• Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyaipotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh
: morfin, petidin)
C. Jenis-jenis narkotika
1. Ganja
Ganja dapat digunakan untuk bahan obat penenang dan penghilang rasa sakit. Kandungan zat kimia delta-9-
tetrahydrocannabinol (THC) di dalam daun ganja dalam dosis tertentu dipercaya dapat memengaruhi perasaan,
penglihatan, dan pendengaran.
2. Kokain
Tanaman coca (Erythroxylon coca) yang banyak tumbuh di Pegunungan Andes, Amerika Selatan, menghasilkan
daun yang mengandung senyawa kimia alkaloid yang bernama kokain dan senyawa-senyawa turunan yang
sejenis. Pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah,
demam, perut nyeri, mual, dan muntah.
3. Sedativa – hipnotika
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil BK dan magadon digunakan sebagai zat penenang
(sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam
dosis besar dapat membuat orang yang memakannya tertidur. Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula
gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat.
4. Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal juga dengan sebutan candu, morfin, heroin, dan
putau. Opium diambil dari getah buah mentah Pavaper sommiverum.
Senyawa alkaloid dalam opium:
1. Morfin
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu
mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah
(intravena). Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna.
Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
2. Heroin
Senyawa turunan (hasil sintesis) dari morfin yang dikenal dengan sebutan putau. Heroin biasanya berbentuk
serbuk putih dan pahit rasanya. Heroin dapat menimbulkan rasa kantuk, halusinasi, dan euphoria.
3. Kodein
Merupakan senyawa turunan dari morfin, tetapi memiliki kemampuan menghilangkan nyeri lebih lemah,
demikian pula efek kecanduannya (adiksinya) lebih lemah. Kodein biasa dipakai dalam obat batuk dan obat
penghilang rasa nyeri.
2. Psikotropika
Psikotropika menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 adalah bahan atau zat baik
alamiah maupun buatan yang bukan tergolong narkotika yang berkhasiat psikoaktif pada susunan saraf pusat.
Yang dimaksud berkhasiat psikoaktif adalah memiliki sifat mempengaruhi otak dan perilaku sehingga
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku pemakainnya.
B. Macam-macam psikotropika
· Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
(Contoh : ekstasi, shabu, L)
· Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terap
dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
( Contoh: amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
· Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
· Psikotropika Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapidan/ untuk tujuan ilmu pengetahuan. Contoh: (diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam)
C. Jenis-jenis psikotropika
· Barbiturat
digunakan secara medis untuk menenangkan orang dan sebagai obat tidur. Barbiturat mempengaruhi sistim
syaraf pusat, menyebabkan perasaan lembab. Barbiturat dapat menyebabkan orang jadi sembrono, merasa
bahagia dan kebingunganmental.
Amphetamin merupakan stimulan yang biasanya diminum secara oral, walaupun dapat juga dilarutkan dalam air,
dihirup, atau disuntikkan. Amphetamin menyebabkan meningkatnya detak jantung, berkurangnya nafsu makan,
memperbaiki suasana hati, dan membesarnya pupil mata. Pengguna amphetamin menyebutkan adanya "rush"
rasa percaya diri. Ekstasi dan shabu adalah hasil sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin.
· Sabu-sabu
Nama aslinya methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap masakan. Obat ini juga
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf. Si pemakai shabu-shabu akan selalu bergantung pada obat bius
itu dan akan terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian.
2. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat
menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek
ingin menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa
sakit luar biasa.
2. Golongan Stimulan(Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini
membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan
seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini
tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.
D. Tiga tingkat pencegahan penyalahgunaan narkoba
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan agar orang sehat tidak terlibat penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (terapi).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam proses
penyembuhan.
1. Pendekatan informatif
Pendekatan informatif sering kali menjadi bobot terbesar upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di negara
kita, dengan sasaran utamanya adalah remaja. Upaya itu dilakukan dengan asumsi bahwa remaja tidak
mengetahui bahayanya. Oleh karena itu mereka perlu diberi informasi tentang bahayanya.
2. Pendekatan afektif
Pendekatan afektif didasarkan pada teori perkembangan kepribadian yang menyatakan bahwa pemakaina
narkoba pada remaja adalah bagian dari perilaku remaja, sebagai tanda keinginan mereka untuk mandiri.
Pendekatan ini tidak menekankan pada penyalahgunaan narkoba, tetapi lebih pada kebutuhan mental
emosionalnya, sehingga dapat mengurangi alasan mengurangi pemakaian narkoba.
4. Kegiatan alternatif
Anak remaja sangat rentan sekali mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh teman-temannya. Mereka cenderung
lebih suka meniru apa saja yang sedang menjadi tren atau apa saja yang dilakukan oleh temannya. Dengan
memberi kegiatan alternatif untuk mengganti tindakan negatif atau pemakaian narkoba perilaku remaja bisa
menjadi lebih positif. Kegiatan ini dapat berupa memberikan kegiatan yang cocok dengan kebutuhan remaja,
memberi kesempatan agar remaja mengembangkan kegiatannya, serta mendorong remaja untuk selalu
berpartsipasi pada kegiatan yang telah ada sperti melaksanak ibadah, organisasi dan lain-lain.
Seperti kita ketahui kaum remaja adalah generasi penerus bangsa, bagaimana jadi jika penerus bangsa sudah
rusak oleh penyalahgunaan narkoba tentunya akan membawa dampak yang berkepanjangan, seperti rantai
sambung menyambung tak akan pernah putus jika sambungannya itu tidak dilepaskan, begitu juga halnya
penyalahgunaan narkoba.
Pendidikan atau seminar bagi kaum remaja mengenai bahaya narkoba perlu ditingkatkan disekolah maupun
dilingkungan masyarakat gunanya untuk memutuskan mata rantai penyalahgunaan narkoba dimasa yang akan
datang. Karena kaum remaja objek vital yang menjadi konsumen penyalahgunaan narkoba.