Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKOLOGI MIKROBA
KEANEKARAGAMAN LICHENES
Disusun oleh :
18308144029
BIOLOGI F 2018
2020
a. Tujuan
1. Mengidentifikasikan jenis lichenes yang ditemukan.
2. Mengetahui ciri-ciri lichenes sebagai indikator pencemaran udara.
b. Abstrak
Lichenes merupakan salah satu tumbuhan yang berperan sangat penting dalam
kehidupan. Salah satu peran lichenes adalah sebagai bioindikator adanya pencemaran
udara pada lingkungan sekitar lichenes. Lichenes biasa dikenal dengan nama lumut
kerak, karena menyerupai kerak yang menempel di pohon-pohon, tebing atau batuan.
Lichenes merupakan tumbuhan perintis hasil simbiosis antara golongan algae
(Cyanophyta atau Chlorophyta) dan jamur (Basidiomycota atau Ascomycota).
Belakangan ini, lichenes banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena beberapa jenisnya
dapat dikonsumsi dan memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Lichenes menjadi
tumbuhan perintis yang terdapat di daerah-daerah kering dan keras dan pada akhirnya
menjadi pendukung pertumbuhan organisme lainnya. Lichenes dengan jenis jamur
berperan untuk mengokohkan batang dan menghisap nutrisi, sedangkan alga berperan
dalam melakukan fotosintesis sehingga simbiosis antara keduanya merupakan simbiosis
mutualisme.
c. Kajian Pustaka
Lichenes dikenal dengan nama lumut kerak, karena bentuknya menyerupai kerak
yang menempel di pohon-pohon, tebing atau batuan. Lichenes (lumut kerak) sebenarnya
bukan golongan lumut, tetapi merupakan tumbuhan perintis hasil simbiosis antara
golongan algae (Cyanophyta atau Chlorophyta) dan jamur (Ascomycota
atauBasidiomycota). Apabila sayatan tubuh Lichenes disayat tipis dan dilihat
menggunakan mikroskop maka akan terlihat adanya jalinan hifa atau miselium jamur
yang teratur dan di bagian lapisan permukaanya terdapat kelompok algae bersel satu atau
benang yang dijalin oleh hifa itu. PadaLichenes jamur berperan untuk mengokohkan
tubuh dan menghisap air dan nutrisi, sedangnya algae berperan untuk melakukan
fotosintesis. Karena itu simbiosis antara kedua jenis tumbuhan tersebut bersifat simbiosis
mutualisme (Yudianto, 1992).
Satu hal yang tidak disukai oleh tumbuhan ini adalah udara dan air yang beracun.
Itulah sebabnya kita tidak akan bisa menjumpai tumbuhan ini tumbuh dekat pabrik-
pabrik. Karena sifatnya yang peka ini lichenes sering dipakai sebagai indikator
(penunjuk) adanya pencemaran udara disuatu daerah (Bold, 1987).
d. Metode Penelitian
A. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada,
Hari/tanggal : Rabu, 9 September 2020
Pukul : 14.00 WIB – 15.30 WIB
Tempat : Daerah sekitar rumah
Alat
1) Alat dokumentasi (Kamera)
2) Alat tulis
Bahan
1) Lichenes
C. Cara Kerja
1) Disiapkan alat dokumentasi berupa kamera.
2) Diamati pohon-pohon sekitar rumah.
3) Difoto apabila menemukan lichenes yang menempel di batang pohon.
4) Diamati dan diidentifikasikan jenisnya.
e. Hasil Pengamatan
Tabel. Keanekaragaman Lichenes
(Roziaty, 2016)
Graphis sp.
(Roziaty, 2016)
Pyrrhospora
quernea
(Pratiwi, 2006)
f. Pembahasan
Pada hari Rabu, 9 September 2020 dilakukan praktikum mata kuliah Praktikum
Ekologi Mikroba yang berjudul “Keanekaragaman Lichenes” yang dilakukan secara mandiri
yaitu dengan mencari keanekaragaman lichenes di daerah dekat tempat tinggal masing-
masing. Pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebanyak enam lichenes yang
tumbuh di dekat tempat tinggal dan ditemukan di batang pohon. Berikut ini pemaparan
mengenai jenis lichenes yang sudah ditemui :
1. Dirinaria sp.
Karakteristik dari lichen ini adalah thalus lichen termasuk tipe foliose. Permukaan atas
thalus berwarna hijau keabuan, putih ke abuan, berbentuk tidak teratur. Morfologi thalus
cenderung membundar. Subsrat tempat tumbuh biasanya kulit batang pohon, kayu, batu yang
bersifat asam atau lumut. Physciaceae adalah famili yang memiliki thalus foliose berbentuk
orbicular dan tersebar tidak beraturan. Lobus atas dan bawah corticate dan lapisan bawah
berwarna gelap ataupun hitam.
Dirinaria sp. yang ditemui diketahui memiliki warna hijau yang pucat. Menurut
Bordeoux (2015) warna talus Dirinaria sp. dipengaruhi oleh kondisi kualitas udara di lokasi
penelitian. Semakin menggelapnya warna talus lichen menandakan semakin tinggi pula
sumber pencemar yang ada di lokasi tersebut. Hal ini menyebabkan semakin besar pula bahan
pencemar yang terakumulasi dalam talus lichen yang kemudian berpengaruh terhadap warna
lichen.
2. Graphis sp.
Graphis sp. termasuk kedalam famili graphidaceae. Tipe talus yaitu Crustose. Warna
talusnya keputihan dan menempel pada substratnya. Dijumpai pada pohon yang masih hidup.
Lichen jenis ini memiliki tipe thalus crustose, permukaan thalus berwarna putih, pucat keabu
an atau berwarna krem atau bahkan hitam. Hidup di kulit pohon (Muzayyinah, 2005).
Lichen dari Famili Graphidae memiliki karakteristik khas yaitu berbentuk askokarp
linier, elongate, tidak teratur, memanjang atau berbentuk
unik (Panjaitan, Fitmawati, & Martina, xxxx).
3. Pyrrhospora quernea
Pyrrhospora quernea termasuk kedalam famili Lecanoraceae dan memiliki tipe talus
Crustose, spesies lichenes ini menempel pada pohon. Lichenes ini memiliki ciri berwarna
putih, sifatnya sangat erat dengan pohon yang ditumpanginya sehingga terlihat menyatu
dengan pohon.
4. Lepraria sp.
Lepraria sp. merupakan tipe talus golongan Crustose yang sulit untuk dipisahkan
langsung dari substratnya. Talus biasanya berwarna hijau, atau hijau keputihan dengan
luas talus 2-10 cm. soredia dari spesies ini dapat tumbuh di tanah, batu atau substrat kayu
yang cocok (Hale and Cole, 1988).
5. Chrysothrix sp.
Ciri morfologi spesies ini yaitu tidak memiliki korteks atas dan bawah, sehingga
terlihat seperti remahan-remahan kecil (leprose). Berwarna hijau-jingga. Tidak terlihat
askokarp, soredia, maupun isidia.
6. Hafellia levieri
Talus spesies ini berbentuk bulat memanjang
horizontal dengan tipe morfologi talus crustose
karena menempel erat dengan substrat kulit pohon
yang ditempatinya, sehingga nampak tipis dan
menyatu pada substrat. Talusnya berwarna putih atau
abu-abu tergantung dengan kondisi lingkungan yang ditempatinya. Spesies ini memiliki lebar
kira-kira 2-5 cm dan melingkar mengelilingi substrat pohon yang ditempatinya.
Hafellia merupakan tipe talus crustose, dangkal, tipis, halus kerugulose, membrane
untuk rimose dan areolate, lebar 1-5 cm yang berlapis luar atau tidak berlapis. Bagian atas
permukaan putih, abu-abu-putih, kuning abu-abu. Photobiont hijau alga uniseluler. Tidak
membentuk kontinyu lapisan Medula dan korteks yang lebih rendah. Kebanyakan tumbuh
pada kulit dan kayu, dan satu spesies saxicolous (Elix, 2009).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2016) Selama lebih dari 20 tahun, lichen
telah digunakan sebagai bioindikator dan biomonitor dalam penilaian kualitas lingkungan
untuk industri (Conti, 2001). Perbedaan warna tidak hanya terjadi pada perbedaan antar
jenis lichen, tetapi juga dapat terjadi pada jenis yang sama yang berkembang pada tempat
yang berbeda. Substrat dan kondisi tempat tumbuh lichen yang berbeda menyebabkan
adanya perbedaan respon bagi setiap lichen. Pada lokasi yang kualitas udaranya lebih baik
untuk perkembangan lumut memiliki talus lichen dengan warna yang cerah. Sebaliknya
lokasi dengan kualitas udara yang rendah memiliki talus lichen yang berwarna kusam
(Sofyan, 2017).
Lichenes yang ditemukan pada sekitar lokasi pengamatan diketahui memiliki warna
yang lebih cerah, tutupan talus yang cukup besar, dan ditumbuhi di batang pohon. Hal ini
disebabkan karena lingkungan sekitar tempat tumbuhnya lichenes yang saya temukan
merupakan daerah yang tidak terlalu tinggi emisi polusinya karena merupakan daerah desa
yang masih banyak ditumbuhi pepohonan dan jarang adanya lalu lalang kendaraan.
Lichen yang memperoleh nutrisi dari udara tanpa menyeleksinya terlebih dahulu
karena lichen tidak terdapat kutikula sehingga memudahkan polutan untuk masuk ke dalam
talus, mengakumulasi berbagai material tanpa menyeleksinya. Oleh karena zat-zat polutan
yang tidak dapat diuraikan oleh lichen akan terganggu keberadaannya, maka untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran udara terhadap suatu wilayah dengan melihat
kondisi talus lichen yang ditemukan. Sehingga lichen dapat dijadikan bioindikator
pencemaran udara berdasarkan kondisi yang ditimbulkan lichen terhadap kualitas udara
(Nurjanah, 2013).
Tingginya kepadatan lalu lintas merupakan salah satu sumber pencemar udara.
Lichen diketahui merupakan tumbuhan yang peka terhadap pencemaran udara, jika kualitas
udara di suatu lingkungan telah menurun maka pertumbuhanya akan terhambat. Hal ini
terlihat dengan semakin padatnya kendaraan maka semakin rendah luas penutupan talus
lichen, sebaliknya semakin sepi kendaraan maka semakin tinggi luas penutupan lichen
(Pratiwi, 2006).
Kondisi lingkungan yang baik memiliki talus lichen dalam keadaan utuh dan luas
tutupan yang besar. Masuknya pencemar ke dalam talus lichen menyebabkan adanya
perubahan pada keadaan talus tersebut, seperti mengecilnya luas tutupan talus dan juga
talus yang pada mulanya dalam keadaan utuh berubah menjadi terpecahpecah antar bagian
talus dengan yang lainnya. Penurunan luas tutupan talus tersebut merupakan ciri respon dari
lichen terhadap pencemaran udara yang terjadi di sekitar tempat tumbuhnya (Sofyan, 2017).
g. Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dalam pengamatan ini adalah :
1. Jenis lichenes yang berhasil diidentifikasi adalah berjumlah enam jenis yang terdiri
dari Dirinaria sp, Graphis sp, Pyrrhospora quernea, Lepraria sp, Chrysothrix sp.,
Hafellia levieri.
2. Ciri-ciri lokasi yang memiliki pencemaran udara yang tinggi dapat ditandai melalui
warna talus lichenes yang terdapat pada lokasi yang padat kendaraan cenderung
berwarna lebih gelap dibandingkan dengan warna talus yang berada di daerah
dengan tingkat kepadatan kendaraan yang rendah. Bentuk talus cenderung
membulat, lonjong, dan tidak beraturan mengikuti pola substrat. Luas penutupan
yang cenderung sedikit pada lichenes terdapat di lokasi yang memiliki kepadatan
lalu lintas tertinggi.
h. Daftar Pustaka
Bordeaux, C.Z. 2015. Keanekaragaman Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di
Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan EcoPark LIPI Cibinong. Skripsi. IPB,
Bogor.
BPS. 2016. Kota Semarang dalam Angka. Semarang: Badan Pusat Statistik Kota
Semarang.
Conti, M. E., and G. Gecchetti. 2001. Biological Monitoring : Lichens As Bioindicators of
Air Polution Assessment. Environmental Pollution 114, 471-492.
Elix, Jhon. A. 2009. From Flora of Australia volume 57. Lepraria sp, Parmelia su
Hafellia levieri, Cryptothecia scripta. (Online)
http://www.anbg.gov.au/abrs/licheneslist. Diakses 9 September 2020
Hale, Mason E. and Cole Mariette. 1988. Lichen of California. Berkeley Los Angeles
London: University of California Press