Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ratnasari Hidayati, S.

T
Angkatan : 5 (Lima)
NDH : 6 (Enam)
Instansi : Dinas PUPR Kabupaten Bintan
Nama Mentor : Deddy Christian, SST.,M.Si
Jabatan Mentor : Sekretaris Dinas PUPR Kabupaten Bintan

TUGAS INDIVIDUAL CORE ISU


IDENTIFIKASI DAN DESKRIPSI ISU MANAJEMEN ASN, WHOLE OF
GOVERNMENT DAN PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik kroupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan akan selalu tersedia sumber daya
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang unggu selaras dengan perkembangaan jaman.
Whole of Goverment adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan upaya kolabarotif
dari instansi pemerintah untuk menjadi satu kesatuan menuju tujuan bersama, sebagai
bentuk kolaborasi dan kerjasama antar instansi, dimana sema instansi pemerintah menjadi
actor pelayanan dalam menyelesaikan suatu masalah dalam pelayanan.
Sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, disebutkan bahwa Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan penyelengara pelayanan publik. Berbagai literature terkait administrasi
publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah partisipatif, transparan, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah,
efektif dan efeisien , akesible, akuntabel dan adil.
II. TEKNIK ANALISIS ISU
Penetapan Isu dilakukan dengan metode environmental scanning dimana isu diidentifikasi
melalui proses obeservasi serta analisa tugas dan fungsi fokokdi unit kerja. Dari ebeberapa
isu yang didapatkan , dilakukan penapisan isu untuk menentukan Core Issue yang akan
diangkat untuk menjadi isu utama dalam setiap aspek, yaitu menggunakan Metode Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, Kelayakan (APKL). Metode APKL merupakansalah satu
metode yang digunakan untuk menguji kelayakan suatu isu untuk dicarikan solusinya
dalam kegiatan aktualisasi. Metode APKL ini menggunakan teknik scoring dalam
penetapan prioritas isu. Penetapan nilai setiap isu didasarkan secara objektif oleh penulis
selaku pegawai dalam instansi tersebut. Analisa APKL menggunakan rentang nilai berupa

1
matriks skor yaitu 1-5, yang menandakan bahwa semakin tinggi skor berarti isu tersebut
bersifat mendesak untuk segera dicari penyelesaiannya.

No Isu/Permasalahan A P K L Total
Menurunnya kesadaran pegawai dalam kedisiplihan kehadiran
1 5 4 3 4 16
dan tata tertib berpakaian di lingkungan kantor
2 Kurangnya pembaharuan kualitas SISDA dan dokumen 4 3 4 3 14
Rendahnya kegiatan pelatihan dan pengembangan
3 5 5 4 4 18
kompetensi
Kurang terintegrasi hubungan BKPSDM dengan Dinas PUPR
4 4 3 4 3 14
terkait kebutuhan pegawai
Kurang koordinasi UPTAM DPUPR dengan BWS Sumatera IV
5 4 4 4 4 16
terkait ketersediaan air yang ada kabupaten Bintan
Belum terciptanyan hubungan antara DPUPR dengan
6 4 3 4 4 15
BPDASHL terkait data sungai dan DAS
7 Kuantitas pegawai yang masih kurang 4 4 3 4 15

8 Kurangnya kualitas pegawai dalam memberikan infomasi 4 4 5 4 17

9 Belum optimalnya sistem informasi dan teknologi di DPUPR 4 4 4 4 16

Selanjutnya setelah ditetapak isu berdasarkan metode APKL, permasalahn tersebut dijabarkan dalam
teknik analisi Fishbone seperti terlampir dalam gambar berikut :

POWER METHOD
ED
Motivasi/kesadaran
Pegawai yang
diri yang rendah
mengikuti pelatihan
untuk meningkatkan AKIBAT
tidak sesuai
potensi diri
Rendahnya
Pelatihan dan
Pengembangan
Kompetensi bagi
Kurang tranparansi Menggunakan Media
Pegawai
informasi terkait Zoom Meeting
Diklat/bimtek/pelatihan sehingga mengurangi
keseriusan pegawai
dalam mengikutinya

MATERIAL MACHINE
D
Gambar 1. Teknik Analisis Fishbone

2
Berdasarkan analisis isu dengan metode Fishbone, dapat diketahui penyebab rendahnya
pelatihan dan pengembangan kompetensi di lingkungan Dinas PUPR. Adapun dampak
Rendahnya pelatihan dan pengembangan kompetensi ini memilik keterkaitan antara
keseluruhan isu yang telah disebutkan diatas, salah satu dampaknya adalah menyebabkan
menurunnya kualitas pegawai yang kompeten sesuai bidang keahliannya dan tidak
terbentuknya kerjasama antar instansi lain. Membentuk kerjasama antar instansi
merupakan salah cara berbagi ilmu dan membangun relasi antar instansi. Menurunnya
kualitas pegawai mempengaruhi dalam kesadaran akan tanggung jawab, disiplin, kreatif
serta kurang inovatif pegawai dalam meningkatkan kinerja seperti tidak lengkapnya data
teknis maupun pendukung, dokumen-dokumen tidak tersusun rapi dan terarsip dengan
baik serta mempengaruhi dalam kurangnya penyampaian informasi publik.

III. REKOMENDASI PENYELESAIAN


Pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemapuan teknis, teoritis,
konseptual, moral pegawai sesuai dengan kebutuhan jabatan. Pengembanagan didsarkan
pada fakta bahwa seorang pegawai membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian dan
kemampuan berkembang supaya bekerja dengan baik dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut adalah :
a. Informasi terkait Pelatihan/Diklat/Bimbingan Teknis yang bertujuan untuk
pengembangan pegawai agar diinformasikan dengan tranparan
b. Dinas PUPR melakukan koordinasi dengan Kementerian PUPR ataupun Dinas
PUPP Provinsi Kepulauan Riau agar mengetahui informasi terkait pelatihan
pengembangan kompetensi agar dapat diikuti pegawai DPUPR
c. Memberikan sanksi bagi peserta yang tidak bersedia untuk mengikuti pelatihan

Anda mungkin juga menyukai