Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PRAKTIKUM KIMIA PRODUK ALAM


PERCOBAAN II
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR - CAIR

Dosen Pengampu : apt. Dewi Andini K.M, M.Farm.

Disusun Oleh :
Golongan/Kelompok : IV/E

Jannatul Laily Novia (175010169)


Dias Rahmawati Pamela (175010170)
Miftahul Jannah (175010171)
Meilinda Ayu Ningtyas (175010172)
Julia Mayang Sari (175010173)
Pratama Yuda Setiawan (175010175)
Sei Hermianti (175010176)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2020
Dasar Teori
Fraksinasi adalah proses lanjut suatu kuantitas tertentu dari campuran
(padat,cair,terlarut, penangguhan atau isotop) di bagi dalam beberapa jumlah kecil
(fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau lanjut ini
berdasarkan pada berat dari setiap ftaksi , fraksi yang lebih berantakan berada pada
dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Fraksinasi bertingkat
biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter,aseton, benzena,
etanol,dikloromrtana atau campuran pelarut tersebut. Asam gemuk, asam dammar,
lilin, tannin dan zat warna adalah bahan yang penting yang bias di ekstraksi dengan
pelarut organic (Adijuwana dan Nur1989).
Ekstraksi cair-cair merupakan suatu metode ekstraksi yang menggunakan
corong pisah jadi biasa di sebut dengan ekstraksi corong pisah. Ekstraksi cair-cair
(corong pisah)merupakan membahas komponen kimia diantara dua fase pelarut yang
tidak bias saling bercampurkan berbaring antar konsentari zat terlarut dalam pelaru
organik, dan pelarut udara di mana sebagian komponen larut dalam fase pertamadan
sebagianna lagi larut dalam fase kedua. Kedua fase yang menggandung zatter disperse
dikocok, lalu di didiamkan sampai terjadi lanjut sempurna dan terbentuk dua lapisan
fase zat cair komponen kimia akan terpisah kedalam dua fase tersebutsesuai dengan
tinggkat kepolaranya dengan melibatkan konsentrasi yang tepat.
Prinsup yang di gunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada
perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang tidak saling
tercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling
bercampur, berlaku tentang kinsen zat terlarut kedalam kedua fase pada
kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi saja adalah
komponen suatu campuran cair dengan menggontakkan pada cairan berbaring tetap
disebut juga ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut (pearut ekstrak). Prinsip melanjutkan
adalah persetujuan berdasarkan perbedaan kelarutan (Sitti hal.102).
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang diginakan dalam ekstraksi
cair-cair untuk istrahat komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase
pelarut dengan kepadatan yang berbda yang tak tercampur. Corong pemisah
berbentuk kerucut yang sisa setenggah bola, memiliki penyumbatan melebihi
bawahnya. Coring pisah yang digunakan dalam laboratorium tersebutterbuat dari kaca
borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca atau Teflon. Ukuran corong pemisah
berfariasi antara 50ml sampai 3L. dalam skala industry , cotong pemisah bias
berukuran sangat besar dan di pasang sentrifuge. Untuk pakai corong ini campuran
dan dua fase pelarut ditempatkan kecorong dari atas dengan corong kran ditutup.
Corong ini kemudian di tutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase
larutan tercampur. Corong ini kemudian di balik dan kran dibuka untuk melepaskan
tekanan uap yang melebihihan. Corong ini kemudian di didiamkan agar lanjut dua
fase berlangsung. Penyumbatan keran corong kemudian di buka dan dua fase larutan
ini istrahat dengan control keran corong.
Umumnya alat satu fase terdiri dari larutan udara dan yang lainnya berbentuk
organic lipofolik seperti eter,MTBE,diklorometana,kloroform atau etillasetat. Jauh
pelarut organic berada di atas fase udara kecuali pelarut yang memiliki atom dari
tidak halogen. Pemisahan ini berdasarkan pada setiap bobot dari fraksi, fraksi yang
lebih berat akan berada pada bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringgan akan
berada di atas. Tujuan untuk di pindahkan golongan utama isi yang satu dari isi yang
berbaring. Senyawa yang besifat kutup akan masuk kepelarut kutub dan komposisi
non kutub akan masuk kepelarut non kutub.
Temu ireng merupakan tumbuhan obat yang ada di Indonesia dan sudah di kenal
masyarakat secara luas, dipergunakan secara turun menurun sebagai jamu dengan
khasiatnya sebagai antelmintik,perangsang nafsu makan, obat batuk, dan asma. Temu
iring menggandung minyak atsiri,senyawa tannin, terpena, fenol, aldehida, keton, dan
ester. Senyawa tannin dan senyawa aktif lainya bersifat anthelmintik sehingga dapat
membunuh dan memutus daur hidup cacing dewasa, larva maupun telur cacing
(Hestianah dkk,2010).

Dasar Pemilihan Pelarut


Dasar pemilihan pelarut berdasarkan polaritas bertingkat yaitu karena senyawa
memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik atau terlarut dengan pelarut
yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Selain itu pelarut tersebut harus
merupakan pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi, dan pelarut tersebut
harus dapat terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut yang
harus diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah terbakar,
rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya operasi serta
reaktivitas (Amiarasi, et al., 2006).
Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu :
A. Pelarut Polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena
biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat
kepolaran lebih rendah. Contoh pelarut polar adalah : air, metanol, etanol, dan asam
asetat.
B. Pelarut Semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah : aseton, etil asetat, kloroform.
C. Pelarut Nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik
untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh : heksana, eter.
Tabel Polaritas berbagai jenis pelarut yang sering digunakan dalam laboratorium.

Tujuan proses fraksinasi secara bertingkat


 Ekstrak etanol temu ireng yang dilarutkan dengan aquadest kemudian difraksinasi
dengan pelarut n- heksana
1) Memisahkan 2 fase yang tidak bercampur
2) Memisahkan senyawa aktif tertentu yang terkandung dalam estrak etanol temu
ireng
 Estrak etanol temu ireng yang belum larut dalam n-heksana difraksinasi dengan
pelarut etil asetat
1) Memisahkan 2 fase yang tidak bercampur
2) Memisahkan senyawa aktif tertentu yang belum terpisah dengan sempurna pada
pelarut n-heksana
Cara Kerja Fraksinasi Cair - Cair
Bahan
 Ekstrak etanol temu ireng 20gr
 Etanol 96%
 Timbal
 10 bagian pelarut atau 200ml aquadest
 Ppelarut n-hekasan

Alat
 Beker glass
 Cawan petri
 Crong pisah
 Statif
 Erlenmeyer
 Batang pengaduk

 Fraksinasi dengan fase pertama yaitu N-Heksan


Ekstrak etanol temu ireng dicampur dengan 100ml aquadest

Diaduk sampai larut

Aquadest 100ml (sisanya) ditambahkan dan diauk sampai larut

Hailnya ada ekstrak yang tidak larrut

Laruan tersebut dimasukkan kecorong pisah

Pelaut n-heksan 200ml ditambahkan dan dimasukan kecorong pisah

Dilakkukan penggojokan, saat penggojokan kran sesekali dibuka agar udara yang
dihasilkan dapat keluar dan proses corong pisah dilakukan pada posisi mendatar

Diiamkan beberapa menit didalam statif


Setelah didiamkan terjadi pemisahan 2 lapisan cair, dimana yang diatas pelarut
n-hekasan dan yang bawah fase air

Alirkan fase air dan tampung pada beker glass

Alirkan fase n-heksen dan ditampung pada erlenmeyer

Fase air dimasukkan kecorong pisah dan ditambahkan dengan pelarut n-heksen

Dilakkukan penggojokan, saat penggojokan kran sesekali dibuka agar udara yang
dihasilkan dapat keluar dan proses corong pisah dilakukan pada posisi mendatar

Didiamkan beberapa menit dalam statif

Setelah didiamkan terjadi pemisahan 2 lapisan cair

Alirkan fase air dan ditampung pada beker glass


Jika ada penyumbatan bisa dilakukan dengan memasukkan lidi dan ditusuk – tusuk
sampai fase airnya turun

Dilakukan pengulangan sampai pelarut n-heksan berubah warna menjadi kuning atau
memudar dan sesudah membentuk 2 fase

Fase n-heksan ditampung pada erlenmeyer


 Fraksinasi dengan fase kedua yaitu Etil Asetat
Endapan yang tidak larut atau tidak bercampur dilarutkan dalam etil asetat

Masukkan dalam corong pisah, digojog beberapa kali sambil dikeluarkan gas
yang terdapat dalam corong pisah

Letakkan pada statip, diamkan sampai kedua fase memisah

Terdapat 2 fase yang tidak saling bercampur, keluarkan fase air

Fase air di fraksinasi kembali, kemudian didiamkan selama 1 malam

Fraksi air dan Fraksi etil asetat telah memisah

Tampung fraksi air (bagian bawah)

Tampung fraksi etil asetat

Fraksi air difraksinasi kembali dengan etil asetat untuk proses berikutnya

Fase etil asetat yang sudah dicampurkan dengan bagian sebelumnya yang belum larut,
ditambah air 200 ml dan ditambah etil asetat

Digojog beberapa kali sambil dikeluarkan gas yang terdapat dalam corong pisah

Anda mungkin juga menyukai