20455
Abstract
Maintenance of good and sustainable irrigation ponds have an impact on ensuring the sustainability of the
irrigation system. For this reason, it is necessary to develop a reservoir maintenance model based on
multicriteria analysis relating to the type of maintenance. The method used Structural Equation Model (SEM)
with the WarpPLS approach. The criteria used Structural Stability, Economy / Finance, and Physical &
Environmental. The findings obtained variable structural stability has a very significant effect on the
maintenance of irrigation ponds (r <0.01 and β = 0.73). Economic / financial variables have not significant
effect on reservoir maintenance where r = 0.3 and β = 0.03. Physical and environmental variables also did
not directly influence the maintenance of ponds with r = 0.29 and β = 0.03. However, the physical &
environmental variables significantly influenced structural stability with r <0.01 and β = 0.32. Physical and
environmental variables also significantly influenced economic/financial where r <0.01, and β = 0.45. This
finding supported various previous studies for structural stability variable but different for economic/financial
variables that did not significantly affect by the determination of reservoir types.
Abstrak
Pemeliharaan embung irigasi yang baik dan berkesinambungan berdampak pada terjaminnya keberlanjutan
sistem irigasi. Untuk itu, perlu kiranya dikembangkan model pemeliharaan embung berdasarkan analisis
multikriteria yang berkaitan dengan jenis pemeliharaan. Metode yang digunakan adalah Structural Equation
Model (SEM) dengan pendekatan WarpPLS. Kriteria yang dipakai adalah Stabilitas Struktur,
Ekonomi/Finansial dan Fisik & Lingkungan. Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel stabilitas struktur
berpengaruh sangat signifikan terhadap pemeliharaan embung irigasi ( < 0,01 dan β = 0,73). Variabel
ekonomi/finansial tidak berpengaruh siginifikan pada pemeliharaan embung dimana = 0,3 dan β= 0,03.
Variabel fisik & lingkungan juga tidak berpengaruh langsung terhadap pemeliharaan embung dengan =
0,29 dan β = 0,03. Namun demikian variabel fisik & lingkungan siginifikan berpengruh terhadap stabilitas
struktur dengan < 0,01 dan β = 0,32. Variabel fisik dan lingkungan juga signifikan berpengaruh terhadap
ekonomi/finansial dimana < 0,01, dan β = 0,45. Temuan ini, mendukung berbagai studi terdahulu untuk
variabel stabilitas struktur akan tetapi berbeda untuk variabel ekonomi/finansial yang tidak siginifikan
berpengaruh terhadap penentuan jenis pemeliharaan embung.
160
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
memperlambat laju aliran permukaan dan (Heryant et al. 2014). Untuk itu diperlukan rencana
meresapkannya ke tanah (Direktorat Jenderal program pemeliharaan yang terarah, sistematis dan
Prasarana dan Sarana Pertanian, 2019). Sedangkan, menyeluruh.
bendungan (dams) adalah bangunan yang dibangun
untuk memotong limpasan dan membentuk waduk Perencanaan program pemeliharaan ini sangat
(reservoir) dan air yang ditampung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu yang
difungsikan sebagai konservasi dan pengendalian terpenting adalah struktur bendung. Hal ini karena
banjir (Umaru et al. 2010). dalam banyak kasus kegagalan bisa dicegah jika
struktur dipelihara dengan baik. Apalagi bendungan
Uraian di atas menunjukkan bahwa embung irigasi sejatinya rentan terhadap gaya gempa, sehingga
yang dikategorikan sebagai bendungan kecil, menjaga bendungan terus menerus secara baik
memiliki manfaat besar baik untuk memenuhi sangat diperlukan (Wieland, 2016). Penentuan jenis
kebutuhan air akan irigasi maupun sebagai pemeliharaan juga dilakukan berdasarkan penilaian
pengendali banjir. Untuk menjaga embung tetap kondisi dan fungsi bangunan irigasi sehingga dapat
dapat berfungsi, maka diperlukan program dibuat urutan prioritas pemeliharaannya (Wibowo
pemeliharaan embung yang sistematis dan terarah. et al. 2018). Sementara itu, penilaian tidak cukup
pada keseluruhan bangunan utama, tetapi perlu
Permasalahannya, pengelolaan embung pada ditambah bangunan pelengkap dan instrumen serta
umumnya di Indonesia terkendala minimnya perlu pula memperhatikan aspek ekonomi (Heryant
anggaran pemeliharaan, termasuk di wilayah et al. 2014).
Timor, NTT. Embung di NTT umumnya
mengalami penurunan fungsi disebabkan oleh Selain faktor struktural, perlu pula memperhatikan
beberapa faktor, antara lain adanya komponen lingkungan sekitar embung. Sebagai contoh,
embung yang rusak dan kegiatan operasional dan embung-embung di Kabupaten Belu, dari aspek
pemeliharaan yang tidak dilakukan dengan benar lingkungan terdapat vegetasi (savana, padang
(Meluk et.al., 2015). Selain itu, permasalahan yang rumput, semak belukar, asosiasi pohon-semak dan
sering muncul dalam menangani bendungan kecil rumput), dan sangat khas menunjukkan
adalah kurangnya perbaikan dan pemeliharaan yang keberadaannya di wilayah Timor (Widiyono, 2011).
disebabkan kurangnya sumber daya yang ada
(Mufute, 2007), sementara sumber daya merupakan Adanya pohon, gundukan rayap dan dalam
salah satu faktor yang penting dalam pemeliharaan beberapa kasus adanya jalur ternak di tanggul
irigasi (Amin et al. 2016). bendungan merupakan manifestasi pemeliharaan
yang buruk yang jika tidak dikendalikan akan
Pada dasarnya, pemeliharaan bangunan utama dari mengancam kelestarian embung (Nugroho &
suatu sistem irigasi, merupakan salah satu kegiatan Suripin, 2013; Nyoni, 2013). Adanya vegetasi serta
penting untuk menjamin keberlanjutan irigasi pada biaya konstruksi maupun pemeliharaan merupakan
suatu satuan wilayah tertentu. Pemeliharaan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
bangunan irigasi adalah upaya menjaga dan pembangunan embung (Anjasmoro et al. 2015).
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat
berfungsi dengan baik guna memperlancar Dari aspek teknis pengelolaan, permasalahan terkait
pelaksanaan operasi dan mempertahankan manajemen operasi irigasi yang kurang tepat
kelestariannya yang meliputi pengamanan jaringan penerapannya dapat menimbulkan konflik. Apalagi
irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dengan terbatasnya biaya operasi dan pemeliharaan
dan perbaikan (Peraturan Menteri Pekerjaan sehingga fungsi jaringan cepat menurun (Joubert, &
Umum, 2015). Prihantoko, 2015). Dengan demikian dapat
diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
Atas dasar itu maka usaha pemeliharaan dan penyusunan program pemeliharaan embung antara
penilaian terhadap daerah-daerah irigasi yang sudah lain struktur bendungan/embung, fisik dan
ada harus ditingkatkan kedepannya untuk lingkungan, dan ekonomi.
mendapatkan hasil kinerja yang lebih baik dan
kinerja yang optimal (Sayekti et al. 2012). Kinerja Pada studi sebelumnya ketiga atau kriteria di atas
sistem irigasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diidentifikasi berpengaruh dalam program
antar lain pelayanan irigasi, aspek kelembagaan pemeliharaan embung irigasi dan ditambah dengan
(P3A), sumber daya manusia dan modernisasi aspek kebijakan pemerintah serta aspek sosial
operasi dan pemeliharaan (Mulyadi et al. 2014). budaya (Bria et al. 2017). Secara lengkap kriteria-
Namun demikian, operasi dan pemeliharaan kriteria tersebut ditampilkan dalam Tabel 1. Hasil
bangunan itu tidaklah mudah dan apabila bangunan uji kriteria dan subkriteria pada Tabel 1 tersebut
tidak dipelihara dengan baik dan benar, maka akan dilakukan pada wilayah layanan Embung Haliwen
membutuhkan biaya rehabilitasi yang lebih besar dan Haekrit di Atambua Kabupaten Belu.
161
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
Tabel 1. Kriteria pemeliharaan embung irigasi Haliwen terletak di Kecamatan Tasifeto Timur-
Belu dan berada pada ketinggian 340 m di atas
Kriteria Subkriteria
permukaan laut, memiliki dua inlet anak sungai
A. Stabilitas A1. Tubuh bendungan utama yang mengalir dari arah Selatan, dan empat
struktur A2. Kolam embung inlet anak sungai berukuran kecil, masing-masing
A3. Pelimpah (spillway) tiga anak sungai dari arah timur dan 1 anak dari arah
A4. Jaringan distribusi air barat dengan luas daerah aliran sungai (DAS) 7,5
A5. Bangunan bantu Ha (Balai Wilayah Sungai NT II, 2015).
B. Fisik dan B1. Perubahan bentangan alam
lingkungan B2. Curah hujan dan
evapotranspirasi
B3. Struktur tanah sekitar
embung
B4. Tanaman pengganggu
sekitar embung
C. Ekonomi / C1. Hasil produksi pertanian
finansial C2. Nilai manfaat ekonomi
embung
C3. Dana investasi
D. Kebijakan D1. Rencana tata ruang
pemerintah wilayah
D2. Penyediaan anggaran
pemeliharaan Gambar 1. Kolam tampungan Embung Haliwen
D3. Water management
D4. Aspek kelembagaan Kondisi Embung Haliwen cukup baik dan
(organisasi) berfungsi. Gambar 1 memperlihatkan Kolam
E. Sosial E1. Partisipasi masyarakat Embung Haliwen secara visual tampak baik dimana
budaya E2. Kearifan lokal/hukum pada musim kemarau masih terdapat air yang
adat tertampung, meskipun terjadi penurunan air yang
E3. Pengembangan siginifikan kurang lebih sekitar empat meter dari
kepariwisataan tampungan air normal dimana dari hasil
Sumber: Bria et al. 2017 pengukuran diperoleh elevasi muka air normal
+336 m sedangkan elevasi muka air saat dilakukan
Namun demikian, menarik untuk lebih mendalami survey adalah +332 m.
seberapa signifikan tingkat pengaruh dari kriteria-
kriteria tersebut di atas dalam penentuan jenis Kondisi saluran irigasi berfungsi baik, tidak terlihat
pemeliharaan embung? Tulisan berikut ini adanya kerusakan yang cukup berarti. Pintu-pintu
membahas tingkat pengaruh atau hubungan dari air masih dapat berfungsi, roda gigi pada pintu juga
masing-masing faktor tersebut terhadap penentuan masih berfungsi. Terdapat pula jaringan pipa
jenis pemeliharaan embung irigasi dan hubungan transmisi yang digunakan untuk mengalirkan air
pengaruh antar faktor tersebut dalam membentuk hasil olahan sebagai air bersih untuk masyarakat
opini terhadap penentuan jenis pemeliharaan Kota Atambua dan sekitarnya. Bangunan sadap dan
embung. bangunan bagi juga terlihat baik. Pada beberapa
ruas saluran terjadi retak-retak dan juga dinding
Dalam studi kasus ini kriteria yang digunakan saluran mengalami keruntuhan.
adalah struktur embung, fisik/lingkungan dan aspek
ekonomi/finansial. Lokasi studi adalah wilayah Secara teknis embung ini memiliki panjang tanggul
layanan embung irigasi Haliwen dan Haekrit di 130 m dan tinggi 20 m. Volume tampung embung
Atambua Kabupaten Belu. adalah 1.860.000 m3 dengan luas genangan
mencapai 28 m2, melayani lahan irigasi 300 Ha dan
Embung Haliwen untuk air baku sebesar 10 liter/detik. Komoditi
utama hasil pertanian adalah padi dengan pola
Secara geografis terletak pada 090 04' 59,3" LS dan tanam dua kali dalam satu tahun, yaitu saat musim
1240 55' 57,8" BT. dengan batas-batas wilayah hujan dan kemarau (Balai Wilayah Sungai NT II,
yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai, 2015). Permasalahan yang dijumpai selain
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Atambua, penurunan debit air pada musim kemarau juga pada
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan tubuh bendungan dijumpai banyak tumbuhan liar,
Tasifeto Timur, sebelah barat berbatasan dengan dan semak-semak, juga adanya sedimentasi di
Kabupaten TTU. Secara administratif Embung sekitar pelimpah.
162
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
163
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
164
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
Untuk dapat menjawab hipotesis maka digunakan signifikan <0,01 dan parameter collinearity berupa
skala Likert sebagai cara mengukur variabel dan VIF (variance inflation factor) <5 (Solimun et al.
indikator, yaitu satu sampai dengan lima yang 2017)
menyatakan tingkat hubungan tertentu antar
variabel, yaitu 5 menyatakan tingkat kepentingan Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
yang sangat tinggi, 4 menyatakan tingkat menggunakan Uji t sebagaimana yang ada dalam
kepentingan yang tinggi, 3 menyatakan tingkat analisis WarpPLS, dengan metode resampling.
kepentingan yang cukup tinggi, 2 menyatakan Penentuan keputusan terhadap variabel yang
tingkat kepentingan yang tidak tinggi, dan 1 berpengaruh didasarkan pada ketentuan bahwa jika
menyatakan tingkat kepentingan yang sangat tidak value <0,10 (alpha 10%) maka dapat dikatakan
tinggi. Responden berasal dari masyarakat weakly significant (signifikan lemah). Selanjutnya,
penerima manfaat embung, petugas PPL, unit jika value <0,05 (alpha 5%) maka variabel
organisasi pemerintah, para pengambil keputusan tersebut significant (signifikan) dan jika value
dan ekspert. <0,01 (alpha 1%) maka variabel dinyatakan highly
significant (sangat signifikan)
Uji model
Hasil dan Pembahasan
Uji model dalam SEM dilakukan untuk menentukan
apakah model baik/cocok (fit) atau tidak. Parameter Uji indikasi fit
umum untuk menentukan suatu model baik (fit) atau
tidak adalah nilai APC (average path coefficient), Uji ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah inner
ARS (average R-squared) dimana harus memenuhi model yang dibangun dengan data yang ada
nilai <0,05 yang berarti signifikan. Selain itu juga terindikasi fit atau tidak dan dikenal dengan istilah
berdasarkan nilai AVIF (average block VIF) goodness of fit test (uji kebaikan/kecocokan).
dengan syarat <=5. Model dikatakan memenuhi kriteria baik (fit) jika
nilai value APC dan ARS 0,05 dan AVIF <5.
Tabel 3. Model fit dan indikator kualitas Berdasarkan hasil pada Tabel 3 maka model yang
disusun telah memenuhi kriteria model fit dimana
Indikator Hasil Ideal nilai value dari APC dan ARS <0,001 yang
Average path coefficient <0.001 <0,05 berarti siginifikan sedangkan nilai AVIF sebesar
Average R-squared <0.001 P<0.05
1,150. Dari nilai R-squared yang mencapai 0,9
Average adjusted R-squared <0.001 P<0.05
Average block VIF <= 5 menunjukkan kekuatan model yang mendekati
1,150
Average full collinearity VIF 1,839 <= 5 ideal=1. Demikian pula parameter-parameter
Tenenhaus GoF small >= 0.1, 0,380 Besar lainnya juga sesuai dengan syarat yang ditetapkan
medium >= 0.25, large >= sehingga model yang dibangun memenuhi syarat
0.36 indikator fit.
Sympson's paradox ratio 1,000 1
R-squared contribution ratio 1,000 1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Statistical suppression ratio 1,000 >= 0,7
Nonlinear bivariate causality 1,000 >= 0,7
direction ratio 1. Uji validitas
Uji model selanjutnya adalah menentukan validitas Hasil uji validitas memperlihatkan nilai loadings
instrumen yang menghasilkan model berupa dari masing-masing indikator dan cross loading
validitas konvergen dan diskriminan. Validitas untuk menentukan validitas instrumen yang
konvergen diukur dari nilai loadings factor (faktor digunakan dalam penelitian. Tabel 4
muatan) >0,5 dan signifikan (<0,01) sedangkan memperlihatkan hasil pengujian validitas dimana
validitas diskriminan ditentukan dari nilai loadings terlihat faktor muatan > 0,5 dan value < 0,001
(muatan) harus lebih besar dari nilai cross loadings maka variabel yang diuji dalam penelitian ini
(muatan silang). memenuhi validitas konvergen.
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur Namun demikian pada indikator Y24, Y31, dan
seberapa besar indikator reliabel dalam membentuk X14 nilai faktor loadings <0,5 tetapi memiliki
variabel. Reliabilitas diukur dari koefisien pengrauh yang signifikan sehingga indikator-
composite reliability (reliabilitas komposit) lebih indikator tersebut dapat dikatakan valid. Sedangkan
besar dari 0,6 dan nilai koefisien Cronbach’s aplha validitas diskriminan diukur dari faktor loading
sebesar 0,50 sampai dengan 0,60 dianggap sebagai >cross loading. Sebagai contoh variabel Y1.1
nilai yang cukup untuk reliabilitas (Haribowo, loadings factor sebesar 0,822 >cross loading
2017). Selain itu pula dapat diukur dari uji indicator (0.137; -0.033; -0.039) sehingga dapat dikatakan
weight (bobot indikator) dimana mempunyai nilai memenuhi validitas diskriminan. Dengan demikian
165
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
dari keseluruhan indikator terlihat bahwa nilai akar AVE 0,739 lebih besar dari 0,607, 0,156 dan
loadings factor >dari cross loadings. 0,199. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel Y1
memenuhi validitas diskriminan. Demikian halnya,
Tabel 4. Kombinasi loadings dan untuk variabel lainnya, nilai akar AVE lebih besar
cross loadings dari korelasi terhadap variabel lainnya.
` Y1 Y2 Y3 X value 2. Uji Reliabilitas
Y11 0,822 0,137 -0,033 -0,039 <0,001
Y12 0,797 -0,119 -0,050 0,029 <0,001 Selanjutnya untuk uji reliabilitas ditentukan
Y13 0,571 -0,031 0,117 0,016 <0,001 berdasarkan nilai composite reliability. Jika nilai
Y21 -0,406 0,646 -0,240 0,136 <0,001 koefisien composite reliability >0,7 maka alat ukur
Y22 0,810 0,709 -0,033 -0,039 <0,001 dinyatakan memenuhi reliabilitas komposit.
Y23 0,031 0,733 -0,064 0,113 <0,001 Gambar 4 mempelihatkan nilai koefisien composite
Y24 -0,456 0,362 0,126 -0,125 <0,001 reliability semuanya >0,7 dan Cronbach’s alpha
>0,5 sehingga memenuhi syarat reliabilitaskecuali
Y25 -0,336 0,503 0,357 -0,195 <0,001
variabel X, nilai Cronbach’s alpha sebesar 4,39
Y31 -0,153 0,192 0,376 -0,202 <0,001 kurang dari 0,5.
Y32 0,016 -0,053 0,865 0,070 <0,001
Y33 0,053 -0,032 0,836 0,019 <0,001
X1 -0,028 -0,109 0,596 0,635 <0,001 0.8
X2 -0,140 0,156 -0,235 0,558 <0,001 Koefisien reliabilitas 0.7
X3 0,142 -0,035 -0,163 0,796 <0,001
0.6
X4 -0,040 0,023 -0,280 0,420 <0,001
0.5
Tabel 5. Akar AVE dan koefisien korelasi 0.4
Y1 Y2 Y3 X 0.3 Composite
Y1 0,739 0,607 0,156 0,199 0.2 Reliability
Y2 0,607 0,726 0,343 0,303 Cronbach's
Y3 0,156 0,343 0,728 0,481 0.1 alpha
X 0,199 0,303 0,481 0,618 0
Y1 Y2 Y3 X
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai akar AVE pada Variabel
diagonal utama lebih besar dari korelasi terhadap Gambar 4. Nilai composite reliability dan
variabel yang bersangkutan. Misal variabel Y1 nilai cronbach’s alpha
166
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
Namun demikian pada pemeriksaan besarnya Dari grafik dapat diamati pula, indikator-indikator
pengaruh indikator (indicator weight), ditunjukkan yang loading factor di bawah 0,5 yaitu, Y24, Y31 dan
dalam Tabel 6 terlihat bahwa variabel X signifikan X4, yang menunjukkan indikator-indikator tersebut
berpengaruh dengan value <0,001 dan indikator lemah dalam membentuk atau mendukung variabel.
VIF (variance inflation factor) <5 yang
menunjukkan tidak terdapatnya gejala collinearlity Hasil uji hipotesis
sehingga dapat disimpulkan memenuhi syarat
reliabilitas. Gambar 6 memperlihatkan hasil uji hipotesis. Hasil
model persamaan struktural menggambarkan
Profil variabel hubungan antar masing-masing variabel yang saling
berpengaruh. Terhadap variabel Y1, variabel Y2
Dalam mengamati profil variabel, loading faktor berpengaruh siginifikan dimana nilai <0,01
memberikan nilai yang jelas akan posisi atau tingkat dengan koefisien jalur sebesar = 0,73, berarti
kepentingan suatu variabel/indikator. Gambar 5 menolak H0. Variabel Y3 tidak berpengaruh
menunjukkan posisi kepentingan indikator dalam siginifikan pada Y1 dimana nilai = 0,3 >0,05 dan
variabel. Terlihat bahwa indikator Y11 koefisien jalur sebesar = 0,03, berarti terima H0.
(pemeliharaan rutin) dalam variabel Y1 merupakan Koefisien jalur yang rendah ini menunjukkan
indikator yang penting karena nilai faktor loading pengaruh yang kecil dari variabel Y3 terhadap Y1.
cukup besar yaitu sebesar 0,822 dengan rata-rata Dari hasil analisis juga terlihat bahwa variabel Y2
skor 4,08 menunjukkan indikator tersebut penting signifikan berpengaruh pada variabel Y3 dengan
dalam variabel Y1. Hal ini dapat dimengerti, karena nilai <0,01 dengan koefisien jalur sebesar =
dari gambaran umum Embung Haliwen dan 0,22.
Haekrit, tidak tampak adanya kerusakan yang serius
tetapi perlu pemeliharaan rutin yang terencana Pembahasan
untuk menjaga kondisi embung tetap berfungsi,
seperti pembersihan semak-semak dan tumbuhan Sedangkan variabel X dengan = 0,29 >0,10, tidak
liar sekitar tubuh bendung, pemberian oli pada pintu siginifikan berpengaruh langsung terhadap variabel
air dan memperbaiki saluran distribusi air untuk Y1 berarti terima H0. Namun demikian X
tanaman. siginifikan berpengruh terhadap variabel Y2 dengan
<0,01 dan = 0,32, sehingga Y2 sebagai variabel
Pada variabel Y2, loadings factor terbesar pada mediasi dapat diterima. Variabel X juga signifikan
indikator Y23 (spillway) sebesar 0,733 dengan rata-
berpengaruh terhadap Y3 dimana <0,01, dan
rata skor 3,79. Pada variabel Y3 loading factor
=0,45. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan
terbesar ada pada indikator Y32 sebesar 0,865 dan
variabel Y3 sangat dipengaruhi oleh oleh variabel
pada variabel X, indikator X.3 memiliki nilai
Y2 dan X.
loading factor sebesar 0,796.
167
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
Y2
=0,22
Y3.1 <0,01 R2=0,10 =0,73 Y1.1
=0,32 <0,01
<0,01
=0,03
Y3.2 Y3 Y1 Y2.1
=0,32
R2=0,29 R2=0,55
=0,04 Y3.1
Y3.3 <0,01
=0,45 =0,29
X
X1 X2 X3 X4
Untuk mempertahankan keberlanjutan sistem dan lingkungan menyebabkan perubahan pula pada
irigasi Embung Haliwen dan Haekrit, maka stabilitas struktur. Misalnya indikator perubahan
diperlukan usaha pemeliharaan bangunan yang bentangan alam, memiliki bobot di atas 3,5 dengan
sistematis. Salah satunya adalah dengan loading factor di atas 0,5 menunjukkan semakin
mengidentifikasi faktor pengaruh, sehingga kuat indikator tersebut dalam variabel fisik dan
pengambilan keputusan tidak dilakukan tanpa dasar lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap
analisis. Pendekatan dengan menggunakan stabilitas struktur. Demikian pula untuk indikator
persamaam struktural, dapat dilihat secara jelas lainnya dalam variabel fisik dan lingkungan,
bagaimana pengaruh dari masing-masing variabel memiliki rata-rata skor di atas 3,5 dan loading
yang diuji terhadap penentuan jenis pemeliharaan factor di atas 0,5. Untuk itu sangat diperlukan
dan hubungan antar variabel. pengendalian terhadap aspek fisik dan lingkungan
sekitar embung guna menghindari terjadinya
Dari analisa di atas menunjukkan bahwa stabilitas kegagalan struktur embung.
struktur bangunan embung (Y1) berpengaruh secara
langsung terhadap pemeliharaan embung irigasi. Akan tetapi, model yang dihasilkan ini juga
Indikator-indikator yang membentuk variabel menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan
stabilitas struktur memberikan kontribusi yang variabel fisik dan lingkungan terhadap
sangat signifikan dalan rangka perencanaan pemeliharaan embung. Dengan demikian maka
pemeliharaan embung irigasi. Hal ini berarti setiap variabel stabilitas struktur yang di dalam model
terjadi perubahan pada komponen struktur embung dipandang sebagai variabel moderasi berubah
seperti tubuh bendungan, kolam embung, spillway, menjadi variabel penjelas yang berarti bahwa
jaringan distribusi dan bangunan bantu akan pemeliharaan embung ditentukan berdasarkan
mempengaruhi penentuan jenis pemeliharaan variabel stabilitas struktur.
embung. Untuk itu dapat dikatakan bahwa semakin
menurun kondisi berbagai komponen struktur Selanjutnya, hasil analisis juga memperlihatkan
embung maka perlu diikuti dengan tindakan hubungan yang signifikan antara variabel stabilitas
pemeliharaan embung yang sesuai dengan struktur dan variabel fisik & lingkungan dengan
kondisinya. ekonomi. Hasil analisis ini menunjukkan indikator
yang ada dalam variabel ekonomi (hasil pertanian,
Namun demikian, perubahan pada struktur embung nilai manfaat, dana investasi) akan berubah jika
dapat dipengaruhi juga oleh aspek fisik dan stabilitas struktur dan aspek lingkungan mengalami
lingkungan (X). Hal ini terlihat dari pengaruh yang perubahan. Hal ini dapat dipahami bahwa jika
sangat signifikan dari aspek fisik dan lingkungan kondisi embung dalam keadaan stabil cenderung
terhadap stabilitas struktur. Pengaruh yang kuat ini dapat meningkatkan hasil pertanian dan nilai
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada manfaat sedangkan dana investasi akan sensitif juga
indikator-indikator yang membentuk variabel fisik terhadap perubahan dalam stabilitas struktur.
168
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
169
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170
Melchior Bria, Sutirto, Anastasia H. Muda
Analisis Faktor-faktor …
Mufute, N. (2007). The Development of a Risk-of- Wibowo, R. S., Wardoyo, W., & Edijatno. (2018).
Failure Evaluation Tool for Small Dams in Strategi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah
Mzingwane Catchment (University of Zimbabwe). Irigasi Blimbing. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil,
Retrieved from http://citeseerx.ist.psu.edu 16(1), 23–30. Retrieved from
/viewdoc/download?doi=10.1.1.900.2461&rep=re http://iptek.its.ac.id/index.php/jats/article/view/279
p1&type=pdf 3
Mulyadi, Soekarno, I & Natasaputra, S. (2014). Widiyono, W. (2011). Profil “Embung” dan
Penilaian Kinerja Irigasi Berdasarkan Pendekatan Sumberdaya Air di Wilayah Perbatasan Kabupaten
Permen PU No.32/2007 dan Metode Masscote Belu – NTT, Seminar Nasional Bilogi, 164–170.
dengan Evaluasi Rapid Appraisal Procedure (RAP) Retrieved from https://jurnal.fkip.uns.ac.id/
di Daerah Irigasi Barugbug - Jawa Barat. Jurnal index.php/prosbio/article/view/885/543
Irigasi, 9(2), 126–135. Retrieved from
http://jurnalirigasi_pusair.pu.go.id/index.php/jurna Wieland, M. (2016). Safety Aspects of Sustainable
l_irigasi/article/download/53/57 Storage Dams and Earthquake Safety of Existing
Dams. Engineering, 2(2016), 325–331. Retrieved
Nugroho, H & Suripin. (2013). Penatagunaan from https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/
Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga J.ENG.2016.03.011
170
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 2, 2019, 160-170