Anda di halaman 1dari 4

GAGAL JANTUNG KRONIK

PENGERTIAN

Gagal jantung kronik merupakan sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan fungsi atau
structural jantung yang mengganggu kemampuan jantung untuk berfungsi sebagai pompa.

DIAGNOSIS

Anamnesis; Dispnea d’wffort, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, lemas, anoreksia, dan
mual, gangguan mental pada usia tua.

Pemeriksaan fisik; Takikardia, gallop bunyi jantung ketiga, peningkatan tekanan vena jugularis,
refluks hepatojugular, pulsus alternans, kardiomegali, rokhi basah halus di basal paru, dan bisa
meluas di kedua lapang paru bila gagal jantung berat, edema pretibial pada pasien yg rawat
jalan, edema sacral pada tirah baring. Efusi pleura, lebih sering pada paru kanan daripada paru
kiri. Asites sering terjadi pada pasien dengan penyakit katup mitral dan pericarditis konstriktif,
hepatomegaly, nyeri tekan, dapat diraba pulsasi hati yang berhubungan dengan hioertensi vena
sistemik, icterus, berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk bilirubin, ekstremitas dingin,
pucat dan berkeringat.

KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria Framingham : Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit satu kriteria mayor dan
dua kriteria minor.

Kriteria Mayor Kriteria Minor


Paroxysmal nocturnal dyspnea Edema ekstremitas
Distensi vena-vena leher Batuk malam
Peningkatan vena jugularis Sesak pada aktivitas
Ronki Hepatomegaly
Kardiomegali Efusi pleura
Edema paru akut Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
Gallop bunyi jantung III Takikardia (> 120 denyut per menit)
Refluks hepatojugular positif
Mayor atau minor

Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 5 hari terapi


DIAGNOSIS BANDING

 Penyakit paru : pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi paru berat misalnya
ARDS, emboli paru
 Penyakit ginjal : gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
 Penyakit hati ; sirosis hepatis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Penunjang

 Foto roentgen dada : Pembesaran jantung, distensi vena pulmonalis dan redistribusinya
ke apeks paru (opasifikasi hilus paru bisa sampai ke apeks), peningkatan tekanan vaslu;ar
pulmonary, kadang-kadang ditemukan efusi pleura
 EKG : membantu menunjukkan etiologi gagal jantung (infark, iskemia, hipertrofi, dan
lain-lain) Dapat ditemukan low voltage, T inversi, QS, depresi ST, dan lain-lain.

Laboratorium

 Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit), hemoglobin, tes fungsi
tiroid, tes fungsi hati, dan lipid darah.
 Urinalisis untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria.

Ekokardiografi

Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang fungsi dan struktur jantung,
katup dan perikard. Dapat ditemukan fraksi ejeksi yang rendah < 35-40% atau normal, kelainan
katup (stenosis mitral, regurgitasi mitral, stenosis tricuspid atau regurgitasi tricuspid), hipertrofi
ventrikel kiri, dilatasi atrium kiri, kadang-kadng ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau atrium
kanan, efusi perikard, tamponade, atau pericarditis.

TERAPI

Non farmakologi

1. Anjuran umum:
 Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
 Aktivitas sosiial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti biasa.
Sesuaikan kemampuan fisisk dengan profesi yang masih bisa dilakukan.
 Gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang,
 Vaksinasi terhadap infeksi influenza dan pneumonia bila mampu
 Kontrasepsi dengan IUD pada gagal jantung sedang dan berat, penggunaan
hormon dosis rendah masih dapat dianjurkan.
2. Tindakan umum:
 Diet (hindarkan obesitas, rendah karam 2 g pada gagal jantung ringan dan 1 g
pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5
liter pada gagal jantung ringan.
 Hentikan rokok
 Hentikan alcohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari pada yang lainnya
 Aktivitas fisik 9latihan jamani : jalan 3-5 kali/mimggu selama 20-30 menit atau
sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut
jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang)
 Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut.
3. Farmakologi :
 Diuretik. Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling sedikit
regular dosis rendah tujuan untuk mencapai tekanan vena jugularis normal dan
menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan loop diuretic atau tiazid. Bila
respon tidak cukup baik dosis diuretic dapat dinaikkan, berikan diuretic intravne,
atau kombinasi loop diuretic dan tiazid. Diuretic hemat kalium, spironolakton,
dengan dosis 25-50 mg/hari dapat mengurangi mortalitas pada pasien dengan
gagal jantung sedang sampai berat (klas fungsional IV) yang disebabkan gagal
jantung sistolik.
 Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal, dan pada
gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai
dengan dosis rendah, dititrasi selama beberapa minggu sampai dosis yang efektif.
 Penyekat beta bermanfaat sama seperti oenghambat ACE. Pemberian mulai dosis
kecil, kemudian dititrasi selama beberapa minggu dengan control ketat sindrom
gagal jantung. Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung
klas fungsional II dan III. Penyekat beta yang digunakan carvedilol, bisoprolol
atau metiprolol. Biasa digunakan bersama-sama dengan penghambat ACE dan
diuretic.
 Angiotensi II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada kontraindikasi
penggunaan penghambat ACE.
 Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung disfungsi
sistolik ventrikel kiri dan terutama yang dengan fibrilasi atrial, digunakan
bersama-sama diuretic, penghambat ACE, penyakit beta.
 Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk pencegahan emboli
serebral pada penderita dengan fibrilasi atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk.
Antikoagulan perlu diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat
emboli, thrombosis, dan TIA, thrombus intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
 Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasieen yang asimptomatik atau
aritmia ventrikel yang tidak menetap. Antiaritmia klas I harus dihindari keculai
pada aritmia yang mengancam nyawa. Antiaritmia klas III terutama amiodaron
dapat digunakan untuk terapi aritmia trial dan tidak digunakan untuk mencegah
kematian mendadak.
 Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan kalsium antagonis unyuk
mengobati angina atau hipertensi pada gagal jantung.

KOMPLIKASI

Syok kardiogenik , infeksi paru, gangguan keseimbangan elektrolit

PROGNOSIS

Tergantung klas fungsionalnya.

Anda mungkin juga menyukai