Anda di halaman 1dari 12

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. METODE PERANCANGAN VDI 2221

Metode perancangan VDI 2221 merupakan metode perancangan yang di gagas oleh
Persatuan Insinyur Jerman (Verein Deutscher Ingenieure/VDI) yang dijabarkan oleh
Gerhard Pahl dan Wolfgang Beitz. Metode tersebut adalah “Pendekatan Sistematik
terhadap desain untuk system teknik dan produk teknik”. Metode perancangan
sistematis adalah suatu metode pemecahan masalah teknik dengan menggunakan tahap
demi tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian suatu sistem yang
kompleks menjadi elemen-elemen dan mempelajari karakteristik masing-masing
elemen tersebut beserta kolerasinya. Sintesis adalah penggabungan elemen-elemen
yang sudah diketahui karakteristiknya untuk menciptakan suatu sistem baru.

2.2. TUJUAN METODE VDI 2221

Efektifitas merupakan salah satu syarat utama dalam merancang suatu produk.
Keinginan pemesan, situasi pasar, dan perkembangan teknologi harus diperhatikan
untuk bisa menghasilkan rancangan yang baik serta sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pemesan. Ketiga hal tersebut dapat diatasi dengan metode VDI 2221. Metode
VDI 2221 bertujuan untuk memudahkan seseorang perancang marumuskan dan
mengarahkan berbagai varian desain yang ada karena dalam metode tersebut ide-ide
yang ada disusun secara efisien dan sistematis.

2.3. LANGKAH KERJA DALAM METODE VDI 2221

Langkah kerja dalam metode ini terdiri dari 7 tahap yang dikelompokkan dalam 4 fase
yaitu:

http://digilib.mercubuana.ac.id/
7

1. Penjabaran tugas (Clasification of task)


Meluputi pengumpulan informasi mengenai permasalahan dan kendala-kendala
yang dihadapi, kemudian disusun suatu daftar persyaratan mengenai rancangan
yang akan kita buat.
2. Penentuan konsep rancangan (Conceptual design)
Meliputi tiga langkah kerja yaitu :
a. Menentukan fungsi dan strukturnya.
b. Mencari prinsip solusi dan strukturnya.
c. Menguraikan solusi menjadi varian yang dapat direalisasikan.
3. Perancangan wujud (Embodiment Design)
Pada perancangan wujud ini dimulai dengan menguraikan rancangan dalam
modul-modul yng diikuti oleh desain awal dan desain jadi.
4. Perancangan rinci (Detail design)
Tahap ini merupakan proses perancangan dalam bentuk gambar yang tersusun
dan gambar detail termasuk komponen, spesifikasi bahan, toleransi dan lainnya.
Pada tahap ini semua pekerjaan didokumentasikan sehingga pembuatan produk
dapat dilakukan.

2.3.1 Penjabaran Tugas (Clasification of Task)

Pada langkah ini dilakukan perumusan dan daftar persyaratan yang disesuaikan dengan
kehendak konsumen yang diharapkan dipenuhi oleh solusi akhir. Informasi ini akan
menjadi acuan penyusunan spesifikasi.

Pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan meliputi:

a. Mengumpulkan informasi atau data yang berhubungan dengan perancangan dan


memeriksa kendala apa saja yang dihadapi.
b. Memeriksa kehendak-kehendak lain yang dapat menunjang pekerjaan.
c. Merumuskan tugas yang diadapi.

Hasil kerja yang diperoleh ialah daftar kehendak (requirement list). Daftar
kehendak merupakan dokumen penting dalam melaksanakan lengkah kerja lainnya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
8

Pentingnya daftar kehendak menyebabkan penanganannya harus teratur dan sistematik


dalam suatu format yang dinamakan spesifikasi.

Untuk mempermudah penyusunan spesifikasi dapat dilakukan dengan meninjau


aspek-aspek tertentu seperti aspek geometri, energy, ekonomi, dll. Dari aspek-aspek
tersebut dapat diuraikan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga dapat dirumuskan
tugas-tugas yang dihadapi oleh perancang.

Setelah spesifikasi diperoleh, maka dilakukan abstraksi dan formulasi. Tujuan


dari abstraksi adalah untuk menentukan bagian mana dari spesifikasi yang merupakan
bagian penting dan berlaku umum.

Pada saat melakuka abstraksi dan formulasi hal yang harus diperhatikan adalah
membedakan sebuah persyaratan apakah sebagai tuntutan atau keinginan. Tuntutan
adalah persyaratan yang harus dipenuhi pada setiap kondisi atau dengan kata lain
apabila persyaratan tersebut tidak bisa dipenuhi, maka rancangan dianggap tidak benar
atau gagal. Sedangkan keinginan adalah persyaratan yang diinginkan apbila
memungkinkan.

2.3.2 Penentuan Konsep Rancangan (Conceptual Design)

Hal-hal yang dibahas dalam conceptual design adalah:

1. Menentukan fungsi dan strukturnya.


a. Struktur fungsi dari keseluruhan (Overall Function)
b. Sub fungsi
2. Mencari prinsip solusi dan strukturnya.
a. Metode Konvetional
b. Metode Intuitif
c. Metode Kombinasi

http://digilib.mercubuana.ac.id/
9

3. Menguraikan menjadi varian yang dapat direalisasikan.


a. Pembuatan konsep varian
b. Evaluasi

2.3.3 Menentukan Fungsi dan Strukturnya

Hal-hal yang dibahas dalam menentukan fungsi dan strukturnya adalah:

a. Struktur fungsi dari keseluruhan (Overall Function)


Setelah masalah utama diketahui, kemudian dibuat struktur fungsi secara
keseluruhan. Struktur fungsi ini digambarkan dengan blok diagram yang
menunjukkan hubungan input dan output.
b. Sub fungsi
Apabila funsi keseluruhan cukup rumit, maka cara untuk mengantisipasinya
adalah dengan membaginya menjadi beberapa sub fungsi.

2.3.4 Mencari Prinsip Solusi dan Strukturnya

Dasar-dasar pemecahan masalah diperoleh dengan mencari prinsip-prinsip solusi dari


masing-masing sub fungsi. Dalam tahap ini dicari sebanyak mungkin variasi solusi.
Ada tiga kategori dalam pencarian prinsip solusi menurut Pahl-Eitz yaitu:

a. Metode Konventional
Metode ini meliputi pencarian dalam buku literature, jurnal teknik dan brosur
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
b. Metode Intuitif
Solusi ini dating dengan pencarian dan pmikiran pajang. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan intuitif ini antara lain
dengan banyak malakukan diskusi dengan orang lain.
c. Metode Kombinasi
Metode ini mengkombinasikan kemungkinan solusi yang ada. Metode
yangdapat digunakan adalah metode bentuk matrik, dimana sub fungsi dan
prinsip solusi dimasukkan dalam kolom dan baris.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
10

2.3.5 Menguraikan Menjadi Varian yang Dapat Direalisasikan

Apabila kombinasi yang ada terlalu banyak maka untuk memilih kombinasi yang
terbaik menjadi lebih lama. Supaya halini tidak terjadi, maka apabila memungkinkan
jumlah kombinasi dikurangi.

1. Pembuatan Varian Konsep

Informasi lebuh lanjut sangat diperlukan untuk pembuatan varian konsep yang
dilakukan. Informasi tersebut dapat diperoleh dari:

a. Gambar atau sketsa untuk melihat kemungkinan keserasian.


b. Perhitungan kasar berdasarkan asumsi yang dipakai.
c. Pengujian awal berupa pengujian model untu menemukan sifat utam atau
pendekatan kuantitatif untuk persyaratan kualitatif mengenai kinerja dari suatu
produk jadi.
d. Konstruksi model untuk visualisasi dan analisa.
e. Analogi model dan simulasi yang sering dilakukan dengan bantuan computer.
f. Penelitian lanjut dan literature
2. Evaluasi

Evaluasi berarti menentukan nilai kegunaan atau kekuatan yang kemudian


dibandingkan dengan sesuatu yang dianggap ideal. Secara garis besar langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kriteria evaluasi


Menentukan kriteria evaluasi didasarkan pada spesifikasi yang dibuat.
b. Pemberian bobot kriteria
Langkah ini merupakankriteria yang dipilih yang mempunyai tingkat pengaruh
yang berbeda pada tingkat varian konsep. Sebaiknya evaluasi dititikberatkan
pada sifat utama yang diinginkan pada solusi akhir.
c. Menentukan parameter kriteria evaluasi
Supaya perbandingan setiap varian konsep dapat dilihat dengan jelas, maka
dipilih suatu parameter atau besaran yang dipakai varian konsep.
d. Memasukkan nilai parameter

http://digilib.mercubuana.ac.id/
11

Sebaiknya harga yang dimasukkan adalah harga normal. Nilai keseluruhan


untuk varian konsep dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
OWV = Ʃ Wi . Vv
Dimana : Wi = bobot kriteria evaluasi ke j
Vv = Nilai kriteria evaluasi ke j
e. Memperkirakan ketidakpastian evaluasi
Kesalahan evaluasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Kesalahan subyektif, misalnya kurangnya informasi
- Kesalahan perhitungan parameter

2.3.6 Perancangan Wujud (Embodiment Design)

Tahap perancangan ini meliputi beberapa langkah, yaitu langkah penguraian menjadi
modul-modul, pembentukan lay-out, penentuan lay-out jadi.

Perancangan wujud dimulai dari produk teknik, kemudian dengan menggunakan


kriteria teknik dan ekonomi perancangan dikembangkan dengan menguraikan struktur
fungsi kedalam struktur modul untuk memperoleh elemen-elemen pembangun struktur
fungsi yang memungkinkan dapat dimulainya perancangan yang lebih rinci.

Hasil dari tahap ini berupa lay out yaitu penggambaran dengan jelas rangkaian
dengan bentuk elemen suatu produk ayau bahanny, pembuatan prosedurproduksi, dan
pembuatan solusi untuk fungsi tambahan. Hasil ini kemudaian dianalisa untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kekuatan, kinematika, pemilihan bahan,
proses dan sebagainya.

Pada langkah ini perlu dibuat suatu model untuk mengukur kinerjanya, kualitas,
kemudahan dan beberapa kriteria lain dari hasil perancangan. Kemudain dilakukan
pengembangan rancangan dari model-model tersebut sehingga diperoleh model yang
terbaik.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
12

2.3.7 Perancangan Rinci

Tahap ini merupakan akhir dari metode perancangan sistematis yang berupa presentasi
hasil. Pada langkah kerja ini dilakukan pekerjaan-pekerjaan merinci gambar akhir,
termasuk gambar terperinci mengenai tiap-tiap bagian elemen dari produk.

2.4 TEGANGAN IZIN

Tegangna izin adalah tegangan yang terjadi akibat pembebanan yang berlangsung tak
terbatas lamanya pada elemen mesin, tanpa mengakibatkan terjadinya kepatahan
maupun perubahan bentuk yang menuju ke kerusakan. Pemilihan tegangan izin sangat
menentukan untuk menghitung dan memeriksa kembali ukuran dari elemen mesin.

Besarnya tegangan izin tergantung pada beberapa hal:

a. Bahan /material (logam atau nonlogam)


1. Logam (fero, non fero)
2. Non logam (kayu, keramik, dll)
b. Jenis pembebanan
1. Pembebanan tekan, menghasilkan tegangan tekan
2. Pembebanan tarik, menghasilkan tegangan tarik
3. Pembebanan tekuk/bengkok, menghasilkan tegangan tekuk/bengkok
4. Pembebanan punter, menghasilkan tegangan punter
c. Jenis beban
1. Beban static
2. Beban dinamik ulang
3. Beban dinamik ganti
4. Beban dinamik umum

http://digilib.mercubuana.ac.id/
13

2.5 ANGKA KEAMANAN

Beberapa pertimbangan untuk menentukan besarnya angka keamanan adalah:

a. Angka keamanan kecil apabila:


1. Besarnya gaya luar diketahui dengan pasti.
2. Patahnya elemen konstruksi yang bersangkutan tidak membawa akibat yang
fatal terhadap keseluruhan konstruksi.
3. Kerusakan dari elemen konstruksi yang bersangkutan dapat diatasi dengan
cepat.
b. Angka keamanan besar apabila:
1. Besarnya gaya luar tidak diketahui dengan pasti.
2. Patahnya elemen kostruksi yang bersangkutan berakibat fatal terhadap
keseluruhan konstruksi.
3. Kerusakan dari elemen konstruksi yang bersangkutan sukar diatasi (suku
cadang yang langka/mahal, pengerjaan sukar, material susah didapatkan).

2.6 BANTALAN

Bantalan adalah elemen konstruksi yang berfungsi untuk menopang beban serta
menjaga posisi dari elemen konstruksi lain yang berputar.

Menurut sifat geraknya bantalan ada dua jenis:

a. Bantalan luncur
b. Bantalan gelinding

2.6.1 Bantalan Luncur

Kelebihan dari bantalan luncur adalah:

1. Tidak peka terhadap beban kejut dan goncangan.


2. Tidak terlalu peka terhadap debu dan kotoran.
3. Tinggi angka putaran tidak terbatas.
4. Pada konstruksi belahan memudahkan proses bongkar pasang.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
14

5. Jika kelonggaran dapat diatur kembali, dapat dicapai karakter putaran yang
presisi.

Kekurangan dari bantalan luncur adalah:

1. Butuh momen awal yang besar untuk berputar.


2. Butuh banyak pelumas.

2.6.2 Bantalan Gelinding

Kelebihan dari bantalan gelinding adalah:

1. Momen awalannya hampir sama dengan momen kerja.


2. Kebutuhan pelumas sedikit.
3. Pemeliharaan mudah.
4. Produknya standar (mudah didapat).

Kekurangan dari bantalan gelinding adalah:

1. Peka terhadap beban kejut.


2. Angka putaran maksimum terbatas.
3. Peka terhadap debu dan kotoran.

2.7 EFISIENSI MESIN

Daya yang diperlukan mesin seamer tidak hanya untuk proses pengepresan
kaleng,tetapi juga unuk mengatasi kendala-kendala mekanis, torsi, dan lain-lain.
Kendala-kendala tersebut akan mengurangi daya pada poros mesin seamer. Namun
untuk menentukan seberapa besar pengaruh masing-masing kendala tersebut adalah
sangat sulit. Kecepatan Putaran (RPM) dihitung dari jumlah putaran setiap menitnya,
konstanta 1000 adalah perubahan dari mm ke meter.

(2.1)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
15

n = putaran (rpm)
D = Diameter (mm)
Vc = kecepatan pemotongan (m/menit)

Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai
titik acuan. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah
poros jungkat-jungkit. Pada katrol yang berputar karena bergesekan dengan tali yang
ditarik dan dihubungkan dengan beban. Momen gaya adalah hasil kali gaya dan jarak
terpendek arah garis kerja terhadap titik tumpu. Momen gaya sering disebut dengan
momen putar atau torsi, diberi lambang t. Syarat kesetimbangan benda: Fx = 0, Fy = 0,
Torsi ( dalam hal ini saya tulis t ) = 0

T= Fd (2.2)
Keterangan :
F = gaya (Newton)
d = jarak (yang tegak lurus) gaya ke poros (meter)
T= momen gaya atau torsi (Nm)
Momen gaya merupakan besaran vektor yang nilainya sama dengan hasil kali
antara gaya dengan jarak dari titik poros arah tegak lurus garis kerja gaya.
Putaran momen gaya yang searah dengan putaran jarum jam disebut momen gaya
negatif, sedang yang berlawanan putaran jarum jam disebut momen gaya postif. ( ini
hanya kesepakatan , mungkin buku lain berbeda ) Momen kopel adalah momen gaya
yang diakibatkan pasangan dua gaya yang sama besarnya dan arahnya berlawanan
tetapi tidak segaris kerja.Benda yang dikenai momen kopel akan bergerak rotasi terus
menerus. “Dengan mentapkan bahwa torsi akan bernilai positif jika berotasi searah
putaran jarum jam, sedangkan torsi akan bernilai negatif jika berotasi berlawanan
dengan arah putaran jarum jam.”( Tohari.&Thamrin,2007).

Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam


penanganannya dan murah harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki keungulan lain
dimana sabuk-V akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang
relatif rendah serta jika dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-V
bekerja lebih halus dan tak bersuara. Berdasarkan penampang sabuk-V terdapat
beberapa tipe seperti terlihat pada Gambar 3.1 . Selain memiliki keungulan

http://digilib.mercubuana.ac.id/
16

dibandingkan dengan transmisi-transmisi yang lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan


yaitu memungkinkan terjadinya slip. Oleh karena itu, maka perencanaan V-Belt perlu
dilakukan untuk memperhitungkan jenis sabuk yang digunakan dan panjang sabuk yang
akan digunakan. Berikut adalah perhitungan yang digunakan dalam perancanganV-Belt
antara lain:

a. Daya rencana (Pd)

Pd = fc..P (2.3)

Keterangan: P = daya (kW)

Pd = daya rencana (kW)

b. Momen (T)

T1 = 9,74 x 105 x P/n1 (2.4)

T2 = 9,74 x 105 x P/n2

Dengan: T = Momen puntir

P = Daya rencana

n1 = Putaran motor

n2 = putaran poros yang digerakkan (rpm)

c. Diameter luar puli (dk ,Dk )

dk = d + 2 x 5,5 (2.5)

Dk = D + 2 x 5,5

d. Kecepatan sabuk (V)

(2.6)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
17

Dengan: V = Kecepatan sabuk

dP = Diameter puli

n1 = Putaran motor

Belt digunakan untuk mentransmisikan putaran dan daya dari suatu poros ke
poros yang lain, biasanya mempunyai jarak yang jauh sehingga tidak memungkinkan
transmisi langsungdengan rodagigi. Sebagian besar transmisi belt menggunakan tipe V,
karena penanganannyamudah dan harga nya pun murah.Dalam perencanaan belt ini,
yang digunakan adalah standar V-belt berjumlah 2 buah.Transmsi ini diharapkan
mampu menghasilkan putaran yang diinginkan, agar dapat menggunakan v-belt dengan
pulley sebagai penghubungnya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai