Anda di halaman 1dari 9

Tenangkan Hatimu, Roda Kehidupan Terus

Berputar !

Hidup adalah sebuah perjalanan. Ia tak pernah lepas dari 2 kondisi, apakah angin
sedang berpihak kepada kita atau angin sedang berpihak kepada orang lain. Roda
nasib selalu berputar, tidak ada yang selalu diatas dan tiada pula yang selalu
dibawah.
ُ ‫اس َولِ َي ْعلَ َم هّللا ُ الَّذِينَ آ َم ُنو ْا َو َي َّت ِخ َذ مِن ُك ْم‬
‫ش َهدَ اء‬ ِ َ‫ح ِّم ْثلُ ُه َوتِ ْل َك األ َّيا ُم ُند‬
ِ ‫اولُ َها َب ْينَ ال َّن‬ ٌ ‫س ا ْل َق ْو َم َق ْر‬
َّ ‫ح َف َقدْ َم‬
ٌ ‫س ْس ُك ْم َق ْر‬
َ ‫إِن َي ْم‬
١٤٠- َ‫ِب الظالِمِين‬ َّ ‫هّللا‬
ُّ ‫ َو ُ الَ ُيح‬-
“Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badr)
mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami Pergilirkan
di antara manusia.” (QS.Ali Imran: 140)
Hidup tak pernah lepas dari tawa dan tangis, sedih dan bahagia. Imam Ali bin Abi
tholib pernah berpesan,

Masa ini terbagi menjadi 2 hari. Hari keberuntungan dan hari naas bagimu.
Disaat hari sedang berpihak kepadamu maka bersyukurlah
Dan disaat hari sedang tidak berpihak padamu maka bersabarlah
Karena itu bekal terpenting dalam menjalani hidup adalah banyak bersyukur
dan banyak bersabar. Tidak cukup hanya sesekali bersyukur dan bersabar. Dalam
Al-Qur’an Allah menggandengan sifat sabar dan syukur sebanyak 4 kali, itupun
dengan Sighoh Mubalaghoh yang bermakna sangat bersabar dan sangat bersyukur.
ٍ ‫ش ُك‬
٥- ‫ور‬ َ ‫ار‬
ٍ ‫ص َّب‬ ٍ ‫إِنَّ فِي َذلِ َك آل َيا‬-
َ ِّ ‫ت لِّ ُكل‬
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap
orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS.Ibrahim: 5 – Luqman: 31 – Saba’: 19 – As-
Syura: 33)
 

Pengulangan ayat yang menggandengkan sabar dan syukur ini ingin menjelaskan
bahwa inilah hakikat dunia ditengah roda nasib yang selalu berputar. Dan kuncinya
adalah,

Jangan bersedih ketika mendapat musibah karena banyak orang yang musibahnya
lebih berat
Jangan bersedih jika ada orang lain yang sukses, kita pun juga bisa meraihnya
Dan jangan lupa untuk bersyukur atas nikmat Allah yang tak terhitung lagi jumlahnya
Karena roda atasmu akan segera datang pada waktunya
Meraih Berkah Menjadi Pebisnis
Muda

 Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  Follow on TwitterSend an emailMay 20, 2010


22 13,577 6 minutes read

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik hingga akhir zaman.
Jadi pebisnis muda tidak terlalu sulit amat. Ada yang katakan, bermodal tekad dan nekad
pun jadi. Namun kebanyakan orang yang menerjuni dunia bisnis, kadang tidak mengerti
aturan. Norma-norma agama di dalamnya tidak diindahkan dan tidak berusaha untuk
dipelajari. Itulah terkadang rizki yang diperoleh menjadi tidak berkah. Padahal jika
seorang pebisnis muda lebih tahu aturan, Allah akan senantiasa menurunkan keberkahan
pada rizkinya.

Berdagang, Pekerjaan Penuh Berkah


Menjadi pegawai ataukah pebisnis? Sebenarnya keduanya sama-sama baiknya, jika
memang dijalani dengan sama-sama amanat dan mengikuti aturan agama.

Namun, perlu diketahui bahwa mengais rizki dalam dunia dagang, dikatakan oleh
sebagian ulama sebagai mata pencari yang paling utama. Sebagaimana hal ini
disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Rafi’ bin Khadij dia
berkata,

ْ ‫ب َأ‬
ٍ ‫طيَبُ َقا َل « عَ َم ُل الرَّ ُج ِل ِبيَ ِد ِه وَ ُك ُّل بَي ٍْع َمب‬
» ‫ْرُور‬ ُّ ‫ِقي َل يَا رَ سُو َل اللَّ ِه َأ‬
ِ ْ‫ى ا ْل َكس‬
“Ada yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, mata
pencaharian apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki
dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad, Ath
Thobroni, dan Al Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Di antara hal yang menunjukkan keutamaan perniagaan adalah penegasan langsung dari
Allah dalam Al Qur’an mengenai halalnya perniagaan. Allah Ta’ala berfirman,

‫وَ َأ َح َّل اللَّ ُه ا ْلبَيْعَ وَ َح َّر َم ال ِّربَا‬


“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al Baqarah:
275)
Hal lain yang menunjukkan keutamaan perniagaan adalah do’a Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam kepada setiap penjula dan pembeli yang senantiasa memudahkan orang lain
dalam perniagaannya.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫ وَ ِإ َذا ا ْقتَضَ ى‬، ‫اشتَرَ ى‬ َ ‫رَ ِح َم اللَّ ُه رَ ُجالً سَمْ ًحا ِإ َذا ب‬
ْ ‫ وَ ِإ َذا‬، ‫َاع‬
“Semoga Allah merahmati seseorang yang bersikap mudah ketika menjual, ketika
membeli dan ketika menagih haknya (utangnya).” (HR. Bukhari no. 2076)
Yang dimaksud dengan “setiap jual beli yang mabrur (diberkahi)” adalah setiap jual beli
yang diberi pahala di dalamnya atau secara syar’i, jual beli tersebut adalah jual beli yang
sah, tidak ada penipuan di dalamnya, tidak ada khianat dan di dalamnya terdapat
kemanfaatan bagi orang banyak dengan menyediakan hal-hal yang mereka butuhkan.
Demikian dijelaskan oleh Al Munawi.[1]
Keberkahan Diraih Tentu Saja dengan Mengikuti Aturan Syari’at
Bisnis yang berkah tentu saja bukan dengan asal-asalan dalam berdagang tanpa
mengetahui aturan yang berlaku dari Allah dan Rasul-Nya. Sangat mustahil keberkahan
itu diraih, namun seseorang tidak memahami aturan jual beli dalam syari’at Islam. Tentu
saja aturan-aturan mesti dipelajari dan dipahami sebelum seseorang terjun ke dunia
bisnis. Tujuannya adalah agar seseorang tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang
oleh agama.

Sejak masa salaf dahulu (masa keemasan Islam), orang-orang mulia kala itu telah
mewanti-wanti, pahami dahulu tentang hal-hal yang dilarang dalam jual beli sebelum
berdagang. Misalnya, bila seseorang tidak memahami apa itu riba, dia akan menuai
bahaya yang besar. ‘Ali bin Abi Tholib mengatakan,

‫ه ارْ تَط َ َم ِفي ال ِّربَا ثُ َّم ارْ تَط َ َم ثُ َّم ارْ تَط َ َم‬nَ ‫مَنْ ات ََّجرَ َق ْب َل َأنْ يَتَ َف َّق‬
“Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti
akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus
menerus terjerumus.”
Lihatlah pula apa kata ‘Umar bin Khottob radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata,
َ
ِ ‫اَل يَتَّ ِجرْ ِفي سُو ِقنَا إاَّل مَنْ َف ِق َه أ ْك َل‬
‫الرّ بَا‬
“Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk
beluk riba.”[2]
Intinya di sini, seseorang yang hendak menerjuni dunia bisnis, ia harus mengetahui
aturan-aturan yang ada. Hukum asal berbagai bentuk jual beli itu dibolehkan. Oleh
karena itu, yang perlu sangat diketahui adalah apa saja bentuk jual beli yang terlarang.
Itulah yang menyebabkan dua khulafaur rosyidin yang mulia memerintahkan para
pedagang untuk memahami dulu apa itu riba. Karena jual beli yang mengandung riba
adalah salah satu jual beli yang terlarang. Hal ini mesti dipelajari lebih dulu agar
seseorang tidak terjerumus di dalamnya.

Sudah seharusnya setiap pebisnis menjadikan ilmu di depan segala amalnya.

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

‫ال ِع ْل ُم ِإمَا ُم ال َع َم ِل وَ ال َع َم ُل تَ ِاب ُع ُه‬


“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.”[3]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  pun bersabda,
ِ ‫مَنْ ي ُِر ِد اللَّ ُه ِب ِه خَ يْرً ا يُ َف ِّق ْه ُه ِفى ال ِّد‬
‫ين‬
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan
memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Setiap orang yang Allah menghendaki
kebaikan padanya pasti akan diberi kepahaman dalam masalah agama. Sedangkan
orang yang tidak diberikan kepahaman dalam agama, tentu Allah tidak menginginkan
kebaikan dan bagusnya agama pada dirinya.”[4] Ini berarti jika ingin diberi kebaikan dan
keberkahan dalam bisnis, kuasailah berbagai hal yang berkaitan dengan hukum dagang.
Ilmu Apa Saja yang Mesti Dikuasai Seorang Pebisnis?
Intinya, seorang pebisnis haruslah memiliki aqidah dan keyakinan yang benar. Itulah
prinsip utama yang harus ia pegang. Jika aqidahnya rusak, bagaimana mungkin amalan
lainnya bisa baik dan bisa diterima di sisi Allah? Jadi inilah yang harus seorang pedagang
ilmui dan jangan sampai disampingkan. Kemudian setelah itu adalah ilmu yang ia
butuhkan untuk menjalankan ibadah setiap harinya, yaitu tentang wudhu, mandi wajib,
shalat, dan sebagainya.

Lalu yang penting ia kuasai lagi adalah ilmu yang berkaitan dengan fiqih muamalah agar
perdagangan atau bisnis yang ia jalankan tidak sampai membuatnya terjerumus dalam
perkara yang haram.

Di antara sebab yang membuat bisnis atau perdagangan menjadi haram adalah apabila
di dalamnya ada lima perkara ini:

[1] adanya ghoror (ketidak jelasan, semisal dalam upah atau barang yang dijual) dan
inilah yang banyak ditemukan dalam berbagai jual beli yang terlarang, di antaranya
adalah jual beli sistem ijon;

[2] ada unsur riba,  semisal jual beli kredit segitiga antara pembeli, dealer dan lembaga
perkreditan;

[3] ada unsur khida’ (pengelabuan) seperti jual beli najsy, yaitu seseorang pura-pura
menawar untuk meninggikan harga barang namun tidak maksud membeli namun ingin
membahayakan dan mengelabui pembeli yang lain,

[4] merugikan orang banyak seperti menimbun barang,

[5] jual beli barang haram (seperti jual beli darah, anjing, bangkai, minuman keras) atau
untuk tujuan yang haram (seperti tembakau untuk dijadikan rokok).
Inilah sebab suatu akad jual beli menjadi haram. Inilah yang mesti diilmui oleh seorang
pebisnis agar ia tidak terjerumus dalam perniagaan yang tidak diberkahi.

Bekal Lain untuk Pebisnis Muslim


Hal-hal lain yang bisa menjadi bekal adalah sebagai berikut.

Pertama: Menjadikan bisnis bernilai pahala.


Dengan niat yang benar perbuatan mubah semisal jual beli bisa berubah menjadi
bernilai pahala. Sehingga seluruh sisi kehidupan seorang muslim bernilai ibadah dan
ketaatan. An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya perbuatan mubah, jika
dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, maka dia akan
berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran).”[5]
Niat yang benar dalam hal ini adalah menginginkan kebaikan untuk diri sendiri dan
orang lain. Niat baik untuk diri sendiri berupa menjaga diri dari kengkomsumsi harta
yang haram, menjaga kehormatan sehingga tidak meminta-minta, menguatkan diri
sehingga bisa melakukan ketaatan kepada Allah, menjaga jalinan silaturahmi, berbuat
baik dengan kerabat dan niat-niat baik yang lain.

Niat baik untuk orang lain berupa ikut berperan serta memenuhi hajat hidup orang
banyak yang merupakan suatu hal yang bernilai fardhu kifayah, membuka lapangan kerja
untuk orang lain, berperan serta untuk membebaskan umat dari sikap bergantung
kepada orang lain dan lain-lain.

Niat adalah perdagangan orang-orang yang berilmu. Artinya nilai sebuah amal bisa
berlipat ganda disebabkan pelakunya menyatukan beberapa niat baik dalam waktu yang
bersamaan. Sungguh itu adalah suatu yang mudah bagi orang yang Allah mudahkan.

Kedua: Milikilah akhlak yang luhur


Di antara akhlak luhur yang sangat diperlukan dalam dunia bisnis adalah jujur, amanah,
qana’ah, memenuhi janji, menagih hutang dengan bijak, memberi tempo untuk orang
yang kesulitan melunasi hutangnya, memaafkan kesalahan orang lain, menunaikan
kewajiban, tidak menipu dan tidak menunda-nunda pelunasan hutang.

Akhlak luhur adalah tiang penegak urusan agama dan dunia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam diutus dengan misi menyempurnakan akhlak mulia. Orang yang paling baik
akhlaknya adalah orang yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cintai dan tempat
duduknya paling dekat dengan beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
‫اسنَ ُك ْم َأخْ الَ ًقا‬
ِ ‫ى وَ َأ ْقرَ ِب ُك ْم ِم ِنّى م َْج ِلسًا يَوْ َم ا ْل ِقيَا َم ِة َأ َح‬
َّ َ‫ِإنَّ ِمنْ َأ َح ِبّ ُك ْم ِإل‬
“Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih
dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang bagus akhlaqnya.” (HR. Tirmidzi no.
2018, shahih)
Ringkasnya akhlak yang luhur itu memborong semua kebaikan baik dunia maupun
akhirat. Akhlak luhur yang dimiliki oleh para pedagang memiliki pengaruh yang besar
untuk menyebarkan Islam di berbagai daerah di Asia dan Afrika.

Ketiga: Tunaikanlah kewajiban harta.


Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َأعْ طُوا األَ ِجيرَ َأ ْجرَ ُه َق ْب َل َأنْ يَ ِجفَّ عَ رَ ُق ُه‬
“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah,
shahih).
Kewajiban yang paling penting adalah kewajiban terhadap Allah dalam harta para orang
kaya. Itulah zakat, setelah itu adalah sedekah dan berbagai sumbangan sosial.

Keempat: Tidak memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar
Allah Ta’ala berfirman,
ٍ َ‫َاط ِل ِإاَّل َأنْ تَ ُكونَ ِت َجارَ ًة عَ نْ تَر‬
‫اض‬ ِ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اَل تَ ْأ ُكلُوا َأمْ وَ الَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْلب‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu.” (QS An Nisa’: 29)
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hamba-Nya yaitu orang-orang yang beriman
untuk memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar yaitu berbagai cara
mendapatkan harta yang terlarang semisal riba, judi, suap dan berbagai perbuatan yang
menimbulkan permusuhan dan memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar.

Semoga Allah selalu mendatangkan keberkahan bagi usaha dan setiap langkah kita
untuk menggapai ridho-Nya.
4 Tips Berdagang ala Rasulullah agar
Usaha Semakin Laris dan Berkah
Munculnya pandemi COVID-19 menimbulkan banyak perubahan,
termasuk pula di sektor perekonomian. Banyaknya karyawan yang terkena
PHK membuat mereka memutar otak dengan beralih menjadi pedagang
kecil-kecilan demi memenuhi kebutuhan hidup. Di samping itu, beberapa
pengusaha kecil dan menengah pun masih berjuang untuk
mempertahankan dagangannya.

Nabi Muhammad SAW dalam satu hadist yang diriwayatkan Baihaqi,


menyatakan salah satu pekerjaan yang dianjurkan untuk dilakukan
umatnya adalah berdagang. “Sesungguhnya sebaik-baiknya usaha adalah
usaha berdagang.”

Tuntunan Rasulullah ini bisa menjadi teladan bagi kita yang mungkin baru
memulai berdagang. Meski demikian, ada baiknya kita memperhatikan
terlebih dahulu seperti apa Rasulullah berdagang pada saat itu. Mulai dari
sikap yang ditunjukkan saat berdagang hingga cara Rasul mengatur
dagangannya. Selengkapnya, berikut tips berdagang ala Nabi Muhammad
SAW yang telah kumparanWOMAN rangkum.

Bersikap jujur

Rasulullah SAW dikenal dengan kejujurannya termasuk dalam berdagang.


Beliau tidak pernah mengurangi takaran pada dagangannya, malah
menambahkannya agar pembeli senang dengan pelayanannya.

Kelebihan dan kekurangan kondisi barang dagangannya pun selalu beliau


katakan pada pembeli. Sampai akhirnya Rasulullah diberikan julukan Al-
Amin artinya seseorang yang dapat dipercaya.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah bersabda,


“Sesungguhnya para pedagang (pengusaha) akan dibangkitkan pada hari
kiamat sebagai para penjahat kecuali pedagang yang bertakwa kepada
Allah, berbuat baik dan jujur.”

Menjual barang dagangan dengan kualitas bagus

Rasulullah tidak pernah menjual barang yang cacat karena akan


merugikan pembeli. Karena itu, Rasulullah selalu menjaga kualitas barang
dagangannya. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ibn Majah, Uqbah
bin Amir pernah mendengar Rasulullah berkata, “seorang muslim adalah
saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk
menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia
jelaskan. (HR. Ibn Majah).
Ambil keuntungan sewajarnya

Tentu saja pedagang mengharapkan untung dalam usahanya. Namun,


tidak jarang ada pedagang yang mengambil keuntungan atau laba tinggi
tanpa memikirkan pembeli.

Semasa berdagang, Nabi Muhammad memberitahu modalnya dengan jujur


ketika ditanya pembeli. Sebab, cara berdagang Rasulullah tidak hanya
semata untuk materi, tapi juga untuk mendapat berkah Allah SWT.

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki


keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan
barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
kebahagiaan pun di akhirat .” (QS. Asy-Syuraa: 20)

Tidak mudah putus asa

Sikap ini sangat diperlukan saat menjalankan usaha apapun, termasuk


berdagang. Seorang pedagang tidak akan berhasil jika mudah putus asa.
Perlu diingat, dalam setiap usaha selalu membutuhkan proses. Apalagi
dalam perjalanannya, beberapa hambatan bisa saja menghadang kita.

Begitu pula dengan berdagang. Mungkin kita butuh waktu panjang untuk
mendapat keuntungan yang baik dan cukup secara materi. Yang perlu
diingat adalah terus berusaha dan tidak gampang putus asa. Apalagi Allah
sudah menjanjikan nikmat dan rahmat bagi hambanya yang terus
berusaha.
“...Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)

Anda mungkin juga menyukai