Anda di halaman 1dari 10

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia

Vol.6 No.1-Feb. 2016:39-48


p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770

Kepuasan Pasien Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional


terhadap Pelayanan Kefarmasian di Apotek

The Satisfaction of National Health Insurance PURJUDP¶V Patients


On Pharmaceutical Services in Pharmacy

Yuyun Yuniar*, Rini Sasanti Handayani

Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, Indonesia
*E-mail : yuyunyuniar09@gmail.com

Diterima: 28 Desember 2015 Direvisi: 15 Januari 2016 Disetujui: 17 Februari 2016

Abstrak
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Dalam upaya
meningkatkan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilakukan evaluasi dengan menilai kepuasan pasien.
Tujuan penelitian ini adalah menilai kepuasan pasien JKN terhadap pelayanan kefarmasian di apotek, serta
hubungan antara karakteristik pasien dan kepuasannya. Penelitian ini menggunakan desain survey potong
lintang yang dilaksanakan terhadap pasien JKN yang menebus obat ke apotek di Kota Tangerang Selatan, Kab.
Serang, Kota Bekasi, Kab. Bogor, Kota Yogyakarta, Kab. Bantul, Kota Solo, dan Kab. Sragen pada tahun 2014.
Sampel penelitian adalah 152 pasien JKN dewasa yang dipilih secara accidental sampling. Pengumpulan data
dilakukan melalui angket. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Berdasarkan studi ini diketahui bahwa
dimensi tingkat kepuasaan tertinggi adalah empathy (keramahan), sedangkan dimensi tingkat kepuasan terendah
adalah assurance (jaminan), yaitu dalam hal ketersediaan obat di apotek dan obat yang ditanggung oleh BPJS.
Dari 5 variabel, yaitu umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, dan pekerjaan, hanya variabel
pekerjaan yang berhubungan bermakna dengan kepuasan terhadap pelayanan kefarmasian di apotek. Pihak
manajemen apotek perlu melakukan komunikasi dengan BPJS Kesehatan mengenai jenis-jenis obat yang
ditanggung dan memperhatikan ketersediaan obat yang ditanggung BPJS di apotek.
Kata kunci: pasien; apotek; kepuasan; pelayanan kefarmasian

Abstract
Pharmacy is a place where a pharmacist provides pharmaceutical services. To improve services, it is necessary
WR FDUU\ RXW DQ HYDOXDWLRQ RI SDWLHQWV¶V RU FRQVXPHUV¶ VDWLVIDFWLRQ RQ SKDUPDFHXWLFDO VHUYLFHV 7KLV UHVHDUFK
aimed to assess the satisfaction of the patients covered by national health insurance programme (JKN) and to
find out the relationship RI SDWLHQWV¶ FKDUDFWHULVWLFs and their satisfaction. This research used a cross sectional
survey design, conducted for patients visiting pharmacy to redeem the prescribed drug in Tangerang Selatan
city, Serang district, Bekasi city, Bogor district, Yogyakarta city, Bantul district, Solo city, and Sragen district.
The sample was 152 adult JKN patients chosen by accidental sampling. Data were collected using self
assessment questionnaire analyzed using chi square analysis. This study found that the highest level of
dimension of pharmaceutical services satisfaction was empathy and the lowest one was assurance, in term of
the availability of drugs and the number of drugs that was covered by JKN scheme. Among 5 characteristics
(i.e: age, sex, marriage status, education, and occupation), only occupation variable that had significant
correlation with satisfaction. The pharmacy management should communicate with the JKN provider regarding
the kinds of drugs covered and concern with the drugs availability in the pharmacy.
Keywords: patients; pharmacy; satisfaction; pharmaceutical services

39
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(1):39-48

PENDAHULUAN barang dan jasa yang mengutamakan aspek


pelayanan. Analisis kepuasan pelanggan
Program Jaminan Kesehatan Nasional
dilakukan bedasarkan lima dimensi
(JKN) adalah program jaminan berupa
kualitas layanan, yakni responsiveness,
perlindungan kesehatan agar peserta
reliability, assurance, empathy, dan
memperoleh manfaat pemeliharaan
tangible.6 Responsiveness (ketanggapan)
kesehatan dan perlindungan dalam
adalah keinginan petugas membantu
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
pelanggan untuk memberikan pelayanan
diberikan kepada setiap orang yang telah
dengan cepat seperti kecepatan petugas
membayar iuran atau iurannya dibayar
loket melayani pasien, kecepatan
oleh pemerintah. Pelaksana dari program
pelayanan obat, dan kelengkapan informasi
JKN adalah Badan Penyelenggara Jaminan
obat yang diberikan kepada pasien.
Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).1
Reliability (kehandalan) adalah
Manfaat program JKN diberikan dalam
kemampuan untuk memberikan pelayanan
bentuk pelayanan kesehatan perorangan
yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
secara komperehensif mencakup promotif,
Dalam penelitian ini adalah kemudahan
preventif, kuratif, dan rehabilitatif
prosedur administrasi pelayanan apotek.
termasuk obat dan alat kesehatan. Apotek
Assurance (jaminan) adalah dimensi
yang melayani program pelayanan
kualitas yang berhubungan dengan
penyakit kronis dikenal dengan nama
kompetensi front-linestaff dalam mena-
apotek Program Rujuk Balik (PRB).2, 3
namkan rasa percaya dan keyakinan
Apotek adalah sarana pelayanan
kepada pelanggan. Dalam penelitian ini
kefarmasian tempat dilakukan praktek
adalah ketersediaan obat di apotek dan
kefarmasian oleh apoteker. Dalam
seluruh obat yang diresepkan ditanggung
menjalankan pekerjaan kefarmasian,
oleh BPJS Kesehatan. Empathy
apoteker harus menerapkan standar
(keramahan) dalam pelayanan apotek
pelayanan kefarmasian yang bertujuan
antara lain keramahan petugas apotek.
untuk meningkatkan mutu pelayanan
Tangible (bukti nyata) antara lain
kefarmasian, menjamin kepastian hukum
keterjangkauan lokasi apotek, kecukupan
bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi
tempat duduk di ruang tunggu, kebersihan
pasien dan masyarakat dari penggunaan
dan kenyamanan ruang tunggu.
obat yang tidak rasional dalam rangka
Sarwono menyatakan bahwa kepuasan
keselamatan pasien.4
pasien dipengaruhi atas dua aspek yakni
Standar Pelayanan Kefarmasian
aspek pelanggan dan aspek pelayanan
merupakan pedoman bagi tenaga
kesehatan. Aspek pelanggan dipengaruhi
kefarmasian dalam menyelenggarakan
oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan
lain-lain. Sedangkan aspek pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi pengelola-
kesehatan terdiri dari dua faktor, yaitu
an sediaan farmasi dan pelayanan farmasi
aspek medis, seperti tersedianya peralatan
klinik.5
yang memadai, dan aspek non medis yang
Dalam konteks pelayanan kefarmasian
mencakup layanan petugas kesehatan,
apotek, kepuasan pasien merupakan
kenyamaan dan kebersihan ruang tunggu,
perasaan senang yang muncul di dalam diri
serta biaya yang murah.7
seorang setelah mendapat pelayanan yang
Tujuan penelitian yaitu untuk
diterima atau dialami secara langsung.
Salah satu model yang banyak dipakai mengetahui kepuasan pasien terhadap
untuk mengukur kepuasan pelanggan pelayanan kefarmasian di apotek dan
adalah model SERVQUAL (Service menilai hubungan antara karakteristik
Quality) dengan cara membuat survey pasien dan kepuasan terhadap pelayanan
penilaian kepuasan pelanggan secara kefarmasian apotek di beberapa kabupaten
komprehensif bagi pelayanan di bidang penelitian. Manfaat yang diharapkan

40
Kepuasan Pasien Peserta«« (Yuyun Yuniar, dkk)

adalah hasil penelitian ini dapat oleh Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
memberikan masukan untuk meningkatkan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan
kualitas pelayanan apotek terhadap pasien pada tahun 2014. Penelitian tersebut telah
BPJS Kesehatan. mendapat persetujuan Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Badan Litbang
METODE Kesehatan no. LB.02.01/5.2/KE 141/2014.
Penelitian ini menggunakan desain
survey potong lintang yang dilaksanakan HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap pasien BPJS yang datang ke Karakteristik pasien yang menjadi
apotek di Kabupaten/Kota Tangerang responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel
Selatan, Serang, Bekasi, Bogor, 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
Yogyakarta, Bantul, Solo, dan Sragen pada responden berusia 40-59 tahun, jenis
tahun 2014. Sampel penelitian adalah kelamin perempuan, status menikah,
pasien BPJS dewasa yang terdiri dari 152 pendidikan Perguruan Tinggi. Untuk
pasien apotek yang diambil secara kategori jenis pekerjaan, proporsi terbesar
accidental sampling, yaitu dengan adalah kelompok tidak bekerja (termasuk
meminta pengisian kuesioner angket oleh ibu rumah tangga).
pasien/keluarga pasien yang bersedia pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
saat datang menebus obat. Pengumpulan berdasarkan 5 dimensi kualitas pelayanan
data menggunakan kuesioner angket. (bukti nyata, kehandalan, ketanggapan,
Kuesioner kepuasan pasien disusun keramahan, dan jaminan), dimensi yang
berpedoman pada skala Likert, dibuat 4 memiliki tingkat kepuasan paling rendah
kategori, yaitu sangat memuaskan, adalah jaminan. Persentase pasien yang
memuaskan, kurang memuaskan, dan tidak sangat puas dan puas pada dimensi
memuaskan. Kategori ini dikuantifikasi jaminan adalah 88,8%, sedangkan yang
dengan skoring: sangat memuaskan tidak puas dan sangat tidak puas sebesar
bobotnya 4, memuaskan bobotnya 3, 11,2%. Sebagian pasien BPJS merasa
kurang memuaskan bobotnya 2, dan tidak NXUDQJ SXDV WHUKDGDS ³Semua obat dalam
memuaskan bobotnya 1. resep masuk dalam tanggungan biaya
Pengolahan data menggunakan BPJS´ GDQ ³Ketersediaan semua obat
komputer dengan tahapan editing, coding, dalam resep yang ditanggung BPJS di
entry data, dan cleaning. Analisis data DSRWHN´ Sedangkan dimensi yang paling
berupa distribusi frekuensi dan uji Chi- tinggi kepuasannya adalah keramahan
Square untuk menilai hubungan antara dengan persentase pasien yang sangat puas
karakteristik dan kepuasan pasien terhadap dan puas adalah 97,4%, sedangkan yang
pelayanan kefarmasian di apotek. tidak puas dan sangat tidak puas sebesar
Data yang dianalisis merupakan bagian 2,6%. Secara umum, persentase kepuasan
hasil penelitian Pelaksanaan Pelayanan rata-rata untuk seluruh dimensi pelayanan
Kesehatan dalam rangka Sistem Jaminan adalah 94,5% pasien menyatakan puas dan
Sosial Nasional (SJSN) yang dilakukan sangat puas.

41
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(1):39-48

Tabel 1. Karakteristik Pasien Penerima Pelayanan Apotek


di Beberapa Kabupaten/Kota Tahun 2014
Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Usia
< 40 tahun 42 27,6
40-59 tahun 75 49,3
• WDKXQ 35 23,0

Jenis kelamin
Laki-laki 67 44,1
Perempuan 85 55,9

Status pernikahan
Belum menikah 8 5,3
Menikah 133 87,5
Cerai 11 7,2

Pendidikan
Sampai SLTP 32 21,1
Tamat SMA 55 36,2
Perguruan Tinggi 65 42,8

Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI 47 30,9
Swasta 31 20,4
Wiraswasta 20 13,2
Tidak Bekerja/lainnya 54 35,5

Total 152 100

Dalam penerapan Medication Therapy tingkat kepuasan tertinggi adalah


9
Management (MTM) atau Prescription keramahan. Penelitian Harianto juga
Drug Plans (PDPs), biasanya pelayanan menyatakan kepuasan tertinggi pasien
pasien diberikan kepada apotek. Pihak terhadap pelayanan apotek adalah dalam
pembayar mungkin perlu mengakses hal keramahan petugas apotek.10
kepuasan penerima manfaat terhadap Hal sebaliknya dinyatakan dalam
pelayanan yang mereka terima. Hal ini bisa penelitian Anitawati, yang menyimpulkan
dilakukan dengan studi kepuasan bahwa pelayanan apotek dirasakan belum
8
pelanggan. mencapai harapan yang diinginkan pasien.
Terdapat 5 dimensi kualitas pelayanan, Terdapat perbedaan/ketidaksesuaian antara
berdasarkan model SERVQUAL, untuk harapan kualitas pelayanan terhadap
mengukur kepuasan pelayanan di apotek, kinerja yang dirasakan responden.
yaitu tangible (bukti fisik), reliability Perbedaan nilai terbesar terdapat pada
(kehandalan), responsiveness (ketang- dimensi keramahan diikuti berturut-turut
gapan), assurance (jaminan), dan empathy dengan dimensi bukti fisik, jaminan,
(keramahan). Dimensi yang memiliki kehandalan, dan ketanggapan.11

42
Kepuasan Pasien Peserta«« (Yuyun Yuniar, dkk)

Tabel 2. Kepuasan Pasien BPJS Terhadap Pelayanan Apotek


di Beberapa Kabupaten/Kota Tahun 2014
Pernyataan Sangat puas Puas Kurang Tidak
(n=152) puas puas
Ketanggapan (responsiveness)
Kecepatan petugas loket melayani pasien 30,9 65,1 3,3 0,7
Kelengkapan informasi obat yg diberikan 34,9 62,5 2,6 0
kepada pasien
Waktu pelayanan tidak lama 25,0 71,1 3,3 0,7
Rerata 30,3 66,2 3,1 0,5

Dimensi kehandalan (reliability)


Kemudahan prosedur administrasi menebus obat
di apotek 27,6 67,8 3,9 0,7

Dimensi jaminan (assurance)


Semua obat dalam resep masuk dalam
tanggungan biaya BPJS 38,2 48,7 9,9 3,3
Ketersediaan semua obat dalam resep yang
ditanggung BPJS di apotek 33,6 57,2 6,6 2,6
Rerata 35,9 52,9 8,3 2,9

Dimensi keramahan (empathy)


Petugas apotek memberikan pelayanan
dengan ramah 33,6 63,8 2,6 0

Dimensi bukti (tangible)


Kemudahan akses terhadap lokasi apotek 38,8 55,9 5,3 0
Kecukupan tempat duduk di ruang tunggu
pasien 32,2 63,8 3,9 0
Kenyamanan dan kebersihan ruang tunggu
apotek 34,9 64,5 0,7 0

Rerata 35,3 61,4 3,3 0

Hasil penelitian Handayana menunjuk- 74,03% responden memiliki persepsi


kan bahwa dari lima karakteristik pasien baik.13
yang dianalisis, faktor lokasi menjadi Penelitian Nindyakusuma menyatakan
faktor utama dalam tahap pencarian bahwa aspek sarana fisik mempunyai skor
informasi dan faktor harga menjadi tingkat kepuasan terendah yaitu 82%,
pertimbangan kedua dalam tahap proses sedangkan aspek perhatian mempunyai
evaluasi. Kedua faktor ini memberi skor tingkat kepuasan tertinggi yaitu 88%.
pengaruh besar dalam pengambilan Dari hasil analisis didapatkan bahwa yang
keputusan memanfaatkan atau tidak menjadi prioritas untuk segera diperbaiki
memanfaatkan Apotek Rawat Jalan RS.12 adalah kebersihan kamar mandi/WC,
Penelitian Winanto terhadap pelayanan kebersihan ruang tunggu, dan kesabaran
apotek di Kota Ranai Kecamatan perawat dalam melayani pasien.14
Bunguran Timur Kabupaten Natuna, Handayani menyatakan 74,5%
dimensi yang mempunyai nilai persepsi konsumen apotek memiliki persepsi yang
baik tertinggi sampai terendah berturut- baik terhadap layanan apotek meskipun
turut sebagai berikut: empati (84,93%), pelayanan kefarmasian yang diperoleh
bukti (77,4%), kehandalan (74,81%), belum memenuhi standar pelayanan
jaminan (69,09%), dan daya tanggap kefarmasian komunitas. Layanan apotek
(64,15%). Secara keseluruhan sebesar dan pelayanan kefarmasian masih

43
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(1):39-48

berorientasi pada obat, belum berorientasi (privasi) di apotek, tempat parkir,


pada pasien/konsumen. Pelayanan kefar- ketersediaan obat, dan waktu menunggu.20
masian yang memenuhi standar farmasi Dalam sebuah penelitian di Spanyol,
komunitas (misalnya pemberian informasi kepuasan pasien HIV dan non HIV
obat oleh apoteker, layanan konseling, ditentukan dengan faktor yang terkait area
monitoring penggunaan obat dan evaluasi peracikan, proses peracikan, kemampuan
pengobatan, promosi dan edukasi (skill) apoteker, kerahasiaan dan bantuan
kesehatan untuk pasien) belum menjadi untuk pasien, informasi yang diberikan dan
alasan penting konsumen untuk menilai asesmen kondisi kesehatan pasien, serta
pelayanan apotek.15 kepuasan secara umum. Faktor dengan
Kepuasan pasien dalam penelitian di kepuasan tertinggi adalah kemampuan
Uni Emirat Arab menunjukkan bahwa apoteker, sedangkan kepuasan terendah
unsur pelayanan farmasi komunitas yang adalah area peracikan dan proses
perlu ditingkatkan adalah informasi peracikan. Hal yang dikeluhkan oleh
mengenai obat, pengaturan jadwal, dan pasien antara lain masalah kurangnya
gaya hidup sehat. Pasien mengharapkan kompetensi dan keterbatasan waktu untuk
lebih banyak dimensi personal sebagai diagnosis dan pengobatan, kurang
unsur penting kepercayaan terhadap komunikasi antara pasien dengan apoteker,
apoteker. Kondisi ruang tunggu dan area hubungan pasien dengan apoteker yang
privat yang kurang nyaman menurunkan kurang harmonis, kesulitan mengakses
kepuasan pasien.16 apotek, kesulitan membuat janji, dan
Penelitian di Estonia yang keterbatasan waktu konsultasi.21
membandingkan pelayanan apotek antara Tabel 3 menunjukkan hubungan antara
tahun 1993 dan 2005 menunjukkan bahwa karakteristik pasien dengan kepuasan
95% pasien menginginkan informasi lebih terhadap pelayanan apotek. Hasil
banyak mengenai obat resep dan non menunjukkan bahwa persentase terbesar
resep, ruangan untuk konsultasi (80%), pasien BPJS yang datang ke apotek
kecepatan waktu peracikan (76%). merasakan kurang/tidak puas terhadap
Kecepatan waktu peracikan obat lebih pelayanan kefarmasian adalah umur
penting bagi perempuan dibanding laki- dewasa muda (<40tahun), jenis kelamin
laki. Pasien dengan pendidikan lebih tinggi perempuan, status belum menikah/cerai,
mengharapkan pelayanan yang lebih pendidikan tamat SLTA, dan bekerja pada
berorientasi pada pasien dan personal.17 sektor swasta. Namun demikian, dilihat
Unsur-unsur utama kepuasan pelayanan dari P value, tidak ada hubungan bermakna
farmasi di apotek dikelompokkan dalam 2 antara umur, jenis kelamin, status
hal yaitu struktur apotek dan pelayanan pernikahan, pendidikan, dan kepuasan
apotek.18 Pada penelitian lain unsur-unsur pasien terhadap pelayanan apotek. Akan
pelayanan dikelompokkan dalam 3 hal, tetapi ada hubungan bermakna antara jenis
yaitu hubungan pelanggan dengan pekerjaan pasien dengan kepuasan
apoteker, informasi tentang obat, dan terhadap pelayanan apotek. Sebagian besar
privasi.19 Solusi untuk perbaikan pasien yang puas dengan pelayanan apotek
pelayanan kefarmasian harus menekankan adalah pasien PNS/TNI/POLRI, sedangkan
SDGD ³kepuasan terhadap efisiensi fungsi yang tidak puas adalah pasien yang bekerja
apotek´ GDQ ³NHSXDVDQ WHUKDGDS SHUDQ di sektor swasta
pengaturan terapi oleh apoteker´ 8 Hal Penelitian Budiman menyimpulkan
yang mendapat perhatian utama bagi bahwa rata-rata tingkat kepuasan pasien
pengguna layanan farmasi adalah dari seluruh dimensi terhadap pelayanan
keramahan apoteker, kompetensi Jamkesmas di wilayah Puskesmas
professional, lokasi apotek, kerahasiaan Tanjungsari Kabupaten Bogor adalah
sebesar 81,00%. Tidak ada hubungan

44
Kepuasan Pasien Peserta«« (Yuyun Yuniar, dkk)

bermakna antara umur dan kepuasan ada pengaruh antara pelayanan


pasien, tetapi ada hubungan bermakna kefarmasian dengan tingkat kepuasan
antara jenis kelamin, pendidikan, konsumen apotek di Kab. Tegal. Ada
pendapatan, dan kepuasan pasien hubungan bermakna antara lokasi tinggal,
Jamkesmas yang berobat ke puskesmas. adanya penanggung biaya berobat, dan
Disarankan agar meningkatkan kepuasan kepuasan pasien rawat jalan berobat di
pasien pada dimensi bukti nyata, yaitu puskesmas. Tidak ada hubungan bermakna
waktu tunggu masuk puskesmas dan waktu antara usia, jenis kelamin, pendidikan,
tunggu mendapatkan obat.22 Penelitian pekerjaan, tingkat ekonomi, dan kepuasan
Setiawan menunjukan profil pelayanan pasien rawat jalan di puskesmas.23
kefarmasian di apotek Kabupaten Tegal Penelitian Koratiwida menyatakan bahwa
sudah cukup baik, ditunjukkan dengan faktor jenis kelamin mempunyai
kehadiran apoteker setiap hari di apotek hubungan bermakna dengan kepuasan
serta peran aktif apoteker dalam pelayanan terhadap pelayanan poliklinik umum
kefarmasian di apotek. Untuk penilaian Rumah Sakit Sumber Waras.14
kepuasan pasien, diperoleh hasil sangat Penelitian Risnandi menyimpulkan
puas pada dimensi ketanggapan, bahwa ada hubungan antara pendidikan
kehandalan, dan keramahan. Sedangkan dan kepuasan pasien. Tidak ada hubungan
pada dimensi jaminan dan bukti nyata antara jenis kelamin, sumber biaya
masuk dalam kategori puas. Dari hasil uji perawatan, usia, dan pekerjaan dengan
statistik korelasi, dapat disimpulkan tidak kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas
Lingga, Kabupaten Kubu Raya.24

Tabel 3. Hasil Uji Chi-Square Hubungan Antara Karakteristik dan Kepuasan Pasien
BPJS Terhadap Pelayanan Apotek di Beberapa Kabupaten/Kota Tahun 2014.
Variabel Kepuasan pelayanan Total P
apotek (%)
Tidak Puas
puas (%)
(%)
Umur
Dewasa (< 40th) 57,1 42,9 100 0,213
Dewasa (40-59 th) 46,7 53,3 100
Lansia (> 60 th) 37,1 62,9 100

Jenis kelamin
Laki-laki 41,8 58,2 100 0,221
Perempuan 51,8 48,2 100

Status perkawinan
Belum menikah/cerai 57,9 42,1 100 0,326
Menikah 45,9 54,1 100

Pendidikan
Sampai tamat SLTP 46,9 53,1 100 0,098
Tamat SLTA 58,2 41,8 100
Tamat Perg. tinggi 38,5 61.5 100

Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI 29,8 70,2 100 0,027
Swasta 61,3 38,7 100
Wiraswasta 50,0 50,0 100
Tidak bekerja 53,7 46,3 100

45
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(1):39-48

Dalam penelitian Smith tentang kepuasan terhadap pelayanan kefarmasian


kepuasan pasien penyakit kronis di apotek .
(hipertensi dan diabetes) di Jamaica,
disimpulkan bahwa pelayanan farmasi SARAN
sudah cukup memuaskan. Meskipun
Kepuasan pasien yang masih perlu
demikian tingkat kontrol penyakit tidak
ditingkatkan adalah ³semua obat dalam
memuaskan yang menunjukkan bahwa
resep masuk dalam tanggungan biaya
tidak ada hubungan antara kontrol penyakit
BPJS´ GDQ ³semua obat resep yang
hipertensi dengan kepuasan pelayanan
ditanggung BPJS tersedia di apotek´, pihak
farmasi. Sedangkan untuk penyakit
manajemen apotek perlu melakukan
diabetes mellitus menunjukkan ada
komunikasi intensif dengan BPJS
korelasi yang lemah antara kepuasan
mengenai jenis-jenis obat yang ditanggung
dengan instruksi untuk meminum obat.
oleh BPJS Kesehatan dan memfokuskan
Pada umumnya kepuasan berhubungan
kelengkapan obat yang tersedia untuk
dengan profesionalisme petugas, rasa
pasien BPJS agar pasien mau datang
hormat dan penghargaan terhadap pasien,
kembali untuk menggunakan jasa
keberadaaan petugas setiap saat untuk
pelayanannya.
menjawab pertanyaan pasien, serta
diperolehnya perintah yang jelas tentang
UCAPAN TERIMA KASIH
penggunaan obat dan pengaturannya.
Kepuasan pasien dapat ditingkatkan Penulis mengucapkan terima kasih
dengan penambahan petugas jika kepada Dr.Sudibyo Supardi, Apt, M.Kes
diperlukan, peningkatan stok obat, sebagai anggota tim yang telah
penyediaan obat generik lebih banyak, memberikan banyak masukan dalam hal
serta penerimaan lebih banyak lagi jenis kepuasan pasien dari mulai penyusunan
kartu jaminan kesehatan.25 instrumen sampai proses penulisan artikel.
Berdasarkan hasil review oleh Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
Panvelkar, dalam penelitian kepuasan kepada seluruh anggota tim yang telah
pelayanan kefarmasian diperlukan membantu berjalannya penelitian serta
kerangka pikir yang tepat, intervensi yang seluruh responden yang telah memberikan
lebih terstruktur, evaluasi kepuasan waktu untuk ikut terlibat dalam penelitian
sebelum dan sesudah intervensi ini.
menggunakan randomized controlled trial,
serta mengevaluasi perubahan kepuasan DAFTAR RUJUKAN
antar waktu. Hal ini akan bermanfaat untuk 1. Republik Indonesia. Undang-Undang
mengetahui keinginan dan harapan pasien Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
sehingga bisa melakukan perbaikan- 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
perbaikan yang diperlukan.26 Nasional.
2. Republik Indonesia. Undang-Undang
KESIMPULAN Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
Dari 5 dimensi kepuasan terhadap 2011 tentang Badan Penyelenggara
pelayanan apotek, empathy (keramahan) Jaminan Kesehatan.
adalah dimensi yang memiliki tingkat 3. Republik Indonesia. Peraturan
kepuasan tertinggi, sedangkan assurance Presiden RI Nomor 12 tahun 2013
(jaminan) adalah yang paling rendah. tentang Jaminan Kesehatan.
Persentase terbesar pasien menyatakan 4. Republik Indonesia. Peraturan
sangat puas/puas terhadap pelayanan Pemerintah Republik Indonesia
apotek yaitu sebesar 94,5%. Jenis Nomor 51 Tahun 2009 tentang
pekerjaan pasien berhubungan dengan Pekerjaan Kefarmasian.

46
Kepuasan Pasien Peserta«« (Yuyun Yuniar, dkk)

5. Republik Indonesia. Peraturan Menteri 14. Koratiwida N. Hubungan Karakteristik


Kesehatan Republik Indonesia Nomor Pasien Dengan Kepuasan Terhadap
35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Poliklinik Umum Rumah
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Sakit Sumber Waras tahun 2003
6. Supranto J. Pengukuran Tingkat [tesis]. Depok: Universitas Indonesia;
Kepuasan Pelanggan Untuk 2003.
Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: 15. Handayani RS, Raharni, Gitawati R.
Rineka Cipta; 2001. Persepsi Konsumen Apotek terhadap
7. Sarwono S. Sosiologi Kesehatan: Pelayanan Apotek di Tiga Kota di
Beberapa Konsep Beserta Apli- Indonesia. Makara Kesehatan.
kasinya. Yogyakarta: UGM; 1997. 2009;13(1):22-6.
8. Pinto SL, Sahloff EG, Ramasamy A. 16. Hasan S, Sulieman H, Stewart K,
Evaluating the validity and reliability Chapman CB, Hasan MY, Kong DC.
of a modified survey to assess patient Assessing patient satisfaction with
satisfaction with mail-order and community pharmacy in the UAE
community pharmacy settings. Journal using a newly-validated tool. Research
of pharmacy practice. 2010;23(2):128- in social & administrative pharmacy :
34. RSAP. 2013;9(6):841-50.
9. 0DV¶XG $QDOLVLV 7LQJNDW .HSXDVDQ 17. Volmer D, Bell JS, Janno R, Raal A,
Pelanggan Terhadap Pelayanan Hamilton DD, Airaksinen MS. Change
Apotek Kimia Farma Jakarta in public satisfaction with community
Menggunakan Model Servqual (Studi pharmacy services in Tartu, Estonia,
Kasus Pada Tiga Apotek). Majalah between 1993 and 2005. Research in
Ilmu Kefarmasian. 2009;VI(2):56-74. social & administrative pharmacy :
10. Harianto, Khasanah N, Supardi S. RSAP. 2009;5(4):337-46.
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan 18. Horvat N, Kos M. Development and
Resep Di Apotek Kopkar RSUD initial validation of a patient
Budhi Asih Jakarta. Majalah Ilmu satisfaction with pharmacy
Kefarmasian. 2005;2(1):12-21. performance questionnaire (PSPP-Q).
11. Anitawati E, Fudholi A, Sumarni. Evaluation & the health professions.
Analisis kepuasan pasien rawat jalan 2010;33(2):197-215.
terhadap kualitas pelayanan farmasi di 19. Tinelli M, Blenkinsopp A, Bond C.
apotek X (studi pada bulan november Development, validation and
2011). Jurnal manajemen dan application of a patient satisfaction
pelayanan farmasi. 2012;2(2). scale for a community pharmacy
12. Handayana E. Analisis Hubungan medicines-management service. The
antara Karakteristik Pasien umum International journal of pharmacy
dengan proses pengambilan keputusan practice. 2011;19(3):144-55.
dalam memanfaatkan Apotek Rawat 20. Horvat N, Kos M. Slovenian
Jalan Rumah Sakit Dr. Wahidin pharmacy performance: a patient-
Sudirohusodo Makassar Tahun 2005 centred approach to patient
[tesis]. Makassar: Universitas satisfaction survey content
Hasanuddin; 2005. development. International journal of
13. Winanto A. Persepsi Konsumen clinical pharmacy. 2011;33(6):985-96.
Terhadap Pelayanan Apotek Di Kota 21. Marquez-Peiro JF, Perez-Peiro C.
Ranai Kecamatan Bunguran Timur [Evaluation of patient satisfaction in
Kabupaten Natuna [skripsi]. outpatient pharmacy]. Farmacia
Pontianak: Universitas Tanjungpura; hospitalaria : organo oficial de
2013. expresion cientifica de la Sociedad

47
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(1):39-48

Espanola de Farmacia Hospitalaria. Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas


2008;32(2):71-6. Lingga, Kabupaten Kubu Raya
22. Budiman, Suhat, Herlina. N. [skripsi]. Jakarta: STIK St. Carolus;
Hubungan Status Demografi Dengan 2014.
Kepuasan Masyarakat Tentang 25. Smith D, Maharaj S, James K.
Pelayanan Jamkesmas di Wilayah Satisfaction with pharmacy services
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten and its relationships with the control
Bogor Tahun 2010. Jurnal Kesehatan of selected chronic diseases. The West
Kartika. 2010;1:1-17. Indian medical journal. 2011;60(3):
23. Setiawan D, Hasanmihardja M, 293-7.
Mahatir A. Pengaruh Pelayanan 26. Naik Panvelkar P, Saini B, Armour C.
Kefarmasian Terhadap Kepuasan Measurement of patient satisfaction
Konsumen Apotek Di Kabupaten with community pharmacy services: a
Tegal. Jurnal Farmasi Indonesia review. Pharmacy world & science :
2010;5(2):101-7. PWS. 2009;31(5):525-37.
24. Risnandi C. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepuasan

48

Anda mungkin juga menyukai