Anda di halaman 1dari 20

PROSES DEGENERATIF

OLEH :

Poniyem

PO71201210071

Prodi D4 Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN

KEPERAWATAN POLTEKES KEMENKES JAMBI

TAHUN 2021/2022
PEMBAHASAN

Terjadinya Proses Penuaan

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)

Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena
lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.

Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang
harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga
tubuh mati sedikit demi sedikit.

Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapain puncak maupun menurunnya.

A. Teori Biologi
1.Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh
dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan memberikan beberapa
pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih
lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan
berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada
jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak
atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan
mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki
diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel
tidak dapat diganti.

2. Teori “Genetik Clock”


Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species tertentu.
Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan
meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofa. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara
menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang
nyata.
Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan wanita 82
tahun (WHO, 1995)
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini
Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.
Untuk membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma,
maka dilakukan trasplantasi silang dari nukleus.

Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi,
kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994)
3. Sintesis Protein (Kolagen Dan Elastin)

Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia.
(Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan
permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.

4. Keracunan Oksigen

Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi,
tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.

Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran
sel mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos,
1990)

Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses
ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
penting bagi proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari
kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan
jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakan sistem tubuh.

5. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel
darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).
Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal
ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan
tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989)

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-jaringan
beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak
jaringan.

Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi
bermacammacam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987)

Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker
leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan
meningkatnya umur (Suhana, 1994)

Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan, dalam
pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk beradaptasi terhadap
stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan proses
penyakit. (kronik dan akut)

Teori Psikologis

1. Teori Pelepasan

Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu
proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri
dari masyarakat.
2. Teori Aktivitas

Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi
mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyusuauian.

Aspek Psikologis Akibat Lanjut Usia


Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian yang
umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan
mental yang kurang.

Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam
kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung
gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam
memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun
kondisinya menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran
mental yang substansil atau luas.

Keperibadian, Intelegensia, Dan Sikap

Meskipon sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap
dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami
kontroversi, tes intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada
lansia (Cockburn & Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara signifikan dan bahkan
mungkin tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya tentu berbeda
dengan sering bertentangan dengan sikap generasi yang lebih muda. Semua kelompok lansia
sering kali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit
untuk berubah. Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih
muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung
tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu
gambaran adaptif pada penuaan.

Batasan Tua Atau Lanjut Usia

Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia.


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

Lanjut usia meliputi:

· Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

· Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun

· Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun

· Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun


Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad

Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:

· 0-1 tahun = masa bayi

· 1-6 tahun = masa prasekolah

· 6-10 tahun = masa sekolah

· 10-20 tahun = masa pubertas

· 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)

· 65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)

Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog Ui)

Lanut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi
empat bagian

· Fase iuventus, antara 25 sampai 40 tahun

· Fase vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun

· Fase prasenium, antara 55 sampai 65 tahun

· Fase senium, 65 tahun hingga tutup usia

Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro

Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut;

· Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.

· Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun
· Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
ü 70-75 tahun (yaoung old) ü 75-80 tahun (old) ü Lebih dari 80 (very
old)

Menurut UU No. 4 Tahun 1965


Dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain

(sekarang tidak relevan lagi)

Menurut UU No. 13/Th.1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai
berikut;

BAB 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi:

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga;

· Usia biologis;

Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup dan mati

· Usia psikologis

Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian


kepada situasi yang dihadapinya.

· Usia sosial
Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sebungan dengan usianya.

Kondisi Fisiologis Dan Patologis Pada Lanjut Usia

Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Perubahan-perubahan fisik

a. Sel

2. Lebih sedikit jumlahnya


3. Lebih besar ukurannya

4. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler

5. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.

6. Jumlah sel otak menurun.

7. Terganggunya mekanisme perbaikan sel

8. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

b. Sistem persarafan

1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya)

2. Cepatnyan menurun hubungan persarafan

3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

4. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,


mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya dengan ketahanan terhadap dingin.

5. Kurang sensitif terhadap sentuhan

c. Sistem pendengaran
1. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun

2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.

4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
d. Sistem penglihatan

1. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.

2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
dan susah melihat dalam cahaya gelap

5. Hilangny daya akomodasi

6. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.

7. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e. Sistem kardiovaskuler

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut 20 tahun,
hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak)
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.

f. Sistem pengtaturan temperatur tubuh

Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui antara lain;

1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35o ini akibat metabolisme yang
menurun

2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.

g. Sistem respirasi

1) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku


2) Menurunnya aktivitas dari silia

3) Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas menjadi berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun 4) Alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

6) CO2 pada arteri tidak berganti

7) Kemampuan untuk batuk berkurang

8) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring
degan bertambahnya usia.

h. Sistem gastrointestinal
1) Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (±80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang
rasa asin, asam, dan pahit.

3) Eofagus melebar

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu
mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

6) Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)

7) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.

i. Sistem reproduksi

1) Menciutnya ovari dan uterus

2) Atrofi payudara

3) Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penurunan
secara beransur-ansur
A. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan baik), yaitu;

· Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia

· Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual

· Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami

B. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
10. Sistem genito urinaria

1) Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang
masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine,
berat jenis urine menurun, proten uria.

2) Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah
dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.

3) Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun 4) Atrofi
vulva

11. Sistem endokrin

1) Produksi hampir semua hormon menurun

2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

3) Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.

4) Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.

12. Sistem kulit

1) Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak

2) Kulit kasar dan bersisik,


3) Mekanisme proteksi kulit menurun

· Produksi serum menurun

· Gangguan pigmentasi kulit

4) Kulit kepala dan rambut menipis


5) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya

13. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh

2) Kifosis

3) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek

4) Persendian membesar dan menjadi pendek

5) Tendon mengerut dan mengalami skelrosis

14. Perubahan mental

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental

1) Perubahan fisik, organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan

5) Lingkungan

1. Momory: jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan.


Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk

2. Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.

3. Berkurangnya keterampilan psikomotor.

Terjadinya Penuaan Dini Pada Sebagian Manusia

Penuaan dini adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya. Banyak
orang yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada usia yang relatif muda, bahkan
pada usia awal 20-an. Hal ini biasanya disebabkan berbagai faktor baik internal maupun
eksternal.

Faktor internal ini biasanya disebabkan oleh adanya gangguan dari dalam tubuh. Misalnya
sakit yang berkepanjangan, serta kurangnya asupan gizi. Sedangkan faktor eksternal bisa
terjadi karena sinar matahari, polusi, asap rokok, makanan yang tidak sehat dan lain
sebagainya.

Struktur Kulit

Fakta Ilmiah Tentang Kulit

1. Pada usia muda, kulit baru akan muncul ke lapisan epidermis setiap 28 – 30 hari. Dengan
bertambahnya usia, proses regenerasi berkurang secara cepat. Dan setelah usia di atas 50
tahun prosesnya menjadi sekitar 37 hari.

2. Lapisan dermis kulit adalah lapisan kulit yang bertanggung jawab terhadap sifat elastisitas,
dan kehalusan kulit. Berfungsi mensuplai makanan untuk lapisan epidermis, dan sebagai
fondasi bagi kolagen serta serat elastin.

3. Vitamin C merangsang dan meningkatkan produksi kolagen kulit dengan cara meningkatkan
kemampuan perkembangbiakan sel fibroblast tua dermis.

Kolagen adalah komponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah Struktur Kolagen
epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblast. Pada dasarnya kolagen adalah senyawa protein
rantai panjang yang tersusun lagi atas asam amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta
hiroksiproline. Sebelum menjadi kolagen, terlebih dahulu terbentuk pro kolagen.

Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah
meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang
bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang
merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah (beautiful
skin). Proses Penuaan Kulit
Proses Penuaan pada Kulit Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu
penuaan kronologi (chronological aging) dan 'photo

aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta
metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis;
munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot).

Sedangkan proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen
serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar sinar UV yang
berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari
radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan
penghubung di bawah kulit dermis.

Sehingga dari pengetahuan kita mengenai fakta dan proses penuaan kulit yang merupakan
penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang tepat untuk menangani penuaan
dini. Salah satu tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini adalah memakai produk
antiaging yang tepat.

Ser–C, serum vitamin C adalah produk perawatan kulit yang tepat, berguna
memperlambat proses penuaan dini dan menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah.
PENUTUP

Kesimpulan

Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori
biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai
definisi mengenai proses menua.

Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki
kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada
lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-
aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat
merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.

Saran

Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya
dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda.

Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya
dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut
pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.

Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan
usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia
lanjut. Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik sebagai acuan dalam
pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia
lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.

Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

Anda mungkin juga menyukai