Disusun oleh:
Pembimbing:
Pendamping:
RSU WONOLANGAN
KABUPATEN PROBOLINGGO
JAWA TIMUR
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkah-Nya sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Asma pada Anak” ini. Laporan kasus ini bertujuan untuk memenuhi
tugas program dokter internsip di RSU Wonolangan. Penyusunan laporan kasus
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada dokter pembimbing saya dr. Alberti Shintya Sari dan dr. Vidi
Prasetyo Utama serta seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan
laporan kasus ini. Semoga lapsus ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula
dalam penyusunan laporan kasus ini yang banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan guna penyempurnaan laporan kasus ini. Besar harapan penyusun,
semoga laporan kasus ini memberikan manfaat kepada semua pihak di bidang
kesehatan dan pada umumnya, serta khususnya bagi kami selaku dokter internsip.
Penyusun
2
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Umur : 3 tahun
Suku : Madura
Alamat : Banyuanyar
No. RM : 20021791
ANAMNESIS
3
normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Umum
b. Status General
Kulit
Warna : normal
Turgor : cepat kembali
Ikterus : (-/-)
Anemia : (-/-)
Sianosis : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Tersebar rata, Sukar dicabut, Berwarna hitam.
4
Mata : Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
Conj.palpebra inf pucat (-/-), pupil isokor 3mm/3mm
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (-), gigi tanggal (-)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil T2/T2, hiperemi (-), detritus (-)
Faring : Hiperemi (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : normal
Kaku kuduk : (-)
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan dan belakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Pergerakan simetris
Retraksi : (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
- Redup (-/-)
4. Auskultasi
5
Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
Jantung
Abdomen
Genetalia : dbN
Edema - - - -
Icterus - - - -
Sianosis - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
6
Jenis Hasil Nilai
Satuan
Pemeriksaan Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.50 g/dL 10.80-15.60
Eritrosit 4.95 106/ µL 3.70-5.70
Leukosit 7.80 103/ µL 4.50-13.50
Trombosit 460 103/ µL 181-521
MCV 76.20 fL 69-100
MCH 27.30 pg 26-38
SEROLOGI
Widal
S. typhi O negative negative
S. typhi H negative negative
S. paratyphi A negative negative
S. paratyphi B negative negative
RESUME
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang didapatkan
bahwa:
Anak laki - laki, 3 tahun dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari yang
lalu. Pasien lebih suka pada posisi duduk dibanding tiduran dan masih bisa bicara
meskipun tidak selancar saat tidak sesak. Sesak napas pasien juga disertai bunyi
“ngik-ngik”. Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 1 minggu yang lalu, batuk
berdahak tapi sulit keluar. Dahak berwarna putih. Demam (+) sejak 1 minggu
yang lalu namun tidak terlalu tinggi. Pasien juga dikeluhkan muntah tiap kali
batuk. Badan lemas (+).
Pemeriksaan fisik didapatkan nadi 145x/menit, RR 30 x/menit, suhu 38,0
C, wheezing (+/+).
Pemeriksaan lab dalam batas normal.
DIAGNOSIS AKHIR
Asma serangan ringan sedang, intermittent + ISPA
PENATALAKSANAAN
7
O2 nasal 3 lpm
Nebul Ventolin 1x1,5 cc
Inj. Pamol 1 x 150 mg
Inj. Dexamethasone 1 x 2,5 mg
Inj Ondansentron 1x1,5mg
Terapi di ruangan
3.9 PROGNOSIS
8
Follow Up
9
An. RPR RM 20021791
Follow Up
LakiLaki / 3 tahun
P: SF kanan = SF kiri,
P: sonor/sonor,
Abd:
I: flat
P: soepel, BU (+) N
P: timpani
A: peristaltik normal
Eks: Edema-
A/ Asma + ISPA
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa
batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan
atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini hari,
dan biasanya timbul jika ada pencetus. 4
2.2 Epidemiologi
Hasil penelitian menggunakan kuesioner ISAAC di beberapa kota
menunjukkan hasil yang cukup bervariasi. Prevalens berkisar antara 3% di
Bandung sampai 8% di Palembang pada kelompok usia 6-7 tahun.
Sedangkan pada kelompok 13-14 tahun kisaran antara 2,6% di Bandung
dan tertinggi di Subang 24,4%. Selain prevalens asma, penting pula untuk
mengetahui serangan asma tahun lalu, kunjungan ke gawat darurat, dan
perawatan rumah sakit. Menurut Martinez pada tahun 2001, serangan di
11
tahun sebelumnya dialami oleh 63,1% pasien yang didiagnosis asma,
angka ini tidak berubah di tahun 2001-2004. Untuk kunjungan ke gawat
darurat terjadi peningkatan antara tahun 1992 dan 1995 sebanyak 57,3
menjadi 71% per 100.000 orang. Setelah itu tidak jelas peningkatan yang
terjadi yaitu rata-rata 59,8% pada 2001 menjadi 68,0% pada tahun 2002.
4,5
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan umur :
Asma bayi-baduta (bawah 2 tahun)
Asma balita (bawah lima tahun)
Asma usia sekolah (5-11tahun)
Asma remaja (12-17 tahun)
Berdasarkan fenotip :
12
Asma tercetus infeksi virus
Asma tercetus aktivitas
Asma tercetus allergen
Asma terkait obesitas
Asma dengan banyak pencetus
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala :
Asma intermiten
Asma persisten ringan
Asma persisten sedang
Asma persisten berat
Berdasarkan derajat beratnya serangan :
Asma serangan ringan sedang
Asma serangan berat
Serangan asma dengan ancaman henti napas
Berdasarkan derajat kendalinya :
Asma terkendali penuh
Asma terkendali sebagian
Asma tidak terkendali 4,8
2.5 Diagnosa
Anamnesis pada penegakan diagnosis asma sangatlah penting.
Beberapa hal yang harus ditanyakan antara lain :
Batuk dana tau serangan mengi berulang
Sering terganggu oleh batuk dana tau mengi dimalam hari
Mengi dana tau batuk saat berolahraga
Mengi, dada terasa berat dan batuk saat terpajan polutan /
allergen
Apakah jika pilek membutuhkan >10hari untuk sembuh
Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian obat anti
asma
Pencetus yang spesifik
13
Pemeriksaan fisik umunya tidak didapatkan kelainan saat pasien tidak
mengalami serangan. Saat serangan dapat dijumpai sesak napas,
hiperinflasi dada, chest indrawing, ekspirasi memanjang dengan mengi
yang dapat didengar. Diagnosis asma pada bayi dan anak dibawah usia 5
tahun hanya berupa diagnosis klinis (penilaian hanya didasarkan pada
gejala dan pemeriksaan fisik, serta respon terhadap pengobatan). Hal
tersebut dikarenakan tes pemeriksaan fungsi paru tidak mungkin dilakukan
pada praktik sehari-hari usia ini. 6,8,9,10
Pemeriksaan penunjang pada asma dapat berupa pemeriksaan fungsi
paru : peak flow meter, spirometer. Adapun analisis gas darah juga dapat
dilakukan untuk mengetahui adanya asidosis respiratorik dan metabolic
bila serangan berat. Darah lengkap dan serum elektrolit berguna untuk
menyingkirkan ertiologi lain misalkan infeksi serta menilai beratnya
derajat asma. Foto rontgen thorax umunya tampak hiperaerasi dan dapat
dijumpai komplikasi berupa atelectasis, pneumothorax, dan
pneumomediastinum. 6,8,9,10
2.6 Tatalaksana
Tata laksana jangka panjang pada asma anak dibagi menjadi tata
optimal. Obat asma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obat
obat Pereda sebagai obat pelega atau obat serangan. Obat ini digunakan
untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang timbul. Bila
serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemberian obat
14
dihentikan. 6,8,11,12
oral. Apabila diberikan secara inhalasi kerja cepat (<1 menit) efek
pada asma ringan dan 6-10 semprot pada asma sedang. Pasien yang
Golongan methylxanthine
Hanya diberikan pada serangan asma berat yang kurang atau tidak
Golongan anticholinergic
15
Golongan antileukotrien
16
BAB III
SIMPULAN
1. Global Initiative for Asthma. Global strategy for asthma management and
prevention. 2014.
2. Bateman ED,Jithoo A. Asthma and allergy, a global perspective. Allergy.
2007;62: 213-53.
3. Papadopoulos NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske
R, dkk. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy.
2012;67:976–97.
4. UKK Respirologi IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. IDAI. 2016.
5. Martinez FD. Links between pediatric and adult asthma. J Allergy Clin
Immunol. 2001;107: S449-55.
6. Pudjiaji AH, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). 2011.
7. Supriyatno B, Makmuri MS. Serangan asma akut. Dalam Rahajoe NN,
Suprayitno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I
cetakan 2. IDAI. 2010
8. Nataprawira, HMD. Diagnosis asma pada anak. Dalam Dalam Rahajoe NN,
Suprayitno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I
cetakan 2. IDAI. 2010
9. Sastroasmoro S. penyunting. Panduan pelayanan medis departemen kesehatan
anak RSCM Jakarta. 2007.
10. World Health Organization (WHO). Pelayanan Kesehatan anak di rumah
sakit, pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ kota.
2009.
11. Suprayitno B, Kaswandani N. Terapi inhalasi. Dalam Rahajoe NN, Suprayitno
B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I cetakan 2.
IDAI. 2010
12. Rahajoe N. Tatalaksana jangka panjang asma pada anak. Dalam Rahajoe NN,
Suprayitno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I
cetakan 2. IDAI. 2010
13. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kapita Selekta Kedokteran jilid I.
Edisi ke-4. 2014. Hal : 163-171.