Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PRAKTIKUM KE XII

TITRASI IDIOMETRI

NAYLA AL FARISA

200205059

DOSEN PENGAMPU:

Apt. DEWI GULYLA HARI, M. FARM

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan untuk mengetahui dan mempelajari prinsip titrasi iodimetri
serta dapat menentukan kadar suatu sampel dengan metode titrasi tersebut.
1. 2 Dasar Teori
Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimiawi suatu
materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seseorang ahli kimia analitik. Tetapi
dalam kimia analitik modern, aspek-aspeknya juga meliputi identifikasi suatu zat,
elusidusi struktur dan analisa kuantitatif komposisinya.

Titrasi-tirasi redoks berdasarkan pada perpindahan electron antara titran dengan


anait. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir,
meskipun demikian penggunaan indicator yang dapat berubah warnanya dengan adanya
kelebihan titran juga sering digunakan. Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri)
(Rohman, 2007).
Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar
asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan
sediaan injeksi (Ibnu Gholib, 2007).
Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada titik
ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan oksidator
lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan reduktor.
Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimangan hasil penetapan (Mulyono,
2011).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam titrasi iodometri dan iodimetri: (Perdana,
2009)
1. Oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari udara akan
mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar dengan meningkatnya
asam)
2. Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH <8)
3. Larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang sulit hilang
warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran.

1
4. Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod menguraikan amilum dan
hasil peruraian menggangu perubahan warna pada titik akhir.
5. penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam KI.
6. larutan Thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan
thiosulfat menjadi belerang, pada suasana basa (pH>9) thio sulfat menjadi ion
sulfat.
Kekurangan kanji sebagai indicator adalah: (Perdana, 2009)
1. Kanji tidak larut dalam air dingin
2. Suspensinya dalam air tidak stabil
3. Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan membentuk
kompleks Iod-amilum.jika dalam titrasi menggunakan indicator kanji maka
penambahan kanji dilakukan pada saat mendekati ttitik ekivalen.
Dalam proses titrasi iodo dan iodimetri sebaiknya menggunakan indicator larutan
Natrium Amylumglikolat. Indicator ini dengan I 2 tidsk akan membentuk kompleks Iod-
amilum sehingga dapt ditambahkan pada awal titrasi. (Perdana, 2009)
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah
natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang lama (Underwood, 2001)
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 oC), tetapi agak
larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat
dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik.
Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat,
yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi
biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling
biasa digunakan (Underwood, 2001).
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja
sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung
yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-
kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum
digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks
kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar

2
dalam larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya
ion iodida (Underwood, 2001).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara luas
dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi
yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak
dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetrik, dan
penerapan-penerapannya cukup banyak. (Underwood, 2002)
Sistem redoks iodin (triiodida)-iodida3, + 2e 3Imempunyai potensial standar
sebesar +0,54 V. Karena itu iodin adalah sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih
lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium(IV), dan kalium dikromat. Di lain
pihak, ion iodida adalah agen pereduksi yang termasuk kuat, lebih kuat, sebagai contoh
daripada ion Fe(II). Dalam proses-proses analitis, iodin dipergunakan sebagai sebuah
agen pengoksidasi (iodimetri), dan ion iodida dipergunakan sebagai sebuah agen
pereduksi (iodometri). Dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup
kuat sebagai unsur reduksi untuk titrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari
penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Namun demikian, banyak agen
pengoksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi secara lengkap dengan ion iodida, dan
aplikasi dari proses iodometrik cukup banyak. Kelebihan dari ion iodida ditambahkan
kedalam agen pengoksidasi yang sedang ditentukan, membebaskan iodin, yang
kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Underwood, 2002).

3
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
A. Alat
 Buret 50 ml
 Erlenmeyer
 Gelas Kimia
 Gelas Ukur
 Corong
 Lumpang
 Pipet Volume
 Batang Pangaduk
 Spatula
 Kaca Arloji
 Bolpiner
 Statip dan Klen
 Bulb
B. Bahan
 Na2S2O3
 KL 10%
 H2SO4
 Aquades
 KlO3
 Tablet Vit C
 Amilum
 K2CrO7
 CuSO4
 H2SO4
2.2 Cara Kerja
A. Vidio I
 Standarisasi Na2S2O3
1. Ditimbang Na2S2O3 dan dilarutkan di dalam labu volumetric 250 ml

4
2. Aduk hingga homogen, lalu dilarutkan Na2S2O3 dan dimasukkan ke dalam buret
dan ditandai batas
3. Pipet 10 ml KlO3 kedalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan Kl 10% dan
2 ml asam sulfat 2 molar dan di homogenkan
4. Lalu dititrasi dengan Na2S2O3 hingga warna coklat berubah menjadi kuning
pucat
5. Setelah itu ditambahkan amilum 1% dan di homogenkan. Kemudian lanjut di
titrasikan hingga warna biru hilang.
 Penentuan Asam Askorbat dalam Sampel Tablet Vitamin C
1. Sampel tablet dihaluskan, ditimbang, dan dilarutkan
2. Kemudian pipet volume larutan vit c ke dalam labu erlenmeyer dan
ditambahkan 10 ml kalium iodat, 4 ml Kl 10%, dan 2 ml asam sulfat dan
dihomogenkan
3. Setelah larutan coklat titrasi larutan dengan Na 2S2O3 sampai warna coklat
berubah menjadi kuning pucat
B. Vidio II
1. Isi buret dengan Na2S2O3, kemudian dibilas terlebih dahulu dengan larutan
tersebut
2. Lalu ditambahkan 15 ml Kl 10% dan ditambahkan juga 10 ml HCl
3. Setelah itu dititrasi sampai menjadi kuning muda
4. Kemudian ditambahkan amilum 5 Cc dan dititrasi kembali hingga warna
berubah menjadi hijau seulas
 Penetapan Kadar CuSO4
1. Dipipet 25 ml larutan CuSO4 dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 5 ml H2SO4 dan ditambahkan Kl 10% hingga terjad perubahan
warna
3. Dititrasi hingga menjadi kuning muda
4. Lulu ditambah 5 Cc amilum dan warna menjadi hijau. Dititrasi kembali hingga
menjadi putih kekuningan

5
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Titrasit iodometri merupakan salah satu dari titrasi reaksi kimia redoks (reduksi
oksidasi)
2. Titrasi iodometri dilaksanakan dengan menggunakan larutan berupa iodin standar.
3. Titik akhir dari titrasi diperoleh pada saat larutan berwarna biru di titran hilang.
4. Dapat menentukan kadar zat dan nilai normalitas pada suatu larutan dari percobaan
titrasi iodometri.
3.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dampingan dari asisten sangat diperlukan bagi
praktikan.

6
REFERENSI
Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Organik, Fakultas Farmasi Universitas

Muslim Indonesia : Makassar.

Day, R.A & Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga:. Jakarta.

Day, R.A & Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga:. Jakarta.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes RI

Gholib, Ibnu, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka pelajar: Yogyakarta.

Mulyono, 2011, Membuat Reagen Kimia, Bumi Aksara : Jakarta

Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Penerbit Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai