Guillain-Barré Syndrome
Oleh:
1930912310037
Pembimbing:
dr. Fakhrurrazy, M.Kes, Sp.S
DEPARTEMEN/KSM NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juni, 2021
0
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Definisi....................................................................................................3
B. Epidemiologi...........................................................................................3
C. Etiologi....................................................................................................3
D. Klasifikasi................................................................................................4
E. Faktor Risiko...........................................................................................5
F. Patogenesis..............................................................................................5
G. Manifestasi Klinis...................................................................................7
H. Diagnosis...............................................................................................11
I. Penatalaksanaan....................................................................................15
J. Komplikasi............................................................................................19
K. Prognosis...............................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................44
BAB V PENUTUP...............................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................52
ii
BAB I
PENDAHULUAN
onset akut yang merupakan penyakit yang diperantarai oleh sistem kekebalan
tubuh yang menyerang sistem saraf perifer. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia
pada setiap musim dan dapat menyerang semua umur. Angka kejadian tahunan
keseluruhan GBS di Amerika Serikat adalah 1,65-1,79 per 100.000 orang dengan
perkembangan GBS. Sekitar dua-pertiga dari pasien dengan infeksi saluran napas
atau gejala gastrointestinal telah dilaporkan dalam tiga minggu sebelum timbulnya
gejala GBS. Bukti yang paling kuat adalah pada infeksi Campylobacter jejuni,
namun GBS juga dilaporkan pada infeksi berikut yaitu Mycoplasma pneumoniae,
dengan rasa baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh
sama sekali.2
ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf sensoris yang terjadi
kurang signifikan dibandingkan dengan kelemahan pada otot. Saraf yang diserang
1
2
biasanya proprioseptif dan sensasi getar. Gejala yang dirasakan penderita biasanya
Rasa sakit dan kram juga dapat menyertai terutama pada anak anak. Rasa
sakit ini biasanya merupakan manifestasi awal pada lebih dari 50% anak - anak
kelainan saraf otonom tidak jarang terjadi dan dapat menimbulkan kematian.
bahkan cardiac arrest, facial flushing, sfingter yang tidak terkontrol, dan kelainan
syndrome pada pasien laki-laki yang dirawat di bangsal saraf RSUD Ulin
Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari
susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karakterisasi berupa kelemahan atau
B. Etiologi
Pada sebagian besar kejadian Sindrom Guillain Barre, terdapat infeksi yang
saluran pencernaan adalah yang paling sering ditemui. Organisme yang paling
Barr Virus. Penyebab lain yang lebih jarang adalah HIV, Mycoplasma
C. Epidemiologi
Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah penyakit pada sistem saraf tepi yang
menyebabkan 25% penderita gagal napas sehingga membutuhkan ventil ator, 4%-
15% kematian, 20% kecacatan, dan kelemahan persisten pada 67% penderita.
GBS dapat diderita baik pria maupun wanita, berbagai usia, dan tidak dipengaruhi
3
4
oleh ras. Akan tetapi, kejadian GBS sebelumnya menunjukkan bahwa penderita
pria lebih banyak 1,5 kali dibanding wanita, lebih sering terjadi pada pria
berwarna kulit putih, dan angka insiden tertinggi pada usia sekitar 30-50 tahun
(usia produktif).3,4
D. Klasifikasi
atau arefleksia.
GalNAc-GD1a, dan GD1b pada akson saraf motorik perifer tanpa disertai
jejuni yang biasanya terjadi pada musim panas pada pasien muda.
sensoris, sehingga pada kasus ini sering ditemukan gangguan pada sensoris.
Fisher syndrome merupakan kasus yang jarang terjadi, yang memiliki gejala
yang khas berupa oftalmoplegi bilateral, ataksia dan arefleksia. Selain itu
5
juga terdapat kelemahan pada wajah, bulbar, badan, dan ekstremitas yang
kasus ini sangat jarang terjadi. Gejalanya berupa gejala otonom khususnya
pada kardiovaskuler dan visual, kehilangan sensoris juga terjadi pada kasus
ini.
E. Faktor Resiko
1. Usia. Pada orang dengan usia lanjut lebih berisiko terkena penyakit ini.
5. Infeksi mononuklear.
7. Limfoma Hodgkin.
F. Patogenesis
mencetus terjadinya demielinisasi akut pada Sindrom Guillain Barre masih belum
diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf
6
yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi. Bukti- bukti
saraf tepi.
oleh respon imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai
peristiwa sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi virus. Dalam sistem
makrofag. Prekursor sel limfosit berasal dari sumsum tulang (bone marrow)
jaringan limfoid dan peredaran. Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi
pada saraf tepi antigen harus dikenalkan pada limposit T (CD4) melalui
virus, allergen atau bahan imunogen lain akan memproses antigen tersebut
interlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa TNF. Kelarutan E selectin dan
adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan
7
berperan dalam membuka sawar darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit
pembengkakan saraf tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf
tepi. Perubahan pertama berupa edema yang terjadi pada hari ke tiga atau ke
hari ke lima, terlihat beberapa limfosit pada hari ke sembilan dan makrofag pada
hari ke sebelas, poliferasi sel schwan pada hari ke tigabelas. Perubahan pada
myelin, akson, dan selubung schwan berjalan secara progresif, sehingga pada hari
ke enampuluh enam, sebagian radiks dan saraf tepi telah hancur. Asbury dkk
limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil pada endo dan epineural.
makrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan selubung myelin dari
G. Manifestasi Klinis
Manifetasi klinis GBS tergantung pada lokasi dan keparahan inflamasi yang
sel monuklear pada saraf perifer. Pada subtipe AIDP (Acute inflammatory
rasa baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh paralisis ke
bilateral. Badan, bulbar, dan otot respirasi mungkin saja terkena. Pasien mungkin
tidak dapat berdiri atau berjalan. Refleks fisiologis akan menurun dan kemudian
ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf motoris ini bervariasi
flaksid.10
dan sekitar 25% pasien yang dirawat membutuhkan ventilasi mekanik. Umumnya,
kegagalan respirasi terjadi pada pasien dengan progresi gejala yang cepat,
Kelemahan biasanya mencapai puncak pada minggu kedua, diikuti dengan fase
plateu dengan durasi yang bervariasi sebelum terjadinya resolusi atau stabilisasi
dengan gejala disabilitas sisa. Keterlibatan saraf pusat, muncul pada 50% kasus,
tersebut dapat menimbulkan gejala berupa disfagia, kesulitan dalam berbicara, dan
Pada GBS juga terjadi kerusakan pada saraf sensoris namun kurang
biasanya proprioseptif dan sensasi getar. Gejala yang dirasakan penderita biasanya
9
berupa parestesia dan disestesia pada ekstremitas distal. Gejala sensoris ini
umumnya ringan, kecuali pada pasien dengan GBS subtipe AMSAN (Acute
motor-sensory axonal neuropathy). Rasa nyeri dan kram juga dapat menyertai
kelemahan otot yang terjadi terutama pada anak. Nyeri dirasakan terutama saat
bergerak terjadi pada 50 – 89% pasien GBS. Nyeri yang dideskripsikan berupa
nyeri berat, dalam, seperti aching atau crampin/kaku pada otot yang terserang,
sering memburuk pada malam hari. Nyeri bersifat nosiseptif dan/atau neuropatik.
Rasa sakit ini biasanya merupakan manifestasi awal pada lebih dari 50% pasien
yang dapat menyebabkan diagnosis GBS menjadi tertunda. Kelainan saraf otonom
tidak jarang terjadi dan dapat menimbulkan kematian. Gejala otonom terjadi pada
dua per tiga pasien dan meliputi instabilitas tekanan darah (hipotensi atau
Hipertensi terjadi pada 10–30 % pasien sedangkan aritmia terjadi pada 30 % dari
pasien.10
untuk mulai BAK, inkontinensia urin dan alvi, konstipasi, kesulitan menelan dan
bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas dalam, dan penglihatan kabur
(blurred visions).6
(50% kasus)
Kelemahan badan dan
ekstremitas (50% kasus)
Acute Autonomic Mekanisme tidak jelas Subtipe yang paling jarang
Neuropathy Gejala otonomik, terutama
kardiovaskuler dan visual
Hilangnya sensoris
Penyembuhan lama, dapat
inkomplit
H. Diagnosis
sensorik, serta perpanjangan latensi distal yang signifikan, dan adanya blok
Barre harus dibedakan dari penyakit dan gangguan lain yang menyebabkan
bersifat difus dan paralisis. Refleks tendon akan menurun atau bahkan
pada otot otot interkostal. Tanda rangsang meningeal seperti tanda kernig dan
12
kaku kuduk mungkin dapat ditemukan. Refleks patologis seperti refleks Babinski
umumnya negatif.8,9
umumnya normal atau sedikit meningkat, leukosit umumnya dalam batas normal,
cenderung rendah selama fase awal dan fase aktif penyakit. Pada fase lanjut, dapat
kenaikan kadar protein (1-1,5 g/dl) tanpa diikuti kenaikan jumlah sel. Keadaan ini
pleositosis. Pada kebanyakan kasus, pada hari pertama jumlah total protein CSS
normal; setelah beberapa hari, jumlah protein mulai naik, bahkan lebih lanjut saat
gejala klinis mulai stabil, jumlah protein CSS tetap naik dan menjadi sangat
tinggi. Puncaknya pada 4-6 minggu setelah mulainya gejala klinis. Derajat
penyakit tidak berhubungan dengan naiknya protein dalam CSS. Hitung jenis
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama dan puncaknya pada akhir minggu
kedua dan pada akhir minggu ketiga mulai menunjukkan adanya perbaikan. Pada
perpanjangan distal latensi (75%), konduksi blok (58%) dan penurunan kecepatan
konduksi motor (50%). Pada minggu kedua, potensi penurunan tindakan berbagai
otot (CMAP, 100%), perpanjangan distal latensi (92%) dan penurunan kecepatan
prolongasi masa laten motorik distal yang menandai blok konduksi distal dan
bagian proksimal saraf, blok hantar saraf motorik, serta berkurangnya KHS.
Degenerasi aksonal dengan potensial fibrilasi yang dapat dijumpai 2-4 minggu
setelah awitan gejala telah terbukti berhubungan dengan tingkat mortalitas yang
tinggi serta disabilitas jangka panjang pada pasien GBS, akibat fase penyembuhan
panjang (lebih dari 3 minggu) serta berkurangnya KHS dan denervasi EMG.6,8
Umumnya didapati pola dan bentuk yang relatif konsisten; yakni adanya
fase lanjut, infiltrasi sel-sel radang dan demielinasi ini akan muncul bersama
Saraf perifer dapat terkena pada semua tingkat, mulai dari akar hingga ujung saraf
motorik intramuskuler, meskipun lesi yang terberat bila terjadi pada ventral root,
saraf spinal proksimal, dan saraf kranial.Infiltrat sel-sel limfosit dan sel
mononuklear lain juga didapati pada pembuluh limfe, hati, limpa, jantung, dan
organ lainnya.8
darahsaraf. Halini dapat terlihat pada 95% kasus GBS dan hasil sensitif sampai
83% untuk GBS akut. Akan tetapi, pasien dengan tanda dan gejala yang sangat
terutama bila temuan klinis dan elektrodiagnostik memberikan hasil yang samar.8
yang ditemukan tidak diakibatkan oleh GBS sendiri. Pemeriksaan serum Kreatinin
Kinase biasanya normal atau meningkat sedikit. Tes fungsi respirasi atau
tekanan oksigen pada arteri berada dibawah 70 mmHg. Biopsi otot tidak
diperlukan dan biasanya normal pada stadium awal. Pada stadium lanjut terlihat
I. Tatalaksana
Saat ini, diketahui tidak ada terapi khusus yang dapat menyembuhkan
penyakit GBS. Penyakit ini pada sebagian besar penderita dapat sembuh dengan
dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan mengenai waktu perawatan yang lama dan
juga masih tingginya angka kecacatan / gejala sisa pada penderita, sehingga terapi
1. Kortikosteroid
menunjukkan hasil yang lebih buruk daripada kelompok kontrol. Selain itu,
2. Plasmaparesis
lebih cepat, minimal penggunaan alat bantu napas, dan lama perawatan yang
lebih singkat. Dalam studi tersebut, plasmaparesis yang diberikan dalam dua
Selain itu, perlu juga dilakukan monitoring CBC, elektrolit, PT, APTT, dan
INR satu atau dua hari bila ditemukan parameter koagulasi abnormal.
3. Imunoglobulin Intravena
17
menunjukkan respon IVIg pada GBS pertama kali dilakukan oleh Dutch
Guillai-Barre Syndrome Group dua decade silam. Dalam studi ini, mereka
membandingkan efikasi IVIg dan plasmaparesis dalam 147 pasien dan tidak
ada kelompok kontrol. Hasil studi ini menunjukkan bahwa IVIg tidak hanya
dengan IVIg pada kasus GBS ringan tidak mengubah tingkat keparahan
yang dapat diberikan pada penderita GBS adalah 400 mg/kg yang diberikan
secara progresif 50cc/jam setiap 15-20 menit hingga 150-200 cc/jam. Efek
samping ringan berupa nyeri kepala, mual, menggigil, rasa tidak nyaman
pada dada, dan nyeri punggung muncul pada 10% kasus dan mengalami
18
kaki, dan badan dengan adanya deskuaminasi. Sementara itu, reaksi berat
dan jarang sekali muncul berupa anafilaksis, stroke, infark miokardial akibat
sindrom hiperviskositas.
4. Terapi Suportif
terapi suportif yang baik menjadi elemen penting dalam terapi GBS.
bed-ridden perlu diberikan profilaksis DVT berupa kaos kaki kompres atau
kelompuhan otot wajah dan otot menelan, maka perlu dipasang selang NGT
lagi fungsi alat gerak penderita, menjaga fleksibilitas otot, berjalan dan
19
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau
trombosis vena dalam, paralisis permanen pada bagian tubuh tertentu, dan
K. Prognosis
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Umur : 44 tahun
Alamat : Balangan
Agama : Islam
No. RM : 1-47-43-54
B. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD Ulin pada tanggal 06 Juni 2021 (sekitar 13
hari yang lalu) datang dengan keluhan kelemahan di keempat anggota gerak pada
anggota gerak atas dan bawah. Pasien merupakan rujukan dari RS Suaka Insan
yang datang ke RS Suaka Insan pada tanggal 28 Mei 2021 (sekitar 22 hari yang
lalu), dengan suspect GBS dengan keluhan awal berupa kelemahan di kedua
anggota gerak bawah, yang ditandai dengan gaya berjalan pasien yang mulai
20
21
dengan rasa kebas dari perut-tungkai bawah dan kesemutan dari bahu-telapak
tangan. Kurang lebih 4-5 bulan yang lalu (Beberapa bulan lalu setelah pasien +
covid) pasien mulai mengeluhkan kram otot di kedua anggota gerak atas dan
bawahnya, yang semakin dirasakan apabila pasien kelelahan. Dalam sehari pasti
mengonsumsi neurobion warna putih. Riwayat trauma (-), demam (-). Selama
Saat di rawat di IGD RSUD ulin (20.00 WITA), tanda vital pasien : TD
173/103 mmHg, RR 20 x/menit, T 36.8 C, HR 75x/ menit, SpO2 92% tanpa O2.
Pasien sempat drop pada tanggal 07/06/2021 pukul 03.30 WITA dengan tanda
NRM 15 lpm. Setelah dimasukkan loading NS 500 cc, tanda vital membaik. TD
Pasien naik ke ICU pukul 04.00 WITA setelah tersedia ruangan dan dirawat
selama 12 malam. Diet nutrisi yang didapatkan selama di ICU adalah peptibren
6x100 cc via NGT dan mulai makan bubur, habis ½ porsi dengan lauk pauknya
dihabiskan. Selama di RSUD ulin Banjarmasin pasien sempat tidak bisa BAB
selama 12 hari. Setelah di cek, pasien ada hemoroid sejak 2 bulan yang lalu.
Hemoroidnya bisa kembali sendiri. Pasien sering mengejaan keras saat BAB, dan
sekarang sudah bsa BAB tetapi BAB keluar darah segar. Bisa BAB semenjak
minum obat laxarex gel tinjanya berwarna kuning campur darah segar. Darah
menetes dari anus pasien. BAB terasa sakit dengan sakitnya kira kira nilainya 6.
22
Hipertensi (+), Diabetes mellitus (+), diare setelah pemberian diavet keluhan
Riwayat Kebiasaan :
Pasien tinggal dengan istri dan anaknya di balangan. bekerja sebagai buruh
bangunan dan kadang supir truk. Suka mengangkat barang-barang yang berat.
Pasien pernah merokok saat SMA (1994) dan berhenti di tahun 2004 dan bukan
perokok aktif.
1. Status Generalis
Nadi : 70 x/menit
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 36,5°C
VAS :-
Perkusi: sonor
rhonki -
-
-
-
Jantung : Inspeksi: iktus -kordis tidak terlihat
-
Palpasi: iktus kordis teraba -
-
-
Perkusi: batas jantung kanan ICS IV linea parasternalis dextra,
-
batas pinggang- jantung ICS II parasternalis sinistra, batas apex
Palpasi supel, nyeri tekan (-), hepar, lien dan massa tidak teraba,
2. Status Neurologis
Meningeal sign : Kaku kuduk (-) Laseque sign (-/-) Brudzinski 1 (-/-)
(-/-)
2/3/3 2/3/3
Motori
k BT BT Eutoni Eutoni
2 2 Gerak Tonus
BT BT Eutoni Eutoni
↓ ↓
Sensibilita - -
s ↓ ↓ Atrofi
- - Klonus (-)
Trismus - -
Gerakan Mata Ke Lateral + +
N. VI Strabismus Konvergen - -
Diplopia - -
Kedipan Mata + +
Lipatan Nasolabial simetris
Sudut Mulut simetris
Mengerutkan Dahi + +
N. VII Mengerutkan Alis Simetris Simetris
Menutup Mata Simetris Simetris
Meringis + +
Bersiul + +
Daya Kecap Lidah 2/3 Depan Tdl tdl
Mendengar Suara Berbisik + +
N. VIII Mendengar Detik Arloji + +
Arkus Faring N N
Daya Kecap Lidah 1/3 Belakang Tdl Tdl
Refleks Muntah + +
N. IX
Suara Sengau - -
Tersedak - -
N. X Arkus Faring SDE SDE
Bersuara + +
Menelan +
Memalingkan Kepala + +
N. XI Sikap Bahu N N
Mengangkat Bahu + +
Sikap Lidah Tidak ada deviasi
N. XII Tremor Lidah -
Menjulurkan Lidah Tidak ada deviasi
4. Pemeriksaan penunjang
26
27
ELEKTROLIT
Natrium 135 136 – 145 mmol/l
Kalium 4.1 3,5 - 5,1 mmol/l
Clorida 109 98 – 107 mmol/l
URINALISA
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning mg/dL
Kejernihan Agak Keruh Jernih mg/dL
Berat Jenis 1.025 1.005 - 1.030 -
pH 6.0 5.0 - 6.5 -
Keton Negatif Negatif -
Protein-Albumin +++ Negatif -
Glukosa Negatif Negatif -
Bilirubin Negatif Negatif -
Nitrit Negatif Negatif -
Urobilinogen + Positif -
SEDIMEN URIN
Leukosit 0-1 0–3 /LPB
Eritrosit 0-1 0–2 /LPB
Epithel Negatif Positif -
Kristal Negatif Negatif -
Silinder Negatif Negatif -
Bakteri Negatif Negatif -
06 Juni 2021
07 Juni 2021
KIMIA
DIABETES
Glukosa Darah
216 <200.00 mg/dl
Sewaktu
FAAL LEMAK DAN JANTUNG
Kolesterol Total 319 0 – 200 Mg/dl
Trigliserida 367 0 – 150 Mg/dl
CKMB 31 0-25 U/L
HATI DAN PANKREAS
Bilirubbin total 0.38 0.20-1.20 mg/dl
Bilirubin direk 0.20 0,00 – 0.20 mg/dl
Bilirubin Indirek 0.18 0.20 – 0.80 mmol/l
IMUNO-SEROLOGI
Troponin I 18.80 8.00-29.00 Ng/L
Rematik
CRP 2.7 <5.00 mg/l
KIMIA
Gas Darah
Suhu 36.6 Celcius
pH 7.406 7.350-7.450
PCO2 35.0 35.0-45.0 mmHg
TCO2 23.0 22.0-29.0 mEq/L
29
08 Juni 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HATI DAN PANKREAS
Albumin 2.9 3.5-5.2 g/dL
09 Juni 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
CAIRAN TUBUH
ANALISA CAIRAN OTAK
MAKROSKOPIS
Tidak
Warna Tidak berwarna
berwarna
Kejernihan Jernih jernih
Tidak
Bau
berbau
Tidak ada
Bakteri Tidak ada bekuan
bekuan
MIKROSKOPIS
Dewasa : <5
Anak 5-18 tahun :
<10
Jumlah sel leukosit 1 /ul
Anak 1-4 tahun :
<20
Bayi< 1 tahun : <30
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Sel polimorfonuklear 0 0,0 – 1,0 %
Sel mononuklear 100 1,0 – 3,0 %
Jumlah Sel /Ul
0 50,0 - 81,0
polimorfonuklear
Jumlah Sel
1 20,0 - 40,0 /Ul
Mononuklear
Tidak
BTA 2,0 – 8,0
ditemukan
Tidak
Gram <1,00
ditemukan
KIMIA
Total protein cairan
186* 15-45 Mg/dl
otak
Total protein Serum 5 g/dl
30
14 Juni 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.1 14,0 - 18,0 g/dL
Leukosit 11.5 4,0 - 10,5 ribu/uL
Eritrosit 4.81 4,10 - 6,00 juta/uL
Hematokrit 40.3 42,0 - 52,0 vol%
Trombosit 145 150 – 450 rb/ul
RDW-CV 14.1 12,1 - 14,0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 83.8 75,0 - 96,0 Fl
MCH 29.3 28,0 - 32,0 Pg
MCHC 35.0 33,0 - 37,0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0,1 0,0 – 1,0 %
Eosinofil% 0.0 1,0 – 3,0 %
Neutrofil% 92.2 50,0 - 81,0 %
Limfosit% 4.6 20,0 - 40,0 %
Monosit% 3.1 2,0 – 8,0 %
Basofil# 0,01 <1,00 ribu/ul
Eosinofil# 0,00 <3,00 ribu/ul
Neutrofil# 10.62 2,50 - 7,00 ribu/ul
Limfosit# 0.53 1,25 - 4,00 ribu/ul
Monosit# 0,36 0,30 – 1.00 ribu/ul
KIMIA
DIABETES
Glukosa Darah
94 <200.00 mg/dl
Sewaktu
HATI DAN PANKREAS
SGOT 12 5 – 34 U/L
SGPT 21 0 – 55 U/L
GINJAL
Ureum 58 0 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.46 0,72 - 1,25 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 137 136 – 145 mmol/l
Kalium 3.9 3,5 - 5,1 mmol/l
Clorida 106 98 – 107 mmol/l
31
17 Juni 2021
KIMIA
DIABETES
HBA1C 8.5 4.0-6.9 %
22 Juni 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.7 14,0 - 18,0 g/dL
Leukosit 21.1 4,0 - 10,5 ribu/uL
Eritrosit 5.13 4,10 - 6,00 juta/uL
Hematokrit 43.5 42,0 - 52,0 vol%
Trombosit 225 150 – 450 rb/ul
RDW-CV 14.9 12,1 - 14,0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 84.8 75,0 - 96,0 Fl
MCH 28.7 28,0 - 32,0 Pg
MCHC 33.8 33,0 - 37,0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0,1 0,0 – 1,0 %
Eosinofil% 0.5 1,0 – 3,0 %
Neutrofil% 95 50,0 - 81,0 %
Limfosit% 2.3 20,0 - 40,0 %
Monosit% 1.1 2,0 – 8,0 %
Basofil# 0,03 <1,00 ribu/ul
Eosinofil# 0,10 <3,00 ribu/ul
Neutrofil# 19.99 2,50 - 7,00 ribu/ul
Limfosit# 0.49 1,25 - 4,00 ribu/ul
Monosit# 0.45 0,30 – 1.00 ribu/ul
KIMIA
DIABETES
HBA1C 6.7 4.0-6.9 %
FAAL LEMAK DAN JANTUNG
Kolesterol total 256 0-200 mg/dl
HDL 62 0-100 mg/dl
LDL 219 0-150 mg/dl
Trigliserida 172 0-150 mg/dl
HATI DAN PANKREAS
SGOT 56 5 – 34 U/L
32
SGPT 60 0 – 55 U/L
Albumin 2.7 3.5-5.2 g/dL
GINJAL
Ureum 34 0 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.43 0,72 - 1,25 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 136 136 – 145 mmol/l
Kalium 3.7 3,5 - 5,1 mmol/l
Clorida 105 98 – 107 mmol/l
e. USG Abdomen
Kesimpulan :
Secara Radiologi, liver lien pancreas, VU, prostat dalam batas normal
f. ENMG
34
D. Diagnosis
Diagnosis Topis : Lesi aksonal pada serabut saraf motorik dan sensorik
E. Penatalaksanaan
1. IVFD NS 20 tpm
6. Sc lantus 0-0-4
7. Sc Novorapid 4-4-4
9. Po. Candesartan 1 x 16 mg
F. Prognosis
G. Follow up
Tanggal S O A P
19 Juni Kebas Kesadaran : Compos mentis K: - IVFD NS 20
2021 bagian GCS : E4V5M6 Tetraparesis tpm
perut ke TD : 140/90 mmHg +hipoastesia+p - Inj.
bawah HR : 70 x/menit arastesia Metilprednisol
RR : 30 x/menit on 3x125 mg
Sulit tidur SpO2 : 98 % room air
T: - Inj.
Suhu : 36.5˚C,
BAB ada Pemeriksaan fisik
Lesi aksonal Mecobalamin
Cuma harus - - pada serabut 2x1
mengedan Rh - - saraf motoric - Inj.
kuat. dan sensorik Lansoprazol
36
2x30 mg
- - E: - Inj.
Wh GBS tipe
- - ceftriaxone
Amsan 2x1 gram
Rangsang meningeal : (-) - Sc lantus 0-0-4
N.I : DBN - Sc Novorapid
N.II : DBN 4-4-4
N.III : DBN - Po. Amlodipin
N.IV : DBN 1x10 mg
N.VI : DBN
- Po.
N.V : DBN
N.VII : Parese wajah (-) Candesartan 1
N.VIII : DBN x 16 mg
N.IX, X : refleks menelan, - Po.
refleks muntah DBN Atorvastatin
N.XI : DBN 1x20 mg
N.XII : Tidak ada deviasi - VIP albumin
RCL : +/+ 3x1
RCTL : +/+ - Sucralfat syr
Isokor : 3 mm/3 mm 3x1
Reflex Fisiologis - Laksadin syr
BPR - APR -
3x1
TPR -KPR -
Reflex Patologis : -
M 2/3/3 2/3/3
2 2
G BT BT
BT BT
T Eutoni Eutoni
Eutoni Eutoni
Sensibilitas ↓ ↓
↓ ↓
A - -
- -
Tanggal S O A P
20 Juni Kebas Kesadaran : Compos mentis K: - IVFD NS 20
2021 bagian GCS : E4V5M6 Tetraparesis tpm
perut ke TD : 135/90 mmHg +hipoastesia+p - Inj.
bawah HR :77 x/menit arastesia Metilprednisol
RR : 24 x/menit
on 3x125 mg
Sulit tidur SpO2 : 98 % room air T: - Inj.
Suhu : 36.5˚C,
Lesi aksonal Mecobalamin
BAB ada Pemeriksaan fisik
Cuma harus - - pada serabut 2x1
mengedan Rh - - saraf motorik - Inj.
37
T Eutoni Eutoni
Eutoni Eutoni
Sensibilitas ↓ ↓
↓ ↓
A - -
- -
Tanggal S O A P
21 Juni Kebas Kesadaran : Compos mentis K: - IVFD NS 20
2021 bagian GCS : E4V5M6 Tetraparesis tpm
perut ke TD : 130/90 mmHg dan - Inj.
bawah dan HR : 77 x/menit tetrahipoastesia Metilprednisol
masih sulit RR : 30 x/menit on 3x125 mg
untuk SpO2 : 99 % room air T: - Inj.
menggerak Suhu : 36.6˚C,
Lesi aksonal Mecobalamin
an Pemeriksaan fisik
ekstremitas - - pada serabut 2x1
Rh - - saraf motorik - Inj.
Sulit tidur dan sensorik Lansoprazol
38
2x30 mg
BAB darah - - E: - Sc lantus 0-0-4
Wh GBS tipe
- - - Sc Novorapid
BAK terasa Amsan 4-4-4
nyeri. Rangsang meningeal : (-) - Po. Amlodipin
N.I : DBN 1x10 mg
N.II : DBN - Po.
N.III : DBN Candesartan 1
N.IV : DBN x 16 mg
N.VI : DBN
- Po.
N.V : DBN
N.VII : Parese wajah (-) Atorvastatin
N.VIII : DBN 1x20 mg
N.IX, X : refleks menelan, - VIP albumin
refleks muntah DBN 3x1
N.XI : DBN - Sucralfat syr
N.XII : Tidak ada deviasi 3x1
RCL : +/+ - Laksadin syr
RCTL : +/+ 3x1
Isokor : 3 mm/3 mm
Reflex Fisiologis
BPR - APR -
TPR -KPR -
Reflex Patologis : -
M 2/3/3 2/3/3
2 2
G BT BT
BT BT
T Eutoni Eutoni
Eutoni Eutoni
Sensibilitas ↓ ↓
↓ ↓
A - -
- -
Tanggal S O A P
22 Juni Kebas Kesadaran : Compos mentis K: - IVFD NS 20
2021 bagian GCS : E4V5M6 Tetraparesis tpm
perut ke TD : 140/80 mmHg dan - Inj.
bawah HR : 87 x/menit tetrahipoastesia Metilprednisol
RR : 24 x/menit
on 3x125 mg
Sulit tidur SpO2 : 99 % room air T:
Suhu : 36.5˚C,
- Inj.
Lesi aksonal Mecobalamin
Pusing Pemeriksaan fisik
- - pada serabut 2x1
Susah BAB Rh - - saraf motorik - Inj.
39
T Eutoni Eutoni
Eutoni Eutoni
Sensibilitas ↓ ↓
↓ ↓
A - -
- -
Tanggal S O A P
23 Juni Masih Kesadaran : Compos mentis K: - IVFD NS 20
2021 terasa kebas GCS : E4V5M6 Tetraparesis tpm
dan sulit TD : 130/90 mmHg dan - Inj.
menggerak HR : 71x/menit tetrahipoastesia Metilprednisol
an RR : 24 x/menit
on 3x125 mg
ekstremitas. SpO2 : 97 % room air T:
BAB cair Suhu : 36.5˚C,
- Inj.
Lesi aksonal Mecobalamin
5-6 kali VAS : 5-6
dalam Pemeriksaan fisik pada serabut 2x1
sehari , - - saraf motoric - Inj.
tekstur tinja Rh - - dan sensorik Omeprazole
hanya air 2x40 mg
tidak ada E: - Sc lantus 0-0-4
- -
ampas GBS tipe - Sc Novorapid
40
G BT BT
BT BT
T Eutoni Eutoni
Eutoni Eutoni
Sensibilitas ↓ ↓
↓ ↓
A - -
- -
Tanggal S O A P
24 Juni Kesadaran : Compos mentis K: - IVFD NS 20
2021 GCS : E4V5M6 Tetraparesis tpm
BAB cair TD : 135/87 mmHg dan - Inj.
sudah mulai HR : 87 x/menit tetrahipoastesia Metilprednisol
berkurang. RR : 24 x/menit on 3x125 mg
SpO2 : 99 % room air T: - Inj.
BAK dalam Suhu : 36.5˚C,
Lesi aksonal Mecobalamin
batas Pemeriksaan fisik
normal - - pada serabut 2x1
Rh - - saraf motorik - Inj.
Pusing dan sensorik Omeprazole
sudah tidak - - 2x40 mg
ada Wh E: - Sc lantus 0-0-4
- -
41
M 2/3/3 2/3/3
2 2
G BT BT
BT BT
T Eutoni Eutoni
Eutoni Eutoni
Sensibilitas ↓ ↓
↓ ↓
A - -
- -
Tanggal S O A P
25 Juni Masih Kesadaran : Compos mentis K: - IVFD NS 20
2021 terasa kebas GCS : E4V5M6 Tetraparesis tpm
dan sulit TD : 140/90 mmHg dan - Inj.
menggerak HR : 90 x/menit tetrahipoastesia Metilprednisol
an RR : 26 x/menit on 3x125 mg
ekstremitas SpO2 : 99 % room air T: - Inj.
tetapi saat Suhu : 36.5˚C,
Lesi aksonal Mecobalamin
ini pasien Pemeriksaan fisik
sudah dapat - - pada serabut 2x1
duduk di Rh - - saraf motoric - Inj.
42
M 4/3/3 4/3/3
2 2
G BT BT
BT BT
T Eutoni Eutoni
Eutoni Eutoni
Sensibilitas ↓ ↓
↓ ↓
A - -
- -
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilakukan anamnesis kepada pasien dan Suaminy Tn.R usia 44 tahun
klinis yaitu tetraparesis dan tetrahipoestesia, diagnosis topis yaitu lesi aksobal
pada serabut saraf motorik dan sensorik serta diagnosis etiologi yaitu GBS tipe
AMSAN.
Pasien datang ke IGD RSUD Ulin pada tanggal 06 Juni 2021 (sekitar 13
hari yang lalu) datang dengan keluhan kelemahan di keempat anggota gerak pada
anggota gerak atas dan bawah. Pasien merupakan rujukan dari RS Suaka Insan
yang datang ke RS Suaka Insan pada tanggal 28 Mei 2021 (sekitar 22 hari yang
lalu), dengan suspect GBS dengan keluhan awal berupa kelemahan di kedua
anggota gerak bawah, yang ditandai dengan gaya berjalan pasien yang mulai
dengan rasa kebas dari perut-tungkai bawah dan kesemutan dari bahu-telapak
tangan. Kurang lebih 4-5 bulan yang lalu (Beberapa bulan lalu setelah pasien +
covid) pasien mulai mengeluhkan kram otot di kedua anggota gerak atas dan
bawahnya, yang semakin dirasakan apabila pasien kelelahan. Dalam sehari pasti
mengonsumsi neurobion warna putih. Riwayat trauma (-), demam (-). Selama
Saat di rawat di IGD RSUD ulin (20.00 WITA), tanda vital pasien : TD
173/103 mmHg, RR 20 x/menit, T 36.8 C, HR 75x/ menit, SpO2 92% tanpa O2.
44
45
Pasien sempat drop pada tanggal 07/06/2021 pukul 03.30 WITA dengan tanda
NRM 15 lpm. Setelah dimasukkan loading NS 500 cc, tanda vital membaik. TD
Pasien naik ke ICU pukul 04.00 WITA setelah tersedia ruangan dan dirawat
selama 12 malam. Diet nutrisi yang didapatkan selama di ICU adalah peptibren
6x100 cc via NGT dan mulai makan bubur, habis ½ porsi dengan lauk pauknya
dihabiskan. Selama di RSUD ulin Banjarmasin pasien sempat tidak bisa BAB
selama 12 hari. Setelah di cek, pasien ada hemoroid sejak 2 bulan yang lalu.
Hemoroidnya bisa kembali sendiri. Pasien sering mengejaan keras saat BAB, dan
sekarang sudah bsa BAB tetapi BAB keluar darah segar. Bisa BAB semenjak
minum obat laxarex gel tinjanya berwarna kuning campur darah segar. Darah
menetes dari anus pasien. BAB terasa sakit dengan sakitnya kira kira nilainya 6.
Hipertensi (+), Diabetes mellitus (+), diare setelah pemberian diavet keluhan
tinggal dengan istri dan anaknya di balangan. bekerja sebagai buruh bangunan dan
kadang supir truk. Suka mengangkat barang-barang yang berat. Pasien pernah
merokok saat SMA (1994) dan berhenti di tahun 2004 dan bukan perokok aktif.
ascending yang didahului anggota gerak bawah sejak 1 hari SMRS kemudian
secara progresif menjalar ke pinggang hingga ke anggota gerak atas. Awal mula
keluhan terjadi sekitar 4 bulan yang lalu dengan gejala kram otot di anggota gerak
46
atas dan bawah. Pada pemeriksaan fisik motorik ditemukan kekuatan motorik
anggota gerak atas kiri dan kanan dari proksimal-medial-distal +2/+3/+3 dan
aggota gerak bawah +2/+2 serta sensibilitas sensorik menurun di keempat anggota
gerak. Pada kasus ini, gejala neurodefisiensi yang terjad biasanya muncul dalam
2-28 hari pertama dari perjalanan penyakit. Gambaran klinis yang klasik adalah
kelemahan yang ascending dan simetris secara natural. Anggota tubuh bagian
mungkin terlibat lebih awal daripada yang lebih distal. Tubuh, bulbar, dan otot
beberapa hari sampai minggu. Keparahan dapat berkisar dari kelemahan ringan
Pada pasien ini, beberapa penyebab yang dicurigai adalah infeksi dari
trauma, atau faktor lain yang memencetus terjadinya demielinisasi akut pada
Sindrom Guillain Barre masih belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli
membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini
merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini
adalah:6
tepi.
oleh respon imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai
peristiwa sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi virus. Makrofag yang
imunogen lain akan memproses antigen tersebut oleh penyaji antigen (antigen
presenting cell= APC). Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan pada limfosit
T (CD4). Setelah itu limfosit T tersebut menjadi aktif karena aktivasi marker
dan pelepasan substansi interlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa TNF.
Kelarutan E selectin dan adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh aktifasi sel
endothelial akan berperan dalam membuka sawar darah saraf, untuk mengaktifkan
komplemen.6
Pada infeksi COVID-19, walaupun dari beberapa penelitian belum ada yang
membuktikan secara pasti GBS disebabkan oleh infeksi COVID-19. Baru-baru ini
juga telah dilakukan pengamatan pada rangkaian asam amino virus SARS-CoV-2
pengamatan tersebut didapatkan mimikri molekuler antara virus dan human heat
shock protein (HSP) 90 dan 60, yang dihubungkan dengan GBS. 14 Mekanisme
mimikri molecular ini juga ditemukan pada agen infeksi lain yang menyebabkan
SGB, salah satunya yang paling sering pada Campylobacter jejuni, dinding selnya
48
parah kondisi pasien, semakin tinggi IL-6 mereka. Sel Th dan T supresor
diaktifkan oleh karena ekspresi CD69, CD38, dan CD44 yang tinggi. Ekspresi
yang tinggi dari Tm3+ PD-1+ pada sel T menunjukkan bahwa sel T mengalami
Temuan lain pada pasien dengan kondisi yang berat, terjadi penyimpangan
pada sel Th, dimana sel Th mengekspresikan IFN-γ dan GM-CSF. GM-CSF dapat
membantu membedakan sel imun bawaan dan meningkatkan fungsi sel T, tetapi
adanya intoleransi imun dan badai sitokin, pada pasien COVID-19 sudah berada
Namun tidak dapat dipungkiri, hal ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. Pada pasien ini juga terjadi ISPA dan diare sebelum mengalami gejala
GBS. Hal ini bisa menjadi pertimbangan untuk memastikan etiologi dari GBS
pada pasien. Pada sebagian besar kejadian Sindrom Guillain Barre, terdapat
pernafasan dan saluran pencernaan adalah yang paling sering ditemui. Organisme
dan Epstein-Barr Virus. Penyebab lain yang lebih jarang adalah HIV,
sensorik. Gejala yang bisa terjadi ialah tetraparesis akut, arefleksia (kehilangan
140/90 mmHg , diabetes mellitus dengan HBA1C 8.5% dan dislipidemia dengan
kolesterol total 256 mg/dl, HDL 62 mg/dl, LDL mg/dl, Trigliserida 172 mg/dl.
Sehingga dilakukan kontrol tekanan darah, gula darah dan kolesterol agar tidak
dan amlodipin, kombinasi insulin long acting dan novorapid short acting serta
3x125 mg, inj. Mecobalamin 2x1, inj. Lansoprazol 2x30 mg, inj. ceftriaxone 2x1
gram, sc lantus 0-0-4, sc Novorapid 4-4-4, po. Amlodipin 1x10 mg, po.
Candesartan 1 x 16 mg, po. Atorvastatin 1x20 mg, VIP albumin 3x1, sucralfat syr
pada efek inflamasi yang terjadi, sehingga gejala yang muncul berkurang.
Pemberian mecobalamin merupakan salah satu bentuk vitamin B12 yang memiliki
peran penting terhadap pembentukan sel darah merah, metabolisme sel tubuh dan
sel saraf. Inj. Ceftriaxon sebagai antibiotik spektrum luas, lantus merupakan
Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk GBS, pengobatan
lebih ringan. Pemberian IVIg ini dilakukan dalam 2 minggu setelah gejala
muncul dengan dosis 0,4 g I kgBB /hari selama 5 hari. Fisioterapi dada secara
teratur untuk mencegah retensi sputum dan kolaps paru. Gerakan pasif pada
kaki yang lumpuh mencegah kekakuan sendi. Segera setelah penyembuhan mulai
PENUTUP
tpm, inj. Metilprednisolon 3x125 mg, inj. Mecobalamin 2x1, inj. Lansoprazol
2x30 mg, inj. ceftriaxone 2x1 gram, sc lantus 0-0-4, sc Novorapid 4-4-4, po.
Amlodipin 1x10 mg, po. Candesartan 1 x 16 mg, po. Atorvastatin 1x20 mg, VIP
albumin 3x1, sucralfat syr 3x1, laksadin syr 3x1. Pasien diperbolehkan pulang
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Willison HJ, Jacobs BC, Doorn PA. Guillain-Barré syndrome. The Lancet.
2016; 388:717-27.
7. Jasti AK, Selmi C, Sarmiento-Monroy JC, Vega DA, Anaya JM, Gershwin
ME. Guillain-Barré syndrome: causes, immunopathogenic mechanisms and
treatment. Expert review of clinical immunology. 2016; 12:1175-89.
12. Andrasall J. Sindrom guillain-barre pada pasien dengan infeksi severe acute
respiratory syndrome-corona virus-2 selamam masa pandemi. Callosum
Neurology Journal. 2020; 3(3): 122-32.
52
53
18. Shiomi, Aoi, and Takashi Usui. “Pivotal Rolesof GM-CSF in Autoimmunity
and Inflammation.” Mediators of Inflammation. 2015:1–13.
19. Handayani F, Kusumaningrum NS, Hastuti YD, Utami RS, Suhartini, et al.
Penatalaksanaan hipertensi dan diabetes mellitus untuk mencegah stroke.
FK UNDIP. 2020.