Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN DAPA LANSIA DENGAN GANGGUAN


JIWA
KELOMPOK 5

Anggota:
1. Chrystian Erwin Arnanta (1611B0215)
2. Desi Mayasari Pasaribu (1611B0218)
3. Dinda Deristia (1611B0221)
4. Kiki Fatimah (1611B0237)
5. Martinho Orlando Da Kosta (1611B0245)
6. Maondri Y.Smaut (1611B0309)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Psikogeriatri atau psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang
memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis
atau psikiatrik pada lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi
suatu cabang psikiatrik, analaog dengan psikiatrik anak (Brocklehurts, Allen,
1987). Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan
pengetahuan khusus, karenakemungkinan perbedaan dalam manisfestasi klinis,
pathogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara pathogenesis dewasa muda
dan lanjut usia (Weinberg, 1995; Kolb-Brodie, 1982). Faktor penyulit pada pasien
lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya penyakit dan
kecacatan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan
peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif (Weinberg, 1995; Gunadi,
1984).
Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut, perlu mulai
dipertimbangkan adanya pelayanan psikogeriatrik di rumah sakit yang cukup
besar. Bangsal akut, kronis dan day hospital, merupakan tiga layanan yang
mungkin harus sudah mulai difikirkan (Brocklehurts, Allen, 1987). Tentang
bagaimana kerjasama antara bidang psikogeriatrik dan geriatrik dapat dilihat pada
bab mengenai pelayanan kesehatan pada usia lanjut.

1.2. TUJUAN PENULISAN


            Penulisan makalah bertujuan agar pembaca mengetahui dan memahami
Askep psikologi pada lansia.Untuk para perawat agar dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Teori Lansia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:
a.       Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.      Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c.       Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d.      Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
           
2.1.2. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa
dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahapan ini berbeda baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemunduran secara fisik maupun secara psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut putih, penurunan pendengaran, penglihatan
menurun, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas
emosional meningkat.

2.2. Teori Kejiwaan Lansia


2.2.1. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.  Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara
sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2.2.2. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personaliti yang dimiliki.
2.2.3 Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
•         Kehilangan Peran
•         Hambatan Kontak Sosial
•         Berkurangnya Kontak Komitmen
2.3. Teori Psikologi
            Spikology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun
tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.( Muhibbin
Syah (2001)

2.3.1. Teori Tugas Perkembangan


Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua
antara lain adalah:
a.       Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
b.      Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
c.       Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d.      Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
e.       Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f.       Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang
spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan:
a.       Kematangan fisik
b.      Harapan dan kebudayaan masyarakat
c.       Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954).

2.3.2. Teori Delapan Tingkat Kehidupan


Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya
kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu.
Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (delapan
tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang
harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya
perasaan putus asa. Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori
perkembangan Erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri
dapat dipilih dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran
pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan
ego terhadap ego preokupasi.

2.4 Faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia


Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia.
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah
sebagai berikut
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya
tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang
makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki
masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial,
yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang
lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat,
maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik
maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi
kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual


Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung,
gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi :
misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna
atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :


 Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
 Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya.
 Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
 Pasangan hidup telah meninggal.
 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. Perubahan Aspek Psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan
kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia
menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut:

1.     Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak


banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2.      Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3.      Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4.      Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5.       Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.

4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan


Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun
sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,
kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga
di atas.

5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal
itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas,
selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau
diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak
berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
2.5. Macam-macam Masalah Keperawatan Psikologi pada lansia
2.5.1. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu rnakan, psikomotor, konsentrasi, keielahan,
rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kap'an dan Sadock,
1998). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan
suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau
perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2000). Menurut Hudak & Gallo (1996),
gangguan depresi merupakan keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan
penyebab tindakan bunuh diri.
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan,
harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan kosong (Keliat, 1996).
Sedangkan menurut Hawaii (1996;, depresi adalah bentuk gangguan kejiwaan
pada alam perasaan (mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa. Depresi adalah
suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan (Stuart dan Sundeen,
1998).
Tanda Dan Gejala Depresi
Perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Kelliat (1996) meliputi
beberapa aspek seperti:
1.      Afektif
Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan, kemurungan, rasa
bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian, harga diri rendah, kesedihan.
2.      Fisiologik
Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan,
gangguan pencernaan, insom¬nia, perubahan haid, makan berlebihan/kurang,
gangguan tidur, dan perubahan berat badan.
3.      Kognitif
Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat
dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, pikiran yang
destruktif tentang diri sendiri, pesimis, ketidakpastian.
4.      Perilaku
Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan obat,
intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung, kebersihan
diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik diri.

Menurut PPDGJ-III (Maslim,1997), tingkatan depresi ada 3 berdasarkan gejala-


gejalanya yaitu:
1.      Depresi Ringan
Gejala :
a)      Kehilangan minat dan kegembiraan
b)      Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
c)      Kosentrasi dan perhatian yang kurang
d)     Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

2.      Depresi Sedang
Gejala :
a)      Kehilangan minat dan kegembiraan
b)      Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
c)      Kosentrasi dan perhatian yang kurang
d)     Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e)      Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

3.      Depresi Berat
Gejala :
a)      Mood depresif
b)      Kehilangan minat dan kegembiraan
c)      Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesu¬dah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
d)     Konsentrasi dan perhatian yang kurang
e)      Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f)       Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g)      Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
h)      Tidur terganggu
i)        Disertai waham, halusinasi
j)        Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

2.5.1.3. Karakteristik Depresi Pada Lanjut Usia


Meskipun depresi banyak terjadi dikalangan lansia,- depresi ini sering di
diagnosis salah atau diabaikan. Rata-rata 60-70% lanjut usia yang mengunjungi
praktik dokter umum adalah mereka dengan depresi, tetapi ; acapkali tidak
terdeteksi karena lansia lebih banyak memfokuskan pada keluhan badaniah yang
sebetulnya ; adalah penyerta dari gangguan emosi (Mahajudin, 2007).
Samiun (2006) menggambarkan gejala-gejala depresi pada lansia :
1.      Kognitif
Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognif pada lansia yang menunjukkan
gejala depresi. Pertama, individu yang mengalami  depresi memiliki self-esteem
yang sangat rendah. Mereka berpikir tidak adekuat, tidak mampu, merasa dirinya
tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang
dialami. Kedua, lansia selalu pesimis dalam menghadapi masalah dan  segala
sesuatu yang dijalaninya menjadi buruk dan kepercayaan terhadap dirinya (self-
confident) yang tidak adekuat. Ketiga, memiliki motivasi yang kurang dalam
menjalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-
sia sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha. Keempat, membesar-besarkan
masalah dan selalu pesimistik menghadapi masalah. Kelima, proses berpikirnya
menjadi lambat, performance intelektualnya berkurang. Keenam, generalisasi dari
gejala depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi.
2.      Afektif
Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan , murung, sedih, putus
asa, kehilangan semangat dan muram. Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak
dicintai. Lansia yang mengalami depresi menggambarkan dirinya berada dalam
lubang gelap yang tidak dapat terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.
3.      Somatik
Masalah somatik yang sering dialami lansia yang mengalami depresi
seperti pola tidur yang terganggu ( insomnia ), gangguan pola makan dan
dorongan seksual yang berkurang. Lansia lebih rentan terhadap penyakit karena
sistem kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging proces juga karena
orang yang mengalami depresi menghasilkan sel darah putih yang kurang
(Schleifer et all, 1984 ; Samiun, 2006).
4.      Psikomotor
Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi
motor. Sering duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara
sedikit dengan kalimat datar dan sering menghentikan pembicaraan karena tidak
memiliki tenaga atau minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam
pengkajian depresi pada lansia, menurut Sadavoy et all (2004) gejala-gejala
depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan pola tidur (sleep) pada
lansia yang dapat berupa keluhan susah tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan
tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktifitas (interest), rasa bersalah dan
menyalahkan diri (guilty), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga
(energy), penurunan konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan
menurun (appetite), gerakan lamban dan sering duduk terkulai (psychomotor) dan
penelantaran diri serta ide bunuh diri (suicidaly)

2.5.1.4. Penyebab Depresi


Menurut Stuart dan Sundeen ( 1998 ), faktor penyebab depresi ialah :
A.    Faktor Predisposisi
1.      Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui
riwayat keluarga dan keturunan.
2.      Teori agresi menyerang kedalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi karena
perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri.
3.      Teori kehilangan obyek, menunjuk kepada perpisahan traumatika individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
4.      Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang
negatif dan harga diri rendah mempe ngaruhi sistem keyakinan dan penilaian
seseorang terhadap stressor.
5.      Model kognitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif
yang di dominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri sesorang, dunia
seseorang dan masa depan seseorang.
6.      Model ketidakberdayaan yang dipelajari ( learned helplessness ),
menunjukkkan bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan
bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap  hasil yang penting dalam
kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang tidak adaptif.
7.      Model perilaku, berkembang dari teori belajar sosial, yang mengasumsi
penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi
dengan lingkungan.
8.      Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi
selama depresi, termasuk definisi katekolamin, disfungsi endokri, hipersekresi
kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologis.

B.     Stresor Pencetus
Ada 4 sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan
( depresi ) menurut Stuart dan Sundeen ( 1998 ), yaitu :
1.      Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. Karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi seseorang merupakan hal
sangat penting.
2.      Peristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai
pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah
yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3.      Peran dan ketegangan peran telah dilaporka mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
4.      Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik. Seperti infeski, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat
mencentuskan gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut terdapat
obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan.
Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai depresi.
Menurut Townsed (1998), penyebab depresi adalah gabungan dari faktor
predisposisi (teori biologis terdiri dari genetik dan biokimia), dan faktor pencetus
(teori psikososial terdiri dari psikoanalisis, kognitif, teori pembelajaran, teori
kehilangan objek).

2.5.1.5. Penyebab Depresi Pada Lanjut Usia


Depresi pada lansia merupakan permasalahan kesehatan jiwa (mental
health) yang serius dan kompleks, tidak hanya dikarenakanaging process tetapi
juga faktor lain yang saling terkait. Sehingga dalam mencari penyebab depresi
pada lansia harus dengan multiple approach.

2.5.1.6. Depresi Lanjut Usia Pasca Kuasa (POST POWER SYNDROME)


Depresi pada pasca kuasa adalah perasaan sedih yang mendalam yang
dialami seseorang setelah mengalami pension. Salah satu factor penyebab depresi
pada pasca kuasa adalah karena adanya perubahan yang berkaitan dengan
pekerjaan atau kekuasaan ketika pension. Meskipun tujuan ideal pension adalah
agar para lansia dapat menikmati hati tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pension sering dirasakan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri
(Rini J, 2001).

2.5.1.7. Faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada lanjut usia yang tinggal di
Institusi
Terjadinya depresi pada lanjut usia yang tinggal dalam institusional seperti tinggal
di panti wreda (Endah dkk, 2003) :
a.       Faktor Psikologis
Motivasi masuk panti wreda sangat penting bagi lanjut usia untuk menentukan
tujuan hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam kehidupan di panti. Tempat
dan situasi yang baru, orang0orang yang belum dikenal, aturan dan nilai-nilai
yang berbeda,  dan keterasingan merupakan stressor bagi lansia yang
membutuhkan penyesuaian diri. Adanya keinginan dan motivasi lansia untuk
tinggal dipanti akan membuatnya bersemangat meningkatkan toleransi dan
kemampuan adaptasi terhadap situasi baru.

b.      Faktor Psikososial
Kunjungan keluarga yang kurang, berkurangnya interaksi social dan dukungan
social mengakibatkan penyesuaian diri yang negative pada lansia. Menurunnya
kepasitas hubungan keakraban dengan keluarga dan berkurangnnya interaksi
dengan keluarga yang dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguana,
merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam
terjadinya depresi. Tinggal di institusi membuat konflik bagi lansia antara
integritas, pemuasan hidup dan keputusasaan karena kehilangan dukungan social
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memelihara dan mempertahankan
kepuasan hidup dan self-esteemnya sehingga mudah terjadi depresi pada lansia
(Stoudemire, 1994).

c.       Faktor Budaya
Perubahan social ekonomi dan nilai social masyarakat, mengakibatkan
kecenderungan lansia tersisihkan dan terbengkalai tidak mendapatkan perawatan
dan banyak yang memilih untuk menaruhnya di panti lansia (Darmojo & Martono,
2004). Pergeseran system keluarga (family system) dari extendend family ke
nuclear family akibat industrialisasi dan urbanisasi mengakibatkan lansia
terpinggirkan. Budaya industrialisasi dengan sifat mandiri dan individualis
menggangap lansia sebagai “trouble maker” dan menjadi beban sehingga langkah
penyelesainnya dengan menitipkan di panti. Akibatnya bagi lansia memperburuk
psikologisnya dan mempengaruhi kesehatannya.
Tinggal di panti wreda harusnya merupakan alternative yang terakhir bagi lansia,
karena tinggal dalam keluarga adalah yang terbaik bagi lansia sesuai dengan tugas
perkembangan keluarga yang memiliki lansia untuk mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan dan mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
(Duvall, 1985 yang dikutip oleh Friedman, 1998).

2.5.1.8. Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia


Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap
lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai
dengan gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan
pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta
valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling
mudah digunakan untuk diinterprestasikan di berbagai tempat, baik oleh peneliti
maupun praktisi klinis adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini
diperkenalkan oleh Yesavage pada tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut
usia, dan memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak memerlukan
keterampilan khusus dari pengguna. Instrument GDS ini memiliki sensitivitas 84
% dan specificity 95 %. Tes reliabilitas alat ini correlates significantly of 0,85
(Burns, 1999). Alat ini terdiri dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai alat
penapisan depresi pada lansia. GDS menggunakan format laporan sederhana yang
diisi sendiri dengan menjawab “ya” atau “tidak” setiap pertanyaan, yang
memrlukan waktu sekitar 5-10 menit untuk menyelesaikannya. GDS merupakan
alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal somatic yang tidak berhubungan
dengan pengukuran mood lainnya. Skor 0-10 menunjukkan tidak ada depresi, nilai
11-20 menunjukkan depresi ringan dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat
yang membutuhkan rujukan guna mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap
depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya merupakan alat penapisan.
Pernyataan Unfavorable, jawaban “tidak” diberi nilai 1 dan jawaban “ya” diberi
nilai 0.
Assasment Tool geriatric depressions scale (GDS) untuk mengkaji depresi pada
lansia sebagai berikut:
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas dengan
kehidupannya?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau
kesenangan akhir-akhir ini?
3. Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong di dalam
hidup ini?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan?
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang baik di
masa depan?
6. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang
menganggu terus menerus?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap saat?
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada anda?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian besar waktu?
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa-
apa?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah?
12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah daripada
keluar dan mengerjakan sesuatu?
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa
depan?
14. Apakah bapak/ibu akhir0akhir ini sering pelupa?
15. Apakah bapak/ibu piker bahwa hidup bapak/ibu sekarang ini
menyenangkan?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus asa?
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa lalu?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan?
20. Apakah sulit bagi bapak/ibu untuk memulai kegiatan yang
baru?
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat?
22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada
harapan?
23. Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada bapak/ibu?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal yang sepele?
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis?
26. Apakah bapak/ibu sulit berkonsentrasi?
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun tidur dipagi
hari?
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di pertemuan social?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat sesuatu keputusan?
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam
memikirkan sesuatu seperti dulu?

2.5.1.9. Upaya Penanggulangan Depresi Pada Lansia


Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat
perlu ditekannkan pendekatan yang mencakup fisik, psikologis, spiritual dan
sosial. Hal tersebut karena pendekatan daru satu aspek saja tidak akan menunjang
pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang
komprehensif. Pendekatan inilah yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental
health) disebut pendekatan eclectic holistik, yaitu suatu pendekatan yang tidak
tertuju pada kondisi fisik saja, akan tetapi juga mencakup aspek psychological,
psikososial, spiritual dan lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik
adalah pendekatan yang menggunakan semua upaya untuk meningkatan derajat
kesehatan lanjut usia, secara utuh dan menyeluruh (Hawari, 1996).
2.5.10 Penatalaksanaan Depresi pada Lansia:
A. Terapi Biologik
1. Pemberian obat antidepresan
2. Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy
3. Terapi sulih hormon
4. Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)
B. Terapi Psikososial (Psikoterapi)
Bertujuan mengatasi masalah Psikoedukatif, yaitu:
a.       Mengatasi kepribadian maladaptif,
b.      Distorsi pola berpikir,
c.       Mekanisme koping yang tidak efektif,
d.      Hambatan relasi interpersonal.
Terapi ini juga dilakukan untuk mengatasi masalah Sosiokultural, seperti
a.       Keterbatasan dukungan dari keluarga,
b.      Kendala terkait faktor kultural,
c.       Perubahan peran sosial.
C. Perubahan Gaya Hidup
1.      Aktivitas fisik terutama olah-raga.
2.      Pasien dibiasakan berjalan kaki setiap pagi/sore sehingga energi dapat diä serta
me(-) stress karena kadar norepinefrin meningkat.
3.      Selain itu, pasien juga dapat diperkenalkan pada kebiasaan meditasi serta yoga
untuk menenangkan pikirannya
D.    Diet Sehat
§  Me(-) asupan gizi yg me(+) kadar stress jg perlu dilakukan.
§  Memperhatikan jenis makanan yg akan disajikan kpd lanjut usia yg mengalami
depresi. Makanan berat scr otomatis akan memicu tindakan bagian syaraf
parasimpatik à cabang dr sistem syaraf otonom yg meæ kesadaran.
§  Depresi berhub. dg tingkat kesadaran yg rendah. Kesadaran mengacu pd proses
psikologis yg meliputi hal-hal seperti kemampuan utk memusatkan perhatian
seseorang & kemampuan utk bekerja scr efektif.

2.5.2. Berduka Cita


Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Periode duka cita merupakan suatu periode yang sangat rawan bagi
seorang penderita lanjut usia.
2.5.3. Kesepian
Kesepian atau loneliness, biasanya dialami oleh seseorang lanjut usia pada
saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat, terutama bila dirinya sendiri
saat itu juga mengalami berbagai penurunan status kesehatan, misalnya menderita
berbagai penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,
terutama gangguan pendengaran (Brocklehurts-Allen, 1987).
Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak di antara lansia
hidup sendiri tidak mengalami kesepian, karena aktivitas social yang masih tinggi,
tetapi dilain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan yang
beranggotakan cukup banyak, tohh mengalami kesepian.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.   DATA BIOGRAFI
Nama                                       :     Ny. M
TTL                                         :     Pasaman Barat,21 Januari 1945
Jenis Kelamin                          :     Perempuan
Pendidikan                              :     SD
Agama                                     :     Islam
Status Perkawinan                  :     Janda
TB/BB                                     :     151 cm/45 kg
Penampilan                              :     Bersih, kurang rapi, gigi ompong
Ciri-ciri Tubuh                         :     Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis
Alamat                                    :     Jl.Batu Manyar No.21
Orang Yang Dekat                  :     Ny. S
Hubungan                               :     Anak kandung
Alamat/Telepon                       :     Jl.Batu Manyar No.21

B.   RIWAYAT KEPERAWATAN
1.      Riwayat Keluarga
 Klien adalah anak kedua dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari
pasangan petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD.
Sedangkan ibu klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu
penyakit apa yang pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua
klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara
klien saja sebelum akhirnya kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal
berdua dengan adiknyak  sampai akhirnya adik klien juga menikah. Klien lupa
kapan tepatnya klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki3
orang anak dam suami klien meninggal 3 tahun yang lalu. Setelah suami klien
meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya
di rumah.

C.   RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini                      :    -
Alamat Pekerjaan                     :    -
Jarak Dari Rumah                     :    -
Alat Transportasi                      :    -
Pekerjaan Sebelumnya              :    -
Jarak Dari Rumah                     :    -
Alat Transportasi                      :    -
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :
Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan
anak-anak klien terutama anak bungsu klien.

D.   RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal                 
Jenis lantai rumah                     :    Kayu Ulin
Kondisi lantai                           :    Kering
Tangga rumah                           :    -
Penerangan                               :    Cukup
Tempat tidur                             :    Aman
Alat dapur                                :    Berserakan
WC                                           :    Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licin
Kebersihan lingkungan             :    Kurang bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 2 orang
Derajat privasi                          :
Tetangga terdekat                     :    Ny.K
Alamat dan telepon                  :    Jl. Batu berlian No.11

E.   RIWAYAT REKREASI
Hobbi/Minat                             :    Berkebun dan Menyulam
Keanggotaan Organisasi           ;    Organisasi Wanita Wredatama
Liburan/Perjalanan                    :    -

F.    SISTEM PENDUKUNG
Perawat                                     : Ny.N
Jarak dari rumah                       :  2 Km
Rumah Sakit                             :    RSUD  Jambak    Jarak 3,5 km
Klinik                                        :    -           Jarak
Pelayanan Kes. Dirumah          :    -
Makanan yg dihantarkan          :    -
Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah:  -
Lain-lain                                   :    -

G.  DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual                      :    Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat
Yang Lainnya                           :    mengaji setiap shalat magrib berakhir

H.  STATUS KESEHATAN
§  Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu   :
Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu
lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan
kaki klien.
§  Status Kesehatan Umum Selama 3Tahun Yang lalu    :
Klien sering melamun,nangis dan terkadang kurang berinteraksi dengan para
tetangganya..
§  Keluhan Utama                :  Gangguan Spikology
1. Provocative/Paliative      :   Klien Mengalami Depresi Karena ditinggal
suaminya
2. Quality/Quantity            :    Merenung,Diam diri
terkadang terasa sakit berkisar antara 10-15 menit
§  Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan     :
klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien
tergolong orang yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera
berobat. Klien juga tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal
oleh orang awam (termasuk klien) dengan asam urat.semenjak ditinggal suaminya
klien mengalami depresi karena klien merasa kesepian.

§  Obat-obatan:
Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena
sampel sudah tidak ada)

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)


Obat-obatan                              :    -
Makanan                                   :    -
Faktor Lingkungan                   :    -

Penyakit Yang Diderita


Arthritis Gout (Asam Urat)

I.      AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks KATZ                           :    A
Oksigenisasi                              :    Baik, tanpa alat bantu
Cairan & Elektrolit                   :    Klien minum ±4-6 gelas/hari, klien suka minum
kopi
Nutrisi                                       :    Baik, klien terkadang makan nasi lunak. Sayur-
sayuran terutama kangkung, dan ikan
Eliminasi                                   :    BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam
sehari 3-5 kali
Aktivitas                                   :    Terbatas, klien sering merasa sedih, dan lebih
mengurung diri dirumah.
Istirahat & Tidur                       :    Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari
pukul 21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00 WIB
Personal Hygiene                      :    Terkadang dibantu sama anak tertuanya
Seksual                                     :    -
Rekreasi                                    :    Klien tidak pernah rekreasi selain mengunjungi
anaknya
J.     PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL
Konsep Diri                              :    Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah
lansia
Emosi                                        :    Tidal Labil dan mudah tersinggung
Adaptasi                                   :    kurang karena Pasien tidak terlalu berbaur
dengan masyarakat sekitarnya
Mekanisme pertahanan diri      :    Baik
Status mental                         
Tingkat kesadaran                    :    Composmentis
Afasia                                       :    -
Demensia                                  :    iya
Orientasi                                   :    Tidak Normal
Bicara                                       :    Tidak Normal
Bahasa yang digunakan            :    Jawa
Kemampuan membaca             :    Bisa
Kemampuan interaksi               :    Sesuai
Vertigo                                     :    iya
Short Portable Mental Status Quistionaire (SPMSQ)       :  6 (Kerusakan
Intelektual Sedang)
Mini-Mental State Exam (MMSE)                                   :  6 (Gangguan Intelektual
Sedang)
Geriatrik Depression Scale                                                :  Skor 4
APGAR                                                                            :  6 (Sedang)

K.  TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum                        :    Baik
Tingkat kesadaran                    :    Composmentis
Tanda-tanda vital                     :    TD: 130/70 mmHg                  N: 68x/m
                                                      RR: 20x/m                               T: 36,3oC
                                                      TB: 152 cm                             BB: 48 Kg

L.   PENGKAJIAN PERSISTEM
§ PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1.      Bentuk Dada                                 :    Simetris
2.      Sekresi dan Batuk                         :    Tidak Ada
3.      Pola Nafas                                   
a.       Frekuensi nafas                       :    20x/m dan teratur
4.      Bunyi Nafas
b.      Normal                                    :    Vesikuler di semua lapang paru
c.       Abnormal                                :    -
d.      Resonen lokal                          :    -
5.      Pergerakan dada                           :    -
6.      Tractil Fremitus/Fremitus Lokal    :    -
7.      Alat Bantu Pernafasan                  :    -

§ CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1.      Nadi
Frekuensi                                       :    68x/m dan reguler    
2.      Bunyi jantung                               :    Normal
3.      Letak jantung                                :    Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-kira
satu jari medial dari garis midclavicula
4.      Pembesaran jantung                      :    Tidak
5.      Nyeri dada                                    :    Tidak
6.      Edema                                           :    Tidak
7.      Clubbing finger                             :    Tidak

§ PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat Kesadaran: Composmentis
1.      GCS
Total GCS: 14
2.      Refleks                                          :    Normal         
3.      Koordinasi gerak                           :    Ya
4.      Kejang                                           :    Tidak
5.      Lain-lain                                        :    -

§ PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


1.      Mata (Penglihatan)
a.       Bentuk                                    :    Normal
b.      Visus                                       :    -
c.       Pupil                                        :    Isokor
d.      Gerak bola mata                      :    Normal
e.       Medan penglihatan                 :    Menyempit
f.       Buta warna                              :    Tidak
g.      Tekanan Intra Okuler              :    Tidak
2.      Hidung (Penciuman)
a.       Bentuk                                    :    Normal
b.      Gangguan Penciuman             :    Tidak
3.      Telinga (Pendengaran)
a.       Aurikel                                    :    Normal
b.      Membran tympani                   :    Keruh
c.       Otorrhae                                  :    Tidak
d.      Gangguan Pendengaran          :    Ya
e.       Tinitus                                     :    Ya
4.      Perasa                                            :    Normal
5.      Peraba                                           :    Normal

§ PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Masalah kandung kemih                     :    Sering
Produksi urine                                     :    250ml/hari
Frekuensi                                             :    2-6x/hari
Warna                                                  :    Kuning Jernih
Bau                                                      :    Amoniak

§ PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1.      Mulut dan Tenggorokan
a.       Mulut                                      :    Selaput lendir mulut lembab
b.      Lidah                                       :    Hiperemik
c.       Kebersihan Rongga Mulut      :    Tidak berbau
d.      Tenggorokan                           :    Sakit Menelan
e.       Abdomen                                :    Kenyal
f.       Pembesaran Hepar                  :    Tidak
g.      Pembesaran Lien                     :    Tidak
h.      Asites                                      :    Tidak
2.      Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus
BAB                                              :    2X/hari, Tidak ada masalah
Obat pencahar                               :    Tidak
Lavemen                                       :    Tidak

§ OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


1.      Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas
Kemampuan kekuatan otot:
-       Tidak ada fraktur
-       Tidak ada dislokasi
-       Tidak ada haematom
2.      Integumen
Warna kulit                                   :    Hiperpigmentasi
Akral                                             :    Hangat
Turgor                                           :    Tidak Elastik
Tulang belakang                            :    Kiposis

M. REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara                        :    Bentuk simetris, Tidak ada benjolan
Kelamin                          :    Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

N.   ENDOKRIN
Klien tidak memiliki kelainan endokrin

O.  PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya
sudah lansia dan akan ren

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Nama klien     :
No.Reg           :
Ruang             :
MINI MENTAL SKORE

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1. Tanggal berapa hari ini? (dd/mm/hh) √
2. Hari apa hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no.telp,bila tidak ada,no.√
rumah /jalan
5. Berapakah usia anda? √
6. Kapan anda lahir?-
(tanggal/bulan/tahun)
7. Siapa nama presiden Indonesia√
sekarang?
8. Siapa nama presiden sebelumnya? -
9. Siapa nama ibumu sebelum menikah? √
10. 20 dikurang 3 dan seterunya? √

JUMLAH KESALAHAN
0-2 Kesalahan                        : Baik
3-4 kesalahan             :Gangguan Intelektual Ringan
5-7 kesalahan             : Gangguan Intelektual Sedang      
8-10 kesalahan           : Gangguan Intelektual Berat
HASIL :0 – 2 kesalahan : baik
                               INDEKS KATZ ( AKS)

Katz A Mandiri dalam :


1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Toilet,
4. Berpindah
5. Kontinen BAK/BAB
6. Makan
Katz B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas
Katz C Mandiri,kecuali mandi
Katz D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi
diatas
Katz E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1
fungsi diatas
Katz F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet,
Berpindah& 1 fungsi diatas
Katz G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA DEPRESI)

NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS TIDAK   √
DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH √ YA
MENINGGALKAN BANYAK
KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA √ YA
KEHIDUPAN ANDA KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING √ YA
BOSAN?
5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI TIDAK √
SEMANGAT YANG BAIK SETIAP
SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT √ YA
SESUATU YANG BURUK AKAN
TERJADI PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA TIDAK √
UNTUK SEBAGIAN BESAR HIDUP
ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING √ YA
TIDAK BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING YA
DIRUMAH DARI PADA PERGI
KELUAR DAN MENGERJAKAN
SESUATU HAL YANG BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA √ YA
MEMPUNYAI BANYAK MASALAH
DENGAN DAYA INGAT ANDA
DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP TIDAK√
ANDA SEKARANG
MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK √ YA
BERHARGA SEPERTI PERASAAN
ANDA SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH TIDAK√
SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA √ YA
KEADAAN ANDA TIDAK ADA
HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA √ YA
ORANG LAIN LEBIH BAIK
KEADAANNYA DARI PADA ANDA?
*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR “ 1”
( SATU)KETERANGAN :
SKOR 5-9                              : KEMUNGKINANA DEPRESI
SKOR 10 ATAU LEBIH     : DEPRESI
HASIL : skor 5 – 9 = kemungkinan depresi

NO KEADAAN PASIEN SKOR


1. KONDISI FISIK UMUM
       Baik 4     √
       Lumayan 3
       Buruk 2
       Sangat Buruk 1
2. KESADARAN
       Komposmentis 4    √
       Apatis 3
       Konfus/spoor 2
       Stupor/koma 1
3. AKTIVITAS
       Ambualan 4   √
       Ambualan dengan bantuan 3
       Hanya bisa duduk 2
       Tiduran 1
4. MOBILITAS
       Bergerak bebas 4   √
       Sedikit terbatas 3
       Sangat terbatas 2
       Tiduran 1
5. INKONTINENSIA
       Tida ada 4
       Kadang-kadang 3   √
       Sering inkontinensia urine 2
       Inkontinensia alvi dan urine 1

KATEORI SKOR
16-20   : kecil sekali /tidak terjadi
12-15   :kemungkinan terjadi kecil
< 12     :kemungkinan besar terjadi
HASIL : 19, kecil sekali / tidak terjadi

C. Diagnosa Keperawatan
1.    Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2.    Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
3.    Ketidak berdayaan
4.    Risiko bunuh diri
5.    Gangguan pola tidur
D. Rencana Tindakan Keperawatan
1.    Dx 1 : Mencederai diri berhubungan dengan depresi.

§    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia


tidak mencederai diri.
§    Kriteria Hasil:

    Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.


    Lansia tampak lebih bahagia.
    Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.

2.    Dx 2 : Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping


maladaptif
§      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia
merasa tidak stres dan depresi.
§      Kriteria Hasil :
1.  Klien dapat meningkatkan harga diri
2.  Klien dapat menggunakan dukungan sosial
3.  Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
1.Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2.Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu
3.Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
           
E. Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat
dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:
1. Ketidakberdayaan,
Kemampuan pasien:
a. Berpartisipasi dalam menentukan perawatan diri
b. Melakukan kegiatan positif dalam menyelesaikan masalah
Kemampuan keluarga
a. mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
2. Risiko bunuh diri
Kemampuan pasien:
a. Mampu mengungkapkan ide bunuh diri
b. mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri
c. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif
Kemampuan keluarga:
a. Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala awal perilaku bunuh diri
b. Keluarga menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh
diri
c. Keluarga mampu membantu pasien dalam menetapkan cara-cara yang positif
untuk mengatasi masalah
3. Gangguan pola tidur
Kemampuan klien:
a. Klien mampu mengungkapkan penyebab gangguan tidur
b. Klien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidur
Kemampuan keluarga:
a. Keluarga mampu mengidentifikasi penyebab gangguan tidur yang dialami
pasien
b. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan tidur pasien
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan depresif merupakan salah satu gangguan mental-emosional
yang cukup sering dijumpai pada orang usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh
karena faktor penyebab dari gangguan depresif begitu besar kemungkinan akan
dialami oleh orang usia lanjut. Di lain pihak, walaupun terapi untuk gangguan
depresif tersebut bisa dilaksanakan namun hasilnya tidaklah dapat mencapai hasil
yang maksimal, mengingat kekurangan secara fisik dan psikososial pada orang
usia lanjut tidaklah dapat dikembalikan seperti semula.

4.2 Saran
Asuhan keperawatan pada lansia haruslah diakukan secara profesional dan
komprehensip, yaitu dengan memandang pada aspek boi-psiko-sosial-spiritual
pada lansia. Aspek psikologis pada lansia merupakan aspek yang tak kala penting
dari aspek yang lain, olehnya itu pelaksanaan asuhan keperawataan lansia dengan
gangguan psikososial harus dilakukan dengan sebaik-baiknya demi terciptanya
lansia yang sehat jasmani dan rohani.

DAFTAR PUSTAKA

Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA
Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi
Media
Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC
Muhibbinsyah. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai