Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

Asma pada Anak


Disusun untuk memenuhi syarat kelengkapan program dokter internsip

Disusun oleh:

dr. Josephine Claudia Sirait

Pembimbing:

dr. Catur P, Sp.A

Pendamping:

dr. Alberti Shintya Sari

dr. Vidi Prasetyo Utomo

RSU WONOLANGAN

KABUPATEN PROBOLINGGO

JAWA TIMUR

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkah-Nya sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Asma pada Anak” ini. Laporan kasus ini bertujuan untuk memenuhi
tugas program dokter internsip di RSU Wonolangan. Penyusunan laporan kasus
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada dokter pembimbing saya dr. Alberti Shintya Sari dan dr. Vidi
Prasetyo Utama serta seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan
laporan kasus ini. Semoga lapsus ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula
dalam penyusunan laporan kasus ini yang banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan guna penyempurnaan laporan kasus ini. Besar harapan penyusun,
semoga laporan kasus ini memberikan manfaat kepada semua pihak di bidang
kesehatan dan pada umumnya, serta khususnya bagi kami selaku dokter internsip.

Probolinggo, Juni 2020

Penyusun

2
BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. RPR

Umur : 3 tahun

Jenis kelamin : Lakilaki

Suku : Madura

Alamat : Banyuanyar

No. RM : 20021791

Tanggal Masuk : 3 Mei 2020

Tanggal Pemeriksaan : 3 Mei 2020

ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : Sesak napas

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari yang lalu. Sesak
napas membuat pasien lebih suka pada posisi duduk dibanding tiduran dan masih
bisa bicara meskipun tidak selancar saat tidak sesak. Sesak napas pasien juga
disertai bunyi “ngik-ngik”. Pasien sudah di uap kemarin pagi tapi sesak kembali
memberat kemarin malam.
Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 1 minggu yang lalu, batuk berdahak
tapi sulit keluar. Dahak berwarna putih. Demam (+) sejak 1 minggu yang lalu
namun tidak terlalu tinggi. Pilek (-). Pasien juga dikeluhkan muntah tiap kali
batuk. Badan lemas (+). Makan minum mau sedikit-sedikit. BAK dan BAB

3
normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi obat (-), alergi makanan (-), Asma (+).

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien punya riwayat asma.

e. Riwayat Penggunaan Obat

Pasien sudah di uap kemarin pagi di puskesmas hanya malam hari


kembali sesak.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Umum

Keadaan Umum : cukup


Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : (-)
Nadi : 145 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 30 x/menit
Temperatur : 38,00C (aksila)
Berat badan : 15 kg

Sat O2 : 89%  99% dengan NC

b. Status General
Kulit
Warna : normal
Turgor : cepat kembali
Ikterus : (-/-)
Anemia : (-/-)
Sianosis : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Tersebar rata, Sukar dicabut, Berwarna hitam.

4
Mata : Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
Conj.palpebra inf pucat (-/-), pupil isokor 3mm/3mm
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (-), gigi tanggal (-)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil T2/T2, hiperemi (-), detritus (-)
Faring : Hiperemi (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : normal
Kaku kuduk : (-)
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan dan belakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Pergerakan simetris

Retraksi : (-)

2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
- Redup (-/-)
4. Auskultasi

5
Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (+/+)

Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V midclavicularis Sinistra

Perkusi : Batas jantung atas : di ICS III Parasternal sinistra

Batas jantung kanan : di Linea Parasternalis Dekstra

Batas jantungkiri : di ICS V midclavicularis sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-), caput medusa -, kolateral prominen -

Palpasi : soepel, hepar dan lien dbN

Perkusi : timpani (+)

Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

Genetalia : dbN

Ekstremitas: eritema Palmaris -/-

Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior


Penilaian
Kanan Kiri Kanan Kiri

Edema - - - -
Icterus - - - -
Sianosis - - - -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (3 Mei 2020)


Darah lengkap (3 Mei 2020)

6
Jenis Hasil Nilai
Satuan
Pemeriksaan Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.50 g/dL 10.80-15.60
Eritrosit 4.95 106/ µL 3.70-5.70
Leukosit 7.80 103/ µL 4.50-13.50
Trombosit 460 103/ µL 181-521
MCV 76.20 fL 69-100
MCH 27.30 pg 26-38
SEROLOGI
Widal
S. typhi O negative negative
S. typhi H negative negative
S. paratyphi A negative negative
S. paratyphi B negative negative

RESUME
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang didapatkan
bahwa:
Anak laki - laki, 3 tahun dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari yang
lalu. Pasien lebih suka pada posisi duduk dibanding tiduran dan masih bisa bicara
meskipun tidak selancar saat tidak sesak. Sesak napas pasien juga disertai bunyi
“ngik-ngik”. Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 1 minggu yang lalu, batuk
berdahak tapi sulit keluar. Dahak berwarna putih. Demam (+) sejak 1 minggu
yang lalu namun tidak terlalu tinggi. Pasien juga dikeluhkan muntah tiap kali
batuk. Badan lemas (+).
Pemeriksaan fisik didapatkan nadi 145x/menit, RR 30 x/menit, suhu 38,0
C, wheezing (+/+).
Pemeriksaan lab dalam batas normal.

DIAGNOSIS AKHIR
Asma serangan ringan sedang, intermittent + ISPA

PENATALAKSANAAN

Terapi Awal di IGD (3 Mei 2020)


 Inf D5 ½ NS 1000cc/24 jam

7
 O2 nasal 3 lpm
 Nebul Ventolin 1x1,5 cc
 Inj. Pamol 1 x 150 mg
 Inj. Dexamethasone 1 x 2,5 mg
 Inj Ondansentron 1x1,5mg

Terapi di ruangan

Terapi ( 4 Mei 2020)

 Inf D5 ½ NS 1000cc/24 jam


 Nebul Ventolin 3x1,5 cc
 Inj. Pamol 3 x 150 mg
 Inj. Dexamethasone 2 x 2,5 mg
 Inj Ondansentron 1x1,5mg (prn)
 Sanadryl expt syr 3x cth 1

Terapi KRS (5 Mei 2020)


 Paracetamol syr 3x cth I
 Sanadryl syr 3x cth 1

3.8 PLANNING DIAGNOSTIK

Telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap

3.9 PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Dubia ad bonam

Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

8
Follow Up

9
An. RPR RM 20021791
Follow Up
LakiLaki / 3 tahun

Tanggal S/ sesak (-), batuk (+)  Inf D5 ½ NS 1000cc/24 jam


4/5/2020
 Nebul Ventolin 3x1,5 cc
O/
 Inj. Pamol 3 x 150 mg
N: 96x/m  Inj. Dexamethasone 2 x 2,5
mg
RR: 28x/m
 Inj Ondansentron 1x1,5mg
o
T: 36,5 C (prn)
 Sanadryl expt syr 3x cth 1
Pf/

mata: konj.anemis(-/-) sklera ikterik Planning diagnostik :


(-/-) (-)

Thorax: Planning monitoring :

I: simetris, VS, keluhan

P: SF kanan = SF kiri,

P: sonor/sonor,

A: Vs(+/+), Rh(-/-), Wh(+/+) minimal

Cor: S1 S2 tunggal, reguler, bising (-)

Abd:

I: flat

P: soepel, BU (+) N

P: timpani

A: peristaltik normal

Eks: Edema-

A/ Asma + ISPA

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa
batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan
atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini hari,
dan biasanya timbul jika ada pencetus. 4

2.2 Epidemiologi
Hasil penelitian menggunakan kuesioner ISAAC di beberapa kota
menunjukkan hasil yang cukup bervariasi. Prevalens berkisar antara 3% di
Bandung sampai 8% di Palembang pada kelompok usia 6-7 tahun.
Sedangkan pada kelompok 13-14 tahun kisaran antara 2,6% di Bandung
dan tertinggi di Subang 24,4%. Selain prevalens asma, penting pula untuk
mengetahui serangan asma tahun lalu, kunjungan ke gawat darurat, dan
perawatan rumah sakit. Menurut Martinez pada tahun 2001, serangan di

11
tahun sebelumnya dialami oleh 63,1% pasien yang didiagnosis asma,
angka ini tidak berubah di tahun 2001-2004. Untuk kunjungan ke gawat
darurat terjadi peningkatan antara tahun 1992 dan 1995 sebanyak 57,3
menjadi 71% per 100.000 orang. Setelah itu tidak jelas peningkatan yang
terjadi yaitu rata-rata 59,8% pada 2001 menjadi 68,0% pada tahun 2002.
4,5

Mortalitas penyakit asma meningkat dari tahun 1980 sampai 1995,


dari 14,3 menjadi 20,6 per juta. Sedangkan antara tahun 2000 sampai
2004 menurun dari 16,1 menjadi 12,8 per juta. Angka ini bukan hanya
anak tetapi asma keseluruhan.4

2.3 Etiologi dan Patogenesis


Serangan akut umumnya timbul akibat pajanan terhadap faktor
pencetus, seperti infeksi virus atau allergen. Selain itu, asma dapat pula
dicetuskan oleh cuaca dingin, kegiatan jasmani, GER, dan ketidakstabilan
emosi (psikis).6,7
Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan merangsang pengeluaran
IgE oleh sel plasma, yang kemudian akan menempel pada resetor dinding
sel mast. Pada pajanan berikutnya, allergen serupa akan menempel pada
sel mast yang sudah tersensitisasi. Sel mast akan mengalami degranulasi
dan mengeluarkan mediator kimia seperti histamine, leukotriene, platelet
activating factor, bradykinin, dan prostaglandin. Mediator kimia tersebut
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler (edema), peningkatan
sekresi mucus dan kontraksi otot polos bronkial. 6,7

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan umur :
 Asma bayi-baduta (bawah 2 tahun)
 Asma balita (bawah lima tahun)
 Asma usia sekolah (5-11tahun)
 Asma remaja (12-17 tahun)
Berdasarkan fenotip :

12
 Asma tercetus infeksi virus
 Asma tercetus aktivitas
 Asma tercetus allergen
 Asma terkait obesitas
 Asma dengan banyak pencetus
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala :
 Asma intermiten
 Asma persisten ringan
 Asma persisten sedang
 Asma persisten berat
Berdasarkan derajat beratnya serangan :
 Asma serangan ringan sedang
 Asma serangan berat
 Serangan asma dengan ancaman henti napas
Berdasarkan derajat kendalinya :
 Asma terkendali penuh
 Asma terkendali sebagian
 Asma tidak terkendali 4,8

2.5 Diagnosa
Anamnesis pada penegakan diagnosis asma sangatlah penting.
Beberapa hal yang harus ditanyakan antara lain :
 Batuk dana tau serangan mengi berulang
 Sering terganggu oleh batuk dana tau mengi dimalam hari
 Mengi dana tau batuk saat berolahraga
 Mengi, dada terasa berat dan batuk saat terpajan polutan /
allergen
 Apakah jika pilek membutuhkan >10hari untuk sembuh
 Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian obat anti
asma
 Pencetus yang spesifik

13
Pemeriksaan fisik umunya tidak didapatkan kelainan saat pasien tidak
mengalami serangan. Saat serangan dapat dijumpai sesak napas,
hiperinflasi dada, chest indrawing, ekspirasi memanjang dengan mengi
yang dapat didengar. Diagnosis asma pada bayi dan anak dibawah usia 5
tahun hanya berupa diagnosis klinis (penilaian hanya didasarkan pada
gejala dan pemeriksaan fisik, serta respon terhadap pengobatan). Hal
tersebut dikarenakan tes pemeriksaan fungsi paru tidak mungkin dilakukan
pada praktik sehari-hari usia ini. 6,8,9,10
Pemeriksaan penunjang pada asma dapat berupa pemeriksaan fungsi
paru : peak flow meter, spirometer. Adapun analisis gas darah juga dapat
dilakukan untuk mengetahui adanya asidosis respiratorik dan metabolic
bila serangan berat. Darah lengkap dan serum elektrolit berguna untuk
menyingkirkan ertiologi lain misalkan infeksi serta menilai beratnya
derajat asma. Foto rontgen thorax umunya tampak hiperaerasi dan dapat
dijumpai komplikasi berupa atelectasis, pneumothorax, dan
pneumomediastinum. 6,8,9,10

2.6 Tatalaksana
Tata laksana jangka panjang pada asma anak dibagi menjadi tata

laksana nonmedikamentosa dan tata laksana medikamentosa. Tata laksana

nonmedikamentosa berupa pengendalian lingkungan dan penghindaran

pencetus. Tata laksana asma adalah utuk mencapai dan mempertahankan

kendali asma serta menjamin tercapainya tumbuh kembang anak secara

optimal. Obat asma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obat

Pereda (reliever) dan obat pengendali (controller). Ada yang menyebut

obat Pereda sebagai obat pelega atau obat serangan. Obat ini digunakan

untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang timbul. Bila

serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemberian obat

14
dihentikan. 6,8,11,12

Obat pelega (reliever) dapat dibagi menjadi

 Golongan beta agonis kerja pendek (SABA)

Efek bronkodilator dapat dicapai dalam 30 menit apabila diberikan per

oral. Apabila diberikan secara inhalasi kerja cepat (<1 menit) efek

puncak dapat 10 menit. Penggunaan MDI dapat diberikan 2-4 semprot

pada asma ringan dan 6-10 semprot pada asma sedang. Pasien yang

tidak berespon dengan 2x inhalasi (nebulizer atau inhaler) pada

inhalasi ketiga ditambahkan ipratropium bromide.

 Golongan methylxanthine

Hanya diberikan pada serangan asma berat yang kurang atau tidak

respon terhadap pemberian kombinasi SAB dan anikolinergic.

 Golongan anticholinergic

Penggunaan kombinasi dengan SABA dapat memberikan hasil yang

lebih baik daripada pemberian masing-masing sendiri.

 Golongan kortikostreroid sistemik

Diberikan apabila terapi inisial SABA gagal mencapai perbaikan

klinis, atau serangan asma tetap terjadi walaupun sudah menggunakan

kortikosteroid inhalasi., atau serangan asma ringan dengan riwayat

serangan asma berat.

Obat pengendali (conntroler) dapat dibagi menjadi :

 Golongan Beta agonis kerja panjang (LABA)

 Golongan anti inflamasi steroid

 Golongan antiinflamasi non steroid (sodium kromogilat, nedokromil)

15
 Golongan antileukotrien

 Golongan teofilin lepas lambat 6,8,11,12

16
BAB III
SIMPULAN

Asma merupakan penyakit saluran respiratori kronik yang sering


dijumpai baik pada anak maupun dewasa. Pada saat terjadinya serangan, asma
merupaka suatu kegawatdaruratan medis yang harus ditangani segera karena
termasuk kegawatan pada airway dan breathing. Sampai saat ini belum ada
satupun alat atau baku emas yang dapat digunakan untuk mendiagnosis asma
pada anak dengan pasti maka dibutuhkan kepekaan tenaga medis untuk
mendiagnosis dan menangani secara tepat dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Global Initiative for Asthma. Global strategy for asthma management and
prevention. 2014.
2. Bateman ED,Jithoo A. Asthma and allergy, a global perspective. Allergy.
2007;62: 213-53.
3. Papadopoulos NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske
R, dkk. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy.
2012;67:976–97.
4. UKK Respirologi IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. IDAI. 2016.
5. Martinez FD. Links between pediatric and adult asthma. J Allergy Clin
Immunol. 2001;107: S449-55.
6. Pudjiaji AH, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). 2011.
7. Supriyatno B, Makmuri MS. Serangan asma akut. Dalam Rahajoe NN,
Suprayitno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I
cetakan 2. IDAI. 2010
8. Nataprawira, HMD. Diagnosis asma pada anak. Dalam Dalam Rahajoe NN,
Suprayitno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I
cetakan 2. IDAI. 2010
9. Sastroasmoro S. penyunting. Panduan pelayanan medis departemen kesehatan
anak RSCM Jakarta. 2007.
10. World Health Organization (WHO). Pelayanan Kesehatan anak di rumah
sakit, pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ kota.
2009.
11. Suprayitno B, Kaswandani N. Terapi inhalasi. Dalam Rahajoe NN, Suprayitno
B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I cetakan 2.
IDAI. 2010
12. Rahajoe N. Tatalaksana jangka panjang asma pada anak. Dalam Rahajoe NN,
Suprayitno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I
cetakan 2. IDAI. 2010
13. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kapita Selekta Kedokteran jilid I.
Edisi ke-4. 2014. Hal : 163-171.

Anda mungkin juga menyukai