Anda di halaman 1dari 8

RESUME

EPIDEMIOLOGI PERILAKU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II
WIJI RAHAYU N 201 16 018

ENDANG N 201 16 054

PEBRIYANA N 201 16 098

MAYA AULIA R. N 201 16 157

PUTI ANDALUSIA S. BANILAI N 201 16 190

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
A. Parameter Pengukuran Perilaku Dan Sosial
a. Cara Pengukuran perilaku
Seorang ahli psikologi Skinner (1938) dalam buku Notoadmodjo
(2003,) menyatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Sedangkan menurut Blum dalam buku Notoadmodjo (2003) perilaku
merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Salah satu
aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah
masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement) sikap
(Azwar S, 2011). Menurut Azwar S (2011) Ada berbagai cara untuk
melakukan pengukuran sikap yaitu :
1. Thrustone
Metode penskalaan Thrustone sering disebut sebagai metode interval
tampak setara. Metode penskalaan pernyataan sikap ini dengan
pendekatan stimulus yang artinya penskalaan dalam pendekatan ini
ditujukan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada suatu
kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat favourable atau tak
favourable pernyataan yang bersangkutan. Dengan metode ini perlu
ditetapkan adanya sekelompok orang yang akan bertindak sebagai panel
penilai (judging group). Tugasnya adalah menilai satu penyataan per satu
dan kemudian menilai atau memperkirakan derajat favourable atau tak
favourablenya menurut suatu kontinum yang bergerak dari 1 sampai
dengan 11 titik. Anggota panel tidak boleh dipengaruhi oleh oleh rasa
setuju atau tidak setujunya pada isi pernyataan melainkan semata-mata
berdasarkan penilaiannya pada sifat favourablenya.
2. Likert
Menurut Likert dalam buku Azwar S (2011, p. 139), sikap dapat diukur
dengan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings).
Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang
menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favourable nya
masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi 18 respons setuju
dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai
kelompok uji coba (pilot study).
B. Mengukur Individu
1. Knowledge (pengetahuan) terjadi bila individu (ataupun suatu unit perbuatan
keputusan lainnya) diekspos terhadap eksistensi inovasi dan memperoleh
pemahamannya.
2. Persuasion (Persuasi) terjadi bila suatu induvidu ( ataupun suatu unit
keputusan lainnya) suatu sikap mendukung atau tidak mendukung terhadap
inovasi.
3. Decision (keputusan) terjadi bila individu (atau unit pembuat keputusan
lainnya) terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengarah kepada pilihan
untuk menerapkan dan menolak inovasi.
4. Implementation (implementasi) terjadi bila individu (atau unit keputusan
lainnya) menggunakan inovasi.
5. Confirmation (komfirmasi) terjadi bila individu (atau unit pembuatan
keputusan lainnya) mencari dukungan atas keputusan inovasi yang sudah
dibuat, akan tetapi ia sendiri mungkin mencanangkan keputusan sebelumnya
jika di arahkan terhadap pesan-pesan yang menimbulkan konflik tentang
inovasi tersebut.
Pengetahuan yang dicapai di dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan
yakni:
1. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja bahwa untuk mengukur
orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Comprehension (memahami), Diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obejek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
memperkirakan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.
5. Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasiformulasi yang ada. Dan evaluasi, berkaitan dengan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-peniaian itu berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada
Sebagai halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari bebagai tingkatan
yakni :
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.
2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini,
karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah
adalah bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing), mengajak orng lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.
4. Bertanggung jawab (responsible), betanggung jawab atas segala sesuatuyang
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling
tinggi dalam tingkatan sikap
C. Mengukur Kelompok
Dalam setiap teori stratifikasi sosial ada perbedaan parameter yag
digunakan untuk mengukur stratifikasi sosial. Namun secara umum dikenal ada
tiga parameter yang digunakan untuk mengukur stratifikasi sosial, yaitu: pertama,
dengan meng -gunakan parameter distributif. Artinya, deskripsi stratifikasi sosial
pada suatu kelompok sosial (komunitas) dilakukan dengan cara mengukur
distribusi barang dan/atau jasa. Misalnya: adanya stratifikasi sosial dalam system
penggajian karyawan, merupakan bukti adanya ketidakmerataan disribusi barang
dan/atau jasa dalam kelompok sosial (komunitas) ini. Kedua, dengan
menggunakan parameter kor elatif. Artinya, deskripsi stratifikasi sosial pada
suatu kelompok sosial (komunitas) dilakukan dengan cara mengkorelasikan
berbagai faktor yang menjadi dasar terbentuknya stratifikasi sosial. Misalnya:
adanya stratifikasi sosial karena adanya hubungan yan g korelasional antar faktorfaktor
yang membentuk stratifikasi sosial.
Teknik skala yang dapat digunakan untuk meengukur perilaku adalah
dengan menggunakan teknik skala guttman. Skala ini merupakan yang bersifat
tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan ya dan tdak, dll. Skala ini pada
umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor
benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisanya dapat dilakukan
seperti skala likert. Cara mengukur perilaku kelompok yaitu:
1. Dapat diukur secara langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan oleh kelompok beberapa jam, hari, bulan yang lalu.
2. Secara tidak langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
kelompok.
Salah satu perilaku kelompok adalah gaya hidup kebiasaan kelompok PSK.
Sebagian besar PSK sudah mengetahui tentang enyakit HIV/AIDS yang dapat
kapan saja menjangkit mereka. Seorang PSK tahu bbahwa HIV dapat menular
melalui hubungan seksual yang tidak aman. Namun setelah kejadian akan
ditafsirkan secara berbedaa antara indvidu yang satu dengan individu yang
lainnya. Karena masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan
berbeda0beda terhadap diri mereka sesuai dengan pengetahuan yang
diperolehnya. Tafsiran yang negative terhadap pengalaman hidup disebabkan
oleh pandangan dan sika negative terhadap dirinya sendiri, dan begitupula
sebaliknya.
D. Model Precede dan Proceed
Perilaku kesehatan dianggap sebagai dipengaruhi oleh faktor-faktor
individu maupun lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang berbeda.
Pertama PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in,
Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation). Kedua PROCEED (Policy,
Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental,
Development). Salah satu yang paling baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede-Proceed. Precede
bagian dari fase (1- 4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Proceed
fase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi. Delapan fase dari model
panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil
yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik.Secara bertahap, proses
mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi
program (Fertman, 2010).
E. Model SORC
Berdasarkan analisa fungsional ini dapat diidentifikasi kognisi yang
terdistorsi, serta pola perilaku maladaptifnya. Prinsip S-O-R-C tersebut secara
rinci adalah sebagai berikut:
1. S (Stimulus) : peristiwa yang terjadi sebelum individu menunjukkan perilaku
tertentu.
2. O (Organism) : individu dengan aspek kognisi (K) dan Emosi (E) di
dalamnya.
3. R (Response) : apa yang dilakukan oleh individu atau organism, sering juga
disebut dengan perilaku (behavior), baik perilaku yang tampak (overt
behavior) ataupun perilaku yang tidak tampak (covert behavior).
4. C (Consequences) : peristiwa yang terjadi setelah atau sebagai hasil dari
perilaku atau response. Consequences termasuk apa yang terjadi secara
langsung pada individu, pada orang lain, dan pada lingkungan fisik sebagai
hasil dari perilaku tersebut. Ketika consequences atas perilaku adalah positif,
individu akan lebih cenderung untuk mengulangi perilaku yang sama.
Sebaliknya, ketika consequences atas perilaku adalah negatif, individu
cenderung mengurangi untuk melakukan perilaku yang sama. Consequences
dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari luar individu (eksternal).
Diagram analisa S-O-R-C dapat dilihat sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Hackney, Harold L. & Cormier, L. Sherilyn. 1987. The Professional Counseling: A


Process Guide To Helping. USA: Allyn and Bacon.

Anda mungkin juga menyukai