Secara umum Negara dan Kostitusi adalah merupakan dua Lembaga yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan lainnya, terlebih lagi setelah abad pertengahan yang ditandai
dengan munculnya ide demokrasi. Dapat dikatakan bahwa tanpa konstitusi, suatu negara
tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasar sebuah negara.
2. Fungsi Konstitusi
a. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah agar penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak
warga negara akan lebih terlindungi. Gagasan ini disebut konstitusionalisme yang
oleh Carl Joachim Friedrich (dalam buku Kemristekdikti, Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, 2016) dijelaskan sebagai gagasan
71
bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh
dan atas nama rakyat, tetapi dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan
akan dapat menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu
tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah
Seperti diketahui bahwa negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri
atas unsur-unsur Rakyat (penduduk), Wilayah, dan Pemerintah. Pemerintah adalah
unsur negara. Pemerintah menyelenggarakan dan melaksanakan tugas demi
terwujudnya tujuan bernegara. Di negara Demokrasi, pemerintah yang baik adalah
pemerintah yang menjamin sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar
rakyat. Disamping itu pemerintah dalam menjalankan kekuasaannya perlu dibatasi
agar kekuasaan itu tidak disalahgunakan, tidak sewenang-wenang serta benar benar
untuk kepentingan rakyat. Kekuasan perlu dibatasi karena kekuasaan itu cenderung
untuk disalahgunakan. Seorang filsuf Inggris Lord Acton mengemukakan bahwa :
Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely.
72
Upaya mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak-hak dasar rakyat serta
kekuasaan yang terbatas itu, dituangkan ke dalam suatu aturan bernegara yang
umumnya disebut konstitusi (hukum dasar atau Undang-undang Dasar Negara).
Konstitusi atau Undang-undang Dasar Negara, mengatur dan menetapkan
kekuasaan negara sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan negara
berjalan efektif untuk kepentingan rakyat serta tercegah dari penyalahgunaan
kekuasaan. Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang paling efektif bahwa
kekuasaan pemerintahan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak dasar rakyat tidak
dilanggar.
2. Negara Konstitusional
Setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar, namun tidak semua
negara memiliki Undang-undang Dasar. Inggris merupakan negara konstitusional,
meskipun tidak memiliki Undang-undang Dasar. Konstitusi Inggris terdiri atas
berbagai aturan pokok yang timbul dan berkembang dalam sejarah bangsa tersebut.
Konstitusi Inggris tersebar dalam beberapa dokumen, seperti Magna Charta (1215),
Bill of Right (1689), dan Parliament Act (1911). Konstitusi dalam hal seperti ini
73
memiliki pengertian yang lebih luas dari sekedar Undang-Undang Dasar. Pengertian
Undang-undang Dasar hanya meliputi Konstitusi Tertulis saja. Selain itu masih ada
yang disebut Konstitusi Tidak Tertulis (Konvensi) yang tidak tercakup dalam
Undang-undang Dasar.
74
Namun menurut UUD 1945 hasil Amandemen 2002, kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar. Hal ini berarti telah
terjadi suatu reformasi kekuasaan tertinggi dalam negara.
75
Menurut UUD 1945 hasil amandemen, Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
rakyat secara langsung. Dengan demikian, dalam sistem kekuasaan kelembagaan
negara, Presiden tidak lagi merupakan Mandataris MPR, akan tetapi sejajar dengan
DPR dan MPR. Hanya apabila Presiden melanggar Undang-undang dan Undang-
undang Dasar 1945, maka MPR dapat melakukan impeachment (proses penjatuhan
dakwaan terhadap seorang pejabat) atas usul DPR. Sidang impeachment dilakukan
oleh Mahkamah Konstitusi. Adapun hasil pembuktianya, harus diserahkan kepada
MPR untuk dapat mengambil keputusan yang baik dan benar.
76
6.4 Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
Menurut Penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara Hukum yang
berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan. Sifat Negara Hukum
hanya dapat ditunjukkan apabila alat-alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat
kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang
dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.
77
6.5 UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara dan Ketentuan Diadakannya UU Dasar
Negara
1. UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam Tata Susunan Peraturan Perundang-undangan Negara, UUD
1945 merupakan tempat yang tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945
adalah Aturan Dasar / Pokok Negara yang berada di bawah Pancasila, sebagai norma
dasarnya.
UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu Pembukaan dan bagian Pasal-pasalnya
sesuai dengan hasil Amandemen UUD 1945 pasal 2 Aturan Tambahan Naskah UUD
1945. Bagian Pembukaan, pada umumnya, berisi pernyataan luhur dan cita-cita bagsa
Indonesia. Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian penting dalam Konstitusi
Negara, yang berisi empat Alinea sebagai pernyataan luhur Bangsa Indonesia. Selain
berisi pernyataan Kemerdekaan, Pembukaan UUD 1945 juga berisi cita-cita dan
keinginan bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu .. mencapai masyarakat yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Setiap alinea Pembukaan UUD 1945
memiliki makna dan cita-cita tersendiri, namun semuanya adalah sebagai satu
kesatuan.
Alinea pertama :
Adapula yang berpendapat bahwa dalam alinea pertama ini terkandung suatu
pengakuan tentang nilai “hak kodrat” yang tertulis dalam kalimat : “… bahwa
kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa ...” yang artinya bukan hak individu saja.
78
Sifatnya sebagai hak kodrat, bermakna bersifat mutlak dan asasi. Sifatnya sebagai hak
kodrat, bermakna bersifat mutlak dan asasi dan hak tersebut merupakan hak moral
juga. Bagi penjajah yang merampas kemerdekaan bangsa lain harus memberikan hak
kemerdekaan yang merupakan wajib kodrat dan wajib moral, karena sifatnya yang
mutlak dan asasi tersebut. Pelanggaran atas hak kemerdekaan tersebut, tidak sesuai
dengan hakikat manusia (perikemanusiaan) dan hakikat adil (perikeadilan) dan
penjajahan itu harus dihapuskan.
Alinea kedua :
Alinea ini berisi pernyataan bahwa perjuangan yang telah dilakukan oleh bangsa
Indonesia telah mampu menghasilkan kemerdekaan, yang bebas dari penjajah. Akan
tetapi, kemerdekaan bukanlah suatu tujuan akhir perjuangan. Kemerdekaan adalah
jembatan menuju terwujudnya masyarakat yang merdeka, bersatu, adil dan makmur.
Hal inilah yang harus tetap diperjuangkan dan hal ini menjadi tugas generasi saat ini
untuk memperjuangkannya.
Pengertian negara yang merdeka adalah negara yang bebas dari kekuasaan
bangsa lain, dapat menentukan nasibnya sendiri. Artinya, Indonesia menjadi suatu
bangsa dan negara yang bebas dari kekuasaan dan campur tangan bangsa lain.
79
Alinea ketiga :
“… Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakanb dengan ini kemerdekaannya…”
Pengakuan nilai religius dalam pernyataan “… Atas berkat Rahmat Allah Yang
Maha Kuasa …” mengandung makna, bahwa negara Indonesia mengakui nilai-nilai
religius bahkan merupakan suatu Dasar Negara (Sila pertama) sehingga
konsekuensinya merupakan dasar dari hukum positif negara maupun dasar moral
negara. Secara filosofis bangsa Indonesia mengakui, bahwa manusia adalah mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga kemerdekaan dan negara Indonesia
disamping merupakan hasil jerih payah perjuangan bangsa Indonesia adalah rahmat
dari Allah Yang Maha Kuasa.
80
pernyataan kembali Proklamasi, dimaksudkan sebagai penegasan dan rincian lebih
lanjut dari naskah Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea keempat.
Setelah dalam alinea pertama, kedua dan ketiga dijelaskan tentang alasan dasar,
serta hubungan langsung dengan kemerdekaan, maka dalam alinea keempat sebagai
kelanjutan berdirinya negara Republik Indonesia, dirinci lebih lanjut tentang prinsip-
prinsip serta pokok-pokok kaidah pembentukan pemerintahan negara Indonesia
seperti dalam kalimat “…Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia…”. Hal ini dimaksudkan dalam pengertian sebagai
penyelenggara keseluruhan aspek kegiatan negara dan segala kelengkapannya.
a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan,
b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
c. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas asas kerakyatan dan
permusyaratan/perwakilan, dan
d. Negara berdasar atas KeTuhan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
81
Dalam alinea keempat terkandung tujuan negara yaitu tujuan khusus dan tujuan
umum :
a. Tujuan khusus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah
Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
.. Realisasi dari tujuan khusus ini berhubungan dengan politik dalam negeri
Indonesia
b. Tujuan umumnya adalah “…dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”. Artinya,
realisasi tujuan umum ini berhubungan dengan politik luar negeri Indonesia, yaitu
di antara bangsa-bangsa di dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban dunia yang
berdasarkan pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum. Negara yang bersifat Konstitusional. Adalah suatu keharusan bagi negara
Indonesia untuk mengadakan Undang-undang Dasar Negara dan ketentuan ini yang
merupakan sumber hukum bagi adanya Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam anak kalimat ini dinyatakan bahwa bentuk negara Indonesia adalah
Republik yang berkedaulatan rakyat. Negara adalah dari, oleh, dan untuk rakyat.
Dengan demikian maka hal ini merupakan suatu norma dasar negara bahwa
kekuasaan adalah di tangan rakyat.
82
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan negara Indonesia, adalah kesatuan
bukan serikat atau federasi. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD
1945 yang menyatakan “…Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik…”
Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal, suatu bentuk negara
yang tidak terdiri atas negara-negara bagian atau negara yang di dalamnya tidak
terdapat daerah yang bersifat negara. Di dalam negara kesatuan kekuasaan mengatur
seluruh daerahnya ada di tangan Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat inilah yang pada
tingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu yang terjadi di dalam
negara. Dalam negara kesatuan hanya terdapat seorang Kepala Negara, satu UUD
negara yang berlaku untuk seluruh warga negaranya, satu Kepala Pemerintahan dan
satu Parlemen (Badan Perwakilan Rakyat).
83
Kabupaten dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang-undang.
b. Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota mengurus dan mengatur
sendiri urusan pemerintahan, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
c. Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
d. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah
Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis melalui
pemilihan umum.
e. Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas luasnya, kecuali urusan
Pemerintah Pusat antara lain adalah urusan Agama, Luar Negeri dan Pertahanan
dan Keamanan Negara.
f. Pemerintahan Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah (Perda) dan
Peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
g. Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di atur dalam
Undang-undang.
2. Bentuk Pemerintah
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk Pemerintahan Indonesia adalah
Republik, bukan Monarki atau Kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam
pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “…Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik…”
Secara teoretis ada dua klasifikasi bentuk Pemerintahan di Era Modern, yaitu
Republik dan Monarki atau Kerajaan. Perbedaan ini didasarkan pada cara penunjukan
dan pengangkatan Kepala Negara. Bentuk Pemerintahan Republik, apabila
pengangkatan Kepala Negara melalui pemilihan, sedangkan Kerajaan, pengangkatan
Kepala Negara melalui pewarisan sacara turun menurun.
84
Bentuk Negara Indonesia pernah mengalami perubahan yaitu dari Negara
Kesatuan menjadi Negara Serikat, yang terjadi antara Desember 1949 sampai dengan
Agustus 1950. Bangsa Indonesia telah sepakat bahwa bentuk Negara-nya adalah
Kesatuan dan bentuk Pemerintahannya adalah Republik. Hal ini telah dituangkan
dalam pasal 37 ayat (5) naskah UUD 1945 hasil amandemen ke empat yang
menyatakan khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.
85
d. Kabinet bertanggungjawab kepada Parlemen dan dapat bertahan selama mendapat
dukungan mayoritas anggota Parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu
parlemen dapat menjatuhkan Kabinet apabila mayoritas anggota Parlemen
menyampaikan mosi tidak percaya kepada Kabinet.
e. Kepala Negara tidak sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan. Kepala Negara
adalah Presiden, namun Kepala Negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan.
Presiden atau Raja hanya sebagai simbol kedaulatan dan keutuhan negara.
f. Sebagai imbangan, Kepala Negara dapat membubarkan Parlemen. Dengan
demikian maka Presiden atau Raja atas saran Perdana Menteri dapat membubarkan
Parlemen, selanjutnya diadakan kembali Pemilihan Umum untuk membentuk
Parlemen baru.
86
Berdasarkan uraian di atas, sistem Pemerintahan berkaitan dengan keberadaan
Lembaga Eksekutif dan Legislatif serta hubungan antara kedua Lembaga tersebut.
Secara teoretis sistem Pemerintahan Presidentil memiliki kelebihan dan kelemahan.
a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR, apabila
Presiden telah melanggar UUD dan melakukan tindak pidana korupsi,
b. Dalam mengangkat pejabat negara, Presiden harus berkonsultasi atau meminta
pertimbangan dan atau persetujuan DPR,
c. Dalam mengeluarkan kebijakan tertentu, Presiden perlu pertimbangan dan atau
persetujuan DPR, Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi,
87
d. Parlemen (DPR) diberi kekuasaan lebih besar dalam hal membentuk Undang-
undang (meskipun DPR juga perlu berkonsultasi dengan Presiden) dan hak
budget (anggaran), dan
e. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi memiliki hak Yudicial Review
(Peninjauan Perundang-undangan).
Dengan adanya mekanisme tersebut, antar Lembaga negara akan terjadi saling
mengendalikan dan mengimbangi, sehingga kekuasaan suatu Lembaga negara tidak
berada di atas kekuasaan Lembaga lainnya. Mekanisme tersebut dikenal dengan istilah
Check and Balances (Pengendalian dan Perimbangan). Sistem Politik yang dianut
Indonesia adalah sistem Demokrasi, sesuai pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi :
“…Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang
dasar…”.
88
d. Alinea keempat : Untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan
dasar-dasar tertentu yang tercantum adalah alinea keempat Pembukaan UUD
1945 sebagai ketentuan, pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis yaitu
dalam realisasi hidup bersama dalam suatu negara yang berdasarkan Pancasila.
89