1. Sensitivitas Sosial
Sensitivitas sosial merupakan suatu kebutuhan yang hendaknya dikaji oleh serta diasah
oleh setiap orang khususnya generasi pada era teknologi seperti sekarang ini yang menjadikan
seseorang terlalu sibuk dengan gadgetnya sehingga kurang adanya kepekaan terhadap
lingkungan sosial di sekitarnya. Sebuah ungkapan mengatakan bahwa wilayah pengakuan
seseorang ditentukan oleh wilayah berfikirnya, atau selama kita masih mau menyediakan diri
kita sendiri untuk memikirkan orang lain maka disanalah letak pengakuan diri kita akan terpatri,
namun sebaliknya jika kita hanya memikirkan diri kita sendiri maka jangan harap orang lain mau
memikirkan diri kita dan menjadikan bagian dalam kehidupannya, dan inilah substansi dari
semangat kepedulian sosial (Social sensitivity) sebagai salah satu tangga mencapai kemenangan
tertinggi. Dalam membangun sensitivitas sosial sebagaimana dikemukakan Akhamad Muwafiq
Saleh dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Karakter dalam perspektif spiritual” terdapat 5
cara yang dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
(1) Peka dan peduli
(2) Bersikap empati terhadap oranglain
(3) Jeli dan cermat,
(4) Memiliki semangat memberi
(5) Dzikir diri dan Dzikir sosial
2. Interaksi Sosial
Jenis interaksi sosial dibedakan menjadi dua, yakni interaksi sosial asosiatif dan
disosiatif. Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial positif, yang mengarah pada
kesatuan dan kerja sama. Interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang lebih
mengarah kepada konflik dan perpecahan, baik individu maupun kelompok.
Jumlah pelaku lebih dari satu orang, hal ini karena interaksi membutuhkan aksi dan
reaksi.
Adanya komunikasi menggunakan simbol-simbol tertentu. Simbol yang paling umum
digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah
simbol yang disampaikan harus dipahami oleh pihak-pihak yang berkomunikasi agar
komunikasi tersebut berjalan lancar.
Dalam interaksi sosial juga ada dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Hal ini berarti dalam setiap interaksi sosial ada konteks waktu yang menentukan batasan dari
interaksi tersebut.
Adanya tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat menentukan apakah interaksi akan
mengarah kepada kerja sama atau mengarah kepada pertentangan.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Asosiatif
a. Kerja sama
b. Akomodasi
c. Akulturasi
d. Asimilasi
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Disosiatif
a. Kompetisi
b. Kontravensi
c. Konflik sosial
3. Norma dan Nilai Sosial
Nilai Sosial Merupakan nilai yang tertanam di dalam masyarakat mengenai baik atau buruknya
suatu hal dan perilaku. Artinya, nilai menunjukkan ukuran masyarakat dalam menetapkan suatu
hal itu baik atau buruk. Pengertian ini tidak terbatas dengan yang di atas saja ya, Quipperian.
Beberapa ahli juga sudah berhasil merumuskan nilai sosial berdasarkan keilmuan dan
keahliannya masing-masing.
Pengertian Nilai Sosial Menurut Para Ahli
1. Robert M.Z. Lawang
Menurut Lawang, nilai sosial merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga dan
memengaruhi orang yang memiliki nilai tersebut.
2. Kimball Young
Young berpendapat bahwa nilai sosial merupakan asumsi abstrak yang sering tidak disadari apa
yang baik, benar, dan dianggap penting dalam masyarakat.
3. A.W. Green
Green berpendapat bahwa nilai sosial merupakan kesadaran yang secara efektif berlangsung
disertai emosi terhadap ide, objek, dan individu.
4. Claudia Wood
Menurut Claudia, nilai sosial adalah petunjuk umum yang sudah berlangsung sejak lama hingga
akhirnya mampu mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Clyde Kluckhohn
Nilai sosial berkaitan dengan kebudayaan masyarakat. Setiap masyarakat memiliki nilai tertentu
mengenai sesuatu.
6. Koentjaraningrat