Anda di halaman 1dari 8

NAMA : CHESI SAILENDRA

NIM :19306011012

SEMESTER : EMPAT (4)

MATA KULIAH : MEDIA PEMBELAJARAN

A. PENJABARAN MATERI TENTANG TEORI SEMIOTIC, KOGNITIF, DAN


TEORI KONSTEKTUAL

1. Pengertian Semiotika Secara Umum


Semiotika merupakan suatu kajian ilmu tentang mengkaji tanda. Dalam kajian
semiotika menganggap bahwa fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda-tanda, semiotik itu mempelajari sistemsistem, aturan-aturan, dan
konvensi-konvensi yang memungkikan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Kajian
semiotika berada pada dua paradigma yakni paradigma konstruktif dan paradigma
kritis.
Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani simeon yang berarti
“tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan
sebagai tanda. Van Zoest (dalam Sobur, 2001, hlm. 96) mengartika semiotik sebagai “
ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya,
hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang
mempergunakannya”.
Pateda (2001, hlm. 29) mengungkapkan sekurang-kurangnya terdapat
sembilan macam semiotik yaitu :
a) Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce
menyatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan penganalisisnya menjadi
ide, objek, dan makna. Ide dapat dikaitkan sebagai lambang, sedangkan makna
adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek
tertentu.
b) Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang
dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti
yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa
hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja
seperti itu. Demikian pula jika ombak memutih di tengah laut, itu menandakan
bahwa laut berombak besar. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhannya.
c) Semiotik faunal (Zoo Semiotik), yakni semiotik yang khusus memperhatikan
sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan
tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan
tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang
berkotek – kotek menandakan ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu yang ia
takuti. Tanda – tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi
perhatian orang yang bergerak dalam bidang semiotik faunal.
d) Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
berlaku dalma kebudayaan tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat
sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun
temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam
masyakarat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda – tanda
tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.
e) Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi
yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folklore). Telah diketahui bahwa mitos
dan cerita lisan, ada diantaranya memiliki nilai kultural tinggi.
f) Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan,
dan daun pohon – pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak
bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya
memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.
g) Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dibuat oleh manusia yang berwujud norma – norma, misalnya rambu – rambu
lalu lintas. Di ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang
merokok.
h) Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata
maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku
Halliday (1978) itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata
lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.
i) Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
2. Pengertian Teori Kognitif Secara Umum
Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan presepsi dan pemahaman yang dapat diukur dan diamati.Model ini
lebih berorientasi pada studi bagaimana siswa belajar berpikir.Fokus studiya adalah
pada pertanyaan perkembangan kognitif.Bagi guru yang terpenting adalah bagaimana
dapat mempengaruhi perkembangan berpikir dan bagaimana guru dapat
menyesuaikan pengajaran dengan tingkat perkembangan kognitif para siswa.
Jean Piaget adalah seorang pakar yang jenius telah mempublikasikan
mengenai studi perkembangan kognitif.Pemikiran Piaget ini lebih terkonsentrasikan
kepada pendidikan anak namun program pendidikan orang dewasapun banyak yang
menggunakan konsep Piaget ini.Piaget meyakini bahwa pada dasarnya setiap manusia
mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya melalui tahapan-tahapan yang
rumit.Setiap tahapan ditandai dengan pemilihan konsep sebagai skema.Skema itu
merupakan program atau strategi yang di gunakan oleh manusia pada saat berinteraksi
dengan lingkunganya.
Hasil interaksi ini adalah pengalaman.Pengalaman itu dipadukan ke dalam
pola perilaku.Apabila pengalamanya itu tidak memadai untuk menjelaskan hal-hal
baru,maka manusia akan mengembangkan skema baru dan menyelesaikan dengan
informasi baru.Tanpa struktur yang terkait dengan lingkungan,maka aspek-aspek
tertentu seolah-olah tidak ada bagi kita.Bagi seorang anak,untuk mampu menyusun
benda secara teratur di perlukan waktu yang cukup lama.Kapasitas kognitif anak
tumbuh melalui perkembangan skema yang lebih kompleks untuk di padukan dengan
lingkunganya.Sumber penyebab ini semua adalah penyesuaian.
Pada awal kegiatan belajar,skema dalam otak anak dalam keadaan
seimbang.Setelah pengalaman masuk ,ketidakseimbangan mulai muncul antara data
dan struktur Kognitif.Saat inilah anak harus mulai untuk dapat menyesuaikan
pengalaman baru yang tidak dapat di atasi dengan skema yang ada dengan menyusun
kembali struktur kognitif yang di butuhkan.
Sebagai pakar psikologi perkembangan kognitif,Piaget telah menemukan
bahwa perkembangan skema terjadi dengan urutan yang sama dengan kecepatan yang
di ukur oleh kematangan fisiologis kita.Atas dasar itu,maka Piaget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif sebagai berikut.
1) Tahapan sensorimotor (0-2 tahun).
dimana anak berpikir dengan merujuk pada perilaku yang bersifat praverbal.Pada
tahapan ini anak pedili pada benda sebagai benda.
2) Tahapan praoperasional (2-7 tahun).Tahapan ini di bagi dua bagian yaitu:
Tahapan prakonseptual (2-4 tahun )artinya awal dari intelegensi konseptual
dimana anak sudah dapat mengembangkan fungsi simbol.
Tahapan intuitif (4-7)artinya anak belum dapat berpikir secara logis.
3) Tahapan operasional (7-16 tahun).Tahapan ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
Tahapan konkrit operasional (7-11 tahun)artinya pada tahap ini anak sudah mulai
dapat berpkir secara rasional yang di awali dengan mempersepsi banda-benda konkrit
Tahapan formal operasional (11-16 tahun)artinya anak usia sekolah lanjutan ini mulai
memunculkan kemampuan untuk memecahkan masalah secara logis.tahap berpikir ini
di anggap reflektif karena anak bernalar dengan dasar asumsi formal.
Pandanga Piaget bahwa perkembangan kognitif itu terjadi melalui proses yang
di sebut dengan adaptasi.Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan
lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan
akomodasi.Asimilasi merupakan proses yang anak upayakan untuk menafsirkan
pengalaman yang di dasarkan pada interpretasinya saat sekarang mengenai
dunianya,sedangkan akomodasi adalah upaya individu untuk menyesuaikan
keberadaan struktur pikiran dengan sejumlah pengalaman barunya.
Dalam aplikasinya model ini dapat di terapkan pada perkembangan kognitif
dan perkembangan sosial.Model ini dapat pula di manfaatkan untuk mendiagnosis dan
mengevaluasi untuk tujuan-tujuan pembelajaran.Model ini dapat di gunakan untuk
meyakinkan bahwa siswa dapat bekerja dengan baik dalam lingkungan atau untuk
mengkhususkan dengan berbagai macam kegiatan yang akan mempercepat
perkembangan kognitif siswa itu sendiri.Model pembelajaran kognitif dari Piaget ini
dapat di terapkan pada skema perkembangan apapun.
 
Kekurangan dan kelebihan Teori Piaget adalah sebagai berikut: 
Kekurangan
 Teori ini kurang menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
 Susah dipraktikkan oleh siswa khususnya yang berada ditingkat lanjut.
 Pembelajaran mempelajari sebuah cara menyelesaikan sebuah tugas, tapi
mungkin tidak menjadi cara yang terbaik, atau disesuaikan dengan pembelajar
dan situasinya.
Kelebihan
 Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
 Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
 Melatih pembelajar untuk melakukan sebuah tugas dengan cara yang sama
dengan memampukan konsistensi.
 Menjalankan kerutinan yang pasti untuk menghindari masalah.

3. Pengertian Teori Konstektual Secara Umum


Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk
dari transaksi timbal balik antara anak atau seseorang dan konteks perkembangan
sistem fisik, sosial, kutural, dan historis dimana interaksi tersebut terjadi. Jadi konteks
satu dengan yang lainnya itu saling berkaitan yang menimbulkan adanya timbal balik
dari suatu interaksi tersebut. Ada dua teori kontekstual, yaitu teori etologis dan teori
ekologis.
a. Teori etologis difokuskan pada asal usul evolusi dari tingkah laku dan menekankan
tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan alamiah. Teori etologi mengenai
perkembangan menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologis, terkait
dengan evolusi, dan ditandai oleh periode-periode krisis atau sensitive (Santrok,
1998). Jadi teori ini memandang bahwa perkembangan psikologi seseorang itu
berkembang karena faktor yang terkait dengan intern dari diri orang tersebut bukan
dari faktor eksternal ataupun lingkungan dimana orang tersebut tinggal.
b. Berbeda dengan teori etologis, teori ekologis merupakan kebalikan dari teori etologis
yaitu bahwa teori ini memberikan penekanan pada sistem lingkungan. Jadi menurut
teori ini lingkunganlah yang memberikan pengaruh pada perkembangan psikologi
seseorang. Tokoh utama teori ekologis adalah Urie Brofenbrenner. Pendekatan
ekologis terhadap perkembangan mengajukan bahwa konteks dimana berlangsung
perkembangan individu, baik kognitifnya, sosioemosional, kapasitas dan karakteristik
motivasional, maupun partisipasi aktifnya merupakan unsur-unsur penting bagi
perkembangan (Seifert & Hoffnung, 1994).
B. HUBUNGAN KETIGA TEORI DIATAS DALAM PEMBELAJARAN
1. Penerapan semiotika dalam proses pembelajaran
Menurut teori semiotika Charles Sander Peirce, semiotika didasarkan pada logika,
karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce
dilakukan melalui tanda-tanda. Misalnya saja ketika sedang berjalan dan menemukan ada
bendera kuning terpasang di depan sebuah gang, kita akan menafsirkan keadaan tersebut
bahwa ada orang yang meninggal. Mengapa? …. Karena bendera kuning sudah menjadi
tanda yang diketahui umum bahwa ada orang yang meninggal, tanpa kita diberitahu secara
lisan ataupun tulisan.
Pembelajaran daring dalam artikel ini dimaknai sebagai pemanfaatan teknologi untuk
menyatukan perbedaan jarak antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, teknologi
sebagai media untuk menyampaikan materi pembelajaran dan mengakomodir kegiatan
belajar siswa, dan teknologi sebagai media informasi dan komunikasi antar guru dengan
siswa, atau antar sesama siswa. Komunikasi virtual yang dilakukan dengan menggunakan
kata dan tindakan sederhana sekalipun dapat memberikan makna dan berpengaruh pada diri
seseorang yang terlibat di dalamnya. Makna-makna tersebut ada yang bersifat subjektif dan
bersifat universal.
Penggunaan tanda dalam pembelajaran online menggunakan media WhatsApp,
adanya ucapan salam sebagai tanda pembuka pelajaran sekaligus tanda identitas kita sebagai
kaum muslim yang memiliki sifat religius, kemudian adanya kalimat perintah (imperatif),
kalimat berisi informasi (deklaratif), kalimat pertanyaan (interogatif), dan simbol-simbol
lainnya seperti icon (gambar) yang merupakan salah satu tanda yang digunakan dalam
pembelajaran yang berfungsi untuk memperjelas komunikasi antara si guru dan siswa.
sehingga kegiatan pembelajaran akan dapat dengan mudah dilaksanakan secara efektif, tanpa
adanya salah penafsiran antar satu sama lain.
Semiotika dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas karena ditunjang dengan
pengajar yang mampu memberi pemahaman kepada siswa dalam penyampaian materi dengan
lebih jelas disertai dengan simbol atau tanda yang mendukung pembelajaran karena semiotika
memiliki tujuan untuk menerjemahkan dan menginterpretasikan sistem tanda yang memiliki
makna dibaliknya dan tanda merupakan bagian dari sistem yang membuat manusia bertindak
sesuai dengan apa yang diekspektasikan, atau dimaknai. Sehingga akan membuat peserta
didik lebih mudah mencapai target belajarnya
2. Penerapan teori kognitif dalam proses pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, contoh penerapan teori kognitif adalah
guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi ruang bagi
mereka untuk saling bicara serta diskusi dengan teman-temannya.
Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya adalah pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk oleh individu sendiri melalui interaksi
dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Dalam berinteraksi dengan
lingkungan, individu mampu beradaptasi dan mengorganisasikan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan dalam struktur kognitifnya, pengetahuan, wawasannya dan pemahamannya
semakin berkembang. Individu juga mampu memodivikasi pengalaman yang diperoleh
melalui lingkungan, sehingga melahirkan pengetahuan atau temuan-temuan baru. Oleh
karena itu, proses pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga
bagaimana merangsang struktur kognitif inadividu mampu melahirkan pengetahuan dan
temuan-temuan baru. Kedua, perlu adanya individualisasi dalam pembelajaran. Artinya,
dalam proses pembelajaran, perlakuan terhadap individu harus didasarkan pada
perkembangan kognitifnya. kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan
bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses pembelajaran guru
harus mampun memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa. Belajar dengan menghafal
dan ceramah dapat menemukan sesuatu yang bermakna, asal dilakukan secara sistematis,
menjelaskan dan menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya,
menguhubungkan konsep yang baru dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa.
Sebaliknya, belajar penemuan akan menjadi kurang bermakna, apa bila dilakukan dengan
coba-coba dan tidak sistematis. Kedua, belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi
intrinsik dari dalam diri siswa. Dengan adanya motivasi intrinsik ini akan menumbuhkan
minat dalam diri individu, dan menggerakkan individu untuk mempersiapkan diri untuk
belajar, baik mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis.

3. Penerapan teori konstektual dalam proses pembelajaran


Berikut adalah 2 contoh dari penerapan pendekatan berbasis CTL yang mengutamakan
pengalaman dan konteks nyata. 
a. Contoh A Mengajarkan Laba Harga Jual dan Harga Beli
 Guru memberikan konsep mengenai pengertian laba, harga jual dan harga beli.
 Membaca uraian mengenai harga jual dan harga beli.
 Siswa mencari informasi harga kulak dari beberapa produk.
 Guru melangsungkan kelas dengan cara modeling dan role play, yakni membuat
ruang kelas seolah-olah pasar dan siswa diminta untuk saling bertransaksi
keuangan jual-beli.
 Siswa diminta mencatat setiap pengeluaran dan pendapatan yang ada.
 Guru memberi pertanyaan.
 Siswa mempresentasikan tentang pengertian laba, harga jual dan harga beli. 
b. Contoh B Siklus Air 
 Siswa berada di lingkungan yang sering dilanda banjir. 
 Guru menjelaskan siklus air, termasuk bencana yang berkaitan dengan air, yakni
banjir.
 Siswa diminta melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan : kenapa di
lingkungan mereka sering banjir.
 Secara berkelompok siswa mulai meneliti.
 Dokumentasi berupa foto, video, wawancara dan hasil pengamatan.
 Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
 Sama-sama mengambil tindakan berupa membuat poster, banner dan pesan sosial
tentang banjir. 

Anda mungkin juga menyukai