Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman era globalisasi seperti saat ini, kuantitas (jumlah) rumah sakit

yang ada di Indonesia mengalami peningkatan, baik rumah sakit daerah

(negeri) dalam naungan pemerintah maupun rumah sakit swasta. Peningkatan

jumlah rumah sakit ini terkadang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas

rumah sakit itu sendiri, salah satu contohnya dalam hal mutu pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit. Padahal menurut UU (Undang-Undang) No. 44

Tahun 2009 pasal 29B rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan

rumah sakit (Purwanti, 2012).

Dalam menjalankan tanggung jawab RS dalam memberikan mutu

pelayanan yang bermutu, diperlukan penataan dan manajemen yang baik pula,

termasuk manajemen keperawatan di dalamnya. Manajemen keperawatan

yang dikelola dan dilaksanakan dengan baik akan menghasilkan suatu

pelayanan yang baik pula kepada klien yang dirawat di rumah sakit.

Pelayanan keperawatan sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan di

rumah sakit merupakan komponen sentral untuk terwujudnya pelayanan

kesehatan yang bermutu (Nindyanto, 2012). Upaya untuk meningkatkan mutu


pelayanan rumah sakit, perawatpun memiliki peran di dalamnya, dimana

perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus mampu melaksanakan

proses keperawatan sesuai standar, hal tersebut sesuai dengan Undang-

Undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014.

Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan

menuntut perawat sebagai suatu profesi dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal. Indonesia berupaya mengembangkan Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP) untuk mewujudkan pelayanan kesehatan

yang berkualitas dan profesional. Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai

salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional yang diwujudkan di

bidang pelayanan kesehatan Rumah Sakit. Pengembangan Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP) memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk

menopang pemberian asuhan tersebut.

Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu

lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin

(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2015). Manajemen

keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan

untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013).

Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara


umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan pengawasan

(Suarli dan Bahtiar, 2014).

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas,

manajerial keperawatanpun harus ditingkatkan. Dimana salah satu upaya

manajerial keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

yaitu dengan peningkatan jumlah (kuantitas) sumber daya perawat (Nursalam,

2015). Kuantitas atau jumlah sumber daya perawat merupakan aspek yang

dapat mempengaruhi beberapa hal di dalam pelayanan keperawatan

diantaranya kepuasan pasien, kepuasan kerja perawat, beban kerja perawat,

dan sebagainya.

Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen

antara lain sebagai berikut: top manager, middle manager, dan nursing low

manager. Kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari nursing low

manager yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal

atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan bagian dari

manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen keperawatan

yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka

untuk memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara professional (Nursalam, 2013).

Konsep yang harus dikuasi adalah konsep tentang pengelolaan

perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa

rencana strategi melalui pendekatan, pengumpulan data, analisa SWOT, dan


menyusun langkah-langkah perencanaan, melakukan pengawasan dan

pengendalian (Nursalam, 2015).

Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah fokus pada

sumber daya manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen

keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan

keperawatan, untuk kepuasan pasien melalui peningkatan produktifitas dan

kualitas kerja perawat (Nursalam, 2015).

Demi meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan, manajemen

rumah sakit seharusnya lebih memperhatikan sumber daya perawat di rumah

sakit baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Mengingat perawat memberikan

asuhan keperawatan secara holistik (menyeluruh) sehingga perawat memiliki

tanggung jawab lebih dalam merawat pasien terutama di instalasi rawat inap

dimana perawatlah yang merawat pasien selama 24 jam. Oleh karena itu,

peran perawat inilah yang secara langsung dirasakan oleh pasien.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas,

manajerial keperawatanpun harus ditingkatkan. Dimana salah satu upaya

manajerial keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

yaitu dengan peningkatan jumlah (kuantitas) sumber daya perawat (Nursalam,

2015). Kuantitas atau jumlah sumber daya perawat merupakan aspek yang

dapat mempengaruhi beberapa hal di dalam pelayanan keperawatan

diantaranya kepuasan pasien, kepuasan kerja perawat, beban kerja perawat,

dan sebagainya.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik stase manajemen keperawatan

mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan

dengan menggunakan model praktik keperawatan profesional (MPKP),

secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang

professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan kajian situasi melalui 4 pilar manajemen

keperawatan

b. Mengetahui bagaimana cara pre conference dan post conference di

Ruang X

c. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima

dimensi manajemen yaitu man, metode, material, money, marketing

di Ruang X.

d. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5M dalam proses pemberian

pelayanan keperawatan di X.

e. Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang

ditemukan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah proses penggunaan waktu yang efekti

f melalui perencanaan dan pengaturan kinerja perawat klinis dengan sistem

manajerial untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis bagi pelay

anan keperawatan, sesuai dengan teori, sistematik, prinsip dan metode yang

saling berkaitan dan berada pada tataran institusi yang besar dengan organi

sasi keperawatan yang ada di dalamnya sampai ke level unit. Teori ini meli

puti pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi masih membut

uhkan pengembangan atau perbaikan keterampilan manajerial hingga ke tin

gkat divisi keperawatan. Keterampilan manajemen ini diklasifikasikan men

jadi tiga tingkatan yaitu:

1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan t

eori dan keterampilan berfikir.

2) Keterampilan teknikal meliputi penguasaan metode, prosedur atau tekn

ik.

3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dala

m berinteraksi dengan individu atau kelompok (Swanburg, 2013).

Longest (2017) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses ya

ng melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan


untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan

menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan teknolo

gi yang tersedia. Sejalan dengan pemikiran Longest, Wren dalam buku Mo

dern Health Administration (2017) (dikutip dari Massie, 2016) menyatakan

bahwa manajemen adalah seni dan ilmu, atau suatu seni yang punya landas

an ilmu pengetahuan. Menurut Grant dan Massey (2019) manajemen meru

pakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suat

u kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan

POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana,

dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan se

bagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, se

hingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses

keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data,

identifkasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.

2.1.2 Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen keperawatan meliputi beberapa elemen utama yaitu

Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegaw

aian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali

dengan merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksana

kan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, membe

rikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan memodifika

si rencana yang diperlukan (Swanburg, 2017). Fungsi planning (perenc

anaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi i

ni akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninj

aya, (2017) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi

manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak m

ungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik

Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhad

ap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan,

dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap p

roses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.

Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu men

jamin klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mere

ka butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar me

ndapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan (Swanbur

g, 2017).

a. Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan dari perencanaan adalah:

- Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan


- Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia

- Membantu koping dengan situasi kritis

- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya

- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan

berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.

- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

b. Tahap dalam perencanaan:

- Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta

- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dic

apai.

- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pe

laksanaan program.

- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Prasyarat perencanaan

Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan adalah sederhana, tujuan da

n hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan prosedur

yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel, ber

kesinambungan, dan mempunyau kejelasan metode evaluasi.

d. Langkah-langkah dalam perencanaan

- Pengumpulan data
- Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities, t

hreatened)

- Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang me

nghambat

- Pembuatan rencana: tentukan obyektivitas, uraian kegiatan, pros

edur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode y

ang digunakan.

e. Jenis Perencanaan

- Perencanaan Strategi: Perencanaan strategis merupakan suatu pr

oses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuata

n dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan p

engetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada

masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk

melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan mel

alui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.

- Perencanaan Operasional: Perencanaan operasional menguraika

n aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun j

adwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang

yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Me

nggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan j

uga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.

f. Manfaat Perencanaan
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan.

- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksan

aan

- Memudahkan kordinasi

- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran oper

asional secara jelas

- Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat

- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipah

ami

- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

- Menghemat waktu dan dana

g. Keuntungan Perencanaan

- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak pro

duktif.

- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai

- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya te

rutama fungsi keperawatan

- Memodifikasi gaya manajemen

- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

h. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan infor

masi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.

- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak

- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis

- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu di

ambil

2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-ora

ng, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian

rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai s

uatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2016 dalam Nur

hidayah, 2019). Menurut Swanburg (2017), pengorganisasian adalah pe

ngelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penug

asan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelo

mpok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat

dengan unit lainya, baik menurut vertikal maupun horizontal, yang bert

anggung jawab untuk mencapai objektif organisasi.

Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat di

ambil kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar

pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara ang

gota organisasi degan rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab y


ang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisi

en.

a. Prinsip Pengorganisasian

- Rantai komando (Chain of comand). Kepuasaan anggota, efektif

dan sukses mancapai tujuan, organisasi ditetapkan sesuai denga

n hubungan hierarki dan kewenangan dari atas kebawah.

- Unity of comand. Karyawan mempunyai satu sipervisor dan sat

u pimpinan dengan satu perencanaan untuk sekelompok kegiata

n dengan tujuan yang sama.

- Span of control / rentang kendali. Prinsip pembimbing, dimana s

eorang supervisor dapat membimbing secara efektif dalam hal j

umlah, fungsi, dan geografi

- Specialization. Setiap orang masing-masing memiliki keahlian t

ertentu.

b. Langkah-langkah Pengorganisasian

- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tert

uang dalam fungsi perencanaan.

- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan.

- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiata

n yang praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh s

taf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

- Mendelegasikan wewenang.

3. Ketenagaan

Ketenagaan merupakan anggota/badan usaha yang memperoleh i

mbalan, meliputi kegiatan : perekrutan dan seleksi, pendayagunaan, pen

gembangan serta pemeliharaan. Manajemen ketenagaan bukan hanya m

asalah administrasi/pengaturan karyawan tetapi lebih banyak merupaka

n pendekatan integral secara holistik yang meliputi: peningkatan harkat,

menghargai, yakin bahwa semua manusia ingin memperbaiki diri.

a. Tujuan Manajemen Ketenagaan

Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga ke

perawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pela

yanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberha

silan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kema

mpuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat dit

entukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepa

t-tepatnya.

b. Fungsi Manajemen Ketenagaan

Fungsi manajemen ketenagaan ada 2 yaitu:


- Fungsi manajerial meliputi: Perencanaan, Pengorgnisasian, Pe

ngarahan:, Pengawasan

- Fungsi operasional meliputi: Pengadaan tenaga, Pengembanga

n tenaga:

c. Manfaat manajemen ketenagaan

- Tercapainya tujuan

- Dapat meningkatkan efektifitas dan efisien kerja

- Dapat menambah gairah kerja

- Dapat diciptakan suasana kerja yang menguntungkan

4. Directing (Pembinaan/ pengarahan)

Pengarahan adalah perencanaan menjadi kegiatan melalui kegiat

an directing, controling dan aktiviting.

a. Fungsi pengarahan

Pengarahan karu pada staf dapat membentuk perilaku staf perawat

secara bertahap, bukan sekaligus. Menurut Timpe (2017) menjelas

kan bahwa jika seseorang menguasai sebuah komponen, kemudian

bergerak maju sampai dengan mengubah tahap berikutnya, sehing

ga semua komponen dikuasai maka akan terbentuk sebuah perilak

u baru yang sangat kompleks.

b. Langkah-langkah pengarahan

- Fasilitas proses perubahan perilaku.

- Tentukan pola-pola perilaku baru dengan rinci.


- Berikan segera umpan balik kepada setiap individu terkait pre

stasi.

- Tanggapi perilaku secepatnya.

- Gunakan pengutan (renfercement) yang ampuh.

- Gunakan pengutan secara berkesinambungan dan bervariasi.

- Hargai kerja tim, bukan menjadi pesaing.

- Kaitkan semua penghargaan dengan prestasi.

- Jangan melalaikan prestasi kerja yang tinggi.

5. Controlling (Pengendalian/ Evaluasi)

Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya t

erjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikel

uarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk men

unjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terj

adi lagi. Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untu

k menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, meranc

ang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata deng

an standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan menguk

ur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan yang digun

akan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pe

rusahaan (Mockler, 2018).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala s

esuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi y


ang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwi

ck, 2017). Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu: h

arus menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan kesalahan-kesa

lahan dengan segera, harus memandang ke depan, harus menunjukkan

penerimaan pada titik kritis, harus objektif, harus fleksibel, harus menu

njukkan pola organisasi, harus ekonomis, harus mudah dimengerti, sert

a harus menunjukkan tindakan perbaikan. Untuk fungsi-fungsi kontrol

dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencap

aian tujuan-tujuan keperawatan adalah:

- Analisa Tugas

Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersus

un dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hany

a mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat dig

unakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

- Kontrol kualitas

Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat

dari pelayanan keperawatan.

a. Prinsip controlling

Prinsip controlling yaitu:

- Principle of uniformity: dibentuk di awal sampai dengan akhir.


- Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan de

ngan yang dicapai.

- The principle of exception: tidak yang sempurna dari perencanaa

n, yang penting ada umpan balik untuk perbaikan.

b. Pelaksanaan controlling

Pelaksanaan controlling meliputi:

- Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.

- Pre conference, overan, post conference.

- Ronde keperawatan.

- Mengetahui produktivitas berdasarkan gant cart yang telah dibua

t.

- Program evaluasi dan peer review

c. Tipe controlling

- Input control.

- Proses control.

- Output control.

d. Langkah-langkah kegiatan controlling

- Menetapkan standar

- Dapat mengukur tujuan.

- Kumpulkan data dengan membandingkan standar yang telah dite

tapkan.

- Lakukan umpan balik.


- Pertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian.

e. Manfaat Pengawasan

- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaks

anakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.

- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pe

ngertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya

- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah me

ncukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bent

uk promosi dan latihan lanjutan.

2.2 Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan

2.2.1 Manajemen Unit

1. Manajemen Unit

Menurut Nursalam (2017), manajemen unit terdiri dari:

a. Ruangan

1) Sarana Ruangan: Lingkungan kerja untuk pencapaian proses

manajerial keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara

keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat

tidur dan kamar mandi klien, ruang peralatan, ruang perawat/nurse

station berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan +

ruang tamu + kamar mandi + ruang peralatan, ruang ganti perawat +


kamar mandi perawat ruang konferensi, mushola, ruang administrasi,

ruang spoolhoek, dapur dan gudang serta depo farmasi.

2) Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan ruang

operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.

3) Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.

4) Kondisi: pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar ruangan

sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai

dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu

fleksibel dapat dilalui brankard, bersih, tidak licin. Perbandingan

kamar mandi dengan klien sesuai, lantai tidak licin, bersih, letak

terjangkau oleh klien. Kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat

side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery klien, sampiran

ada pada setiap tempat tidur klien. Terdapat papan penunjuk arah.

b. Alat dan bahan

1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya): laken, boven laken, sarung

bantal, sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju klien, waslap,

taplak meja, alas baki, handuk, sarung buli-buli, sarung O2,

gorden, dan vitrage.

2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): bak instrumen (besar,

sedang, kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis,

gunting (jaringan, hecting, perban), bengkok, korentang dan

tempatnya.
3) Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoscope, termometer,

4) Alat-alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel,

timbangan BB, pengukur TB, midline.

5) Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.

6) Alat transportasi: brankard, kursi roda

7) Emergency trolley

8) O2 dan manometer

9) Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H 2O2, NaCI,

cairan infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa

plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag, dan obat-

obatan.

10) Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,

kursi, lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring, sendok,

gelas), kompor, gayung, tempat sampah (medis, ATK, umum),

kapstok pakaian, rak handuk, keset, telepon dan white board.

11) ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem,

perforator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian dan

implementasi) resume klien pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu

nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi).

c. Hubungan perawat-klien

1) Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama perawatan

(pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.


2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena

merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses

keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang diberikan pada

klien sangat lergantung pada hubungan perawat-klien.

d. Hubungan perawat-perawat

1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.

3) Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas dan

berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

a) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.

b) Mengadakan rapat bulanan secara rutin.

c) Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan,

bukuronde dan whiteboard.

e. Hubungan perawat-profesi lain

1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani

masalah tim

2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik

3) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis

4) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas

5) Saling menghargai antar profesi

2.2.2 Manajemen Pelayanan Keperawatan (Kekuatan Kerja)


Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang

keperawatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan rumah sakit,

sedangkan pelayanan keperawatan di ruangan dipimpin oleh seorang

kepala ruangan, dimana pelaksanaannya mengacu kepada visi, misi dan

tujuan pelayanan keperawatan. Telaah Manajemen Pelayanan/unit

meliputi:

1. Man

Dalam pengkajian man termasuk di dalamnya struktur organisasi,

komposisi ketenagaan (perawat, dokter dan tenaga non perawat) dan

menentukan jumlah tenaga perawat yang di butuhkan setiap harinya

sesuai dengan identifikasi jenis kebutuhan perawatan pasien. Untuk alat

ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari.

2. Money

Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas,

dalam arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan

pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat,

rincian harga pelayanan jasa pengobatan dan lain- lain.

3. Metode/ model

Menjelaskan tentang metode keperawatan yang ada dalam sebuah

manajemen, terdiri dari penerapan MAKP, ronde keperawatan,

pendokumentasian, discharge planning, visite, pengelolaan nutrisi dan

labolatorium.
4. Material

a. Lingkungan Fisik

a) Fasilitas fisik lokasi:

- Lokasi unit ini harus dekat dengan fasilitas radiology dan

ruang laboratorium untuk kemudahan dan efisiensi

- Lokasi juga harus berdekatan dengan ruang emergensi dan

dekat dengan unit perawatan khusus, untuk mengembangkan

suatu unit pelayanan terpadu.

b) Ukuran

- Ukuran ruangan ditentukan berdasarkan beban kasus dan

kompleksitas rumah sakit. menurut standar Gudelines for

Contraction and Equipment for Hospital and Medical

Vasilities (2015-2017)

c) Ruangan

- Kapasitas ruangan untuk kelas satu maksimum dua pasien,

catatan: dalam konstruksi baru kapasitas ruangan maksimum

seharusnya dapat menampung dua pasien. peraturan

sekarang, kapasitas maksimum ruangan menampung sekitar

empat pasien.

- Dalam konstruksi baru ruang pasien harus mempunyai luas

minimal 9,2 m2, ukuran lantai perbed dan luas area

tergantung dari kebijakan RS setempat dan lahan yang ada,


ukuran lantai perbed sama dengan ruas area single bed.

Ruang toilet, kloset, loker, gudang, ruang depan, susunan

ruangan seharusnya berukuran minimal 0,91 m2 termasuk

dari sisi dan kaki tempat tidur dan dinding. diruang multiple

bed ukuran lantai minimal 1,22 m2, dalam area multiple bed

ruangan pasien berukuran minimal 80 kaki sama dengan

ukuran single bed yaitu 9,29 m2.

- Ruang operator perawat harus mengarah kesemua ruangan

- Dalam konstruksi baru, wastapel harus disediakan di setiap

ruangan pasien. letak wastapel harus berdekatan dengan

tempat tidur dan tempat menyuci peralatan. Toilet harus

dirancang untuk satu tempat tidur atau dua tempat tidur

- Ruang pasien mempunyai jendela pada bagian yang sesuai

diperuntukkan untuk empat tempat tidur atau lebih dari

ruang pasien. Toilet memiliki water closet dan wastapel

yang menggunakan pintu double acting

- Setiap pasien harus terpisah dari lemari pakaian, loker

- Jika dalam ruangan terdapat banyak tempat tidur diperlukan

penghalang untuk menjaga privasi

- Untuk ventilasi, ruang oksigen, ruang oksigen, vakum udara

dan listrik harus sesuai dengan standar

d) Desain Ruangan
- Tata letak ruang rawat inap harus disesuaikan dengan

struktur yang telah ada, tetapi unit berbentuk melingkar atau

persegi empat mungkin yang paling efisien dengan

menempatkan stasiun perawatan di tengah. Desain seperti

ini akan memberikan pengamatan yang maksimal kepada

klien. selain itu harus mempunyai washtafel dan dapat

dikombinasikan menjadi ruang rapat dan ruang komunikasi,

serta mempunyai pintu darurat.

e) Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis.

- Alat Tenun: (Alas baki, alas brankar, bantal, barak short,

duk bolong, under pad (Pengalas steril), gorden tebal,

gorden vitrase, handuk, kelambu, laken dewasa, selimut

wool, stik laken, sarung bantal, sarung penderita, sampiran,

tutup mayat)

- Alat kedokteran dan kesehatan (alat mandi, alat eliminasi,

alat oksigenasi, pengukuran tanda-tanda vital, alat

transportasi, machine, dressing set)

5. Marketing

Marketing diartikan sebagai pemasaran, sebagai indikator bagi

pemanfaatan rumah sakit dan peningkatan mutu pelayanan bagi para

konsumen, indikator dari tingginya nilai jual rumah sakit dapat dilihat
dari peningkatan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan rumah sakit,

indikator tersebut sebagai berikut :

a. Bed Occupancy Rate (BOR)

Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya

tingkat pemnafaatan tempat tidur rumah sakit (Muninjaya A.A.G,

2016: 2018).

b. Average Length of Stay (ALOS)

Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini dapat

menggambarkan tingkat efisiensi managemen pasien di sebuah

rumah sakit, untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis

penyakit tertentu dijadikan tracernya (sesuatu yang perlu diamati

lebih lanjut) (Muninjaya A.A.G, 2016: 2018).

c. Mutu Pelayanan keperawatan

Merupakan hal penting dalam pemasaran sebuah manajemen rumah

sakit, hal ini dilihat dari pelayanan keperawatan yang ada dalam

sebuah rumah sakit apakah pelayanan keperawatan nya sudah

memenuhi standar operasional atau masih belum mencapai standar.

d. TOI

Menurut Depkes adalah RI (2015) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak

ditempati dari telah diisi kesaat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gamb
aran tingkatan efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong ti

dak terisi pada kisaran 1-3hari.

e. BTO

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tem

pat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu (Depkes RI, 2015), Dalam satu

tahun idealnya tempat tidur dipakai rata – rata sebanyak 40 – 50 kali.

2.3 Konsep SPO dan SAK

2.3.1 Konsep SPO

a) Pengertian SPO

1) Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk

mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai

tujuan organisasi.

2) SPO merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.

b) Tujuan SPO

1) Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja

petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi

dalam organisasi

3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait.
4) Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari

malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan

inefisiensi

c) Fungsi SPO :

1) tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah

dilacak.

4) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam

bekerja.

5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

d) Penerapan SPO

1) SPO harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan

2) SPO digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah

dilakukan dengan baik atau tidak

3) Uji SPO sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan

langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.

e) Keuntungan adanya SPO

1) SPO yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi

alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan

diselesaikan secara konsisten


2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan

tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan

3) SPO juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan

bisa digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran pegawai memiliki

kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan

standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh

untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga dapat

mewujudkan visi dan misi perusahaan.

2.3.2 Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nurs

alam, 2017), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meli

puti pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan ev

aluasi, sebagai berikut:

1. Standar 1: Pengkajian keperawatan

Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pas

ien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambunga

n. Data dapat diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan p

enunjang dan kemudian didokumentasikan.

a. Kriteria Pengkajian

Kriteria pengkajian meliputi:


- Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,

pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang

- Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, ti

m kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi”

- Status kesehatan pasien masa lalu

- Status kesehatan pasien saat ini

- Status biologis-psikologis-sosial-spritual

- Respon terhadap terapi

- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

- Risiko tinggi masalah

2. Standar 2: Diagnosa Keperawatan

Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumusk

an diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:

- Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi m

asalah, perumusan diagnosa keperawatan.

- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan ta

nda/ gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

- Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk m

emvalidasi diagnosa keperawatan.

- Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan dat

a terbaru.
3. Standar 3: Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masa

lah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi :

- Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan ren

cana tindakan keperawatan.

- Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan kepe

rawatan

- Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuha

n pasien mendokumentasikan rencana keperawatan

4. Standar 4: Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :

- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawat

an

- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.

- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga men

genai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien me

modifikasi lingkungan yang digunakan

- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan ber

dasarkan respon pasien.


5. Standar 5: Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan

dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Ada

pun kriteria prosesnya:

- Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara kompre

hensif, tepat waktu dan terus-menerus

- Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke ara

h pencapaian tujuan

- Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

- Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi pere

ncanaan keperawatan

- Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

2.3.3 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

1. Definisi

Menurut Kozier (2014), dokumentasi keperawatan adalah lapora

n baik komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untu

k menyampaikan informasi kepada orang lain. Merupakan informasi te

rtulis tentang status dan perkembangan kondisi klien serta semua kegia

tan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fisbach,2018).

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagia

n dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi as


uhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap

meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan ke

perawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Den

gan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar

dari catatan klinis pasen yang menginformasikan faktor tertentu atau si

tuasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan j

uga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Int

erdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta a

ktual untuk dipertanggung jawabkan.

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti otentik respon

pasien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh p

erawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian

permanen dari rekam medis lain.

2. Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan adalah:

a. Sebagai Sarana Komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap da

pat berguna untuk:

- Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dib

erikan oleh tim kesehatan.

- Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggot

a tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama se


kali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningka

tkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidan

an pada pasien.

- Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebai

kbaiknya.

b. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayana

n keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamana

n perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan dih

aruskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen.

Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketid

akpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya

dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya

dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terh

adap pelayanan yang diterima secara hukum.

c. Sebagai Informasi statistik

Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat mem

bantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sa

rana, prasarana dan teknis.

d. Sebagai Sarana Pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan s

ecara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebi


danan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar meng

ajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, bai

k teori maupun praktek lapangan.

3. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi

Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan dokumentasi

keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai

aspek:

a. Hukum

Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepo

erawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai

pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. dok

umentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pen

gadilan.

b. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan

kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masala

h klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat te

ratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dim

onitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu mening

katkan mutu yankep.

c. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap mas

alah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan l

ain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikas

i yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

d. Keuangan

Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah dibe

rikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan

atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.

e. Pendidikan

Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuha

n keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau refere

nsi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.

f. Penelitian

Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandu

ng informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset d

an pengembangan profesi keperawatan.

g. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran

dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien. Den

gan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pem

berian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.


4. Standar Dokumentasi

Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan u

ntuk memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumen

tasi proses keperawatan. Katagori informasi yang biasanya masuk dala

m status (chart) pasien adalah:

a. Data demografik

b. Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

c. Formulir persetujuan

d. Diagnosa

e. Pengobatan

f. Catatan perkembangan /kemajuan

g. Catatan secara berkesinambungan (flow sheet)

h. Catatan perawat

i. Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan

akan sangat membantu dalam berkomunikasi baik antara sesama p

erawat/bidan maupun lembaran tindakan (treatment)

j. Catatan laboratorium

k. Laporan rontgen ( X – ray )

l. Ringkasan pasien pulang


5. Metode Pendokumentasian

Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah keseha

tan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan keseha

tan pasien. Kesalahan dalam pendokumentasian:

a. Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas.

b. Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten.

c. Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan kepera

watan.

d. Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur yang bena

r.

6. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian.

Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk memban

dingkan perubahan kesehatan pasien (Carpenito, 2018).

b. Perencanaan

Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi masalah, merumu

skan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan (Car

penito, 2018).

c. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien, bai

k tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan kolaborasi (Car

penito, 2018).

d. Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan :

pengkajian, perencanaan, dan implementasi (Carpenito, 2018)

e. Catatan perkembangan

Formatnya bervariasi dan dapat disesuaikan dengan sistem yang a

da. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehata

n pasien, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan

(Carpenito, 2018).

f. Informasi kesehatan lain

Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara lain : berat

badan, tinggi badan, kurva tanda-tanda vital, intake-output cairan

dalam 24 jam, daftar pemberian obat-obatan, kurva pemberian oba

t (kemoterapi, terapi hormon) (Carpenito, 2018).

g. Ringkasan perpindahan pasien

Format ini harus spesifik sesuai dengan kebutuhan pasien dan me

menuhi ketentuan administrasi dan legalitas perpindahan antar uni

t dan perpindahan antar institusi rumah sakit. Ringkasan format pe


laporan meliputi lembaran : data dasar demografi, orientasi ruanga

n, laporan klinis (Carpenito, 2018).

h. Perencanaan pulang

Format mencakup personal data pasien, data kesehatan secara umu

m dan khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat be

rikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi pasien, penyuluhan k

esehatan (Carpenito, 2018).

i. Perawatan di rumah

Format pendokumentasian pasien yang akan melanjutkan perawat

an di rumah bertujuan untuk memberikan ringkasan/informasi per

kembangan kesehatan pasien selama di rumah sakit, agar dokter/p

erawat/tim profesional lainnya yang terlibat melanjutkan pengobat

an/perawatan pasien di rumah yang memenuhi syarat medicare (C

arpenito, 2018)

2.3.4 Model Asuhan Keperawatan.

Menurut Marquis & Huston (2019) perlu mempertimbangkan 6 unsur

utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan

yaitu:

- Sesuai dengan visi dan misi institusi

- Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

- Efisien dan efektif penggunaan biaya.

- Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.


- Kepuasan kinerja perawat.

Menurut Grant & Massey (2019) dan Marquis & Huston (2019) ada 5

metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan dal

am pelayanan keperawatan, yaitu:

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaa

n asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke

dua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan per

awat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keper

awatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientas

i tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindaka

n) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2017).

Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari p

emisahan tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasie

n dan penugasan masing-masing anggota, staf keperawatan untuk mela

kukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit.

Keuntungan metode penugasan fungsional adalah:

- Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk melakukan

satu atau dua tugas yang merupakan spesialisasinya.

- Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembag

ian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik

- Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga


Kelemahan metode fungsional adalah :

- Perawatan fokus pada unit tertentu (membagi-bagi asuhan keperawa

tan)

- Menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat.

- Membuat hubungan perawat-klien sulit terbentuk

- Memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggungjawab u

ntuk perawatan pasien.

- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

Misalnya seorang perawat khusus menangani vital pasien, pera

wat yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus obat-

obatannnya, sehingga tidak ada perawat yang menangani kebutuhan tot

al pasien, setelah selesai melaksanakan tugasnya perawat banyak yang

melakukan tugas yang non keperawatan. Perawat hanya melihat askep s

ebagai keterampilan saja. Selain itu ketika tanggung jawab untuk seora

ng pasien dilakukan oleh beberapa perawat maka seringkali perawat me

nganggap enteng kesalahan/ kelalaian selama perawatan.


Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional

b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan p

asien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk

setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh oran

g yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa ditera

pkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untu

k perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensiv

e care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi kepera

watan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada

pasien tertentu (Nursalam, 2017).

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (2019), perawat yang menggunakan metode ke

perawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawa

t primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kon

tinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggun


g jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan

bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit.

Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan

koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan me

mbuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang

tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat la

in (associate nurse).

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jaw

ab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari

pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandiri

an perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaks

ana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan ter

us menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencan

akan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan keperawatan primer”

- Bersifat kontinu dan komprehensif

- Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap ha

sil dan memungkinkan pengembangan diri

- Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara indi

vidu
- Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayana

n yang efektif terhadap pengobatan dukungan proteksi informasi d

an advokasi

Kelemahan keperawatan primer adalah :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalama

n dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguas

ai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan ber

bagai disiplin.

Skema 2 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”

d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan kepera

watan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tena

ga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klie

n melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim

didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunya


i kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan

sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi

sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kr

on & Gray (2018) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep ber

ikut:

- Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunaka

n tehnik kepemimpinan.

- Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana kepera

watan terjamin.

- Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

- Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan ber

hasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang be

rbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelomp

ok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri

dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil y

ang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemah

annya yaitu (Nursalam, 2017):

Kelebihan:

- Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

- Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.


- Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diat

asi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :

- Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk k

onferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit un

tuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Skema 3 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim

e. Sistem Manejemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana

para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan

kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan

kasus dalam beberapa cara seperti:

- Dengan dokter dan pasien tertentu

- Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-uni

- Dengan mengadakan diagnosa


Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan m

embutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidi

kan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan d

engan budget yang tinggi.

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus

f. Metode Modular

Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi kep

erawatan tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konse

p keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem nin dipimpin ole

h perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan keperawata

n di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat

memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim se

bagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap seti

ap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah s

akit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pel

ayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan kep

erawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasi


en. Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan seh

ingga biaya menjadi lebih efektif.

Tugas dan tanggungjawab kepala perawat:

- Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.

- Memberikan motivasi pada staf perawat.

- Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.

Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :

- Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesi

onal untuk melaksanakan tindakan perawatan.

- Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji, meren

canakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.

- Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.

Tugas dan tanggung jawab anggota tim :

- Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ke

tua tim.

Keuntungan:

- Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.

- Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.

- Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.

- Meningkatnya kepuasan pasien.

- Biaya efektif.

Kerugian :
- Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pa

sien yang tidak diharapkan.

- Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.

- Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.


2.3.5 Discharge Planning

Kozier (2019) mendefinisikan discharge planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada

unit yang lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.

Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana

perawatan professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk

memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh

pasien dimana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu

pencegahan, teurapeutik, rehabilitative, serta perawatan rutin yang

sebenarnya (Swanberg, 2018).

Rindhianto (2018) mendefinisikan discharge planning sebagai

perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien

dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan

sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen

sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara

berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan

membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik,

pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau

(Doenges & Moorhouse, 2019).


Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen

sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien

dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan

untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam

atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan

keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari dan

dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

a. Tujuan Discharge Planning

Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk

kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.

Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge planning/perencanaan

pulang antara lain sebagai berikut:

1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan

sosial.

2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.

4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain

5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan

status kesehatan pasien

6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan

masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau

discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins

(2019) discharge teaching harus melibatkan keluarga pasien atau

perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan home

care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien :

1) Memahami mengenai penyakitnya

2) terapi obat secara efektif

3) Mengikuti aturan diet secara hati-hati

4) Mengatur level aktivitasnya

5) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan

6) Mengenali kebutuhan istirahatnya

7) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami

8) Mengetahui kapan mencari follow up care

b. Manfaat Discharge Planning

1) Bagi Pasien:

a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien

b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan

sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.

c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya

d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan

memperoleh support sebelum timbulnya masalah.

e) Dapat memilih prosedur perawatannya


f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa

yang dapat dihubunginya.

2) Bagi Perawat:

a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan

b) Menerima informasi kunci setiap waktu

c) Memahami perannya dalam system

d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru

e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda

dan cara yang berbeda.

f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

c. Prinsip-Prinsip Disharge Planning

1) Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai

keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan

dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang,

nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat

segera antisipasi.

3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan

pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus

saling bekerja sama.

4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas

yang ada, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah


pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia

maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.

5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan

kesehatan, setiap klien masuk tatanan pelayanan maka

perencanaan pulang harus dilakukan.

d. Jenis - Jenis Discharge Planning

1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan

pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat

komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah sakit namun

harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas

terdekat.

2) Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini

merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit, namun

apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan

dapat dilakuakan kembali.

3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien

diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak

memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien hrus dipantau dengan

melakukan kerja sama dengan perawatan puskesmas terdekat.


e. Alur Discharge Planning
Gambar 2.2 Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
Pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian Administrasi Program Kontol, Obat, dan Lain - Lain


Perawatan
Gizi
Aktivitas dan Istirahat
Perawatan Diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh:
keluarga dan petugas

2.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu

organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang

strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor
kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness). Sementara analisis eksternal

mencakup faktor peluang (opportunity) dan tantangan (threaths).

2.4.1 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif Matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh

kearns menampilkan 8 kotak, yaitu 2 paling atas adalah kotak faktor

eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan 2 kotak sebelah kiri adalah

faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan

kotak isu – isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara

faktor faktor internal dan eksternal.

EKSTERNAL
OPPORTUNITY THREAT
INTERNAL
STRENGTH Comparative Advantage Mobilization
WEAKNESS Divestment/ Invesment Damage Control
Sumber : Hisyam (2010)

Keterangan :

a. Sel A : Comparative Adventages

Sel ini merupakan pertemuan 2 elemen kekuatan dan peluang, sehingga

kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat

b. Sel B : Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. disini

dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan

organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar, bahkan kemudioan

merubah ancaman menjadi sebuah peluang.


c. Sel C : Divestment / Investment

d. Sel D : Damage Control

2.4.2 Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif

melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan

Robinson (2018) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang

sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah

total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T ;

Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara

saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh

dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor

lainnya. Pilihan rentang besaranskor sangat menentukan akurasi

penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10,

dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti

skor yang paling tinggi.

Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara

saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor

adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point

faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang


telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor)

dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan

faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi

nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y)

selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada

kuadran SWOT.

NO STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Kekuatan

NO WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Kelemahan
Selisih total kekuatan – total kelemahan = S – W = x
NO OPPORTUNIT SKOR BOBOT TOTAL
Y
1.
2.
Total Peluang

NO THREAT SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Ancaman
Selisih total kekuatan – total kelemahan = O – T = y
Keterangan :

a. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya

organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat

dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar

pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

b. Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun

menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang

diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam

kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga


diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus

berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya,

organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi

taktisnya.

c. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah

Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi

sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat

menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja

organisasi.

d. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi

tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi

Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan

dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan

strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin

terperosok. Strategi ini dipertahankan sambi terus berupaya

membenahi diri.

Anda mungkin juga menyukai