri
dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan
dengan baik, maka akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat
dibandingkan dengan teknik external control.
Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh guru, maka guru haruslah
bisa menjadi teladan dalam hal kedisiplinan. Sebab, guru tidak akan dapat
mendisiplinkan peserta didiknya, tanpa ia sendiri harus berdisiplin. Guru
harus sudah punya self control dan inner control yang baik.
Ketiga, adalah teknik cooperatit control. Menurut teknik ini, antara
pendidik dan peserta didik harus saling bekerjasama dengan baik dalam
menegakkan disiplin. Guru dan peserta didik lazimnya membuat semacam
kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati
bersama-sama. Sangsi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat
bersama.

Halaman 91 dari 143


Kontrak atau perjanjian seperti ini sangat penting, oleh karena hanya
dengan cara demikianlah pendidik dan peserta didik dapat bekerjasama
dengan baik. Dalam suasana demikianlah, maka peserta didik juga merasa
dihargai. Inisiatif yang berasal dari dirinya, biarpun itu berbeda dengan
inisiatif guru, asalkan baik juga diterima oleh guru dan peserta didik lainnya.
Mutasi dan drop out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan
kita. Oleh karena itu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia
pendidikan kita. Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan
yang berlarut-larut. Yang pada gilirannya, akan mengganggu aktivitas-
aktivitas sekolah secara keseluruhan.
Ada beberapa macam mutasi. Pertama, adalah mutasi intern. Yang
dimaksud dengan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta
didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian
hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatannya sejajar.
Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau
yang berbeda jurusannya.
Kedua, adalah mutasi ekstern. Yang dimaksud dengan mutasi ekstern
adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam
satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang
pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-
sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan; meskipun pada sekolah
swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi
persoalan.
Ada banyak penyebab peserta didik mutasi. Adapun faktor penyebab
tersebut, dapat bersumber dari peserta didik sendiri, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya.
Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:
1) Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah
tersebut.

Halaman 92 dari 143


2) Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak cocok.
3) Malas.
4) Ketinggalan dalam pelajaran.
5) Bosan dengan sekolahnya.
Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:
1) Mengikuti orang tua pindah kerja.
2) Dititipkan oleh orang tuanya di tempat nenek atau kakeknya, karena
ditinggal tugas belajar ke luar negeri
3) Mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar.
4) Disuruh oleh orang tuanya pindah.
5) Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan di
sekolah tersebut.
6) Mengikuti orang tua pindah rumah.
7) Mengikuti orang tua transmigrasi.
Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah:
1) Lingkungan sekolah yang tidak menarik.
2) Fasilitas sekolah yang tidak lengkap.
3) Guru di sekolah tersebut sering kosong.
4) Adanya kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh
peserta didik.
5) Sulitnya sekolah tersebut dijangkau, termasuk oleh transportasi yang
ada.
6) Sekolah tersebut dibubarkan, karena alasan-alasan, seperti
kekurangan murid.
7) Sekolah tersebut dirasakan peserta didik tidak bonafid, seperti
rendahnya angka kelulusan setiap tahun.
Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya, yaitu:
1) Bertengkar dengan teman.
2) Merasa diancam oleh teman.

Halaman 93 dari 143


3) Tidak cocok dengan teman.
4) Merasa terlalu tua sendiri dibandingkan dengan teman-teman
sebayanya.
5) Semua teman yang ada di sekolah tersebut, berlainan jenis dengan
dirinya, sehingga merasa sendirian
6) Semua teman yang ada di sekolah tersebut berlainan strata dengan
dirinya.
Yang bersumber dari lain-lain adalah:
1) Seringnya sekolah tersebut dilanda banjir
2) Adanya peperangan yang mendadak sehingga di sekolah tersebut
tidak memungkinkan untuk belajar.
3) Adanya bencana alam di wilayah atau daerah tempat sekolah
tersebut berada.
4) Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk, karena sudah terlalu tua.

Dalam banyak hal, mutasi memang perlu dicegah, agar terdapat


kesinambungan pengetahuan peserta didik yang diterima sebelumnya
dengan kelanjutannya. Oleh karena itu, ijin mutasi hendaknya diberikan jika
disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi
perkembangan peserta didik itu sendiri. Seminimal mungkin, mutasi peserta
didik yang bersifat ekstern haruslah dikurangi. Pencegahan dan pengurangan
tersebut, tentu bergantung kepada macam sumber faktor penyebabnya.
Sungguhpun demikian, ada banyak faktor penyebab yang tidak bisa
ditanggulangi. Dalam hal demikian, mereka yang mutasi memang harus
dicarikan jalan keluarnya, agar menguntungkan bagi perkembangan peserta
didik.
Jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri peserta didik sendiri, maka
langkah preventif yang harus dilakukan adalah memberikan semacam
jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan studi di

Halaman 94 dari 143


sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu
sebagaimana lulusan-lulusan lain dari sekolah tersebut. Ini perlu
dikemukakan, agar mereka yakin benar dengan kebaikan sekolahnya.
Dengan demikian, setelah ia memilih sekolah tersebut, tidak akan ragu-ragu
lagi.
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah
tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti
pelajaran dengan baik. Dengan penyesuaian diri yang baik dan belajar
dengan baik, ia tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang lain. Dengan
demikian, ia tidak punya alasan untuk pindah ke sekolah lain.
Disamping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar
merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang
ia buat. Kemalasan dalam mempelajari bab-bab awal, bisa beruntun sampai
dengan bab-bab akhir. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang
terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar
dan tidak malas. Lebih lanjut, peserta didik akan merasa senang belajar di
sekolah tersebut.
Jika sumber penyebab mutasi tersebut berasal dari sekolah, tak ada
alternatif lain kecuali memperbaiki kondisi sekolah. Yang diperbaiki, tentu
saja tidak saja sarana dan prasarana fisik sekolah, melainkan sekaligus
kondisi sekolah secara keseluruhan. Disiplin guru perlu ditingkatkan, proses
dan metode belajar pembelajaran dibuat sevariatif mungkin, fasilitas dan
sarana yang ada hendaknya difungsionalkan dengan baik. Demikian juga
layanan-layanan yang ada di sekolah, diupayakan dapat memuaskan peserta
didiknya. Upayakan agar peserta didik betah di sekolah tersebut.
Jika sumber penyebab mutasi peserta didik tersebut berasal dari
lingkungan keluarga, maka jalinan kerja sama antara sekolah dengan
keluarga memang perlu ditingkatkan. Jangan sampai, hanya karena
persoalan sepele saja kemudian anak tidak sekolah atau mutasi ke sekolah

Halaman 95 dari 143


lain. Perlu ada komunikasi yang intens antara sekolah dan keluarga,
sehingga keduanya tidak mengalami miscommunication.
Adapun, jika peserta didik, karena alasan tertentu yang dapat diterima
akan mutasi, maka hendaknya mereka diberi keterangan sesuai dengan apa
adanya. Tidak boleh dibaik-baikkan atau dijelek-jelekkan. Sebab,
bagaimanapun juga, mutasi ke sekolah lain adalah hak peserta didik sendiri.
Berilah ia keterangan bahwa yang bersangkutan memang pernah bersekolah
di sekolah tersebut, dan kemukakan alasan-alasan mengapa yang
bersangkutan mutasi. Keterangan-keterangan yang lazim diberikan berkaitan
dengan peserta didik yang mutasi ialah: identitas anak, asal sekolah, prestasi
akademik di sekolah, kelakuan dan kerajinan dan alasan-alasan yang
bersangkutan mutasi. Dengan demikian, sekolah yang dituju oleh peserta
didik tersebut, mendapatkan gambaran yang senyatanya mengenai anak
tersebut.
Sebelum peserta didik tersebut mutasi, berilah saran-saran kepada yang
bersangkutan: apakah sudah meneliti benar tentang kualitas sekolah
tersebut? Apakah dia sudah cocok benar dengan sekolahnya yang baru itu?
Apakah yang bersangkutan sudah mengecek dan mengkonfirmasikan
kepada kepala sekolahnya, bahwa ia akan diterima? Apakah masih tersedia
fasilitas bagi dirinya, jika ia mutasi ke sekolah tersebut? Apakah yang
bersangkutan tidak rugi kalau harus mutasi? Pertanyaan demikian patut
dikemukakan kepada peserta didik yang akan mutasi, agar dia tidak kecewa
di kemudian hari. Pertanyaan demikian sekaligus mencegah kepada yang
bersngkutan, agar tidak ditolak di sekolah barunya, sementara dari sekolah
lamanya sudah terlanjur secara formal dinyatakan mutasi.
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi,
hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan
menerima. Jangan sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik,
bisa berubah kacau hanya karena ada seorang murid yang baru mutasi dari

Halaman 96 dari 143


sekolah lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas,
kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya,
dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.
Tentu, dapat menerima tidaknya sekolah tersebut, juga harus didasarkan
atas ketersediaan fasilitas dan kesejajaran sekolah tersebut. Ini sangat
penting, karena tidak mungkin sekolah dapat menerima peserta didik tanpa
fasilitas; dan menerima peserta didik yang kemampuannya tidak sejajar
dengan teman-teman yang ada di sekolah tersebut. Sebab kalau ini terjadi,
akan memberatkan peserta didik itu sendiri.
Anda perlu juga memperhatikan kejadian drop out di sekolah anda. Yang
dimaksud dengan drop out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya,
atau sebelum lulus. Drop out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal
demikian dipandang sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur
dikeluarkan untuknya. Banyaknya peserta didik yang drop out adalah indikasi
rendahnya produktivitas pendidikan.
Penanganan drop out tentu tidak bisa dilaksanakan oleh sekolah sendiri,
melainkan haruslah terpadu dan bersama-sama dengan lingkungan lain:
keluarga dan masyarakat. Pemerintah juga perlu mengupayakan bagaimana
agar drop out ini dapat ditekan. Sebab, kalau hanya satu lembaga saja yang
berusaha menekan angka drop out, maka tidak akan dapat berhasil
sebagaimana yang diharapkan. Pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4.
dikedepankan data Depdiknas tentang angka putus sekolah di tingkat
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Dari data tersebut sangatlah jelas, bahwa
jumlah anak putus sekolah masih relatif tinggi. Hal ini bisa menjadikan
penyebab belum dapat ditunaskannya wajib belajar 9 tahun. Dalam realitas,
penundaan penuntasan wajib belajar dilakukan secara berulang oleh
pemerintah, karena angka putus sekolah belum dapat ditangani secara
tuntas

Halaman 97 dari 143


Ada banyak sebab mengapa peserta didik drop out dan tidak
menyelesaikan pendidikannya. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini,
menjadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan
pendidikannya. Oleh karena itu, peserta didik dengan kemampuan rendah
demikian, perlu mendapatkan perlakuan khusus yang berbeda dengan
peserta didik kebanyakan.
Kedua, karena tidak punya biaya untuk sekolah. Ini terutama banyak
terjadi di daerah-daerah pedesaan dan kantong-kantong kemiskinan. Pada
daerah demikian, jangankan untuk biaya pendidikan, untuk kebutuhan sehari-
hari saja peserta didik bersama keluarga merasa tidak mencukupi. Pada hal,
haruslah disadari, bahwa semakin tinggi tingkatan dan jenjang pendidikan
yang akan ditempuh oleh peserta didik, semakin banyak pula biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan.
Ketiga, karena sakit yang tidak tahu kapan sembuhnya. Ini menjadikan
penyebab siswa tidak sekolah sampai dengan batas waktu yang dia sendiri
tidak tahu. Lantaran sudah jauh tertinggal dengan peserta didik lainnya, maka
kemudian ia lebih memilih tidak bersekolah saja ketimbang bersekolah,
karena teman-teman sebayanya sudah hampir menyelesaikan sekolah.
Keempat, karena bekerja. Pekerja anak-anak, pada negara-negara
sedang berkembang sangat banyak jumlahnya. Tidak jarang, anak-anak ini
juga bekerja pada sektor formal yang terikat oleh waktu dan aturan. Waktu
yang ditetapkan oleh perusahaan tempat bekerja bisa saja berbenturan
dengan waktu ia harus masuk sekolah. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak
dapat sekolah lagi, karena harus bekerja.
Kelima, harus membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris dan
kantong-kantong kemiskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu
terpenting ayahnya untuk bekerja di ladang. Untuk membantu di ladang,
dibutuhkan waktu yang relatif banyak sehingga seringkali menjadikan peserta
didik tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Karena itu, tidak jarang

Halaman 98 dari 143


mereka tidak dapat mengikuti lagi pelajaran yang diberikan. Merasa tidak
dapat mengikuti tersebut, kemudian peserta didik drop out.
Keenam, karena di-drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi karena yang
bersang-kutan memang sudah tidak mungkin dapat dididik lagi. Tidak dapat
dididik lagi ini, bisa disebabkan karena memang kemampuannya rendah,
atau dapat juga karena yang bersangkutan memang tidak mau belajar.
Ketujuh, karena peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak
mau sekolah. Pada peserta didik demikian, memang tidak dapat dipaksa
untuk bersekolah, termasuk oleh orang tuanya sendiri.
Kedelapan, terkena kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah
pasti. Pidana yang dialami oleh peserta didik untuk beberapa tahun, bisa
menjadikan yang bersangkutan akan drop out dari sekolah. Karena tidak
mungkin sambil dipidana dengan tetap bersekolah.
Kesembilan, karena sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik.
Karena tidak menarik, mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja.
Kasus-kasus drop out demikian, memang tidak selamanya dapat
dipecahkan. Dalam pengertian, ada beberapa kasus peserta didik drop out
yang dapat dicegah dan yang tak dapat dicegah.
Pada peserta didik drop out karena alasan biaya, masih dapat dicarikan
jalan keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang tua asuh
dan sebagainya. Sedangkan jika peserta didik drop out karena tidak
bersekolah, sangat sulit pemecahannya. Oleh karena itu, amanat wajib
belajar, dengan memberikan sangsi bagi orang tua peserta didik mereka
yang tidak sekolah, bisa dijadikan sebagai sarana untuk menekan angka
drop out.
Berdasarkan laporan teknis penelitian lapangan oleh Sweeting dan
Muchlisoh pada tahun 1998, beberapa penyebab murid keluar dari sekolah
adalah: (1) banyak anak keluar dari sekolah disebabkan oleh sulitnya
ekonomi yang berakibat secara langsung pada biaya sekolah tidak dapat

Halaman 99 dari 143


dipenuhi. Keluarga dengan penghasilan rendah menghadapi kesulitan lebih
besar dalam mendapatkan sumbangan komite sekolah untuk anak-anak
mereka di SD, untuk membeli dan merawat pakaian seragam sekolah, dan
dalam menyediakan makan dan berbagai keperluan yang diperlukan di
sekolah seperti pensil dan buku; (2) anak lebih mementingkan untuk
membantu menambah penghasilan orang tua. Anak-anak yang lebih tua dari
keluarga berpenghasilan rendah bisa juga keluar dari sekolah sebab mereka
dibutuhkan untuk dapat menambah pendapatan keluarga; (3) ada anak yang
tidak dapat meneruskan sekolah karena sakit yang terus-menerus, kondisi
demikian ini karena asupan gizi yang kurang baik. Kembali lagi pada masalah
ekonomi keluarga yang sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi yang baik untuk
anak-anaknya.
Bekal-ajar awal peserta didik
Banyak anak SD tidak mampu melanjutkan sekolahnya ke tingkat SLTP
karena berbagai alasan, yaitu: (1) terbatasnya tempat di sekolah, (2)
tingginya biaya sekolah dan uang transpor dalam hubungannya dengan rata-
rata pendapatan keluarga, (3) pilihan anak itu sendiri untuk tidak melanjutkan
sekolah, (4) keputusan orang tua untuk tidak meneruskan membiayai
anaknya di jenjang SLTP, karena takut mereka akan keluar dari rumah untuk
mencari penghidupan yang lebih baik karena pengetahuan yang bertambah
di tingkat SLTP.
Pembinaan peserta didik dapat dilakukan melalui kode etik. Kode etik, yang
merupakan terjemahan dari ethical code, adalah norma-norma yang
mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan
tertentu. Ia berisi rumusan baik-buruk, boleh-tidak boleh, terpuji-tidak terpuji,
yang harus dipedomani oleh seseorang dalam suatu lingkungan tertentu.
Kode etik juga berasal dari kata kode dan etik. Kode berarti simbol atau
tanda; sedangkan etik berasal dari bahasa latin ethica dan bahasa Yunani

Halaman 100 dari 143


ethos. Dalam kedua bahasa tersebut, etik berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia.
Kode etik peserta didik adalah aturan-aturan, norma-norma yang
dikenakan kepada peserta didik, berisi sesuatu yang menyatakan boleh-tidak
boleh, benar-tidak benar, layak-tidak layak, dengan maksud agar ditaati oleh
peserta didik. Aturan-aturan tersebut, bisa berupa yang tertulis maupun yang
tidak tertulis, termasuk di dalamnya adalah tradisi-tradisi yang lazim ditaati di
dunia pendidikan, khususnya sekolah.
Adapun tujuan kode etik peserta didik adalah:
1) Agar terdapat suatu standar tingkah laku tertentu yang dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi peserta didik di sekolah tertentu.
Standar demikian sangat penting, mengingat peserta didik berasal
dari aneka ragam kultur yang membawa aspek-aspek yang ada pada
kultur mereka masing-masing.
2) Agar terdapat kesamaan bahasa dan gerak langkah antara sekolah
dengan orang tua peserta didik serta masyarakat, dalam hal
menangani peserta didik. Kesamaan arah ini sangat penting, agar
upaya-upaya yang mengarah pada perkembangan peserta didik
menuju arah yang sama, dan bukan saling bertolak belakang.
3) Agar dapat menjunjung tinggi citra peserta didik di mata masyarakat.
Adanya ucapan, tingkah laku dan perbuatan yang pantas, sangat
menjunjung tinggi citra dan wibawa peserta didik dan bahkan
lembaga pendidikan secara keseluruhan. Jangan sampai terjadi,
hanya karena tingkah laku dan perbuatan beberapa gelintir oknum
peserta didik, dapat mencemarkan korps peserta didik secara
keseluruhan, termasuk lembaganya.
4) Agar tercipta suatu aturan yang dapat ditaati bersama, khususnya
peserta didik, dan demikian juga oleh personalia sekolah yang lain.

Halaman 101 dari 143


Pentaatan demikian sangat penting, demi menjaga harkat dan
martabat kemanusiaan peserta didik secara keseluruhan.
Adapun isi yang terkandung di dalam kode etik tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Pertimbangan dan atau rasionalitas mengapa kode etik tersebut
ditetapkan dan harus ditaati.
2) Standar tingkah laku peserta didik yang layak ditampilkan, baik ketika
berada di sekolah, di lingkungan keluarga maupun di masyarakat.
3) Kapan peserta didik harus sudah berada di sekolah, dan kapan juga
peserta didik harus sudah berada di rumah kembali.
4) Pakaian yang bagaimanakah yang layak dipakai oleh peserta didik
terutama di lingkungan sekolah.
5) Apa saja yang wajib dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan
lembaga pendidikan atau sekolahnya.
6) Bagaimanakah hubungan antara peserta didik dengan guru, kepala
sekolah, personalia yang lain, dengan teman sebaya (senior dan
juniornya), orang tua, masyarakat pada umum bahkan tamu yang
sedang berkunjung ke sekolah.
7) Apa yang dilakukan oleh peserta didik ketika ada di antara temannya
ada yang merasa kesusahan
Bagaimanakah proses penyusunan kode etik peserta didik? Tampaknya
ada beberapa langkah yang harus ditempuh, agar kode etik peserta didik
tersebut benar-benar mengkhalayak kepada peserta didik secara
keseluruhan. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, undanglah wakil-wakil peserta didik. Wakil-wakil peserta didik yang
diundang ini, tidak hanya terdiri dari mereka yang duduk secara formal dalam
struktur organisasi peserta didik, melainkan juga mereka yang menjadi tokoh-
tokoh non formal.

Halaman 102 dari 143


Kedua, berilah kesempatan kepada mereka untuk menyusun kode etik
peserta didik, dengan memberikan bahan-bahan arahan seperti: pentingnya
kode etik peserta didik, tata cara penyusunan kode etik peserta didik, isi yang
terkandung dalam kode etik peserta didik, serta kemungkinan sanksi yang
dapat diterapkan bagi pelanggar kode etik. Agar mereka dapat menyusun
dengan baik, berikanlah contoh kode etik yang telah ada sebelumnya, agar
dapat dijadikan perbandingan dalam menyusun kode etik yang baru tersebut.
Ketiga, sampaikan masukan-masukan pada konsep kode etik yang telah
disusun oleh peserta didik tersebut. Masukan-masukan ini sangat penting,
agar isi yang terkandung di dalamnya, sangat baik untuk kepentingan banyak
pihak. Berikan juga kesempatan kepada wakil orang tua atau komite sekolah
untuk memberikan masukan-masukan serupa, agar mereka juga merasa
turut memiliki dan merasa bertanggung jawab terhadap kode etik tersebut.
Keempat, berikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi tim
perumus kode etik dan tawarkan kepada mereka siapa yang harus
mendampingi tim dalam merumuskan kembali konsep-konsep yang sudah
mendapatkan banyak masukan.
Kelima, konsep akhir kode etik peserta didik hendaknya ditandatangani
oleh ketua tim perumus dengan mengetahui ketua OSIS, yang selanjutnya
diajukan kepada kepala sekolah untuk mendapatkan pengesahan.
Keenam, kode etik peserta didik yang sudah sampai di tangan kepala
sekolah kemudian disahkan melalui surat keputusan (SK). Maka sejak ini,
kode etik peserta didik dinyatakan sah dan berlaku sampai dengan batas
waktu yang ditentukan sebagaimana dalam SK tersebut.
Setelah kode etik tersebut disyahkan, hendaknya disampaikan kepada
seluruh peserta didik yang ada di sekolah itu. Wakil-wakil peserta didik yang
dahulu merumuskan, baik wakil yang formal maupun yang tidak formal, perlu
dimintai bantuan untuk mensosialisasikan kepada teman-teman sebayanya.
Dengan sosialisasi demikian, semua peserta didik akan merasa bahwa itu

Halaman 103 dari 143


memang miliknya; dan patut dijadikan sebagai pedoman dan cermin bagi
tingkah laku sehari-hari selaku peserta didik.

b. Pengadilan Peserta Didik


Pengadilan peserta didik atau yang lazim dikenal dengan sebutan
student court’s, adalah suatu lembaga pengadilan yang ada di sekolah, dan
bertugas mengadili peserta didik. Peserta didik yang diduga mempunyai
kesalahan-kesalahan tidak divonis begitu saja, melainkan dihadapkan ke
pengadilan dan diadakan persidangan.
Asas praduga tak bersalah bagi peserta didik hendaknya tetap dijunjung
tinggi oleh siapapun, oleh peserta didik lain dan oleh guru serta personalia
sekolah yang lainnya. Sebelum sidang pengadilan sekolah memutuskan dan
memberikan vonis bahwa peserta didik bersalah, maka ia belum bisa
dinyatakan bersalah, melainkan masih disebut sebagai tersangka saja.
Dalam pengadilan demikian, ada yang bertindak selaku pemeriksa
sekaligus menulis berita acara pemeriksaan (BAP), penuntut peserta didik,
ada yang bertindak selaku hakim bagi peserta didik, ada yang berlaku
sebagai saksi dan pembelanya. Mereka mengerjakan tugas mereka masing-
masing sesuai dengan kapasitasnya.
Pemeriksa bertugas memeriksa apa saja kesalahan-kesalahan yang
diperbuat peserta didik dan mencatatnya dalam BAP. Penuntut bertugas
mengajukan tuntutan umum kepada peserta didik berdasarkan BAP yang
telah diterima dari pemeriksa. Dewan hakim bertugas menentukan vonis
yang harus dijatuhkan kepada peserta didik yang terbukti bersalah,
berdasarkan masukan dari BAP, tuntutan dari penuntut, pembelaan pembela
dan keterangan saksi. Pembelabertugas membela peserta didik yang
menjadi kliennya. Sedangkan saksi bertugas memberikan saksi yang
sebenarnya berdasarkan apa yang ia lihat.

Halaman 104 dari 143


Keputusan final yang telah dijatuhkan, dapat dipertanyakan kepada
tertuduh kembali, apakah ia menerima ataukah akan mengajukan banding.
Jika mengajukan banding, berarti ada persidangan lagi di tingkat yang lebih
tinggi. Jika ia menerima, maka diminta untuk menandatangani berita acara
penerimaan atas vonis yang dijatuhkan.

c. Pengaturan Hukuman Peserta Didik


Setelah peserta didik mendapatkan vonis dari pengadilan peserta didik,
maka hukuman yang dijatuhkan kepadanya siap direalisasikan. Realisasi ini
sangat penting, agar vonis yang diberikan tidak sekedar mandeg sebagai
vonis. Sebab, jika hal itu terjadi, maka akan menjatuhkan wibawa pengadilan
peserta didik.
Apa yang dimaksud dengan hukuman? Hukuman adalah suatu sangsi
yang diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelanggaran atau aturan-
aturan yang telah ditetapkan. Sanksi demikian, dapat berupa material dan
dapat pula berupa non material.
Tujuan hukuman adalah sebagai alat pendidikan dimana hukuman yang
diberikan justru harus dapat mendidik dan menyadarkan peserta didik.
Manakala dalam perhitungan, peserta didik tidak sadar dengan hukuman
yang dapat menyadarkan dan mendidik dirinya, sebaiknya tidak diberikan
hukuman. Sebab, misi dan maksud hukuman, bagimanapun haruslah
dicapai.
Langeveld (1955) memberikan pedoman hukuman sebagai berikut:
1) Punitur, qunnia no peccatum, yang artinya: dihukum karena peserta
didik memang bersalah.
2) Punitur no peccatum, yang artinya: dihukum agar peserta didik lagi
berbuat kesalahan.
Ada beberapa macam hukuman, yatu hukuman badan, penahanan di
kelas dan menghilangkan privalage, denda dan sanksi tertentu.

Halaman 105 dari 143


Hukuman badan misalnya adalah memukul, menjewer, mencubit,
menyepak, menendang dan sebagainya. Hukuman demikian sebaiknya tidak
dipergunakan, karena terbukti tidak efektif untuk mengubah perilaku peserta
didik. Bahkan jika guru atau pendidik menggunakan hukuman ini, sedangkan
peserta didik ada yang cedera, maka yang bersangkutan dapat diajukan ke
pengadilan sebagai orang yang bersalah atau mengadakan penganiayaan.
Oleh karena itu, sebaiknya hukuman ini dihindari di dunia pendidikan
termasuk sekolah.
Penahanan di kelas adalah jenis hukuman yang diberikan kepada
peserta didik karena peserta didik melakukan kesalahan-kesalahan.
Penahanan di kelas demikian, mungkin juga efektif manakala dikaitkan
dengan beban pekerjaan yang bersifat mendidik kepada peserta didik.
Misalnya, yang besangkutan harus mengerjakan soal-soal tertentu, dan yang
bersangkutan esoknya diharuskan menyapu kelas, mengepel kelas, dan
sebagainya. Hukuman demikian juga efektif, jika guru meminta ganti rugi atau
kompensasi kepada peserta didik dalam bentuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan di perpustakaan dan atau laboratorium.
Yang dimaksud dengan menghilangkan privalage adalah pencabutan
hak-hak istimewa yang ada pada diri peserta didik. Ini perlu dilakukan agar
yang bersangkutan mengetahui bahwa kesalahan memang tidak boleh
diperbuat apalagi diulang-ulang. Misalnya saja, peserta didik tidak
diperkenankan mengikuti pelajaran untuk beberapa saat, tidak mendapatkan
rejeki kelas dan sebagainya.
Hukuman denda juga boleh dikenakan kepada peserta didik, sepanjang
hal tersebut tetap dalam batas/kemampuan peserta didik. Hanya saja, uang
denda tersebut harus masuk ke kas sekolah. Dengan adanya denda
demikian, diharapkan peserta didik tidak terus melanggar aturan.
Pembayaran denda demikian haruslah disertai dengan tanda terima atau
kwitansi.

Halaman 106 dari 143


Sanksi-sanksi lain sebagai perwujudan dari hukuman yang dapat
diberikan adalah skors untuk beberapa hari bagi peserta didik yang terbukti
melanggar. Sanksi demikian hendaknya diberikan jika memang yang
bersangkutan layak diberi sanksi, dan mungkin sebelumnya sudah mendapat
peringatan secara ringan dan keras, lisan dan tertulis. Tanpa didahului oleh
peringatan demikian, penghukuman skorsing yang secara tiba-tiba akan
menjadikan penyebab peserta didik terkejut. Terkecuali jika pelanggaran
yang dilakuan oleh peserta didik tersebut memang fatal.
Selain itu, ada hukuman lain, misalnya saja menatap tajam siswa,
memberikan taguran-teguran dengan tembusan ke orang tua atau wali,
penyampaian tidak puas secara lisan atau tertulis. Yang pasti, hendaknya
hukuman tersebut diberikan tidak dalam keadaan si penghukum sedang
marah dan atau tidak bisa mengendalikan emosinya. Haruslah disadari juga,
bahwa hukuman bukanlah dimaksudkan untuk balas dendam melainkan
menyadarkan dan mendidik peserta didik. Hukuman juga tidak dimaksudkan
untuk melampiaskan kemarahan pendidik dan Kepala Sekolah kepada
peserta didik.

d. Pendekatan Tanpa Hukuman (Non Punitive Approach)


Tidak semua jenis pengubahan perilaku menyimpang (misbehavior)
siswa mesti dengan hukuman. Ada juga jenis pengubahan penyimpangan
perilaku siswa yang tanpa menggunakan hukuman. Gorton (1991)
mengedepankan model responding terhadap siswa yang mengalami
penyimpangan perilaku (misbehavior), berdasarkan faktor yang melatar
belakanginya. Ia mengedepankan model responding terhadap siswa yang
mengalami misbehavior sebagaimana pada.
Guna menangani peserta didik yang mengalami penyimpangan perilaku,
harus diadakan diagnosis terhadap kasus-kasus yang dialami oleh peserta
didik. Dari diagnosis tersebut, kemudian dapat dibuat suatu pertimbangan

Halaman 107 dari 143


alternatif, yang berupa pendekatan nonputitive terhadap dua sumber
penyebab, ialah peserta didik sendiri, atau lingkungan peserta didik. Karena
itu, Gorton menawarkan dua metode, ialah metode pengubahan peserta didik
dan metode pengubahan lingkungan. Metode pengubahan peserta didik
dapat berupa persuasi, nasehat/peringatan dan pendidikan penyembuhan
(remedial education), yang merupakan wilayah bimbingan dan konseling.
Sedangkan metode pengubahan lingkungan dapat berupa perubahan
lingkungan kelas dan sekolah; dan pengubahan lingkungan rumah dan
masyarakat.
Berikut adalah salah satu contoh tatatertib sekolah:
A. Tertib Kehadiran
1. Siswa diwajibkan hadir 10 menit sebelum jam 07.00 dan segera
meninggalkan kelas / sekolah setelah selesai proses kegiatan belajar
mengajar.
2. Siswa yang datang terlambat diwajibkan lapor kepada kepala sekolah
/ guru jaga untuk minta ijin masuk kelas.
3. Siswa yang berhalangan hadir mengikuti pelajaran, diwajibkan
menyerahkan surat ijin, bila sakit disertai surat cuti dari dokter.
4. Siswa yang karena sesuatu hal harus meninggalkan pelajaran
sebelum waktu pelajaran berakhir diwajibkan minta ijin kepada guru
jaga dengan menunjukan surat dari orang tua (bila keperluan
direncanakan).
5. Siswa tidak diperkenankan membawa sepeda motor / mobil. Bila
membawa sepeda, harus diletakkan pada tempat yang telah
ditentukan dan menguncinya.
6. Siswa yang d iperkanankan memasuki ruangan kepala sekolah, guru,
kantor bila ada keperluan.
7. Siswa memasuki dan keluar lingkungan sekolah melalui pintu masuk.
B. Tertib Kegiatan Belajar Mengajar

Halaman 108 dari 143


1.Siswa diwajibkan duduk dengan tenang dan tertib sebelum bapak / ibu
guru yang mengajar memasuki ruangan.
2.Ketua kelas wajib lapor kepada kepala sekolah / guru jaga apabila guru
pengajar belum datang ke kelas lebih dari 10 menit.
3.Siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan
diadakan oleh sekolah.
4.Melaksanakan semua tugas yang diuberikan guru baik di kelas rumah.
5.Siswa dilarang :
a. Keluar ruangan kelas saat pergantian jam pelajaran
b. Meninggalkan pelajaran untuk bermain-main atau main bola di
lapangan.
c. Menerima tamu, kecuali ada hal-hal yang mendesak, setelah
mendapat ijin dari guru jaga.
d. Makan atau minum di dalam kelas.
e. Jajan waktu jam pelajaran berlangsung.

C. Perilaku
1. Bersikap hormat dan sopan kepada pimpinan sekolah, guru, karyawan
dan sesama siswa.
2. Siswa wajib menjaga nama baik almamaternya.
3. Siswa dilarang
a. Membawa barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan
pelajaran.
b. Mengeluarkan kata-kata kotor / yang tidak pantas.
c. Melakukan corat-coret atas segala sesuatu yang ada dalam
lingkungan
d. Berkelahi baik dengan teman satu sekolah atau dengan sekolah
lain.
e. Membawa rokok dan atau merokok.

Halaman 109 dari 143


f. Membawa minuman keras dan atau meminumnya.
g. Membawa obat-obatan terlarang (narkoba), mengonsumsi dan
atau mengedarkannya.
h. Membawa dan atau main kartu.
i. Membuang sampah di sembarang tempat.
j. Mengambil barang milik orang lain (mencuri dan atau
mengompas).
k. Memainkan alat musik / kecuali dibawah pengawasan
pembimbing.
l. Membawa dan atau menggunakan senjata tajam.
m. Melakukan perbuatan asusila.
n. Membawa uang yang berlebihan.
o. Merusak peralatan sekolah, baik disengaja maupun tidak
disengaja.
p. Merayakan ulang tahun teman dengan menyiram air dan hal-hal
yang membahayakan.
q. Memakan kembang gula atau permen di kelas.
r. Membawa dan atau membunyikan petasan di sekolah.
s. Bermain bola di dalam kelas.

Halaman 110 dari 143


D. Tertib Pakaian dan Potongan Rambut
1. Siswa wajib memakai pakaian seragam yang sudah
ditentukan oleh sekolah dengan benar, rapi, bersih, sopan dan
pantas.
a) Hari Senin sampai hari Kamis, seragam putih biru. Untuk anak
laki-laki ukuran celana 10 cm di atas lutut, untuk siswa putri 10
cm di bawah lutut.
b) Hari Jumat dan Sabtu : seragam identitas sekolah (putih-coklat/
pawitrika).
2. Siswa mengatur rambut secara rapi dan pantas, tidak
menggunakan pewarna rambut.
3. Siswa dilarang :
a) Memakai topi waktu pelajaran.
b) Memakai jaket / switer dan sejenisnya di sekolah.
c) Memakai perhiasan bagi siswa putra dan memakai perhiasan
yang berlebihan bagi siswa putri.
d) Memakai sandal / sepatu sandal.

E. Tertib Upacara Bendera


1. Siswa wajib mengikuti upacara bendera.
2. Siswa secera menuju ke lapangan upacara setelah bel berbunyi.
3. Siswa wajib memakai pakaian upacara lengkap.
Seragam upacara bendera : Baju putih lengan panjang, celana
(putra) rok (putri) biru. Sepatu hitam, kaos kaki putih, topi biru putih.
4. Wajib mengikuti upacara dengan tenang dan khiqmat, tidak boleh
berbicara dengan teman sebelah.
5. Siswa mendengarkan amanat dari pembina upacara dengan baik.

F. Administrasi dan Kelas

Halaman 111 dari 143


1. Siswa diwajibkan melunasi uang sumbangan pendidikan selambat-
lambat tanggal 10 setiap bulan.
2. Siswa wajib menyiapkan administrasi kelas.
3. Siwa wajib menjaga kebersihan kelas dan mengatur kelas dengan
Membentuk piket kelas secara bergantian.
4. Petuga piket wajib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
5. Ketua kelas wajib mengatur dan mengawasi petugas harian kelas.
6. Siswa memasuki atau keluar dari kelas melewati pintu, tidak boleh
melompat jendela.
7. Siswa tidak boleh duduk dan atau berdiri di meja.
8. Siswa wajib menjaga dan mengatur ketertiban kelas masing-masing.
9. Ketua kelas bertanggung jawab terlaksananya kegiatan kelas

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB

Pelanggaran tata tertib mendapat sanksi atau hukuman. Setiap jenis


pelanggaran mendapat skor yang dijumlahkan secara akumulasi, sejak siswa
masuk. Jika telah mencapai skor tertentu siswa mendapat sangksi :
1. Peringatan lisan.
2. Peringatan tertulis dan siswa membuat surat pernyataan pertama.
3. Siswa membuat surat pernyataan kedua dan orang tua mendapat
surat panggilan pertama.
4. Siswa membuat surat pernyataan ketiga dan skorsing selama tiga
hari serta orang tua mendapat surat panggilan kedua.
5. Siswa membuat surat pernyataan keempat dan skorsing selama
enam hari serta orang tua mendapat surat panggilan ketiga.
6. Orang tua mendapat surat panggilan keempat dan siswa diserahkan
kepada orang tua atau dikeluarkan.

Halaman 112 dari 143


Potensi dasar yang dibawa sejak lahir oleh siswa tentu saja sangat beragam.
Walaupun demikian, dasar setiap siswa mendapat perhatian dan layanan,
dalam kondisi yang saling berbeda itu sedapat mungkin semuanya mendapat
saluran pengembangan diri. Pengembangan bakat di sekolah ditempuh
dengan dua cara, yaitu dengan kurikuler dan ekstrakurikuler. Pengembangan
yang secara kurikuler dilakukan secara konvensional dalam tatap muka di
dalam kelas. Pelajaran menyanyi, menari, musik, atau olahraga maupun
berbagai jenis keterampilan yang berperan untuk mengembangkan potensi
dasar anak didik diberikan dalam bentuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
secara formal. Pengertian formal dalam hal ini adalah terstruktur,
pelaksanaannya berlangsung pada jam-jam efektif belajar.
Sekalipun bakat para siswa saling berbeda, secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa klasifikasi utama, yaitu bidang seni,
bidang olah raga dan bidang keterampilan
Bidang seni antara lain: musik, sastra, teater, dan tari beserta cabang-
cabangnya. Termasuk musik antara lain paduan suara group, band. Sastra
mencakup penyelenggaraan majalah dinding, majalah sekolah. Seni teater
meliputi baca puisi, cerpen, dan seni berpentas. Seni tari meliputi tari klasik /
modern.
Bidang olah raga meliputi berbagai cabang olah raga basket, sepak bola,
tenis meja, tenis lapangan, voli, dan bermacam-macam cabang olah raga
lainnya. Bidang keterampilan meliputi : elektronika, perbengkelan, dan
macam-macam kerajinan tangan.
Pengembangan yang bersifat ekstrakurikuler dilakukan dengan
melaksanakan pembelajaran di luar jam tatap muka pada jadwal pelajaran
terprogram. Waktu pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan antara guru
dan siswa, baru kemudian dibuat jadwal pertemuannya dan biasanya
dilakukan sore hari.

Halaman 113 dari 143


Pengembangan minat, atau kecenderungan hati yang tinggi tentang
sesuatu dilakukan dengan menginvestarisasikan kecenderungan-
kecenderungan siswa pada bidang yang diminati. Pelaksanaannya sama
dengan pengembangan bakat.
Pengembangan kreativitas siswa memerlukan upaya lebih banyak dan
berkualitas dibandingkan menagani bakat dan minat. Kreativitas yang
bermakna kemampuan untuk menciptakan daya dukung dari pihak guru dan
karyawan di sekolah lebih banyak dalam bentuk pembinaan dan dorongan
agar siswa mau berbuat sesuatu untuk mencetuskan gagasan sendiri. Dalam
mengajar guru harus berusaha menjiwai falsafah mengajar yang mendorong
timbulnya kreativitas misalnya :
1) Guru memberi kelonggaran siswa berekspresi.
2) Guru memfasilitasi kebutuhan pengembangan kreatifitas anak.
3) Guru sangat mengutamakan pentingnya siswa bisa berkarya.

Kata lain "mampu" adalah "bisa" atau "sanggup". Untuk mengembangkan


kemampuan atau kesanggupan beberapa upaya yang bisa ditempuh adalah :
1) Menumbuhkan keyakinan diri
2) Bekerja keras
3) Terus belajar
4) Bersedia menerima kritik
5) Membuka diri demi kemajuan

b. Menyiapkan Perangkat Pemantau Bakat, Minat, Kreativitas, dan


Kemampuan Siswa
Untuk memantau bakat, minat, kreativitas, dan kemampuan siswa
diperlukan beberapa perangkat. Perangkat yang paling sederhana adalah
lembar-lembar catatan. Selain catatan, bakat, minat dan kreativitas serta
kemampuan juga dapat dipantau dengan daftar isian atau angket. Kepada

Halaman 114 dari 143


siswa disodorkan sejumlah pernyataan agar diselaraskan dengan
keberadaan diri mereka.
Perangkat lain pemantau bakat, minat, kreativitas, dan kemampuan
adalah tes. Dengan menjalani testing berbagai potensi seorang siswa akan
terjaring.
Testing bisa berupa tulis, lisan, atau bahkan perbuatan. Seseorang
dikatakan berbakat melukis baru akan terdeteksi bila ia telah menghasilkan
sesuatu goresan yang berupa gambar atau sketsa. Seorang dikatakan
berbakat menyanyi bila suaranya terdengar merdu dan memiliki kepekaan
lebih dibandingkan orang kebanyakan yang tidak memiliki potensi bidang ini.
Demikian pun orang baru akan dikatakan kreatif bila ekspresi jiwanya dalam
bentuk karya apa saja mempunyai ciri khas, yakni nilai orisinal dan
mengandung unsur yang unik.
Berbagai perangkat pemantau bakat, minat, kreativitas, dan kemampuan
ini sangat diperlukan untuk dua belah pihak. Di pihak pertama untuk
kepentingan siswa. Sebagaimana disadari bersama karena kewajiban
sekolah adalah mengembangkan keempat aspek di atas, dipersiapkannya
alat pantau itu akan lebih memudahkan memberi layanan kepada siswa.
Di sisi lain, untuk kepentingan sekolah a!at pantau itu akar memudahkan
tata kerja. Bila sewaktu-waktu ada kepentingan, misalnya sekolah agar
mengirimkan beberapa orang dalam lomba tarik suara, baca puisi, dan
berpidato, dalam waktu secepatnya akan mudah ditemukan persanal yang
akan diwakilkan.
Pada sekolah-sekolah yang mengunggulkan salah satu cabang
potensi/lebih-Iebih non akademik, kegiatan siswa sebagai penciri khas
kelebihan sekolah tertentu dari lainnya, perangkat pemantau ini akan lebih
dipersiapkan dengan baik. Salah satu SLTP ternyata keunggulannya di
bidang sepak bola. Atat pantau yang dipersiapkan dari awal guna menjaring

Halaman 115 dari 143


siswa yang akan dihimpun tim sepak bola sekolah bisa menggunakan
bermacam prosedur seperti dikemukakan di atas.
Termasuk pemantau bakat, minat, kreativitas, dan kemampuan adalah
tersedianya lapangan atau media pencurahan ekspresi. Sangat mungkin
ketika siswa-siswi bermain di lapangan bola, voli, atau tenis baru ketahuan
bahwa sebenarnya seseorang berbakat dan tergolong memiliki tingkat
kreativitas yang tinggi dan berkemampuan prima. Sementara itu, siswa yang
bersangkutan tidak merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan itu.
Atau, anak itu hanya kurang minat saja pada sesuatu bidang yang
sebenarnya dia mampu, sehingga setelah hal itu diketahui oleh sekolah anak
akan bisa dibangkitkan minatnya.
Demikian juga ketika siswa menghasilkan lukisan atau sesuatu karangan
semisal puisi atau cerpen. Dari ekspresi yang dihasilkan siswa akan mudah
diketahui sesuatu potensi yang perlu dikembangkan.

c. Menyelenggarakan Wahana Penuangan Kreativitas


Sekolah adalah tempat tunas-tunas muda tumbuh dan berkembang. Baik
fisik maupun mental serta berbagai potensi yang melekat dalam diri siswa
pada hakikatnya memerlukan bimbingan dari pihak orang-orang lebih
dewasa.
Mengingat orang tua siswa pada umumnya lebih banyak memintakan
bimbingan tersebut kepada pihak sekolah, sekolah harus bersiap diri dalam
menyelenggarakan wahana berbagai penuangan bakat, minat, kreativitas,
dan kemampuan anak didik.
Beberapa wahana yang bisa diselenggarakan oleh sekolah antara lain
meliputi bidang-bidang olah raga, kesenian, dan keterampilan.
Penyelenggaraan wahana bidang olah raga dalam bentuk penyediaan

1) Fasilitas olah raga

Halaman 116 dari 143


Tiap sekolah mempunyai kondisi yang berbeda dalam menyediakan
fasilitas olah raga. Ada sekolah yang mempunyai fasilitas sangat
lengkap, sebaliknya ada dan jauh lebih banyak lagi yang minim fasilitas.
Bila fasilitas selengkapnya ada idealnya sekolah mempunyai:
a) lapangan sepak bola,
b) lapangan bola basket,
c) lapangan voli,
d) lapangan badminton,
e) lapangan tenis,
f) lapangan tenis meja,
g) gedung/hall olah raga,
h) berbagai sarana olah raga.
Berbagai sarana olah raga seperti dimaksud pada no. a adalalah
bermacam perlengkapan pendukung olah raga sendiri yang berupa
fasilitas tambahan hingga peralatan pokok olah raga. Termasuk fasilitas
tambahan misalnya : bak lompat jauh papan loncat tinggi dan loncat
galah, papan-papan loncat jangkit. Piranti-piranti olah raga di dalam
gedung misalnya berlapis-lapis boks untuk ketangkasan olah raga dalam
ruangan, bahkan pun tali-tali besar yang dipergunakan untuk tangkas
bergelantung atau berayun demi penguatan otot-otot sekaligus membina
keberanian siswa.
Termasuk peralatan olah raga adalah bermacam bola raket, net, kostum
yang semua itu diperlukan demi terselenggaranya kegiatan olah raga
secara memadai di sekolah.

2) Fasilitas Seni
Fasilitas seni adalah bermacam peralatan untuk mengembangkan bidang
seni. Sejumlah bidang seni yang dapat dikembangkan adalah :
a) Seni musik:

Halaman 117 dari 143


Dari yang paling ideal hingga sangat sederhana, peralatan musik itu
meliputi : seperangkat main band; perlengkapan vokal group;
seperangkat alat musik kolintang; samroh; dan jenis kesenian yang
Iain. Untuk mendukung kegiatan ini diperlukan sound system yang
handal dan peralatan terpadu dengan kegiatan bermain musik.
b) Seni Sastra :
Fasilitas seni sastra misalnya sejumlah buku literatur, buku buah karya
pilihan yang berupa puisi, novel, dan naskah-naskah drama. Fasilitas
seni sastra lain misalnya media menuangkan gagasan dalam bentuk
majalah dinding, majalah sekolah, papan tempel surat kabar/ majalah;
ruang berlatih, drama, dan fasilitas pengeras suara yang canggih,
kaset, CD, dan piranti mengatur tata lampu pentas.
c) Seni Tari:
Fasilitas yang dibutuhkan dalam seni tari adalah gamelan; tape
recoder; kaca pantul; costum pentas; dan ruang khusus yang
diperuntukkan kiprah mereka yang menggeluti bidang ini.

d. Mewadahi/Menyalurkan Bakat, Minat, dan Kreativitas Siswa


Mewadahi/menyalurkan bakat, minat, dan kreativitas siswa berarti
menciptakan daya dukung agar siswa yang memiliki bakat, minat, dan
kreativitas pada bidang-bidang yang disebutkan tadi mendapat saluran Bakat
main bola, menyanyi, bermusik, menari, membaca puisi, menulis cerpen, dan
main drama sedapat mungkin diwadahi oleh sekolah sehingga siswa merasa
memperoleh penyaluran potensi yang mereka miliki.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk itu:
1) Mendata bakat, minat, kreativitas anak.
2) Mengklasifikasi data sesuai bakat, minat, dan kreativitas siswa.
3) Menyusun program atau jadwal.
4) Mengalokasikan dana.

Halaman 118 dari 143


5) Menyediakan sarana yang dibutuhkan.
6) Merencanakan penampilan karya/berpentas.
7) Melakukan evaluasi.

e. Melaksanakan Pemantauan Kemampuan Siswa untuk


Menyelaraskan Diri dengan Potensi Siswa
Setiap kegiatan dalam bentuk apa pun terbagi dalam tiga kriteria besar,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Langkah awal dari penilaian
atau evaluasi adalah pantauan. Pantauan berupa upaya untuk mengetahui,
berperan untuk ceking apakah kemampuan seseorang siswa dalam berbagai
bidang sebagaimana yang telah dilayani penyalurannya oleh sekolah berjalan
lancar. Di sisi lain pemantauan ini mempunyai fungsi untuk menentukan
kebijakan penanganan pada tahap berikutnya terlebih-lebih demi sukses
program yang telah dilaksanakan.
Hasil pantauan adalah catatan-catatan penting mengenai pelaksanaan
berbagai kegiatan tentang seluruh individu siswa. Catatan itu secara garis
besar mengenai hal-hal :
1) Bagaimana kondisi umum kemampuan siswa
2) Kendala apa yang terjadi pada masing-masing bidang
3) Adakah kemampuan yang menonjol pada masing-masing bidang
Karena fungsi pantauan adalah untuk menentukan langkah ke depan,
maka setelah dilakukan pantauan itu beberapa kegiatan yang menyertai
adalah :
1) Melakukan review untuk tindak lanjut demi langkah perbaikan.
Misalnya dalam kenyataan terdapat beberapa orang siswa yang
setelah melaksanakan berbagai kegiatan ternyata kemampuannya
sangat minim. Berarti, ada ketidakcocokan antara hasil tes atau
penjajakan atau pun penentuan oleh sekolah tentang sesuatu pilihan
berkenaan kemampuan siswa.

Halaman 119 dari 143


2) Melakukan pembenahan. Siswa yang terlihat kurang berkemampuan
dibangkitkan semanaatnya. Atau sangat mungkin justru terjadi
perubahan. Ada alternatif, karena sesuatu pertimbangan siswa
menjadi memilih bidang yang lain, meskipun telah mengikuti kegiatan
selama beberapa waktu.
3) Melakukan tindak lanjut berkenaan poin b. Misalnya kalau didapati
anak sangat berbakat sehingga penanganannya harus berbeda
dengan para siswa pada umumnya. Misalnya kalau seorang anak
SLTP ternyata mempunyai prestasi olah raga tenis yang sangat
mengagumkan. Atau, bisa menghasilkan lukisan dalam kualitas yang
menakjubkan. Dalam hal yang demikian itu, terkait dua siswa yang
mempunyai kemampuan luar biasa itu harus mendapatkan layanan
dari pihak sekolah. Cara yang diambil misalnya dengan menitipkan
kedua anak berprestasi itu kepada klub-klub kenamaan / sanggar-
sanggar ternama.
Dalam melaksanakan pemantauan, hendaknya perlu diingat hal-hal
berikut :
1) Pemantauan harus kontinyu
2) Dilakukan secara objektif
3) Kriteria pemantauan harus jelas.

3. Pengaturan terhadap Kegiatan Ekstra Kelas


Yang dimaksud dengan kegiatan ekstra kelas adalah suatu kegiatan
yang tidak terjadwal dalam mata pelajaran. Kegiatan ekstra kelas adalah
suatu kegiatan yang sifatnya bukan intra kurikuler. Karena itu, yang dicakup
oleh kegiatan ekstra kelas adalah kegiatan ko kurikuler dan kegiatan ekstra
kurikuler.
Yang dimaksud dengan kegiatan ko kurikuler adalah kegiatan yang tidak
terjadwal dalam mata pelajaran, tetapi mempunyai pengaruh dan mendukung

Halaman 120 dari 143


secara langsung terhadap kegiatan intra kurikuler. Sedangkan kegiatan
ekstra kurikuler adalah kegiatan yang tidak tercantum dalam jadwal mata
pelajaran serta mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap
kegiatan kurikuler.
Baik kegiatan ko kurikuler mapun kegiatan ekstra kurikuler, mempunyai
kontribusi berarti bagi kesuksesan peserta didik di sekolah. Dalam ekegiatan
ini, peserta didik dapat berlatih aneka macam ketrampilan, menyalurkan
minat dan hobi, berlatih berorgnaisasi, mengembangan kemampuan-
kemampuan lain dan menyalurkan minat rekreasi dan memupuk kesegaran
jasmani mereka. Dalam kegiatan ini juga, peserta didik dapat melatih
ketrampilan sosial dan personalnya, di luar tugas penguasaan akademik
sehari-hari, sebagaimana tuntutan intra kurikulernya. Bahkan lebih jauh,
peserta didik dapat melatih kepekaan sosialnya, dan berlatih berbagai jenis
kompetensi yang tidak dapat diakomodasi oleh kegiatan-kegiatan yang
bersifat akademik.
Gorton (1991) menyebut kegiatan ekstra kelas dengan istilah spesific
student activity program (program kegiatan khusus peserta didik). Menurut
Gorton, kegiatan khusus tersebut, terdiri atas: program kegiatan olah raga
(the atletic program), dewan peserta didik (the student council), dan Koran
peserta didik (the student newspaper). Lebih lanjut, Gorton (1991)
mensekemakan berbagai macam kegiatan yang secara umum diwadahi oleh
program kegiatan khusus peserta didik, sebagaimana pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Beberapa Kegiatan yang Secara umum Masuk Dalam


Program Kegiatan Menyeluruh Peserta Didik
Student Performanc Clubs and Instramural Athletics
Governme e Groups Organizatio s Boy’s Boys’
nt and n and Girls’ and
Publication Girls
s

Halaman 121 dari 143


Student Dramatics Chess Club Bowling Basketba
Council Instrumental Photography Golf ll
Student Vocal Club Ping Pong Swimmin
Newspaper Debate Literary Club Others g
Student Others Frence Club Tennis
Yearbook Others Others
Others
Sumber: Gorton, A.R, et.al (1991): School Based Leadership: Challenges
and Opportunities. Third Edition. New York: Wm.C. Brown Publisher. (p.487)

Jauh sebelumnya, Burrup mengedepankan berbagai kontribusi yang


diberikan oleh kegiatan ekstra kelas ini. Yaitu, kegiatan ekstra kelas
dipandang mempunyai kontribusi terhadap peserta didik, terhadap perbaikan
kurikulum, terhadap keefektifan administrasi sekolah dan terhadap
masyarakat.
Kontribusi kegiatan ekstra kelas terhadap peserta didik adalah:
a. Memberikan peluang kepada peserta didik untuk menentukan
minat dan mengembangkan minat-minat baru (to provide
opportunities for the persuit of established interests and the
development of new interest).
b. Mendidik peserta didik untuk bertanggungjawab sebagai warga
negara melalui pengalaman dan pemikiran, dengan stressing pada
kepemimpinan, partisipasi, kerjasama dan aksi independen (to
educate for citizenship through experiences and insight that stress
leadership, fellowship, cooperation, and independent action).
c. Mengembangkan spirit dan moral (to develop school spirit and
morale).
d. Memberi peluang kepada peserta didik dan remaja untuk
memperoleh kepuasan kerja dalam kelompok (to provide

Halaman 122 dari 143


opportunities to satisfying the gragorious urge of childrend and
youth).
e. Meningkatkan moral dan pengembangan spiritual (to encourage
moral and spiritual development).
f. Memperkuat kesehatan mental dan fisik peserta didik (to
strengthen the mental and physical health of student).
g. Memberi peluang kepada peserta didik mengenal lingkungan
dengan lebih baik (to provide for a well rounded of student).
h. Memperluas pergaulan peserta didik (to widen student contact).
i. Memberikan peluang kepada siswa untuk berlatih
mengembangkan kreativitas dan kemampuannya dengan lebih penuh
(to provide opportunities for student to exercize their creative
capacities more fully).

Kontribusi kegiatan ekstra kelas terhadap perbaikan kurukulum, menurut


Burrup adalah sebagai berikut:
a. Melengkapi dan memperkaya pengalaman kelas peserta didik (to
supplement or enrich classroom experiences).
b. Mengeksplorasi pengalaman-pengalaman belajar baru yang mungkin
dapat dipadukan dengan lebih tepat di dalam kurikulum (to explore
new learning experiences which may ultimately be incorporated into
curriculum).
c. Memberikan peluang kepada peserta didik untuk memanfaatkan
bimbingan individual dan kelompok (to provide additional opportunity
for individual and group guidance).
d. Memotivasi pengajaran di kelas (to motivate classroom instruction).
Kontribusi kegiatan ekstra kelas terhadap keefektifan administrasi
sekolah, menurut Burrup adalah sebagai berikut:

Halaman 123 dari 143


a. Meningkatkan keefektifan kerja sama antar para siswa, guru-guru,
staf administrasi dan supervisi (to foster more effective team work
betwen student, faculty, and administrative and supervisory
personnel).
b. Untuk lebih memperasatukan berbagai bagian dalam sekolah (to
integrate more closely the several divisions of the school).
c. Untuk memberikan sedikit pengetahuan dalam rangka membantu
para remaja dalam menggunakan waktu senggangnya (to provide
less restricted opportunities designed to assist youth in the worth–
while utilixation of their spare time).
d. Memberi peluang yang lebih baik kepada guru agar lebih mengerti
kekuatan yang dapat memotivasi para siswa dalam memberikan
respons terhadap berbagai situasi problematik yang mereka hadapi
(to enable teachers to better understand the forces that motivate
pupils to react as the to many of the problematic situation with which
they are confronted).
Kontrubusi kegiatan ekstra kelas terhadap masyarakat, menurut Burrup,
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat dengan
cara yang lebih baik (to promote better school and community
relation).
b. Mendorong masyarakat agar memberikan perhatian yang lebih besar
guna membantu sekolah (to encourage greater community interest in
an support of the school).

4. Pengaturan terhadap Organisasi Peserta Didik


Organisasi peserta didik lazim juga dikenal dengan istilah pemerintahan
peserta didik (student government), atau tata pamong peserta didik (student
governance). Pemerintahan peserta didik dibentuk dari, oleh dan untuk

Halaman 124 dari 143


peserta didik. Model pemerintahan peserta didik ini, dari waktu ke waktu
mempunyai misi yang sama, ialah sebagai wahana untuk berlatih bagi
mereka, agar kelak setelah lulus dapat mentnasfer pengalamannya ke dalam
situasi nyata.
Beberapa macam organisasi peserta didik antara lain adalah: (1)
organisasi siswa intra sekolah, dan (2) organisasi alumni.

a. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)


Dalam organisasi peserta didik, peserta didik dapar berlatih
berorganisasi, kepemimpinan dan menggerakkan orang lain guna mencapai
tujuan yang ditetapkan bersama. Dalam organisasi peserta didik ini juga,
peserta didik dapat berlatih merencanakan kegiatan, mengorganisasikan
kegiatan, mengkooordinasi kegiatan, menggerakkan SDM dan
mengendalikan kegiatan secara bersama-sama dengan peer grop-nya. Bagi
sekolah sendiri, keberadaan organisasi peserta didik ini juga sangat berguna
untuk mencari bibit-bibit unggul di bidang organisasi dan kepemimpinan, agar
dapat diasah dan disalurkan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing pesereta didik.
Di sekolah-sekolah Indonesia, organisasi peserta didik, atau
pemerintahan peserta didik ini, mempunyai sebutan-sebutan yang terus
berkembang sesuai dengan kondisi sosial politik nasional negara. Di era awal
kemerdekaan, organisasi peserta didik ini sangat beragam, sesuai dengan
aliran sosial politik yang ada pada waktu itu. Organisasi peserta didik, selain
berdomisili di sekolah, juga berafiliasi dengan organsisasi sosial
kemasyarakatan dan politik yang berkembang di masyarakat.
Ketika era Orde Baru, organisasi peserta didik terbagi menjadi dua, ialah
organisasi peserta didik yang berdomisili di sekolah, dan organisasi peserta
didik yang berdomisili di masyarakat. Organisasi peserta didik yang
berdomisili di sekolah lazim dikenal dengan sebutan Organisasi Siswa Intra

Halaman 125 dari 143


Sekolah (OSIS), sedangkan yang berdomisili di luar sekolah mendapatkan
aneka macam sebutan sesuai dengan afiliasi organisasinya. OSIS dibentuk
oleh pemerintah dengan maksud menjadi wadah tunggal bagi siswa untuk
berorganisasi, karena itulah ia yang secara de jure diakui keformalan dan
eksistensinya oleh pemerintah. Sebaliknya organisasi peserta didik yang
berada di luar sekolah, yang lazim dikenal juga dengan organisasi ekstra
sekolah, selain tidak mendapatkan legalitas dari pemerintah, juga tidak
difasilitasi. Malahan pemerintah di era Orde Baru mengharapkan agar para
peserta didik bergabung dalam wadah tunggal yang disebut dengan OSIS
tersebut. Pemerintah juga mengarahkan agar seluruh organisasi peserta
didik ekstra sekolah menyatu dan bahkan reingkarnasi menjadi organisasi
kepemudaan, yang pembinaannya tdak berada dalam tanggungjawab
sekolah. Karena itu, sebutan organisasi peserta didik yang bersifat ekstra
sekolah tersebut, ditambahkan label pemuda. Misalnya saja nama Ikatan
Pelajar Nahdlotul Ulama’ (IPNU) yang ketika era Pra Orde Baru sudah
dikenal, pada era Orde Baru harus reingkarnasi menjadi Ikatan Pemuda dan
Pelajar Nahdlotul Ulama (IPPNU). Para anggota dan pengurusnya juga
sekaligus harus melepas atribut peserta didiknya, karena kapasitas ia
bergabung dalam organisasi tersebut lebih menonjol unsure kepemudaannya
dibandingkan unsur kepelajarannya.
Tetapi, justru karena itulah maka OSIS menjadi seragam di era ini. Pola
organisasinya juga diseragamkan, berdasarkan jenjang sekolahnya, ialah
Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Hal ini sesuai
dengan langgam pemerintahan Orde baru yang memang menghendaki
keseragaman pada hampir semua aspek dan lini kehidupan. Maka hampir di
semua sekolah, telah terbentuk OSIS.
Di era reformasi, ialah Pasca Orde Baru seperti sekarang, OSIS tetap
bertahan. Karena nilai-nilai positif pada organisasi peserta didik tersebut
masih dapat dipertahankan. Hanya saja, yang membedakan dengan era

Halaman 126 dari 143


Orde Baru, OSIS ini lebih beragam. Sesuai dengan semangat otonomi
daerah, yang akan segera diikuti dengan otonomi sekolah, masing-masing
sekolah akan dapat mengembangkan semangat otonominya sesuai dengan
potensi dan keberadaan sekolah, termasuk dalam pembentukan OSIS-nya.
Sungguhpun demikian, bersamaan dengan itu, organisasi-organisasi ekstra
sekolah juga tetap berjalan.

Gambar 13. Contoh stuktur organisasi siswa Intra sekolah (OSIS)

Ketika paket diklat ini sedang ditulis, kondisi sosial politik negara
memang sedang berada dalam transisi, terutama alam demokrasinya.
Transisi tersebut, seputar tarik menarik model pemilihan pemimpin, baik di
tingkat nasional, regional dan lokal maupun di berbagai macam institusi. Ada
tawaran pilihan langsung, ada tawaran pilihan melalui wakil-wakilnya; dan
ada yang ingin mengabungkan di antara keduanya.

Halaman 127 dari 143


Wacana yang masih dalam tarik ulur ini, kiranya juga berlaku dalam
berbagai organisasi social kemasyarakatan yang ada di negara ini. Karena
itu, keberadaan organisasi OSIS pun juga akan beragam, seberagam cara
pandang masing-masing sekolah ketika menyikapi suksesi kepemimpinan di
sekolahnya; dan seberagam cara pandang masing-masing peserta didik
aktivis organisasi ketika menyikapi organisasinya.
Pada bagan 6.1. dikedepankan contoh Struktur Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS).
Berdasarkan struktur organisasi OSIS, lazimnya disusun deskripsi tugas
dan tanggungjawab masing-masing organ atau unit yang ada dalam struktur
organisasi, yaitu:
a. Majelis Pembimbing Osis (MBO) terdiri atas Kepala Sekolah dan
Wakil Kepala Sekolah Urusan Peserta Didik, beserta dengan guru-
guru yang ditunjuk untuk melakukan pembimbingan secara
operasional kepada pengurus OSIS. Tugas MBO ini adalah
memberikan pengarahan dan bimbingan secara umum dan teknis
kepada pengurus OSIS dalam berorganisasi, merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan peserta didik.
b. Ketua OSIS, yang dibantu oleh Wakil Ketua, bertangungjawab untuk
memimpin OSIS, yang selain bertanggungjawab kepada Kepala
Sekolah, juga bertanggungjawab kepada para anggotanya, melalui
saluran MPK. Ketua dan wakil Ketua, juga bertanggungjawab dalam
menyusun rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, koordinasi
kegiatan, pemantauan kegiatan dan pelaporan kegiatan OSIS.
c. Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK), sebagai wakil dari masing-
masing kelas I, II dan III, beratanggungjawab untuk menyampaikan
aspirasi kelasnya kepada OSIS, dan sekaligus sebagai saluran
sosialisasi Program OSIS kepada peserta didik yang berada di
kelasnya.

Halaman 128 dari 143


d. Sekretaris OSIS, bertanggungjawab atas kesekretariatan OSIS, dan
memberikan layanan informasi kepada Ketua OSIS ketika
membutuhkan. Kesekretariatan tersebut meliputi pencatatan
(inventarisasi), penyimpanan informasi, pencarian kembali informasi,
dan penyajian kembali sehingga mudah dipahami oleh pengurus dan
anggota OSIS yang lain.
e. Bendahara OSIS, bertanggungjawab atas perencanaan
penganggaran, realisasi anggaran, pelapotran anggaran dengan
sepengetahuan Ketua OSIS.
Wakil-wakil Kelas, terdiri atas peserta didik yang diplih oleh Kelas (bisa ketua
kelas dan bisa juga bukan), guna duduk di dalam MPK, dengan tugas
meneruskan aspirasi kelas dan menjadi saluran pagi program-program OSIS
pada kelas yang diwakilinya.

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 103 tahun 2014, kegiatan


pembelajaran dimulai dengan aktivitas pemecah kebekuan atau ice breaker.

Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang melibatkan emosi peserta


didik.Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, sukses, partisipatif,
berbasis aktifitas maka anda harus meanamkan rasa nyaman, berkontribusi,
dan menumbuhkan rasa percaya antar peserta. Dalam lingkungan peserta
yang saling percaya, peserta akan lebih disiapkan untuk berani mengambil
resiko, berkontribusi dan lebih menyenangi belajar.

Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, kita harus memecahkan


kebekuan pada awal pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta
dan menciptakan perasaan positif satu sama lain. Tehnik ini dikenal sebagai
“pemecah kebekuan” atau “Ice-breakers”.

Dua kegunaan utama Ice-breakers:

Halaman 129 dari 143


1. Untuk saling mengenal. Saling mengetahui hal-hal kecil satu sama
lainnya, perasaan positif antar sesama dan lebih siap mengambil resiko
dalam berbagi pengalaman dan pandangannya.

2. Menciptakan kesungguhan untuk berpartisipasi dalam pelatihan. Ice


Breaker ini akan mengubah perasaan dan pikiran yang pasif dan negatif
ke arah yang positif dan aktif. Bagian terberat pada banyak pelatihan
adalah bagaimana melewati kepasifan dan ketidak-tertarikan peserta. Ice
Breaker ini akan membawa anda bergerak melewati kebekuan dan akan
membuat anda berinteraksi dengan lebih baik dengan peserta selama
pelatihan .

Kunci keberhasilan dalam membuat Ice breaker adalah (a) menyenangkan


(b) mereka aktif dan (c) mereka saling berbagi informasi mengenai diri
mereka.

Di bawah ini beberapa contoh mengenai pengenalan Ice Breaker:

C. Rhyming Names

Latihan kelompok – mempraktekkan Rhyming Names

Anda telah diberi kartu nama.

Pilihlah kata sifat yang dimulai dengan huruf pertama dari nama anda
yang cocok dengan sifat atau kepribadian anda – misalnya, Fantastis
Fatima, Joget Joko, Dangdut Diana

Tulislah di depan nama anda dalam kartu nama anda.

Anda akan diberi waktu 2 menit untuk berkeliling dan bertemu dengan
orang lain. Pada akhir waktu setiap orang akan menulis nama orang
lain berdasarkan yang diingat. Kita akan menggunakan nama julukan

Halaman 130 dari 143


yang dibuat di depan nama mereka selama pelatihan ini berlangsung.

D. Permainan Deteksi kebohongan

Aktivitas kelompok – praktek permainan deteksi


kebohongan

Buatlah tiga pernyataan yang cukup menarik. Dua harus benar dan
satu bohong. Misalkan

a). Saya telah berkeliling di semua provinsi di Indonesia (benar)

b). Saya punya se-ekor ayam yang bernama “George Bush” (bohong)

c). Saya pernah tinggal di Jepang selama satu tahun. (benar)

Dalam beberapa menit katakan hal ini pada 6 orang. Mereka harus
memilih mana yang bohong. Kita akan bisa menemukan siapa
sebetulnya yang pandai berbohong dan yang pandai menebak.

Menggunakan Energizer

Energizer biasanya di gunakan pada awal hari pelatihan, setelah istirahat


atau setiap saat jika diperlukan agar peserta menjadi bersemangat kembali
atau bisa juga sebagai transisi dari satu sesi ke sesi yang lain. Energizer
yang baik harus menyenangkan, kadang kadang ribut dan membuat orang
tertawa.

Idealnya energizer yang baik ada hubungannya dengan topik yang akan
dibahas. Misalnya, kompetisi desain pesawat terbang sesuai untuk
membahas topik penting kreatifitas dan praktek dalam merencanakan dan
membuat keputusan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Energizer

Halaman 131 dari 143


Seperti yang anda perkirakan bahwa tidak semua energiser dapat dipakai
untuk semua situasi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :

Kebutuhan peserta

Anda harus pandai pandai dalam memilih energizer mana yang cocok dan
sesuai dengan kebutuhan peserta. Beberapa energiser mungkin efektif pada
satu peserta pelatihan dan mungkin tidak pada peserta pelatihan yang lain.
Cobalah pilih energiser yang sesuai dengan aktifitas pelatihan yang akan
dilakukan.

Ukuran kelompok dan rentang waktu

Perhatikan besarnya kelompok dan waktu yang tersedia untuk melakukan


energizer. Idealnya energizer dilakukan tidak lebih dari lima menit dan
melibatkan semua peserta.

Keamanan

Beberapa energizer sangat aktif. Anda perlu mengumumkan mungkin bagi


peserta yang sedang hamil bisa tidak ikut aktifitas ini atau bagi orang yang
punya penyakit jantung.

Halaman 132 dari 143


Contoh-2 energizers

Kelas akan bermain energizer berikut ini.

Gajah dan semut

Peserta diminta untuk berdiri dan membuat lingkaran penuh

Peserta diminta untuk merespon kata “Gajah” atau “semut” dengan


kata “besar” atau ”kecil”. Peserta juga diminta untuk mengekspresikan
dengan gerak bagaimana simbol besar dan simbol kecil.

Berikutnya peserta diminta untuk merespon kata ” Gajah” dengan kata


”Besar” namun dengan gerakan tubuh yang menyimbolkan sesuatu
yang ”kecil”, demikian juga dengan kata ”Semut” peserta diminta untuk
merespon dengan kata ”Kecil” namun dengan gerakan tangan
menyimbolkan sesuatu yang ”Besar”

Pelatih akan memimpin kata apa yang akan dipilih (Gajah atau Semut)
dan peserta diminta merespon dengan cepat. Bagi peserta yang salah
gerak akan ditunjuk oleh peserta yang lain karena masih dalam
lingkaran (saling mengawasi). Lakukan beberapa kali (3-5 kali) dan
anda masih menemukan bagaimana masih ada saja orang yang
melakukan kesalahan respon.

Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer ini


dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang
bermanfaat?

Halaman 133 dari 143


Samson dan Delilah

Dalam kisah Samson dan Delilah terdapat tiga karakter utama yaitu :
Samson, Delilah dan Singa.

9. Bagilah peserta menjadi dua kelompok dengan tehnik nominal


”satu” dan ”dua”.

10. Tempatkan kelompok satu dan kelompok dua saling berhadap-


hadapan (berbaris)

11. Mintalah mereka mengekspresikan dengan suara dan gerak


untuk masing masing karakter di atas (Samson perkasa dengan
kepalan dan suara ”hah”.., Delilah yang jelita dengan suaru ”aih”
dan gerakan yang gemulai/kemayu dan Singa dengan suara
”auman” dan dua cakarnya)

12. Jelaskan bahwa Samson dapat mengalahkan Singa, Singa


dapat memakan Delilah, namun Delilah dapat mengalahkan
Samson.

13. Mintalah pada kelompok satu dan dua untuk memikirkan


karakter apa yang akan ditampilkan secara serentak, dengan
tujuan untuk saling mengalahkan satu dan lainnya.

14. Pelatih akan menghitung (1,2,3) dan masing masing kelompok


harus mengeluarkan karakter yang dipilih.

15. Lakukan sebanyak tiga kali dan tentukan kelompok mana yang
menang

16. Setelah bermain energizer ini, pikirkanlah bagaimana energizer


ini dapat kita pakai dalam diskusi dan aktifitas pelatihan yang

Halaman 134 dari 143


bermanfaat?

Setelah peserta melakukan ice breaking, peserta diminta melakukan kegiatan


pembelajaran utama atau kegiatan inti. Karena dalam kegiatan inti ini anda
disediakan bahan bacaan utama dalam bentuk bahan ajar tertulis berbentuk
teks, maka kegiatan pembelajaran utama adalah membaca teks tersebut.
Salah satu yang disarankan digunakan dalam membaca teks tersebut adalah
model membaca teks yang disarankan oleh Francis P. Robinson, Universitas
Negeri Ohio Amerika Serikat, yaitu model belajar SQ3R. Merupakan
singkatan dari Surveying, Questioning, Reading, Reciting, dan Reviewing.

Langkah pertama, dalam melakukan aktivitas survey, adalah membantu dan


mendorong peserta diklat untuk memeriksa atau meneliti secara singkat
seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar peserta diklat mengetahui
struktur teks, yang meliputi judul, bagian (heading) dan judul subbagian
(subheading), istilah dan kata kunci. Dalam melakukan survey, peserta didik
dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna
kuning, hijau, dan warna lainnya) seperti stabilo untuk menandai bagian-
bagian tertentu. Disarankan juga peserta didik menyajikan hasil survey ini
dalam bentuk peta konsep. Bagian-bagian penting dari peta konsep dapat
dijadikan bahan pertanyaan, dengan cara ditandai untuk memudahkan
proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya. Kegiatan ini
setara dengan dengan kegiatan mengamati pada pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran

Anda akan menyaksikan bahwa peta konsep memungkinkan anda mencatat


banyak sekali informasi dalam satu halaman dan memperlihatkan hubungan
antar berbagai konsep dan ide. Penggambaran secara visual membantu
anda berfikir tentang suatu subjek secara global dan memungkinkan
keluwesan (fleksibilitas) pemikiran anda. Pada sebuah peta anda secara

Halaman 135 dari 143


harfiah dapat melihat sturuktur subjek yang bersangkutan dalam cara yang
mustahil dilakukan dengan kerangka yang linear. Anda dapat melihat tema-
tema terpisah namun juga hubungan-hubungan antartema. Pencatatan
secara linear tidak dapat menjaga kita agar tetap sadar akan kompleksitas
pemikiran. Sebaliknya, pencatatan melalui peta konsep dapat melakukan hal
itu.
Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh Collin Rose:
- Mulai Dengan Topik Ditengah-Tengah. Awali dengan menuliskan tema
pokok ditengah-tengah halaman. Ini mendorong anda mendefinisikan
gagasan inti subjek yang tengah anda pelajari, titik awal pembelajaran
yang efektif.
Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda
punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas subsubtema di
sekelilingnya.
Mereka dapat dihubungkan dengan tema pokok memakai garis, seperti
jari-jari roda.
- Gunakan Kata-Kata Kunci. Sasaran peta konsep adalah hanya
menangkap fakta-fakta penting yang ketika ditinjau ulang akan memicu
ingatan terhadap seluruh subjek pelajaran. Anda akan mendapati bahwa
ini umumnya menggunakan kata kerja dan kata benda kunci. Hal-hal
lainnya adalah informasi “yang diisikan di dalamnya” yang memasok fikiran
anda ketika ia telah “disentak” oleh peta-peta konsep.
- Buatlah cabang-cabangnya. Berpijaklah pada tema pokok anda keluar ke
semua arah. Batasilah cabang utama antara lima dan tujuah.
- Gunakan Simbol, Warna, Gambar, Dan Citra-Citra Lainnya. Kombinasi
berbagai gaya menjadikan peta konsep lebih mudah diingat. Untuk
keragaman, variasikan ukuran kata di peta tersebut. Tulis kata-kata atau
frase-frase kunci dengan huruf kapital tebal. Batasi kata-kata seminimal
mungkin. Gunakanlah symbol simbol

Halaman 136 dari 143


Yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya,
gambar jantung segitiga dan sebagainya.
- Buatlah Seperti Bilbor. Gunakan ruang bersih putih antarinformasi
sedemikian rupa sehingga semua kata atau gambar / citra jelas
terpampang. Buatlah ia setebal mungkin, mencengangkan, dan “mudah
diingat”. Buatlah menarik. Buatlah kata-kata yang penting lebih menonjol
daripadayang lain.
- Buatlah Berwarna Warni. Berilah penekanan pada berbagai butir atau
tema pokok dengan menggunakan warna-warna yang padu. Buat sejelas
yang anda mau.
- Praktik Menjadikan Lebih Sempurna. Jangan harap anda langsung benar
untuk pertama kali. Pada kenyataannya, alangkah lebih baik jika anda
menggambar ulang peta konsep anda. Melakukannya dua atau tiga kali
akan membantu anda mengingat detail-detailnya.
- Melakukannya Sendiri Anda tidak harus menjadi seorang seniman lukis
untuk dapat embuat peta konsep. Yang penting yaitu mengembangkan
gagasan anda sendiri. Gunakan sebanyak mungkin gambar yang dapat
anda buat. Tony Buzan misalnya, menekankan benar kebutuhan akan
penggambaran secara visual.
Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih
bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri,
menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan
membantu mencerap informasi ke dalam ingatan jangka panjang anda.
Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda
gambar.
- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk
menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta
memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya
sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.

Halaman 137 dari 143


- Mengapa Peta Kosep Harus Mudah Dimengerti Anda akan menghemat
waktu karena anda hanya mencatat dan selanjutnya membaca dan
meninjau, kata-kata kunci saja. Anda tidak harus menelisik bahan-bahan
yang tak diperlukan atau bahan
sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas.
Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah
diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita
mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.
- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri,
memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda
melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan
setahun kemudian, anda akan mengangkat dan menekankan butir-butir
penting informasi baru.
Perhatikan tekanan pada kata baru. Banyak orang menyoroti semua
gagasan penting dalam suatu paragraf. Itu kedengarannya logis, tetapi
sebenarnya tidak. Butir masalah yang penting dalam hubungannya dengan
pembelajaran adalah anda memperoleh informasi atau cara baru dalam
melihat informasi lama. Maka, untuk menekankan sesuatu yang sudah
anda ketahui yaitu dengan meningkatkan usaha anda ketika anda kembali
untuk meninjau ulang di kemudian hari. Dan peninjauan yang cepat
tentang apa yang anda telah pelajari adalah bagian penting dari
“menyimpan rapat-rapat” yang sebenarnya.
Hasilnya? Anda dapat meninjau pengetahuan anda tentang keseluruhan
isi buku kira-kira hanya dalam waktu lima belas menit.
- Duduklah Dengan Tenang Lalu Visualisasikan Kebanyakan dari kita perlu
duduk dan berfikir dengan tenang pada apa yang baru saja dilihat, dibaca
atau didengar. Tataplah ia dengan mata fikiran anda dan buatlah “film
mental” darinya. Ia mungkin hanya suatu potongan seperti pemutaran

Halaman 138 dari 143


ulang sesaat dalam suatu program olahraga. Itu membantu menyimpan
informasi dalam memori visual anda.
Para pelayan penerbang Trans World Airlines (TWA) yang mengikuti tes
keamanan penerbangan menggunakan gambar-gambar untuk
meningkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan
sekuens berikut ini.
1) Mereka mengelilingi pesawat terbang, dengan mencatat lokasi-lokasi
yang aman
2) Kemudian mereka mengidentifikasi lokasi-lokasi pada diagram yang
dapat mereka ingat
3) Mereka mengakurkan lokasi-lokasi itu dengan diagram induk
4) Kemudian mereka duduk, menutup mata, dan menggambarkan lokaso-
lokasi itu dalam mata fikiran mereka. Akhirnya mereka membuat
diagram lokasi sekali lagi.
Bagaimana anda dapat menambahkan citra mental setelah anda
mempelajari sesuatu?
- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah
menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau
diagram.

Peta konsep, hasil langkah survey, diharapkan menumbuhkan motivasi


peserta diklat untuk mempelajari bahan ajar lebih lanjut.

Keingintahuan peserta diklat dituangkan dalam kegiatan bertanya, sehingga


langkah kedua SQ3R adalah Question. Dari peta konsep yang dihasilkan,
peserta diklat diminta untuk menanyakan, atau menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang
telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada
panjang pendeknya teks, dan kemampuan peserta dalam memahami teks
yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal

Halaman 139 dari 143


yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin mereka hanya perlu membuat
beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan siswa
tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan
sebanyak-banyaknya. Kegiatan ini setara dengan kegiatan bertanya pada
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

Langkah ketiga adalah membaca teks (Read). Peserta diklat diminta untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dengan cara membaca
secara aktif teks yang disediakan. Dalam hal ini membaca secara aktif juga
berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan
mengandung jawaban-jawaban yang relevan dengan pertanyaan tadi. Jika
sebuah pertanyaan tak terjawab, peserta diklat diminta menjawab
pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan,
termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik

Langkah keempat adalah Recite (mengkutip ulang). Peserta diklat


mengemukakan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun
dengan bahasa dirinya. Peserta diklat dilatih untuk tidak membuka teks
bahan ajar dalam mengutip ulang jawaban, sebaliknya mereka diminta untuk
mengutip hasil kegiatan membacanya, dengan bahasa sendiri

Langkah kelima adalah Review (mengomunikasikan setiap jawaban yang


telah di temukan), peserta diklat diminta meninjau ulang seluruh pertanyaan
dan jawaban secara singkat, langkah ini setara dengan dengan langkah
mengkomunikasikan dalam pembelajaran pendekatan ilmiah.

Hal yang perlu diketahui juga adalah bahwa bahan ajar ini bukan berupa
bahan ajar “self contained” sepenuhnya yang memberikan informasi secara
komprehensif, namun sebagaimana diamanatkan oleh permendikbud 65
tahun 2013 mengenai standar proses, ada banyak sumber belajar yang lain
yang perlu dipelajari. Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai

Halaman 140 dari 143


karakteristik belajar peserta didik, anda dapat membaca buku “Psikologi
Kependidikan” yang ditulis oleh Abin Syamsudin Makmun.

E. TUGAS

Bacalah teks kegiatan pembelajaran 2 ini menggunakan SQ3R

F. RANGKUMAN

Anda perlu mengenal peserta didik anda sejak mereka menjadi peserta didik
baru anda berdasarkan catatan-catatan dan informasi beru yang anda gali.
Kegiatan selanjutnya adalah andaperlu membangun kompetensi peserta
didik tersebut selama kegiatan pembelajaran mencakup tiga ranah
kompetensi mereka yaitu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotornya

G. UMPAN BALIK

Alangkah baiknya kalau penyajian hasil tugas tersebut disajikan dalam


bentuk peta konsep. Anda dapat mengunduh perangkat lunak mindmanager
untuk menyajikan peta konsep tersebut. Perangkat lunak tersebut dapat
diunduh secara gratis

EVALUASI

Untuk evaluasi materi disediakan lembar tugas berikut

Lembar tugas 1
1. Lakukanlah diskusi panel interaktif yang bertemakan mengatasi siswa
yang suka datang terlambat dan suka membolos sekolah.
2. Dalam diskusi panel interaktif, ada peserta diklat yang berperan sebagai
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, konselor sekolah, ketua osis, wakil
orang tua siswa, dan presenter/pembawa acara.

Halaman 141 dari 143


3. Sementara itu, peserta lain bertindak sebagai partisipan yang sewaktu-
waktu diberi kesempatan berbicara oleh presenter. Partsipan boleh
bertanya, menanggapi pendapat panelis, mengemukakan pendapat, dan
mungkin mengankat kasus-kasus aktual yang ia temui terkait siswa yang
suka datang terlambat dan suka membolos sekolah.
4. Fokus diskusi panel adalah mencari alternatif cerdas untuk mengatasi
siswa yang suka datang terlambat dan suka membolos sekolah.
5. Guna tetap menyegarkan suasana diskusi panel, presenter memberi
kesempatan kepada penyanyi (yang memang sudah disiapkan) untuk
membawakan lagu yang rancak. Presenter juga boleh mempersiapkan
partisipan yang ingin menyumbangkan lagu. Ketika lagu sedang
disenandungkan, presenter boleh mengajak partisipan berjoget.

Lembar tugas 2
1. Salah satu perangkat untuk meningkatkan disiplin peserta didik di sekolah
adalah terdapatnya tata tertib peserta didik di sekolah. Agar tata tertib
tersebut benar-benar dapat dimiliki oleh peserta didik, maka strategi
penyusunannya adalah dengan melibakan mereka. Bahkan akan lebih
bagus, jika dilakukan strategi penyusunan yang bersifat partisipatoris
sehingga terkemas menjadi tata tertib yang dari, oleh dan untuk peserta
didik sendiri.
2. Untuk keperluan tersebut, peserta didik dapat berbagi peran, dan
sebagian besar berperan sebagai kepala sekolah atau wakil kepala
sekolah urusan peserta didik. Wakil kepala sekolah urusan peserta didik
memberikan pengarahan di suatu forum, yang diikuti oleh seluruh peserta
didik. Substansi pengarahan adalah perlunya peserta didik membuat tata
tertib yang dapat menjamin tertibnya peserta didik sehingga pembelajaran
di sekolah berlangsung kondusif. Selain itu, wakil kepala sekolah bisa
menyampaikan apa saja yang dikandung oleh suatu tata tertib peserta
didik yang baik.
3. Seusai pengarahan, peserta didik membentuk satgas yang bertugas
menyusun draft awal tata tertib peserta didik. Setelah draft awal peserta
didik disusun, kemudian diplenokan yang diikuti oleh banyak peserta didik

Halaman 142 dari 143


di sekolah tersebut (perlu ada salah seorang peserta didik yang
memimpin sidang pleno). Dalam pleno tersebut, draft awal akan diberikan
banyak masukan, koreksi dan review oleh peserta didik yang jumlahnya
tidak sedikit.
4. Di akhir pleno, pemimpin sidang membentuk tim penyelaras dan editing
akhir, yang hasilnya akan segera disosialisasikan kepada peserta didik.
Dalam bekerja, tim penyelaras didampingi oleh wakil kepala sekolah
urusan peserta didik.

PENUTUP

Bahan ajar ini dirancang untuk membekali peserta diklat dalam menguasai
salah satu kompetensi pedagogic. Harapan penulis, dengan mempelajari
bahan ajar ini pembaca dapat menguasai salah satu kompetensi pedagogic
tersebut, dan tidak terhambat dalam mencapai uji kompetensi guru. Masukan
dari para perancang uji kompetensi dan penggunan bahan ajar ini sangat
diharapkan demi ketergunaan bahan ajar ini bagi para guru khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Katz, Joseph, et. Al. 1973. Services of Student. San Fransisco: Josey-Bass
Inc.

Imron, Ali. 2005. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: DP3M
Depdiknas.

Halaman 143 dari 143

Anda mungkin juga menyukai