3190 6106 1 SM
3190 6106 1 SM
5
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2019
ABSTRAK
ABSTRACT
1. PENDAHULUAN
Saat beroperasi pada kapasitas rencana, bundaran dapat mengurangi tundaan ( delay)
karena kendaraan tidak harus berhenti total sebelum memasuki persimpangan. Namun perlu
diperhatikan ketika arus lalu lintas pada tiap pendekat tidak seimbang, tundaan pada
bundaran bisa saja terjadi.
Pada kondisi tertentu, bundaran dapat menimbulkan arus lalu lintas yang saling mengunci
jika pengemudi memasuki persimpangan tanpa memperhatikan kondisi kendaraan yang
tengah berada dalam bundaran. Selain itu pada arus lalu lintas yang lebih tinggi, perilaku
lalu lintas menjadi lebih agresif dan ada resiko besar bahwa bagian jalinan tersebut akan
terhalang oleh para pengemudi yang berebut masuk ruang terbatas pada area konflik (MKJI
1997).
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja persimpangan dengan pengendalian
bundaran yaitu kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian. Selain itu,
dilakukan analisis pengaruh arus lalu lintas terhadap kinerja bundaran.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Bundaran
Bundaran umumnya dipergunakan pada daerah perkotaan dan luar kota sebagai titik
pertemuan antara beberapa ruas jalan dengan tingkat arus lalu lintas sedang karena
mempunyai tingkat kecelakaan lalu lintas relatif lebih rendah dibandingkan jenis
persimpangan bersinyal maupun tak bersinyal (Departemen Pekerjaan Umum, 1997).
3. METODE PENELITIAN
kondisi eksisting di lapangan. Apabila nilai derajat kejenuhan > 0,75 berarti kondisi bundaran
dalam keadaan jenuh.
Pendekat/
[kend/j] [smp/j] [kend/j] [smp/j] [kend/j] [smp/j] [kend/j] [smp/j]
Gerakan
4.5.1 Kapasitas
Kapasitas bagian jalinan adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar dan faktor
penyesuaian (𝐹), dengan memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan sesungguhnya
terhadap kapasitas. Rekapitulasi nilai faktor kapasitas dasar dan faktor penyesuaian dapat
dilihat pada Tabel 4.
Rekapitulasi perhitungan kapasitas tiap bagian jalinan dapat dilihat pada Tabel 5.
Perhitungan kapasitas dapat dihitung seperti dalam Persamaan 1 sebagai berikut:
𝐶 = 135 * 𝑊𝑊 1.3 * (1+𝑊𝐸 /𝑊𝑊 )1.5 * (1-𝑃𝑊 /3)0.5 * (1+𝑊𝑊 /𝐿𝑊 )-1.8 * 𝐹𝐶𝑆 * 𝐹𝑅𝑆𝑈 … (1)
= (1.792,365) * (3,735) * (0,843) * (0,732) * (0,94) * (0,9362)
= 3.635,4 smp/jam ~ 3.636 smp/jam
𝑄𝑡𝑜𝑡 𝐴𝐵
𝐷𝑆𝐴𝐵 = … (2)
𝐶𝐴𝐵
1.940
=
3.636
= 0,533 ~ 0,54
4.5.3 Tundaan
Tundaan pada bundaran adalah tundaan lalu lintas rata-rata per kendaraan masuk
bundaran. Perhitungan tundaan pada bundaran terdiri dari tundaan lalu lintas bagian jalinan,
tundaan lalu lintas bundaran dan tundaan bundaran.
1. Tundaan lalu lintas bagian jalinan
Tundaan lalu lintas bagian jalinan (𝐷𝑇) adalah tundaan rata-rata lalu lintas per kendaraan
yang masuk ke bagian jalinan. Rekapitulasi perhitungan tundaan lalu lintas tiap bagian
jalinan dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan tundaan lalu lintas bagian jalinan dapat
dihitung seperti dalam Persamaan 3 sebagai berikut:
∑ 𝐷𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷𝑇𝑅 = … (6)
𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
10.809,1
=
4.013
3. Tundaan bundaran
Tundaan yang terjadi di bundaran (𝐷𝑅 ) dapat terjadi karena dua faktor yaitu tundaan lalu
lintas bundaran (𝐷𝑇𝑅 ) dan tundaan geometrik rata-rata (𝐷𝐺 ). Perhitungan tundaan
bundaran dapat dihitung seperti dalam Persamaan 7 sebagai berikut:
𝐷𝑅 = 𝐷𝑇𝑅 + 𝐷𝐺 … (7)
= 2,7 + 4
= 6,7 det/smp
2. Kapasitas
Peningkatan arus lalu lintas hanya mempengaruhi salah satu faktor dari kapasitas (𝐶) yaitu
faktor rasio menjalin (𝑃𝑊 = (1-𝑃𝑊 /3)0.5). Tabel 11 menunjukkan rekapitulasi nilai kapasitas
terbesar tiap bagian jalinan dengan masing-masing kondisi arus lalu lintas bundaran.
2. Derajat Kejenuhan
Arus Total (𝑄𝑡𝑜𝑡 ) tiap bagian jalinan yang meningkat akan mempengaruhi nilai derajat
kejenuhan (𝐷𝑆). Tabel 12 menunjukkan rekapitulasi nilai derajat kejenuhan terbesar tiap
bagian jalinan dengan peningkatan arus lalu lintas 100% dari kondisi eksisting.
Tabel 12. Rekapitulasi Nilai Derajat Kejenuhan Terbesar Tiap Bagian Jalinan
Peningkatan
Derajat
Bagian Arus Lalu Lintas Arus Total (𝑸𝒕𝒐𝒕 ) Kapasitas (𝑪)
Kejenuhan
Jalinan Bundaran [smp/jam] [smp/jam]
(𝑫𝑺)
Terhadap Eksisiting
AB 100% 3.610 3.638 0,99
BC 100% 2.956 3.659 0,81
CA 100% 1.582 2.514 0,63
3. Tundaan
Peningkatan arus lalu lintas tiap bagian jalinan yang memperbesar nilai derajat kejenuhan
akan mempengaruhi nilai tundaan. Semakin besar nilai derajat kejenuhan, maka nilai
tundaan bundaran juga akan semakin tinggi. Tabel 13 menunjukkan rekapitulasi nilai
tundaan terbesar tiap bagian jalinan dengan peningkatan arus lalu lintas 100% dari kondisi
eksisting.
4. Peluang Antrian
Peningkatan arus lalu lintas tiap bagian jalinan yang memperbesar nilai derajat kejenuhan
akan mempengaruhi nilai peluang antrian. Semakin besar nilai derajat kejenuhan, maka
peluang terjadinya antrian pada bundaran akan semakin tinggi. Tabel 14 menunjukkan
rekapitulasi nilai peluang antrian terbesar tiap bagian jalinan dengan peningkatan arus lalu
lintas 100% dari kondisi eksisting.
Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Peluang Antrian Terbesar Tiap Bagian Jalinan
Peningkatan Peluang Antrian
Arus Bagian Jalinan Peluang
Derajat
Bagian Lalu Lintas (𝑸𝑷 %) Antrian
Kejenuhan
Jalinan Bundaran Bundaran
(𝑫𝑺)
Terhadap 𝑸𝑷 % MIN 𝑸𝑷 % MAKS (𝑸𝑷𝑹 %)
Eksisting
AB + 100% 0,99 38,9% 77,9%
BC + 100% 0,81 18,8% 42,5% 38,9 – 77,9%
CA + 100% 0,63 19,4% 21,8%
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data perhitungan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil survei di lapangan diketahui bahwa pada pukul 08:30 - 09:30 tidak
terjadi kepadatan pada area bundaran.
2. Kapasitas terbesar Bundaran Leuwigajah dengan kondisi eksisting terdapat pada bagian
jalinan BC yaitu sebesar 3715 smp/jam.
3. Berdasarkan hasil analisis dengan kondisi eksisting, kinerja Bundaran Leuwigajah
didapatkan nilai DS bundaran ≤ 0,54 pada pukul 08:30 – 09:30. Hal ini
mengindikasikan bahwa kinerja bundaran masih sesuai dengan ketentuan MKJI 1997
yaitu DS ≤ 0,75 pada jam tersebut.
4. Tundaan lalu lintas kondisi eksisting pada bagian jalinan bundaran adalah (1,8 – 2,5)
det/smp dan tundaan bundaran didapat sebesar 6,7 det/smp.
5. Peluang antrian bundaran pada kondisi eksisting berada pada rentang 6,8 % – 15,3 %.
6. Peningkatan arus lalu lintas sebesar 100% dari kondisi eksisting, menghasilkan derajat
kejenuhan bundaran (𝐷𝑆𝑅 ) adalah 0,99, tundaan bundaran (𝐷𝑅 ) adalah 15,8 det/smp,
dan peluang antrian bundaran (𝑄𝑃𝑅 %) adalah 38,3 – 77,9 % yang mana kondisi
tersebut sudah tidak memenuhi ketentuan MKJI 1997.
7. Kinerja bundaran dapat memenuhi ketentuan MKJI 1997 (𝐷𝑆𝑅 ≤ 0,75) hanya pada
kondisi peningkatan arus lalu lintas maksimal sebesar 40%, karena menghasilkan
derajat kejenuhan bundaran (𝐷𝑆𝑅 ) adalah 0,75 .
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga. (1997). Manual Kapasitas
Jalan Indonesia, Simpang Bersinyal dan Simpang Tidak Bersinyal. Jakarta: Direktorat
Jendral Bina Marga.
Hariyanto, J. (2004). Perencanaan Persimpangan. Perencanaan Persimpangan Tidak
Sebidang Pada Jalan Raya, Jurnal Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, _ (_) 2-4.