Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
NPM : 102419005
I.TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu menetapkan kadar asam salisilat dalam sampel dengan metode spektrofotometri UV-
Vis
II.TINJAUAN PUSTAKA
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang penting dalam kehidupan
sehari-hari, serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai
perantara dari obat-obatan seperti antiseptic dan analgesic serta pembuatan bahan baku untuk
keperluan farmasi. Asam salisilat merupakan analgesic, antipiretik, dan anti inflamasi
(Soraya,2014)
Asam salisilat (salisilic acid) dengan nama turunan BHA atau Beta Hydroxy Acid
biasanya terdapat pada produk kosmetik untuk mencegah dan mengobati jerawat yang juga
bisa berfungsi sebagai antiaging. Penggunaan asam salisilat pada dosis tinggi dapat
menyebabkan iritasi kulit. (Novitri,2018)
Asam salisilat adalah salah satu obat yang diketahui untuk mengobati keratonoid dan
pengobatan yang baik khusus kondisi kulit, termasuk psoriasis. Ketika mekanisme kerja
keratonoid- keratonoid dengan baik dengan perlahan-lahan untuk mengurangi pH pada
stratum corneum, efek ini menjadi awal dari berkurangnya skala dan kelembutan pada daerah
yang terkena. (K. Rao, 2010)
Asam salisilat dapat menyerap radiasi UV karena memiliki gugus kromofor atau
ikatan rangkap terkonjugasi dan ausokorm dalam strukturnya. Gugus kromofor adalah ikatan
atau gugus fungsispesifik dalam molekul yang bertanggung jawab atas penyerapan cahaya
pada panjang gelombang tertentu. Gugus kromofor pada asam salisilat adalah gugus benzyl
(memilki ikatan rangkap terkonjugasi). Panjang gelombang serapan maksimum dan λ
koefesien ekstingsi molar akan bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap
terkonjugasi. Sedangkan gugus ausokorm adalah gugus fungsi dalam suatu molekul yang
dapat mempengaruhi absorpsi radiasi gugus kromofor. Jika gugus ausokorm terdelokalisasi
ke gugus kromofor, maka intensitas absorbansi akan meningkat dan terjadi pergeseran
batokromik dan hipsokromik. Gugus kromofor yang terdapat pada asam mefenamatanatara
lain gugus-OH (Hidroksi).
(Charke,2005)
Spektrofometri Ultra Violet dan cahaya tampak dapat berguna pada penentuan
struktur molekul organic dan pada Analisa kuantitatif. Spectrum electron suatu molekul
adalah hasil transmisi antara dua tingkat energi electron pada molekul tersebut. Molekul-
molekul yang memerlukan lebih banyak energy untuk promosi electron akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang (Creswell,2005)
Panjang gelombang cahaya UV-Vis jauh lebih pendek daripada panjang gelombang
inframerah. Satuan yang digunakan uuntuk menentukan panjang gelombang ini adalah
monokromator. (1 nm=10,7 cm). Spectrum tampak kisaran 400 nm (ungu) sampai 750 nm
(merah) sedangkan spectrum UV adalah 100 – 400 nm. Radiasi UV-Vis berenergi lebih
tinggi daripada radiasi inframerah. Absorbsi cahaya UV atau Visible mengakibatkan
transmisi elektromagnetik yaitu promosi electron-electron dari orbital keadaan dasar yang
berenergi rendah ke orbital keadaan yang berenergi lebih tinggi, transisi ini memerlukan
energy 40-330 kkal/mol. Energy yang terserap selanjutnya terbang sebagai cahaya atau
tersalurkan melalui reaksi kimia isomerase atau reaksi kimia lainnya (Day and
Underwood,2002)
Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai absorban dengan
konsentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum.
Kurva ini merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-
Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. Pada pembuatan kurva baku ini
digunakan persamaan garis yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yaitu y= bx +a,
persamaan ini akan menghasilkan koefesien korelasi (r) (Tulandi,2015)
• Gelas Ukur
• Kuvet
• Instrumen
• Pipet tetes
• Beaker glass
• Labu ukur 50 ml
• Spektrofotometri UV-Vis
• Timbangan
III.2 Bahan:
• Asam salisilat
• Aquadest
• Etanol 95%
• Sampel bedak
III.3 Langkah-langkah:
√ Cukupkan volume dengan aquadest hingga tanda batas 500 ml diperoleh larutan
stock dengan konsentrasi 100 ppm, kemudian homogenkan
√ Larutan stock 100 ppm dilakukan pengenceran sebanyak 1x dengan seri konsentrasi
1 ppm, kemudian ditambahkan 5 ml feri nitrat 1 % dalam asam nitrat 1 %
√ Nyalakan tombol ON
√ Masukkan kuvet kedalam instrument kemudian tutup dan tekan tombol zero pada
woflet control
√ Diisi larutan standar dan larutan sampel pada masing masing kuvet
√ Ganti kuvet yang berisi larutan blanko dengan kuvet larutan standar dan larutan
sampel yang telah disiapkan tadi
√ Lakukan prosedur kerja yang sama untuk seri konsentrasi yang lainnya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
C1-C5 = O,2
—— x 10.000 ppm = 7,22 ppm
277
1,5
—— X 10.000 ppm = 54,15 ppm
277
59,6479μg/ml x500 ml
29,823,95 μg = 2,982395 mg
=0,05964 %
IV.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk penetuan kadar asam salisilat dalam
sediaan farmasi dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis,asam salisilat
memiliki gugus kromofor dan ikatan rangkap sehingga bisa ditentukan kadarnya
dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
V. KESIMPULAN
Kadar asam salisilat yang diperoleh adalah 0,05964 %
Day, R.A dan A.L. Underwood.2002. Analisis Kimia kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Fatmawati,F ., dan Herlina, L. 2017. Validasi Metode dan Penentuan Kadar Asam Salisilat
Bedak Tabur dari Pasar Majalaya, Jurnal Kimia dan Pendidikan; Vol.2(2): 141-150.
Roth, H.J dan Blaschke. (1988). Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press