A. PENJABARAN MATERI TENTANG TEORI SEMIOTIC, KOGNITIF, DAN
TEORI KONSTEKTUAL
1. Pengertian Semiotika Secara Umum
Semiotika merupakan suatu kajian ilmu tentang mengkaji tanda. Dalam kajian semiotika menganggap bahwa fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda, semiotik itu mempelajari sistemsistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkikan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Kajian semiotika berada pada dua paradigma yakni paradigma konstruktif dan paradigma kritis. Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani simeon yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest (dalam Sobur, 2001, hlm. 96) mengartika semiotik sebagai “ ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. Pateda (2001, hlm. 29) mengungkapkan sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yaitu : a) Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan penganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikaitkan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu. b) Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika ombak memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. c) Semiotik faunal (Zoo Semiotik), yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang berkotek – kotek menandakan ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu yang ia takuti. Tanda – tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang bergerak dalam bidang semiotik faunal. d) Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalma kebudayaan tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyakarat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda – tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain. e) Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada diantaranya memiliki nilai kultural tinggi. f) Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon – pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam. g) Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma – norma, misalnya rambu – rambu lalu lintas. Di ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok. h) Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. i) Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. 2. Pengertian Teori Kognitif Secara Umum Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan presepsi dan pemahaman yang dapat diukur dan diamati.Model ini lebih berorientasi pada studi bagaimana siswa belajar berpikir.Fokus studiya adalah pada pertanyaan perkembangan kognitif.Bagi guru yang terpenting adalah bagaimana dapat mempengaruhi perkembangan berpikir dan bagaimana guru dapat menyesuaikan pengajaran dengan tingkat perkembangan kognitif para siswa. Jean Piaget adalah seorang pakar yang jenius telah mempublikasikan mengenai studi perkembangan kognitif.Pemikiran Piaget ini lebih terkonsentrasikan kepada pendidikan anak namun program pendidikan orang dewasapun banyak yang menggunakan konsep Piaget ini.Piaget meyakini bahwa pada dasarnya setiap manusia mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya melalui tahapan-tahapan yang rumit.Setiap tahapan ditandai dengan pemilihan konsep sebagai skema.Skema itu merupakan program atau strategi yang di gunakan oleh manusia pada saat berinteraksi dengan lingkunganya. Hasil interaksi ini adalah pengalaman.Pengalaman itu dipadukan ke dalam pola perilaku.Apabila pengalamanya itu tidak memadai untuk menjelaskan hal-hal baru,maka manusia akan mengembangkan skema baru dan menyelesaikan dengan informasi baru.Tanpa struktur yang terkait dengan lingkungan,maka aspek-aspek tertentu seolah-olah tidak ada bagi kita.Bagi seorang anak,untuk mampu menyusun benda secara teratur di perlukan waktu yang cukup lama.Kapasitas kognitif anak tumbuh melalui perkembangan skema yang lebih kompleks untuk di padukan dengan lingkunganya.Sumber penyebab ini semua adalah penyesuaian. Pada awal kegiatan belajar,skema dalam otak anak dalam keadaan seimbang.Setelah pengalaman masuk ,ketidakseimbangan mulai muncul antara data dan struktur Kognitif.Saat inilah anak harus mulai untuk dapat menyesuaikan pengalaman baru yang tidak dapat di atasi dengan skema yang ada dengan menyusun kembali struktur kognitif yang di butuhkan. Sebagai pakar psikologi perkembangan kognitif,Piaget telah menemukan bahwa perkembangan skema terjadi dengan urutan yang sama dengan kecepatan yang di ukur oleh kematangan fisiologis kita.Atas dasar itu,maka Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif sebagai berikut. 1) Tahapan sensorimotor (0-2 tahun). dimana anak berpikir dengan merujuk pada perilaku yang bersifat praverbal.Pada tahapan ini anak pedili pada benda sebagai benda. 2) Tahapan praoperasional (2-7 tahun).Tahapan ini di bagi dua bagian yaitu: Tahapan prakonseptual (2-4 tahun )artinya awal dari intelegensi konseptual dimana anak sudah dapat mengembangkan fungsi simbol. Tahapan intuitif (4-7)artinya anak belum dapat berpikir secara logis. 3) Tahapan operasional (7-16 tahun).Tahapan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: Tahapan konkrit operasional (7-11 tahun)artinya pada tahap ini anak sudah mulai dapat berpkir secara rasional yang di awali dengan mempersepsi banda-benda konkrit Tahapan formal operasional (11-16 tahun)artinya anak usia sekolah lanjutan ini mulai memunculkan kemampuan untuk memecahkan masalah secara logis.tahap berpikir ini di anggap reflektif karena anak bernalar dengan dasar asumsi formal. Pandanga Piaget bahwa perkembangan kognitif itu terjadi melalui proses yang di sebut dengan adaptasi.Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi.Asimilasi merupakan proses yang anak upayakan untuk menafsirkan pengalaman yang di dasarkan pada interpretasinya saat sekarang mengenai dunianya,sedangkan akomodasi adalah upaya individu untuk menyesuaikan keberadaan struktur pikiran dengan sejumlah pengalaman barunya. Dalam aplikasinya model ini dapat di terapkan pada perkembangan kognitif dan perkembangan sosial.Model ini dapat pula di manfaatkan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi untuk tujuan-tujuan pembelajaran.Model ini dapat di gunakan untuk meyakinkan bahwa siswa dapat bekerja dengan baik dalam lingkungan atau untuk mengkhususkan dengan berbagai macam kegiatan yang akan mempercepat perkembangan kognitif siswa itu sendiri.Model pembelajaran kognitif dari Piaget ini dapat di terapkan pada skema perkembangan apapun.
Kekurangan dan kelebihan Teori Piaget adalah sebagai berikut: Kekurangan Teori ini kurang menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan. Susah dipraktikkan oleh siswa khususnya yang berada ditingkat lanjut. Pembelajaran mempelajari sebuah cara menyelesaikan sebuah tugas, tapi mungkin tidak menjadi cara yang terbaik, atau disesuaikan dengan pembelajar dan situasinya. Kelebihan Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. Melatih pembelajar untuk melakukan sebuah tugas dengan cara yang sama dengan memampukan konsistensi. Menjalankan kerutinan yang pasti untuk menghindari masalah.
3. Pengertian Teori Konstektual Secara Umum
Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak atau seseorang dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kutural, dan historis dimana interaksi tersebut terjadi. Jadi konteks satu dengan yang lainnya itu saling berkaitan yang menimbulkan adanya timbal balik dari suatu interaksi tersebut. Ada dua teori kontekstual, yaitu teori etologis dan teori ekologis. a. Teori etologis difokuskan pada asal usul evolusi dari tingkah laku dan menekankan tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan alamiah. Teori etologi mengenai perkembangan menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologis, terkait dengan evolusi, dan ditandai oleh periode-periode krisis atau sensitive (Santrok, 1998). Jadi teori ini memandang bahwa perkembangan psikologi seseorang itu berkembang karena faktor yang terkait dengan intern dari diri orang tersebut bukan dari faktor eksternal ataupun lingkungan dimana orang tersebut tinggal. b. Berbeda dengan teori etologis, teori ekologis merupakan kebalikan dari teori etologis yaitu bahwa teori ini memberikan penekanan pada sistem lingkungan. Jadi menurut teori ini lingkunganlah yang memberikan pengaruh pada perkembangan psikologi seseorang. Tokoh utama teori ekologis adalah Urie Brofenbrenner. Pendekatan ekologis terhadap perkembangan mengajukan bahwa konteks dimana berlangsung perkembangan individu, baik kognitifnya, sosioemosional, kapasitas dan karakteristik motivasional, maupun partisipasi aktifnya merupakan unsur-unsur penting bagi perkembangan (Seifert & Hoffnung, 1994). B. HUBUNGAN KETIGA TEORI DIATAS DALAM PEMBELAJARAN 1. Penerapan semiotika dalam proses pembelajaran Menurut teori semiotika Charles Sander Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui tanda-tanda. Misalnya saja ketika sedang berjalan dan menemukan ada bendera kuning terpasang di depan sebuah gang, kita akan menafsirkan keadaan tersebut bahwa ada orang yang meninggal. Mengapa? …. Karena bendera kuning sudah menjadi tanda yang diketahui umum bahwa ada orang yang meninggal, tanpa kita diberitahu secara lisan ataupun tulisan. Pembelajaran daring dalam artikel ini dimaknai sebagai pemanfaatan teknologi untuk menyatukan perbedaan jarak antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, teknologi sebagai media untuk menyampaikan materi pembelajaran dan mengakomodir kegiatan belajar siswa, dan teknologi sebagai media informasi dan komunikasi antar guru dengan siswa, atau antar sesama siswa. Komunikasi virtual yang dilakukan dengan menggunakan kata dan tindakan sederhana sekalipun dapat memberikan makna dan berpengaruh pada diri seseorang yang terlibat di dalamnya. Makna-makna tersebut ada yang bersifat subjektif dan bersifat universal. Penggunaan tanda dalam pembelajaran online menggunakan media WhatsApp, adanya ucapan salam sebagai tanda pembuka pelajaran sekaligus tanda identitas kita sebagai kaum muslim yang memiliki sifat religius, kemudian adanya kalimat perintah (imperatif), kalimat berisi informasi (deklaratif), kalimat pertanyaan (interogatif), dan simbol-simbol lainnya seperti icon (gambar) yang merupakan salah satu tanda yang digunakan dalam pembelajaran yang berfungsi untuk memperjelas komunikasi antara si guru dan siswa. sehingga kegiatan pembelajaran akan dapat dengan mudah dilaksanakan secara efektif, tanpa adanya salah penafsiran antar satu sama lain. Semiotika dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas karena ditunjang dengan pengajar yang mampu memberi pemahaman kepada siswa dalam penyampaian materi dengan lebih jelas disertai dengan simbol atau tanda yang mendukung pembelajaran karena semiotika memiliki tujuan untuk menerjemahkan dan menginterpretasikan sistem tanda yang memiliki makna dibaliknya dan tanda merupakan bagian dari sistem yang membuat manusia bertindak sesuai dengan apa yang diekspektasikan, atau dimaknai. Sehingga akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajarnya 2. Penerapan teori kognitif dalam proses pembelajaran Dalam proses belajar mengajar di sekolah, contoh penerapan teori kognitif adalah guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi ruang bagi mereka untuk saling bicara serta diskusi dengan teman-temannya. Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk oleh individu sendiri melalui interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu mampu beradaptasi dan mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur kognitifnya, pengetahuan, wawasannya dan pemahamannya semakin berkembang. Individu juga mampu memodivikasi pengalaman yang diperoleh melalui lingkungan, sehingga melahirkan pengetahuan atau temuan-temuan baru. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga bagaimana merangsang struktur kognitif inadividu mampu melahirkan pengetahuan dan temuan-temuan baru. Kedua, perlu adanya individualisasi dalam pembelajaran. Artinya, dalam proses pembelajaran, perlakuan terhadap individu harus didasarkan pada perkembangan kognitifnya. kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses pembelajaran guru harus mampun memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa. Belajar dengan menghafal dan ceramah dapat menemukan sesuatu yang bermakna, asal dilakukan secara sistematis, menjelaskan dan menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya, menguhubungkan konsep yang baru dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan akan menjadi kurang bermakna, apa bila dilakukan dengan coba-coba dan tidak sistematis. Kedua, belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari dalam diri siswa. Dengan adanya motivasi intrinsik ini akan menumbuhkan minat dalam diri individu, dan menggerakkan individu untuk mempersiapkan diri untuk belajar, baik mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis.
3. Penerapan teori konstektual dalam proses pembelajaran
Berikut adalah 2 contoh dari penerapan pendekatan berbasis CTL yang mengutamakan pengalaman dan konteks nyata. a. Contoh A Mengajarkan Laba Harga Jual dan Harga Beli Guru memberikan konsep mengenai pengertian laba, harga jual dan harga beli. Membaca uraian mengenai harga jual dan harga beli. Siswa mencari informasi harga kulak dari beberapa produk. Guru melangsungkan kelas dengan cara modeling dan role play, yakni membuat ruang kelas seolah-olah pasar dan siswa diminta untuk saling bertransaksi keuangan jual-beli. Siswa diminta mencatat setiap pengeluaran dan pendapatan yang ada. Guru memberi pertanyaan. Siswa mempresentasikan tentang pengertian laba, harga jual dan harga beli. b. Contoh B Siklus Air Siswa berada di lingkungan yang sering dilanda banjir. Guru menjelaskan siklus air, termasuk bencana yang berkaitan dengan air, yakni banjir. Siswa diminta melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan : kenapa di lingkungan mereka sering banjir. Secara berkelompok siswa mulai meneliti. Dokumentasi berupa foto, video, wawancara dan hasil pengamatan. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sama-sama mengambil tindakan berupa membuat poster, banner dan pesan sosial tentang banjir.