Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Regresi adalah bentuk hubungan fungsional antara variabel respon dan
prediktor. Analisis regresi merupakan teknik statistik yang banyak penggunnya
serta mempunyai manfaat yang cukup besar bagi pengambil keputusan. Secarra
umum, dalan analisis regresi digunakan metode kuadrat terkecil ( least square
method ) untuk mencari kecocokan garis reresi dengan data sampel yang diamati.
Ketika kita menggunakan statistika untuk menguji hipotesis maka muncullah
dua macam hipotesis berupa hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Tepatnya
hipotesis penelitian kita rumuskan kembali menjadi hipotesis statistika yang
sepadan. Hipotesis statistika harus mencerminkan dengan baik maksud dari
hipotesis penelitian yang akan diuji.
Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk
membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat
perkiraan (prediction). Dengan demikian, analisis regresi sering disebut sebagai
analisis prediksi. Analisis regresi dapat didefinisikan metode statistika digunakan
untuk menentukan bentuk hubungan antara variabel-variabel, dengan tujuan
pokok dalam penggunaan metode ini adalah untuk meramalkan atau
memperkirakan nilai dari suatu variabel lain yang belum diketahui.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas terhadap variable
terikat dapat menggunakan analisis regresi. Bila hanya terdapat satu buah variabel
bebas, maka kita dapat menyelesaikan dengan menggunakan metode regresi linear
sederhana. Namun jika jumlah variable bebas lebih dari satu, maka dapat
digunakan metode regresi linear berganda.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengujian pengaruh lama penyimpanan terhadap bobot buah
tomat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu teknik analisis data yang sedang ngetrend belakangan ini adalah
regresi. Regresi adalah salah satu metode peramalan yang dikenal dalam statistik.
Dalam dunia pendidikan, regresi sangat sering digunakan oleh mahasiswa yang
sedang menyelesaikan tugas akhir.
Analisis regresi berguna untuk mengetahui pengaruh antara variable bebas
(yang juga dikenal dengan prediktor) yang disimbolkan dengan X dan variable
terikat (yang juga dikenal dengan kriterium) yang disimbolkan dengan Y. Istilah
variable bebas dan variable terikat berasal dari matematika. Dalam penelitian:
a. Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti.
Misalnya seorang peneliti di bidang pendidikan yang mengkaji akibat dari
berbagai metode pengajaran. Peneliti dapat menentukan metode (sebagai
variabel bebas) dengan menggunakan berbagai macam metode. Dalam
bahasa yang lebih lugas, variabel bebas adalah variabel yang meramalkan
sedangkan variabel terikat adalah variabel yang diramalkan.
b. Variabel terikat adalah akibat yang diduga mengikuti perubahan dari
variabel bebas. Misalnya kita mengkaji tentang hubungan antara kecerdasan
dan prestasi sekolah, maka kecerdasan adalah variabel bebas dan prestasi
sekolah adalah variabel terikat.
Untuk mempelajari hubugan – hubungan antara variabel bebas maka regresi
linier terdiri dari dua bentuk, yaitu:
a. Regresi Linier :
a) Regresi Linier Sederhana (Simple analysis regresi)
Menurut Singgih (2012), regresi linier sederhana digunakan untuk
mendapatkan hubungan matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel
tak bebas tunggal dengan variabel bebas tunggal. Regresi linier sederhana hanya
memiliki satu peubah yang dihubungkan dengan satu peubah tidak bebas . Bentuk
umum dari persamaan regresi linier untuk populasi adalah dimana:
Y = a + bx
Y = Variabel tak bebas
x = Variabel bebas
a = Parameter Intercep
b = Parameter Koefisisen Regresi Variabel Bebas
Menentukan koefisien persamaan a dan b dapat dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil, yaitu cara yang dipakai untuk menentukan koefisien
persamaan dan dari jumlah pangkat dua (kuadrat) antara titik-titik dengan garis
regresi yang dicari ysng terkecil.
Dalam menentukan persamaan model regresi linear sederhana diperlukan
metode tertentu. Metode yang paling sering digunakan adalah metode kuadrat
terkecil (Least Square method). Pada dasarnya, least square method adalah
metode meminimasi persamaan kuadrat. Dengan meminimasi persamaan kuadrat
tersebut, maka akan didapatkan nilai untuk slope dan nilai untuk intersep yang
akan membuat persamaan itu menjadi yang paling baik. Misalnya, jika kita ingin
meramal hubungan antara intelejensi dan prestasi belajar.
Dengan menggunakan metode regresi linear sederhana, kita mendapatkan
persamaan sebagai berikut:
Y = 2,55 + 0,93 (X)
Maka -12,77 disebut intersep dan dan 0,93 disebut slope. Slope sebesar 0,93
berarti bahwa setiap peningkatan 1 unit X (intelejensi), maka diperkirakan akan
terjadi peningkatan sebesar 0,93 pada prestasi belajar. Nilai 2,55 melambangkan
prestasi belajar. Kita bisa gunakan model regresi yang telah kita hasilkan tersebut
untuk memprediksi prestasi belajar seorang anak apabila dai memiliki intelejensi
terstentu.
b) Regresi Linier Berganda (Multiple analysis regresi)
Sedangkan menurut Hasan (2010), analisis regresi berganda merupakan
hubungan antara 3 variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel
bebas dengan satu variabel tak bebas. Tujuan utama regresi adalah untuk
membuat perkiraan nilai suatu variabel (variabel dependen) jika nilai variabel
yang lain yang berhubungan dengannya (variabel lainnya) sudah ditentukan.
b. Regresi Nonlinier
a) Regresi Eksponensial
Bila segugus data tampaknya paling baik disajikan melalui kurva regresi
yang tak linear, makakita harus mencoba menentukan bentuk kurvanya dan
menduga parameternya.
Dalam melakukan penentuan variable bebas dan variable terikat harus
dilandasi dengan teori yang kuat. Hal ini karena statistik tidak dapat membedakan
data yang memiliki teori dengan data yang tidak berteori. Jika data yang kita
gunakan tidak memiliki landasan teori yang kuat, maka kesimpulan yang kita
ambil akan sangat menyesatkan. Misalnya, kita memprediksi prestasi belajar
dengan hasil panen padi. Secara statistik, bisa jadi prestasi belajar dipengaruhi
oleh panen padi. Akan tetapidalam kenyataannya, hasil analisis ini tidak dapat
dibuktikan. Model regresi bermacam-macam.
Misalnya, regresi linear, regresi parabola, regresi hiperbola, regresi fungsi
pangkat tiga dan lain-lain. Akan tetapi, regresi yang paling sering digunakan
adalah regresi linear. model regresi linear dapat dituliskan dalam bentuk
matematis sebagai berikut:
β0 = intersep Y untuk populasi
β0 = slope untuk populasi
ε = random error dalam Y untuk observasi ke-i
Dalam analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu:
a. Variabel respon disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang
keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat , karena adanya
variabel bebas.
b. Variabel prediktor disebut juga dengan variabel independen yaitu variabel
yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Persyaratan Penggunaan Regresi
Model kelayakan regresi linear didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA
sebesar < 0.05.
2. Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan
ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation.
3. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T.
Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T tabel (nilai kritis).
4. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi
yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini
hanya berlaku untuk regresi linier berganda dengan variabel bebas lebih
dari satu.
5. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Durbin dan
Watson (DB) sebesar < 1 dan > 3.
6. Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai
r2 semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai
mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Nilai r2 mempunyai
karakteristik diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai r2 maksimal sebesar 1.
Jika Nilai r2 sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna.
Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model
regresi. Sebaliknya jika r2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier
antara X dan Y.
7. Terdapat hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel
tergantung (Y).
8. Data harus berdistribusi normal.
9. Data berskala interval atau rasio.
10. Kedua variabel bersifat dependen, artinya satu variabel merupakan
variabel bebas (disebut juga sebagai variabel predictor) sedang variabel
lainnya variabel tergantung (disebut juga sebagai variabel response).
Menurut Rita (2013), pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan
menggunakan dua hal, yaitu; tingkat signifikan atau probabilitas dan tingkat
kepercayaan atau confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada
umumnya orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikan mulai dari 0,01
sampai dengan 0,1. Yang dimaksud dengan tingkat signifikan adalah probabilitas
melakukan kesalahan tipe 1, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis
tersebut benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang
dimaksud dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai
semple akan mewakili nilai populasi dimana sample berasal. Dalam melakukan uji
hipotesis terdapat dua hipotesis, yaitu:
Ho (hipotesis nol) dan H1 (hipotesis alternatif)
Contoh uji hipotesis misalnya rata-rata produktivitas pegawai sama dengan 10
(∑x = 10), maka bunyi hipotesisnya ialah:
Ho: rata-rata prokdutivitas pegawai sama dengan 10
H1 : rata-rata prokdutivitas pegawai tidak sama dengan 10
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam uji hipotesis ialah:
a. Untuk pengujian hipotesis kita menggunakan data sample.
b. Dalam pengujian akan menghasilkan dua kemungkinan, yaitu pengujian
signifikan secara statistik jika kita menolak Ho dan pengujian tidak
signifikan secara statistik jika kita menerima Ho.
c. Jika kita menggunakan nilai t, maka jika nilai t yang semakin besar atau
menajuhi 0, kita akan cenderung menolak Ho, sebaliknya jika nilai t
semakin kecil atau mendekati 0 kita akan cenderung menerima Ho.
Tomat merupakan salah satu jenis buah yang memiliki senyawa polifenol,
karotenoid, dan vitamin C yang dapat bertindak sebagai antioksidan. Menurut
Santoso (2006), bahwa tomat setelah dipanen masih melakukan proses
metabolisme menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam buah.
Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena buah
sudah terpisah dari pohonnya, sehingga mempercepat proses hilangnya nilai gizi
buah dan mempercepat proses pemasakan. Selain aktivitas metabolisme,
kerusakan dapat juga disebabkan oleh kontaminasi mikroba, pengaruh suhu, udara
dan kadar air. Selama pematangan terjadi perubahanperubahan baik secara fisik
seperti perubahan warna pada tomat, kimia berupa penguraian karbohidrat
menjadi gula sederhan, adanya aktifitas enzim- enzim pengurai lemak dan vitamin
C. Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti di Indonesia belum
mendapat perhatian yang cukup.
Tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dahulu. Awal
mulanya, tomat berasal dari pegunungan Peru, kemudian muncul di Meksiko.
Bangsa Indian suku Astec menyebutnya xictomatle. Kemudian menyebar ke
Indonesia pada tahun 1811 (Tugiyono 2005). Secara lengkap para ahli botani
mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistematik sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae Sub-kelas : Metachlamidae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum
Species : Lycopersicum esculentum Mill
Menurut Tugiyono (2005), berdasarkan bentuk buahnya, tanaman tomat
komersial dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Tomat biasa (Lycopersicum commune) Bentuk buahnya bulat pipih,
bentuknya tidak teratur. Jenis tomat ini sangat cocok ditanam di daerah
dataran rendah.
2. Tomat apel (Lycopersicum Pyriformae) Bentuk buahnya bulat, kuat,
sedikit keras menyerupai buah apel. Tanaman ini sangat cocok ditanam di
daerah dataran tinggi.
3. Tomat kentang (Lycopersicum grandifolium) Buahnya berbentuk bulat,
besar, padat, menyerupai buah apel, tetapi agak kecil, dan daunnya lebar-
lebar.
4. Tomat keriting (Lycopersicum validum) Buahnya berbentuk agak lonjong
keras seperti alpukat atau pepaya yang dikenal dengan tipe roma. Tomat
ini disebut tomat gondol, yang disenangi karena kulitnya tebal. Tomat
jenis ini tahan pengangkutan jarak jauh. Daunnya rimbun keriting seperti
terserang penyakit virus keriting. Daunnya berwarna hijau kelam.
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat,
dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi. Untuk pertumbuhannya
yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman
(pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus,
serta pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai tanaman mulai dapat
dipanen. Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan tomat adalah 230C pada siang hari
dan 17 0C pada malam hari. Suhu yang tinggi yang diikuti kelembaban relatif
yang tinggi dapat menyebabkan penyakit daun berkembang, sedangkan
kelembaban yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah. Manfaat
Tomat Dalam buah tomat banyak terkandung zatzat yang berguna bagi tubuh
manusia. Zat-zat yang terkandung di dalamnya adalah vitamin C, vitamin A, dan
mineral. Tomat banyak mengandung vitamin C yang bermanfaat memelihara
kesehatan gigi dan gusi, menghindari penyakit yang dikenal dengan nama scurvy
(skorbut), serta melawan kecenderungan pendarahan pembuluh darah yang halus.
Vitamin A dalam buah tomat baik untuk kesehatan mata. Selain itu tomat juga
dapat membangun sel darah merah.
Menurut Rahmawati (2010), Hal ini terlihat dari kerusakan –kerusakan
pasca panen sebesar 25%-28%. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju
respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk namun demikin beberapa cara
tambahan dari cara pendinginan (suhu rendah) dapat meningkatkan efektifitas
penurunan laju respirasi. Selain itu menurunkan suhu dilakukan pengemasan
dengan pengemas plastik. Senyawa-senyawa antioksidan tersebut menurut Hayes
dan Laudan (2008) dapat menghambat proses oksidasi yang dapat menyebabkan
penyakit kronis dan degeneratif.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Hasil
1. Tabel Susut Bobot
0 181 0
1 179 1,10
2 177 2,20
3 175 3,31
4 172 4,97
5 171 5,52
6 170 6,07
Perhitungan:
Berat Awal−Berat Akhir
Rumus susut bobot = x 100 %
Berat Awal
181−181
a. Hari ke- 0 : x 100 %=0 %
181
181−179
b. Hari ke- 1 : x 100 %=1,10 %
181
181−177
c. Hari ke- 2 : x 100 %=2,20 %
181
181−175
d. Hari ke- 3 : x 100 %=3,31%
181
181−172
e. Hari ke- 4 : x 100 %=4,97 %
181
181−171
f. Hari ke- 5 : x 100 %=5,52 %
181
181−170
g. Hari ke- 6 : x 100 %=6,07 %
181
2. Tabel Persamaan Regresi
N X Y X2 Y2 XY
0 1 0 1 0 0
1 2 1,1 4 1,21 2,2
2 3 2,2 9 4,48 6,6
3 4 3,31 16 10,96 13,24
4 5 4,97 25 24,70 24,85
5 6 5,52 36 30,47 33,12
6 7 6,07 49 36,84 42,49
Jumlah 28 23,17 140 109,02 122,5
Rerata 4 3,31 20 15,57 17,5
Perhitungan :
(∈ X 2)
a. ∈ X 2=∈ X 2−
n
= 140−¿ ¿
178
= 140−
7
= 140−112
= 28
b. ∈ X 2=∈Y −¿ ¿
¿ 109,02−¿ ¿
536,84
¿ 109,02−
7
¿ 109,02−76,69
= 32,33
(∈ X ) −(∈ Y )
c. ∈ XY =∈ XY −
n
( 28 ) −( 23,17 )
¿ 122,5−
7
¿ 122,5−92,68
= 29,82
∈ XY
d. b ¿
∈ X2
29,82
=
28
= 1,06
e. a = Ý - b X́
= 3,31- ( 1,06 ×4 )
= -0,95
3. Grafik
7
6 6.07
5.52
5 4.97
Susut Bobot
4
3.31
3
2.2
2
1 1.1
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Lama Penyimpanan
Y= a+bX
Y=-0,95+1,06x
4. Koefisien Korelasi (r)
∈ XY
r =
√ ∈ X .∈ Y
29,82
=
√28. 32,32
29,82
=
√ 904,96
29,82
=
30,08
= 0,99
5. Koefisien Determinan
r 2=¿
= 0,98
0,98 × 100 %
= 98 %
Setelah dilakukan perhitungan koefisien korelasi didapatkan r = 0,99
Maka, 0,7 ≤ 0,99 ≤ 0,99 sehingga sangat kuat. Dimana 99 % persen
dipengaruhi oleh lama penyimpanan dan susut bobot pada buah tomat.
Sedangkan 1 % kemungkinan dipengaruhi oleh variabel yang lainnya.
6. Uji T
n−r
t hitung = n
√1−r 2
7−0,99
= 7
√ 1−0,98
6,01
= 7
√ 0,02
6,01
=
0,98
= 6,13
Setelah dilakukan perhitungan uji T didapatkan t hitung 6,13 sedangkan f tabel
2,01505. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa :
t hitung > t Tabel
6,13 > 2,01505
Maka, lamanya penyimpanan berpengaruh terhadap susut boot buah tomat.
7. Uji F
a. Hipotesis
Ha : persamaan regresi tetap
Ho : persamaan regresi tidak tetap
Atau
Ha : µa = µb
Ho : µa ≠ µb
b. Perhitungan
1. JK total =∈ y 2
= 109,02
2. Jk Regresi = b.∈× y
= 1,06 . 29,82
= 31, 60
3. JK Residu = JK total – Jk Regresi
= 109,02 – 31,60
= 77,42
8. Tabel Anova
SK db JK KR Fhit Fα
JK regresi
K-1 db regresi
Regresi 2-1 31,60 31,60
= KR Regresi
1
1 KR Residu
= 31,60
31,60 6,61
JK residu =
15,484
n-K db residu
= 2,04
Residu 7-2 77,42 77,42
=
5
5
= 15,484
Total 6 109,02 47,048 2,04 6,61
Setelah dilakukan perhitungan dari keseluruhan didapatkan Fhitung 2,04,
sedangkan pada F 95 % adalah 6,61. Maka, dapat dapat disimpulkan bahwa lama
penyimpanan akan bepengaruh terhadap susut bobot buah tomat. Sehingga jalur
alternatif yang dapat diambil adalah Ho diterima dan Ha ditolak maka persamaa
regresi tidak tepat.
B. Pembahasan
Pada praktikum analisis regresi kali ini kami menggunakan tomat yang
diamati susut bobotnya dari hari ke-0 sampai hari ke-6. Pada hari ke-0 susut buah
tomat yang hilang sebesar 0 %, hari ke-1 susut bobot buah tomt 1,10 %, hari ke-2
susut bobot buah tomat 2,20 %, hari ke-3 susut buah tomat 3,31 %, hari ke-4 susut
buah tomat 4,97 %, hari ke-5 susut buah tomat 5,52 %, dan pada hari ke-6 susut
buah tomat 6,07 %. Pada pengamatan kali ini susut bobot buah tomat dari hari ke-
0 sampai hari ke-6 mengalami peningkatan. Dimana sesuai dengan literatur bahwa
Susut bobot pada tomat cenderung meningkat seiring dengan lama penyimpanan
dan tingkat kematangan. Hal ini diduga karena terjadinya proses transpirasi
sehingga air yang terdapat di dalam tomat berpindah ke lingkungan yang
menyebabkan terjadinya penyusutan (susut bobot) pada tomat.
Menurut Fauziah (2011), bahwa kehilangan susut bobot buah selama
disimpan terutama disebabkan oleh kehilangan air. Kemungkinan kehilangan air
pada produk segar juga dapat menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan.
Kehilangan air ini disebabkan karena sebagian air dalam jaringan bahan menguap
atau terjadinya transpirasi. Kehilangan air yang tinggi akan menyebabkan
terjadinya pelayuan dan keriputnya buah.
Sudarmadji (2003) menambahkan bahwa transpirasi pada buah
menyebabkan ikatan sel menjadi longgar dan ruang udara menjadi besar seperti
mengeriput, keadaan sel yang demikian menyebabkan perubahan volume ruang
udara, tekanan turgor, dan kekerasan buah.
Selain itu, lamanya penyimpanan juga mempengaruhi tekstur buah dari
yang tadinya keras menjadi lunak. Sesuai dengan pendapat Fauziah (2011),
bahwa Semakin lama penyimpanan nilai kekerasan buah semakin menurun artinya
buah semakin lunak. Hal ini kemungkinnan disebabkan terjadi perubahan
senyawa yang menyusun dinding sel, yakni perombakan protopektin yang tidak
larut menjadi pektin yang bersifat larut.
Selain itu, menurut Agus et al, 2007), tekstur tomat menjadi lunak
terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada dinding sel dan substansi
pektin secara progresif matang menyebabkan proses perombakan polisakarida dan
penyusunan dinding sel berjalan cepat. Dengan semakin besarnya polisakarida
yang terombak maka tekstur buah akan semakin lunak.
Fauziah (2011), berpendapat bahwa pektin pada buah tomat mengandung
protopektin, asam pektatdan pektin itu sendiri. Protopektin tidak larut airdan
berfungsi sebagai penguat lamela sel dandinding sel. Di dalam buah tomat yang
masih muda, sel-sel yang satu dengan yang lain diikat dengankuat oleh
protopektin. Pada buah dewasa sebagian protopektin mengalami penguraian
menjadi pektin dengan adanya enzim protopektinase. Hal ini kemungkinan
mengakibatkan terlepasnya sel-sel yang satu dengan yang lain pada buah sehingga
buah menjadi lunak, selanjutnya enzim pektinase mengubah pektin menjadi asam
pektat yang bersifat larut. Penurunan kekerasan pada buah tomat terjadi akibat
terjadinya depolimerisasi karbohidrat dan zat pektin penyusun dinding sel
sehingga akan melemahkan dinding sel dan ikatan kohesi antar sel dan viskositas
sel menurun akibatnya tekstur tomat menjadi lunak.
Sedangkan menurut Afrazak (2014), menjelaskan bahwa daging buah
menjadi empuk karena adanya degradasi zat pektin dan hemiselulosa. Selama
proses pematangan dan penyimpanan buah sebagian protopektin tidak larut dalam
air berubah menjadi pektin yang larut dalam air, sehingga menurunkan daya
kohesi dinding sel yang mengikat sel satu dengan yang lain akibatnya kekerasan
buah akan menurun dan buah menjadi lunak.
Pada tabel 2, dicari X2, Y2, dan XY. Untuk X2, X yang digunakan yaitu
hari ke- selama penyimpanan buah tomat, didapatkan hasil pada hari ke 0 yaitu 1,
hari ke-1 yaitu 4, hari ke-2 adalah 9, hari ke-3 adalah 16, hari ke-4 adalah 25, hari
ke-5 adalah 36, dan hari ke-6 adalah 49. Didapatkan jumlah X 2 adalah 140, dan
rerata 20. Sedangkan untuk mencari Y2, Y adalah susut bobot, pada hari ke 0
hasilnya adalah 0, hari ke-1 adalah 1,21, hari ke-2 adalah 4,84, hari ke-3 adalah
10,96, hari ke-4 adalah 24,70, hari ke-5 adalah 30,47, dan pada hari ke-6 adalah
36,84. Jumlah Y2 adalah 109,02 dan reratanya 15,57. Perhitungan XY dengan X
dikali dengan Y, didapatkan hasil pada hari ke 0 adalah 0, hari ke-1 adalah 2,2,
hari ke-2 adalah 6,6, hari ke-3 adalah 13,24, pada hari ke-4 adalah 24,85, hari ke-5
adalah 33,12, dan hari ke-6 adalah 42,49. Jumlah dari XY dari hari ke-0 sampai
hari ke-6 adalah 122,5 dan reratanya 17,5. Setelah mencari data yang diatas,
784
selanjutnya ∑x 2
dicari dan didapatkan hasil 28, dari 140− =28. Kemudian,
7
536,84
∑y 2
adalah 32,33 diperoleh dari 109,02− =32,33 . ∑ xy dicari dengan
7
( 28 x 23,17 )
122,5− =29,82. Untuk mencari persamaan grafik, pertama-tama
7
29,82
mencari a dan b terlebih dahulu. b diperoleh dari sehingga diperoleh hasil b
28
1,06. Sedangkan a diperoleh dari 3,31- (1,06x4), sehingga a adalah -0,95.
Persamaan grafiknya menjadi y = -0,95+1,06x.
Grafik hubungan antara lama penyimpanan dengan susut bobot buah tomat
didapatkan semakin naik karena semakin lama penyimpanan pada suhu ruang
berat tomat akan semakin turun dan susut bobotnya naik, sehingga grafiknya pun
mengalami kenaikan.
29,82
Nilai dari koefisien korelasi (r) adalah 0,99 yang didapatkan dari =
30,08
0,99, yang berarti koefisien korelasinya sangat kuat. Dimana 99 % persen
dipengaruhi oleh lama penyimpanan dan susut bobot pada buah tomat. Sedangkan
1 % kemungkinan dipengaruhi oleh variabel yang lainnya. Nilai dari koefisien
determinan adalah 98 % yang didapatkan dari r 2=¿ = 0,98 dan nilai itu dikali 100
% yaitu 0,98 × 100 % = 98 %, yang berarti nilai determinasi
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Susut bobot pada tomat cenderung meningkat seiring dengan lama
penyimpanan dan tingkat kematangan. Hal ini karena terjadinya proses
transpirasi sehingga air yang terdapat di dalam tomat berpindah ke lingkungan
yang menyebabkan terjadinya penyusutan (susut bobot) pada tomat.
2. Lamanya penyimpanan mempengaruhi tekstur buah dari yang tadinya keras
menjadi lunak. Semakin lama penyimpanan nilai kekerasan buah semakin
menurun artinya buah semakin lunak. Hal ini kemungkinnan disebabkan terjadi
perubahan senyawa yang menyusun dinding sel, yakni perombakan protopektin
yang tidak larut menjadi pektin yang bersifat larut.
B. Saran
Praktikan sebaiknya lebih memperhatikan prosedur dari praktikum yang akan
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan, peralatan di laboratorium sebaiknya
diperbanyak lagi agar lebih efektif dan efisien dalam melakukan praktikum, dan
asisten praktikum sebaiknya lebih memahami prosedur dari praktikum yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, D dan R. Laudan. Food and Nutrition / Editorial Advisers, Dayle Hayes,
Rachel Laudan. New York: Marshall Cavendish, 2008.
Santoso, Singgih. 2012. Paduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta : PT. Elex media
Komputindo.
Tugiyono, H. 2005. Bertanam Tomat. Cet. Ke-25. Jakarta: PT. Penebar Swadaya
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Menimbang styrofoam
Menimbang tomat