Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penuaan atau bertambah tua adalah suatu kondisi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses
penuaan adalah siklus hidup yang ditandai oleh tahapan penurunan berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan kerentanan tubuh terhadap berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. 

Misalnya dalam sistem kardiovaskular dan pembuluh darah, pernapasan, pencernaan , endokrin dan
lainnya. Ini karena bertambahnya usia yang mengakibatkan perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, dan sistem organ.

Pada usia tua terjadi perubahan anatomis-fisiologis dan penyakit pada sistem endokrin juga dapat
timbul, terutama diabetes mellitus. Perubahan-perubahan ini umumnya mempengaruhi penurunan
kesehatan fisik dan psikologis yang pada gilirannya akan mempengaruhi lansia ekonomi dan sosial. 

Sehingga secara umum itu akan mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari (Fatmah, 2010). Harapan
hidup lansia di Indonesia meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan,
ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang meningkat sehingga populasi lansia juga meningkat.

DM sering terjadi pada orang tua. Di antara individu berusia> 65 tahun, 8,6% menderita DM tipe II.
Angka ini termasuk 15% dari populasi di rumah lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetics Federation mengatakan bahwa ada sekitar 230 juta pasien DM. 

Jumlah ini terus tumbuh menjadi 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahun. Dengan demikian, jumlah
pasien DM diperkirakan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah dari jumlah itu adalah di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus menderita dari usia 45-64 tahun, terdiri dari 4.438
DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung pada Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus
Tidak Tergantung pada Insulin) atau tipe 2. 

DM saat berusia> 65 tahun ada 11.212 kasus DM, terdiri dari 3.820 DMTI (Diabetes Melitus Tergantung
pada Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung pada Insulin) atau
DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010 ).

Diabetes mellitus pada lansia umumnya merupakan jenis diabetes yang tidak tergantung insulin
(NIDDM). Prevalensi diabetes mellitus meningkat pada orang tua. Meningkatnya prevalensi diabetes
mellitus di beberapa negara berkembang karena meningkatnya kesejahteraan di negara yang
bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk peningkatan pendapatan per kapita dan
perubahan gaya hidup, terutama di kota-kota besar yang menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
degeneratif.

Hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis di puskesmas tanjung rejo di desa percut di
kecamatan Deli Serdang pada tahun 2015 ada 16 orang berusia> 45 tahun dan orang lanjut usia yang
menderita diabetes mellitus di wilayah kerja desa puskesmas tanjung rejo di desa Percut dengan 14
pasien.

Sehubungan dengan data di atas, penulis tertarik untuk mengetahui tentang manajemen keluarga
dengan memberikan asuhan keperawatan gerontik untuk "Asuhan Keperawatan untuk Gangguan Sistem
Endokrin Gerontik dengan Diabetes Mellitus Di Ny. Di Desa Dusun X Percut, Percut, Sei Tuan, Kabupaten
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang" .

1.2. Tujuan penulisan

a. Tujuan umum

 Siswa dapat memberikan asuhan keperawatan kepada lansia secara profesional menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan khusus

Setelah mengunjungi rumah keluarga lansia, siswa dapat:

1. Melakukan studi keperawatan keluarga gerontik di Ny. Dengan diabetes mellitus.

2. Menganalisis masalah kesehatan keluarga Mrs. S. dengan diabetes mellitus.

3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga Ny.S dengan diabetes


mellitus.

4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan pemulihan berdasarkan


masalah yang dialami oleh keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada keluarga Ny.S dengan diabetes
mellitus.

1.3. Cakupan

Ruang lingkup laporan ini adalah bahwa 15 keluarga dicatat, dan penulis hanya mengambil 3 keluarga
dampingan dan 1 keluarga gerontik untuk menjadi kasus manajemen, yaitu Mrs. S. dengan masalah:
kerusakan integritas kulit yang terkait dengan gangguan metabolisme.

1.4. Metode penulisan

Dalam menulis laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus
yang menggunakan teknik:

1. Wawancara

Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab kepada keluarga Ny.S tentang diabetes
mellitus.

2. Pengamatan

Pengamatan dan keterlibatan langsung kondisi pasien dalam penerapan asuhan keperawatan gerontik
dengan melakukan pemeriksaan fisik dan memeriksa tanda-tanda vital.
3. Studi kepustakaan

Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan gerontik yaitu buku ajar keperawatan
gerontik, ilmu pengantar komunitas pengantar dan teori buku, aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep medis lansia

2.1.1. Definisi lansia

Penuaan adalah situasi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah proses seumur
hidup yang hanya dimulai dari satu waktu tertentu, dimulai dari awal kehidupan. 

Penuaan adalah proses alami, yang berarti seseorang telah melalui tiga kehidupan, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Ketiganya berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Mulai usia tua, perubahan
kemunduran.

Contoh kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit kendur, rambut yang mulai memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran tidak jelas, penglihatan memburuk, gerakan meningkat, dan postur tidak
profesional (Nugroho, 2008).

2.1.2. Menyebabkan penuaan pada orang tua

Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan. Pada dasarnya,
berbagai faktor ini dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. 
Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, penurunan kadar hormon, proses glikosilasi, penurunan
sistem kekebalan tubuh dan faktor genetik. 

Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, pola makan yang tidak sehat, kebiasaan
gaya hidup yang salah, paparan lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lainnya
seperti kemiskinan. Faktor-faktor kedua ini saling terkait dan memainkan peran besar dalam proses
penuaan (Uchil Nissa, 2014).

2.1.3. Perubahan pada orang tua dalam sistem endokrin

Sekitar 50% orang lanjut usia menunjukkan intoleransi, dengan kadar gula puasa normal. Penyebab
intoleransi adalah diet, obesitas, olahraga berkurang, dan penuaan. Frekuensi hipertiroidisme pada
lansia adalah 25%, sekitar 75% di antaranya memiliki gejala, dan sebagian besar menunjukkan
"tirotoksikosis apatis".

Berikut ini adalah perubahan yang terjadi dalam sistem endokrin karena proses penuaan:

1. Meningkatkan kadar glukosa darah. Implikasinya adalah bahwa glukosa darah puasa 140 mg / dL
dianggap normal.

2. Ambang ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasinya adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-
200 mg / dL dianggap normal.

3. 7Residu urin dalam kandung kemih meningkat. Implikasinya adalah pemantauan glukosa urin
tidak dapat diandalkan.

4. Kelenjar tiroid lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan waktu paruh T3 dan T4
meningkat. Implikasinya adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.

2.1.4. Patofisiologi diabetes akibat penuaan


Diabetes mellitus adalah "kelainan metabolisme yang melibatkan berbagai sistem fisiologis, yang paling
kritis adalah metabolisme glukosa." Fungsi vaskular, ginjal, neurologis dan visual pada diabetisi dapat
terganggu oleh proses penyakit ini, meskipun perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak
memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).

Beberapa kondisi dapat mempengaruhi seseorang terhadap diabetes, walaupun ada dua tipe yang
dominan. Diabetes mellitus tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau
diabetes tipe I, terjadi ketika seseorang tidak dapat memproduksi endigen insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. 

Jenis diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung pada
insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk paling
umum dari penyakit ini. 

Antara 85-90% orang dengan diabetes memiliki jenis NIDDM, yang lebih erat terkait dengan obesitas
daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).

NIDDM, bentuk penyakit paling umum di kalangan manula, adalah ancaman serius bagi kesehatan
karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami sehubungan dengan penglihatan,
sirkulasi, fungsi neurologis, dan kemih dapat semakin menambah beban pada sistem tubuh yang telah
menurun karena penuaan. 

Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar non-ketotik, komplikasi diabetes yang mengancam jiwa
termasuk hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidrasi, yang lebih sering terjadi pada
orang tua (Stanley, Mickey, 2006).

2.1.5. Karakteristik diabetes mellitus pada lansia


Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat sekresi insulin abnormal, aksi insulin atau sejenisnya. 

  Baca Juga:  Askep Lansia dengan Demensia Nanda Nic Noc   

Glukosa tersusun dalam hati dari makanan yang dikonsumsi dan bersirkulasi secara normal dalam
jumlah tertentu dalam darah. Insulin adalah hormon yang digunakan oleh pankreas yang bertanggung
jawab untuk mengontrol kadar darah dengan produksi dan penyimpanannya (American Diabetes
Association, 2004 dalam Smeltzer & Bare, 2008).

DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan tipe 2. DM DM tipe 1 disebabkan oleh insulin dari proses autoimun,
sedangkan DM tipe 2 adalah kasus terbanyak (90-95% dari semua kasus diabetes) dimulai dengan
resistensi insulin (American Council on Latihan, 2001; Smeltzer & Bare, 2008). 

DM tipe 2 lambat dan progresif, sehingga tidak dipertanyakan karena mengandung pasien, seperti
iritabilitas, poliuria, polidipsia, dan luka lama sembuh (Smeltzer & Bare, 2008).
2.1.6. Pencegahan Diabetes Melitus pada Lansia
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan makanan mungkin diperlukan. Rencana makanan yang terdiri dari 10%
lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. 

Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah aterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).

Olahraga juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau berenang, dua kegiatan
berdampak rendah, merupakan awal yang baik untuk pemula.

2. Pencegahan sekunder
a. Penyaringan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen skrining, tetapi hasil negatif pada gejala
ringan lainnya tidak dapat dianggap sebagai kesimpulan. 

Tes toleransi glukosa oral umumnya dianggap lebih sensitif dan indikator yang dapat diandalkan kadar
glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan diagnosis awal dan pengobatan NIDDM
(Stanley, Mickey, 2006).

b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam perencanaan makanan dapat mengambil kesempatan untuk
mendidik klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik. 

Perawat dapat mengajar klien tentang membaca label untuk menghindari asupan harian, memilih
sumber makanan rendah kolesterol, dan termasuk serat yang cukup dalam makanan mereka (Stanley,
Mickey, 2006).

c. Olah raga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan
mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan
meningkatkan sirkulasi. 

Meskipun berenang dan jalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia
dengan NIDDM, jenis kegiatan lainnya sama-sama bermanfaat. Secara khusus, aerobik menawarkan
manfaat paling besar. Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan setidaknya sekali setiap 3 hari
(Stanley, Mickey, 2006).

d. Pengobatan
Jika intervensi sebelumnya belum berhasil dalam memodifikasi kadar dan gejala gula darah, terapi agen
oral dan insulin akan diperlukan untuk meningkatkan pasokan tubuh (Stanley, Mickey, 2006).

2.2. Konsep keperawatan gerontik

2.2.1. Penilaian

Tujuan:
1. Tentukan kemampuan klien untuk merawat diri mereka sendiri.
2. Menyelesaikan dasar-dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindari bentuk dan penunjukan klien.
4. Beri waktu klien untuk menjawab.

Termasuk aspek gerontik:


1. Fisik
1.1. Wawancara
a. Pandangan para lansia tentang kesehatan.
b. Aktivitas yang mampu dilakukan usia lanjut.
c. Kebiasaan manula merawat diri mereka sendiri.
d. Kekuatan fisik lansia: otot, persendian, penglihatan dan pendengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar.
f. Latihan / latihan / kebiasaan olahraga lansia.
g. Perubahan fungsi tubuh yang sangat signifikan sangat terasa.
h. Kebiasaan lansia dalam menjaga kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
saya. Masalah seksual itu sudah dirasakan.

1.2. Pemeriksaan fisik


a. Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk menentukan
perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu: Head to toe.

1.3. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dia merasa dibutuhkan atau tidak.
c. Optimis melihat kehidupan.
d. Cara mengatasi stres yang dialami.
e. Apakah mudah untuk menyesuaikan.
f. Apakah lansia sering gagal.
g. Apa harapan masa kini dan masa depan?
h. Penting juga untuk memeriksa fungsi kognitif: ingatan, proses berpikir, perasaan alami, orientasi, dan
kemampuan untuk memecahkan masalah.

1.4. Ekonomi sosial


a. Dari mana sumber daya keuangan lansia berasal
b. Apa kesibukan para lansia di waktu senggang mereka.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Apa kegiatan organisasi pada lansia.
e. Bagaimana cara lansia memandang lingkungannya?
f. Seberapa sering lansia terkait dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa pun yang dapat mengunjungi.
h. Berapa banyak ketergantungan.
saya. Bisakah Anda menyalurkan hobi atau keinginan Anda dengan fasilitas yang ada?

1.5. Rohani
a. Lakukan ibadah rutin sesuai dengan kepercayaan agama mereka.
b. Secara teratur berpartisipasi atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti studi dan bantuan
anak yatim atau orang miskin.
c. Bagaimana orang tua bisa menyelesaikan masalah dengan berdoa.

d. Apakah lansia terlihat tabah dan percaya.


2.2.2. Diagnosis keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang terkait dengan tidak dapat masuk,
masuk, mencerna, menyerap makanan karena faktor biologis.
b. Gangguan tidur dikaitkan dengan insomnia untuk waktu yang lama, bangun lebih awal atau bangun
terlambat dan penurunan kemampuan untuk berfungsi ditandai dengan perubahan pola tidur dan
kecemasan yang menua.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskuler yang ditandai
dengan waktu yang diperlukan untuk pergi ke toilet setelah waktu yang lama untuk menahan kandung
kemih dan tidak mampu mengendalikan pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir terkait dengan kerusakan atau kerusakan pada memori sekunder.
e. Terkait seksual dengan perubahan struktur / fungsi tubuh yang ditandai dengan perubahan dalam
mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan dalam mobilitas fisik dikaitkan dengan kerusakan muskuloskeletal dan neuromular.
g. Kelelahan dikaitkan dengan kondisi fisik yang kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
saya. Kerusakan memori yang terkait dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)

2. Aspek psikososial
a. Coping yang tidak efektif dikaitkan dengan kepercayaan yang tidak memadai dalam kemampuan
coping, dukungan sosial yang tidak memadai yang terbentuk dari karakteristik atau hubungan.
b. Keterasingan sosial terkait dengan perubahan penampilan fisik, perubahan kesejahteraan, perubahan
status mental.
c. Gangguan harga diri terkait dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan
fungsi seksual.
d. Kecemasan terkait dengan perubahan status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
lingkungan, status ekonomi.
e. Risiko kesendirian.
(NANDA, 2006)

3. Aspek spiritual

Tekanan spiritual terkait dengan perubahan hidup, kematian atau kematian diri sendiri atau orang lain,
kecemasan, keterasingan, kesendirian atau isolasi sosial, kurang sosiokultural (NANDA, 2006).

, 2.2.3. Intervensi keperawatan (NANDA 2006)


No Diagnosa NOC NIC
. keperawatan

Aspek fisik atau biologis

1. Ketidakseimbanga Status nutrisi Manajemen


n nutrisi : kurang ketidakteraturan
Setelah dilakukan
dari kebutuhan makan (eating
tubuh intervensi keperawatan disorder
selama 3x24 jam pasien
berhubungan management)
dengan  tidak diharapkan mampu:
mampu dalam Kolaborasi dengan
Asupan nutrisi tidak
memasukkan, anggota tim
bermasalah kesehatan untuk
memasukan,
mencerna, Asupan makanan dan memuat
cairan tidak bermasalah perencanaan
mengabsorbsi
makanan karena perawatan jika
Energy tdak bermasalah sesuai.
factor biologi.
Berat badan ideal Diskusikan dengan
tim dan pasien
untuk membuat
target berat
badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.

Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan
asupan kalori
setiap hari supaya
mencapai dan atau
mempertahankan
berat badan sesuai
target.

Ajarkan dan
kuatkan konsep
nutrisi yang baik
pada pasien

Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.

Dorong pasien
untuk memonitor
diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan
berat badan.

Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan
berat badan dan
untuk
menimimalkan
berat badan.

Berikan pujian atas


peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang
mendukung
peningkatan berat
badan.

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur


tidur berhubungan keperawatan selama 2x24
Tetapkan pola
dengan insomnia jam pasien diharapkan
dalam waktu lama, dapat memperbaiki pola kegiatan dan tidur
pasien.
terbangun lebih tidurnya dengan kriteria :
awal atau Monitor pola tidur
Mengatur jumlah jam
terlambat bangun pasien dan jumlah
dan penurunan tidurnya
jam tidurnya.
kemampuan fungsi Tidur secara rutin
yng ditandai Jelaskan
dengan penuaan Miningkatkan pola tidur pentingnya tidur
perubahan pola Meningkatkan kualitas selama sakit dan
tidur dan cemas. tidur stress fisik.

Tidak ada gangguan tidur Bantu pasien


untuk
menghilangkan
situasi stress
sebelum jam
tidurnya.

3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan Perawatan


fungsional intervensi keperawatan inkontinensia urin
berhubungan selama 3x24 jam
Monitor eliminasi
dengan diharapkan pasien
keterbatasan mampu : urin.
neuromuskular Bantu klien
yang ditandai Kontinensia urin
mengembangkan
dengan waktu Merespon dengan cepat sensasi keinginan
yang diperlukan ke keinginan buang air kecil BAK.
toilet melebihi (BAK)
waktu untuk Modifikasi baju
menahan Mampu mencapai toilet dan lingkungan
pengosongan dan mengeluarkan urin untuk
bladder dan tidak secara tepat waktu memudahkan klien
mampu ke toilet.
Mengosongkan bladder
mengontrol
dengan lengkap Instruksikan pasien
pengosongan.
untuk
Mampu memprediksi mengonsumsi air
pengeluaran urin minum sebanyak
1500 cc/hari.

4. Gangguan proses Setelah dilakukan Latihan daya ingat


berpikir intervensi keperawatan
berhubungan selama 2x24 jam pasien Diskusi dengan
pasien dan
dengan diharapkan dapat
kemunduran atau meningkatkan daya ingat keluarga beberapa
masalah ingatan.
kerusakan memori dengan kriteria :
sekunder. Rangsang ingatan
Mengingat dengan segera
dengan mengulang
informasi yang tepat
pemikiran pasien
Mengingat inormasi yang kemarin dengan
baru saja disampaikan
Mengingat informasi yang cepat.
sudah lalu
Mengenangkan
tentang
pengalaman di
masalalu dengan
pasien.

5. Seksual Fungsi seksual Konseling seksual


berhubungan
dengan perubahan Mengekspresikan Bantu pasien
struktur kenyamanan untuk
tubuh/fungsi yang mengekspresikan
Mengekspresikan perubahan fungsi
ditandai dengan kepercayaan diri
perubahan dalam tubuh termasuk
organ seksual
mencapai
kepuasan seksual. seiring dengan
bertambahnya
usia.

Diskusikan
beberapa pilihan
agar dicapai
kenyamanan.

6. Kelemahan Level mobilitas (mobility Latihan dengan


mobilitas fisik level) terapi gerakan
berhubungan Setelah dilakukan (exercise therapy
dengan kerusakan intervensi keperawatan ambulation)
musculoskeletal selama 2x24 jam
Kosultasi kepada
dan neuromular. diharapkan pasien dapat :
pemberi terapi
Memposisikan penampilan fisik mengenai
tubuh rencana gerakan
yang sesuai
Ambulasi : berjalan dengan
Menggerakan otot kebutuhan.

Menyambung Dorong untuk


gerakan/mengkolaborasik bergerak secara
an gerakan bebas namun
masih dalam batas
yang aman.

Gunakan alat
bantu untuk
bergerak, jika tidak
kuat untuk berdiri
(mudah
goyah/tidak
kokoh).

7. Kelelahan Activity tolerance Energy


berhubungan management
Setelah dilakukan
dengan kondisi
fisik kurang. intervensi keperawatan Monitor intake
selama 2x24 jam nutrisi untuk
diharapkan pasien dapat: memastikan
sumber energi
Memonitor usaha yang adekuat.
bernapas dalam respon
aktivitas Tentukan
keterbatasan fisik
Melaporkan aktivitas pasien.
harian
Tentukan
Memonitor ECG dalam penyebab
batas normal kelelahan.
Memonitor warna kulit Bantu pasien
untuk jadwal
istirahat.

8. Risiko kerusakan Kontrol risiko (risk control) Penjagaan


integritas kulit terhadap kulit
Setelah dilakukan (skin surveillance)
intervensi keperawatan
selama 2x24 jam Monitor area kulit
diharapkan pasien dapat : yang terlihat
kemerahan dan
Kontrol perubahan status adanya kerusakan.
kesehatan
Monitor kulit yang
Gunakan support system sering mendapat
pribadi untuk mengontrol tekanan dan
risiko gesekan.

Mengenal perubahan Monitor warna


status kesehatan kulit.

Monitor factor risiko yang Monitor suhu kulit.


berasal dari lingkungan
Periksa pakaian,
jika pakaian
terlihat terlalu
ketat.

9. Kerusakan memori Orientasi kognitif Pelatihan memori


berhubungan (memory training)
dengan gangguan Setelah dilakukan
intervensi keperawatan Stimulasi memory
neurologis.
selama 2x24 jam dengan
diharapkan pasien dapat : mengulangi
pembicaraan
Mengenal diri sendiri secara jelas di
Mengenal orang atau hal akhir pertemuan
penting dengan pasien.

Mengenal tempatnya Mengenang


sekarang pengalaman masa
lalu dengan pasien.
Mengenal hari, bulan, dan
tahun dengan benar Menyediakan
gambar untuk
mengenal
ingatannya
kembali.

Monitor perilaku
pasien selama
terapi.

Aspek psikososial

1. Koping tidak Koping (coping) Koping


efektif
berhubungan Setelah dilakukan enhancement
dengan percaya intervensi keperawatan
diri tidak adekuat selama 3x24 jam pasien Dorong aktifitas
social dan
dalam secara konsisten
kemampuan diharapkan mampu : komunitas
koping, dukungan Dorong pasien
social tidak Mengidentifikasi pola
koping efektif untuk
adekuat yang mengembangkan
dibentuk dari Mengedentifikasi pola hubungan.
karakteristik atau koping yang tidak efektif
hubungan. Dorong
Melaporkan penurunan berhubungan
stress dengan seseorang
yang memiliki
Memverbalkan control tujuan dan
perasaan ketertarikan yang
Memodifikasi gaya hidup sama.
yang dibutuhkan Dukung pasein
Beradaptasi dengan untuk
perubahan perkembangan menguunakan
mekanisme
Menggunakan dukungan pertahanan yang
social yang tersedia sesuai.

Melaporkan peningkatan Kenalkan pasien


kenyamanan psikologis kepada seseorang
yang mempunyai
latar belakang
pengalaman yang
sama.

2. Isolasi social Lingkungan keluarga : Keterlibatan


berhubungan internal (family keluarga (family
dengan perubhaan environment: interna) involvement)
penampilan fisik,
Setelah dilakukan Mengidentifikasika
peubahan keadaan
sejahtera, intervensi keperawatan n kemampuan
selama 3x24 jam pasien anggota keluarga
perubahan status
mental. secara konsisten untuk terlibat
diharapkan mampu : dalam perawatan
pasien.
Berpatisipasi dalam
aktifitas bersama Menentukan
sumber fisik,
Berpatisipasi dalam tradisi psikososial dan
keluarga pendidikan
Menerima kunjungan dari pemberi
teman dan anggota pelayanan
keluarga besar kesehatan yang
utama.
Memberikan dukungan
satu sama lain Mengidentifkasi
deficit perawatan
Mengekspresikan diri pasien.
perasaan dan masalah
kepada yang lain. Menentukan
tinggat
Mendorong anggota ketergantungan
keluarga untuk tidak pasien terhadap
ketergantungan keluarganya yang
sesuai dengan
Berpatisipasi dalam
umur atau
rekreasi dan acara aktifitas
penyakitnya.
komunitas

Memecahkan masalah

3. Gangguan harga Setelah dilakukan tindakan Peningkatan harga


diri berhubungan intervensi keperawatan diri
dengan selama 2x24 jam pasien
ketergantungan, diharapkan akan bisa Kuatkan rasa
percaya diri
perubahan peran, memperbaiki konsep diri
perubahan citra dengan criteria : terhadap
kemampuan
tubuh dan fungsi
seksual. Mengidentifikasi pola pasien
koping terdahulu yang mengndalikan
efektif dan pada saat ini situasi.
tidak mungkin lagi
Menguatkan
digunakan akibat penyakit
dan penanganan tenaga pribadi
dalam mengenal
(pemakaian alkohol dan
obat-obatan; penggunaan dirinya.
tenaga yang berlebihan)
Pasien dan keluarga Bantu pasien
mengidentifikasi dan untuk memeriksa
mengungkapkan perasaan kembali persepsi
dan reaksinya terhadap negative tentang
penyakit dan perubahan dirinya.
hidup yang diperlukan

Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
perubahan akibat
penyakitnya

Melaporkan kepuasan
dengan metode ekspresi
seksual

4. Cemas Anxiety control Anxiety reduction


berhubungan
dengan  Setelah dilakukan Bantu pasien
intervensi keperawatan untuk
perubahan dalam
status peran, selama 2x24 jam menidentifikasi
diharapkan pasien dapat: situasi percepatan
status kesehatan,
pola interaksi, cemas.
Memonitor intensitas
fungsi peran, cemas Dampingi pasien
lingkungan, status untuk
ekonomi. Melaporkan tidur yang mempromosikan
adekuat kenyamanan dan
Mengontrol respon cemas mengurangi
ketakutan.
Merencanakan strategi
koping dalam situasi stress Identifikasi ketika
perubahan level
cemas.

Instuksikan pasien
dalam teknik
relaksasi.

5. Resiko kesendirian Family Coping Family support

Setelah dilakukan Bantu


intervensi keperawatan pekembangan
selama 2x24 jam harapan yang
diharapkan pasien dapat: realistis.

Mendemontrasikan Identifikasi alami


fleksibelitas peran dukungan spiritual
bagi keluarga.
Mengatur masalah
Berikan
Menggunakan strategi kepercayaan
pengurangan stress dalam hubungan
Menghadapi masalah dengan keluarga.

Dengarkan untuk
berhubungan
dengan keluarga,
perasan dan
pertanyaan.

6. Gangguan citra Setelah dilakukan Peningkatan citra


tubuh intervensi keperawatan tubuh
berhubungan selama 2x24 jam pasien
dengan perubahan diharapkan meningkatkan Bantu pasien
untuk
dan citra tubuhnya dengan
ketergantungan criteria : mendiskusikan
perubahan karena
fisik
(ketidakseimbanga Merasa puas dengan penyakit atau
penampilan tubuhnya pembedahan.
n mobilitas) serta
psikologis yang Merasa puas dengan Memutuskan
disebabkan fungsi anggota badannya apakah perubahan
penyakit atau fisik yang baru saja
terapi. Mendiskripsikan bagian diterima dapat
tubuh tambahan masuk dalam citra
tubuh pasien.

Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai
penyakit yang
sama.

Aspek spiritual

1. Distress spiritual Pengharapan (hope) Penanaman


berhubungan harapan (hope
dengan peubahan Setelah dilakukan instillation)
hidup, kematian intervensi keperawatan
atau sekarat diri selama 3x24 jam pasien Mengkaji pasian
atau keluarga
atau orang lain, secara luas diharapkan
cemas, mampu : untuk
mengidentifikasi
mengasingkan diri,
kesendirian atau Mengekspresikan orientasi area pengharapan
masa depan yang positif dalam hidup.
pengasingan
social, kurang Mengekspresikan arti Melibatkan pasien
sosiokultural. kehidupan secara aktif dalam
perawatan diri.
Mengekspresikan rasa
optimis Mengajarkan
keluarga tentang
Mengekspresikan aspek positif
perasaan untuk pengharapan.
mengontrol diri sendiri

Mengekspresikan
kepercayaan

Mengekspresikan rasa
percaya pada diri sendiri
dan orang lain

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik, hal itu dilakukan di dusun X pada 7-11 Desember
2015, di mana penulis melakukan kunjungan rumah ke 15 kepala keluarga yang diamati dengan lansia
berusia 55-65 tahun dan sebanyak 5 orang . 

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik penulis melakukan pelayanan kesehatan hanya
kepada Ny. S., sedangkan langkah-langkah untuk membuat asuhan keperawatan gerontik dapat
dijelaskan sebagai berikut:

3.1. Penilaian
3.1.1. Pengumpulan data
1. Identitas
Ibu 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, menikah, Muslim, berkebangsaan Jawa dan Indonesia.

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi


Pak Z mengatakan bahwa karena diabetes ia tidak lagi bekerja, hanya Pak Z yang menjaga warung di
samping rumahnya, pekerjaan sebelumnya adalah sebagai nelayan dan menjual hasil tangkapannya ke
pasar.

Ny. S. bekerja sebagai petani dan membantu suaminya bertani di ladang. Penghasilan Ny.S tidak pasti
dalam satu bulan, yaitu ± 350.000 / bulan. Dan anak satu-satunya kadang-kadang ingin memberikan
uang ekstra kepada orang tuanya.

3. Lingkungan tempat kebersihan dan kerapian hidup


Rumah Tn.Z adalah rumah milik pribadi dengan ukuran sekitar 100 m2. Termasuk rumah permanen,
dinding beton. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC.
Ketika ventilasi rumah dinilai, itu cukup 10% dari total bangunan dan lingkungan tampaknya kurang
bersih, banyak rawa berventilasi dan jendela.

  Baca Juga:  Askep Lansia dengan Hipertensi Nanda Nic Noc

Pencahayaan di kamar di rumah Tn.Z tidak cukup terang di siang hari karena jendela rumah jarang
dibuka sehingga sirkulasi di dalam ruangan tidak nyaman, keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur
terlihat berantakan karena peralatan dapur tidak tertata dengan rapi, kamar mandi terlihat kotor dan
berlumut.

Keluarga mendapat air minum dari sumur pompa di rumah mereka. Kualitas airnya jernih dan tidak
berbau. Keluarga selalu mendidihkan air sumur sampai mendidih. Pasokan air mencukupi untuk
kebutuhan keluarga, jika pompa rusak keluarga mencoba membeli air minum.

Keluarga memiliki jamban mereka sendiri, pembuangan tinja melalui septic tank. Kebiasaan keluarga Mr.
Z untuk memelihara jamban tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga toilet menjadi tumpukan sampah,
tidak dirawat dengan baik dan bau.

Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya keluarga membakar sampah di belakang
rumah. Pengolahan air limbah keluarga yang buruk, dibuang ke selokan dan tersumbat karena
membuang sampah sembarangan.

Ny. Lingkungan rumah terlihat bersih, halaman tidak dimanfaatkan secara maksimal hanya ada
beberapa tanaman saja.

4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Situasi Ny.S saat ini tidak membaik. Klien mengeluhkan penyakitnya, kata klien menderita diabetes, ada
luka di jempol kaki kanan sekitar 2 cm berwarna merah dan belum sembuh sejak 3 bulan lalu. 

Lukanya telah dirawat, tetapi belum sembuh sampai sekarang. Ibu S merasa banyak minum tetapi juga
banyak buang air kecil walaupun pada dasarnya Bu S sering minum banyak. Klien terlihat lemah, sering
mengantuk, berat badan menurun dari 75 kg menjadi 60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering,
penglihatan kabur dan klien khawatir tentang kondisinya saat ini.

Keluarga mengatakan bahwa Ny. S dibawa untuk dirawat di puskesmas tetapi penyakitnya tidak dapat
disembuhkan karena jarang dikendalikan ke puskesmas.

b. Riwayat medis masa lalu

Pak Z mengatakan tidak ada penyakit di masa lalu dan tidak ada alergi terhadap makanan, obat-obatan,
dan tidak pernah ada anggota keluarga yang mengalami kecelakaan. Ny. S mengatakan jika ada anggota
keluarga yang sakit.

Ny. S hanya minum obat diwarung-nya dan jika tidak sembuh juga Ny. S mencoba membawa
pengobatan ke klinik atau puskesmas. Keluarga itu juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah
dirawat di rumah sakit.

5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa mereka selalu menjaga kesehatan mereka dengan makan secara teratur.
Klien tidak memiliki riwayat merokok atau minum. Jika anggota keluarga sakit, keluarga mengambil obat
di diwarungi atau obat yang telah diresepkan oleh dokter.

b. Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama. Ny.S memiliki
kebiasaan makan yang tidak teratur, kadang-kadang 2x atau bisa lebih, suka makan makanan manis dan
terkadang tidak harus berapa kali sehari tetapi untuk minum, klien lebih suka minum teh kental dan
manis. 

Klien mengatakan bahwa setelah belajar menderita diabetes, klien mengurangi makan makanan manis.
Klien mengatakan setiap makan hanya mengkonsumsi ½ porsi karena takut meningkatkan gula darah. 

Sedangkan Pak Z dan anak-anaknya makan seadanya 3 kali sehari, kebiasaan minumnya tergantung
aktivitas, ketika aktivitas minumnya berat bisa lebih dari 2 liter per hari, padahal aktivitas yang biasa
hanya minum 4-5 gelas air dan teh air.

c. Eliminasi
Ibu S biasa BAB 1x / hari, BAK tergantung jumlah air yang diminum Pak Z jika minum banyak BAK bisa
lebih dari 3x. Ny. Minum banyak sehingga sering buang air kecil kadang sampai 10 kali sedangkan untuk
buang air besar biasanya 1 kali sehari.

d. Pola aktivitas latihan rutin


Keluarga mengatakan bahwa mereka mandi dua kali sehari, menyikat gigi dua kali sehari, mencucinya
sekali setiap 2 hari, dan mengganti pakaian setelah mandi.

Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh Ibu dan Bapak Z adalah berjalan-jalan di sekitar rumah sambil
mengobrol dengan tetangga di dekat rumah mereka. Pak Z mengatakan bahwa kakinya kadang
kesemutan.

e. Pola istirahat dan tidur


Pak Z jarang tidur siang, karena setiap hari ia pergi ke ladang. Jam sore tidak pasti dan tidur di malam
hari dari 22.00 hingga 04.30 WIB atau ketika panggilan untuk subuh setelah itu tidak tidur lagi
sementara Ny. S jarang tidur siang atau hampir tidak pernah tidur siang, karena malam biasanya tidur di
atas 21.00 hingga 05.00 WIB dan setelah itu jangan tidur lagi.

f. Pola persepsi kognitif


Ny.S mengatakan mata kiri tidak bisa melihat dengan jelas, panggangan kabur terutama di malam hari.
Klien mengatakan jika Anda meninggalkan ruangan atau berjalan di sekitar rumah Anda harus
memegang dinding terlebih dahulu sebagai penopang. Klien tampak berjalan sambil memegang dinding
atau menggunakan tongkat. 

  Baca Juga:  Askep Kehamilan Normal Nanda Nic Noc Terbaru

Klien sepertinya tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas ketika seseorang pulang dan bertanya pada
perawat yang datang. Klien mengatakan dia tidak tahu komplikasi diabetes mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes, terutama pada luka di kaki kanannya.

g. Persepsi diri terhadap pola konsepsi diri


Ibu S berpikir bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S masih antusias meskipun dia sudah
tua dan suaminya tidak bisa bekerja lagi. Ny.S mengatakan bahwa tetangganya sangat baik pada mereka
dan ingin saling membantu satu sama lain.

h. Pola hubungan-peran
Pak Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dalam keluarga sangat penting dan berharga
meskipun istrinya saat ini sedang mengalami diabetes. Dan mrs. S sebagai seorang istri hanya dapat
membantu menjaga warung tetap di rumah dan mendapatkan penghasilan yang cukup.

Sementara An yang bertindak sebagai seorang anak dan bekerja mengajar anak-anak sekolah menengah
pertama dan ingin membantu kedua orang tua untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

i. Seks
Ny.S memiliki 1 anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny. Tidak pernah melakukan hubungan
seksual lagi karena menderita diabetes.

j. Mengatasi toleransi stres


Pak Z mengatakan bahwa jika ada kesulitan dalam keluarga, ia masih dapat mengatasinya dengan
musyawarah dengan anggota keluarga di rumah.

k. Nilai keyakinan

Mrs. S menganut Islam dan percaya pada agamanya. Ibu S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika
keluarga memiliki masalah.

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum  : compos mentis
b. TTV  : 
- TD  : 130/80 mmhg
- T/P  : 36,2o C/82 x/i
- RR : 20 x/i
c. BB/TB  : 60 kg/155 cm 
d. Kepala  : 
- Rambut  : pendek, lurus dan hitam dan mulai memutih
- Mata  : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
- Telinga : bersih, tidak ada serumen
- Mulut : kotor dan terdapat karang gigi
- Gigi : tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan ompong
- Bibir : tampak lembab
- Dada : simetris dan tidak ada pembengkakan
- Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan
- Kulit : berwarna sawo matang, dan tidak pucat
- Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.
3.1.2. Analisa data

No. Sign sympton Etiologi Problem

1. Ds : Gangguan Kerusakan
metabolisme integritas kulit
Klien mengatakan ada luka pada
ibu jari kaki sebelah kanan yang
tidak sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati, namun
sampai sekarang luka tersebut
tidak sembuh-sembuh.

Klien mengatakan setelah


mengetahui menderita diabetes,
klien mengurangi makan-makanan
yang manis.

Klien mengatakan setiap makan


hanya menghabiskan ½ porsi
karena takut gula darah semakin
naik.

Do :

Ditemukan adanya luka pada ibu


jari kaki sebelah kanan berwarna
merah sekitar 2 cm.

Klien tampak lemas dan sering


ngantuk.

Berat badan klien menurun dari 75


kg menjadi 60 kg.

Mukosa mulut dan bibir klien


kering.

2. Ds : Penurunan Resiko terjadi


ketajaman cedera
 Klien mengatakan mata sebelah penglihatan
kiri tidak bisa melihat dengan
jelas, pandangan kabur terutama
menjelang malam hari.

Klien mengatakan apabila keluar


ruangan atau jalan-jalan di sekitar
rumah harus memegang dinding
terlebih dahulu sebagai sokongan.

Do :

Klien tampak tidak tahu dan tidak


melihat dengan jelas pada saat
seseorang datang kerumah dan
menanyakan kepada perawat
siapa yang datang.

Klien tampak berjalan sambil


memegang dinding atau pakai
tongkat.

Penerangan dalam ruangan


dirumah Tn. Z kurang terang pada
siang hari dikarenakan jendela
rumah jarang dibuka.

3. Ds : Ketidakmampuan Kurang
keluarga pengetahuan
Klien mengatakan mata sebelah merawat anggota mengenai
kiri tidak bisa melihat dengan keluarga yang penyakit
jelas, pandangan kabur terutama sakit diabetes
menjelang malam hari. mellitus
Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus,
penyebab dan perawatan diabetes
terutama pada luka yang ada dijari
kaki sebelah kanannya.

Do :

Terdapat luka pada ibu jari kaki


sebelah kanan berwarna merah
sekitar 2 cm dan tidak sembuh
sejak 3 bulan yang lalu. Luka 
sudah diobati, namun belum bisa
sembuh sampai sekarang.

Klien tampak cemas dengan


kondisinya.

3.2. Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf

Ditemukan  Teratasi

1. Kerusakan integritas kulit 7 Desember 2015


berhubungan dengan gangguan
metabolik yang ditandai dengan
klien mengatakan ada luka pada
ibu jari kaki sebelah kanan yang
tidak sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati, namun
sampai sekarang luka tersebut
tidak sembuh-sembuh. Klien
mengatakan setelah mengetahui
menderita diabetes, klien
mengurangi makan-makanan
yang manis. Klien mengatakan
setiap makan hanya D
menghabiskan ½ porsi karena
takut gula darah semakin naik. E
Ditemukan adanya luka pada ibu
S
jari kaki sebelah kanan berwarna
merah sekitar 2 cm, klien tampak I
lemas dan sering ngantuk, berat
badan klien menurun dari 75 kg
menjadi 60 kg, mukosa mulut dan Y
bibir klien kering.
A
2. Resiko terjadi cedera 7 Desember 2015
berhubungan dengan penurunan N
ketajaman penglihatan yang
ditandai dengan klien T
mengatakan mata sebelah kiri I
tidak bisa melihat dengan jelas,
pandangan kabur terutama
menjelang malam hari. Klien
mengatakan apabila keluar
ruangan atau jalan-jalan di sekitar
rumah harus memegang dinding
terlebih dahulu sebagai
sokongan. Klien tampak tidak
tahu dan tidak melihat dengan
jelas pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan
kepada perawat siapa yang
datang. Klien tampak berjalan
sambil memegang dinding atau
pakai tongkat. Penerangan dalam
ruangan dirumah Tn.Z kurang
terang pada siang hari
dikarenakan jendela rumah
jarang dibuka.

3. Kurang pengetahuan mengenai 7 Desember 2015


penyakit diabetes mellitus
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang
sakit yang ditandai dengan klien
mengatakan mata sebelah kiri
tidak bisa melihat dengan jelas,
pandangan kabur terutama
menjelang malam hari. Klien
D
mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus,
penyebab dan perawatan
diabetes terutama pada luka yang
ada dijari kaki sebelah kanannya.
Terdapat luka pada ibu jari kaki
sebelah kanan berwarna merah
sekitar 2 cm dan tidak sembuh
sejak 3 bulan yang lalu. Luka 
sudah diobati, namun belum bisa
sembuh sampai sekarang. Klien
tampak cemas dengan
kondisinya.

3.3. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC Paraf


keperawatan

1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan Kaji pengetahuan


kulit berhubungan tindakan keperawatan klien mengenai
dengan gangguan 3x30 menit klien adanya faktor resiko
metabolik. mampu yang dapat
mempertahankan menyebabkan
keutuhan kulit dan kerusakan kulit.
mengatur pola makan
Pantau warna, suhu, D
secara adekuat
dengan kriteria: dan kelembapan kulit
E
pada klien.
Mukosa mulut dan S
bibir tidak kering. Identifikasi makanan
yang disenangi oleh I
Berat badan dalam klien.
batas normal.
Libatkan keluarga
dalam perencanaan Y
makan sesuai indikasi.
A
Kolaborasi melakukan
N
pemeriksaan gula
darah.
T

2. Resiko terjadi cedera Setelah dilakukan Ajarkan kepada


berhubungan dengan tindakan keperawatan keluarga untuk
penurunan ketajaman selama 3x30 menit, menyediakan
penglihatan. cedera tidak terjadi lingkungan yang aman
pada klien dengan untuk pasien.
kriteria:
Identifikasi kebutuhan
Klien terbebas dari keamanan pasien,
cedera sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi
Klien mampu kognitif  pasien dan
menjelaskan cara riwayat penyakit
untuk mencegah terdahulu pasien.
cedera
Ajarkan kepada
Klien mampu keluarga dan klien
menjelaskan manfaat untuk menghindarkan
senam mata lingkungan yang
Klien mampu berbahaya (misalnya
mendemonstrasikan memindahkan
senam mata perabotan berbahaya,
kebersihan lantai
rumah dan kamar
mandi).
D
Ajarkan kepada
keluarga untuk E
memberikan
S
penerangan yang
cukup di dalam I
rumah.

Jelaskan manfaat
senam mata. Y

Ajarkan gerakan A
senam mata N

T
I

3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan Jelaskan pada klien


mengenai penyakit tindakan keperawatan penyebab diabetes
diabetes mellitus 1x30 menit keluarga mellitus.
berhubungan dengan dapat mengenal
ketidakmampuan masalah kesehatan Jelaskan pada klien
tanda dan gejala
keluarga merawat dengan kriteria:
anggota keluarga diabetes mellitus
Klien dapat
yang sakit. Jelaskan pada klien
menyebutkan
penyebab diabetes komplikasi diabetes
mellitus. mellitus yang dapat
terjadi.
Klien dapat D
Jelaskan pada
menyebutkan tanda
dan gejala diabetes keluarga cara E
perawatan pada
mellitus.
diabetes mellitus. S
Klien dapat
I
menyebutkan
komplikasi diabetes
mellitus.
Y
Keluarga dapat
merawat anggota A
keluarga yang sakit
N
diabetes mellitus.
T

3.4. Implementasi dan evaluasi keperawatan

Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


keperawatan

7 Des Kerusakan Mengucapkan salam S          :           -            Klien


2015 integritas kulit kepada pasien dan mengatakan sudah
berhubungan keluarga. mengetahui keadaan
dengan gangguan kulitnya.
Salam dijawab oleh
metabolik. pasien dan keluarga. O         :           -            Klien
tampak merasa gatal dan
Menjelaskan tujuan sakit pada kulitnya
yang akan disampaikan
pada klien.           - Klien tidak
menjawab semua
Mengkaji pengetahuan pertanyaan dengan
klien tentang keadaan sempurna. D
kulit yang tampak pada
klien (lanjut usia). A          :            Masalah E
belum teratasi.
Mendiskusikan pada S
klien cara untuk P          :            Lanjutkan
I
mencegah kulit yang rencana tindakan.
pecah-pecah atau ada
luka, (klien
mengatakan tidak
mampu melakukannya
karena tidaknya).

Memberi kesempatan
pada klien untuk
bertanya apabila ada
materi yang belum
jelas (klien mengatakan
sudah lupa tentang
cara mencegah kulit
pecah-pecah atau
mengobati luka yang
sudah ada).

Menjelaskan kembali
kepada klien klien cara
untuk mencegah  kulit
yang sudah kering.
Y
Memberi kesempatan
klien untuk bertanya. A

Menanyakan kembali N
kepada klien tentang T
pengobatan luka pada
kulit-kulitnya (klien I
menjawab dengan baik
tetapi tidak sempurna).

Memberi pujian atas


kemampuan klien
mendengar ,dan
menjawab sebagian
pertanyaan dari
perawat.

Kontrak waktu kembali


dengan klien. 

9 Des Menyampaikan salam, S          :           -            Klien


2015 pasien menjawab. mengatakan mengerti
sedikit tentang penyakit
Membicarakan dengan yang dialaminya.
keluarga tentang
ruangan dan O         :           -            Klien D
lingkungan yang aman hati-hati dan defektif
terhadap resiko cedera terhadap lingkungan dan E
berhubungan dengan ruangan.
S
keadaan pasien.
A          :           -           
I
Memotivasi keluarga Masalah belum teratasi.
untuk menuntun
pasien dorongan dan P          :           -           
Lanjutkan rencana
lingkungan.
tindakan
Membicarakan
penatalaksanaan
kenyamanan rumah
baik dari segi fasilitas
dan kondisi ruangan.

Mengidentifikasi
tingkat ketajaman
penglihatan pasien
dengan uji lapangan
pandang.

Merapikan ruangan
dan membantu
keluarga untuk Y
penataan ruangan yang
aman dari kondisi A
pasien.
N
Memotivasi pasien
T
untuk makan siang.
Makanan habis 1 porsi. I
Menganjurkan pasien
untuk istirahat siang.
Pasien dapat tidur
dengan nyenyak.

Menganjurkan pasien
dan keluarga untuk
perawatan diri.

11 Des Salam pembuka, S          :           -            Klien


2015 mengingatkan dengan mengatakan udah lupa
kontrak yang ,lebih mudah mengingat
disepakati. yang dulu dari pada
penjelasan yang
Menjelaskan tujuan disampaikan .
pertemuan dilakukan.
O         :           -            Klien
Mengakaji menceritakan kejadian
pengetahuan klien yang dulu kepada
tentang kejadian- perawat.
kejadian dimasa
lampau. A          :           -            D
Masalah teratasi.
Membantu E
mengembalikan daya P          :           -           
ingat klien dengan Lanjutkan rencana S
menunjukan gambar- keperawatan
I
gambar atau album
foto yang ada pada
keluarga.
Y
Memberi kesempatan
pada klien untuk A
menanyakan atau
N
tehnik yang belum jelas
(klien mengatakan T
lebih ingat dengan
kejadian dulu daripada I
yang sekarang, klien
mudah lupa).

Menjelaskan pada klien


bahwa kejadian atau
hal yang dialami pada
klien itu karena
pengaruh dari usia
yang semakin
bertambah  tua,
dimana organ tubuh
sudah mulai menurun
fungsinya misalnya
otak, (klien mendengar
dengan antusias).

Menganjurkan klien
agar tetap melatih daya
ingat.

Memberi motivasi
kepada keluarga dan
klien.

Mengevaluasi tingkat
pengetahuan keluarga
dan   klien tentang apa
yang yang sudah
diberikan.  

7 Des Resiko terjadi Mengucapkan salam S : Klien mengatakn tidak


2015 cedera kepada pasien dan ingat tentang materi yang
berhubungan keluarga. dijelskan.
dengan
penurunan Salam dijawab oleh O : Klien tampak duduk
pasien dan keluarga. santai disamping istri
ketajaman
penglihatan. Menjelaskan tujuan A    : Masalah belum D
yang akan disampaikan teratasi
pada klien. E
P : Lanjutkan tindakan
Memberi kesempatan keperawatan S
pada klien untuk
bertanya apabila ada I
materi yang belum
jelas (klien mengatakan
sudah lupa tentang
cara mencegah kulit
pecah-pecah atau
mengobati luka yang
sudah ada).

Menjelaskan kembali
kepada klien klien cara
untuk mencegah  kulit
yang sudah kering.

Memberi kesempatan
klien untuk bertanya.

Memberi pujian atas


kemampuan klien
mendengar ,dan
menjawab sebagian
pertanyaan dari Y
perawat.
A
Kontrak waktu kembali
N
dengan klien. 
T

9 Des Menyampaikan salam. S          :           -            Klien D


2015 mengatakan mengerti
Pasien menjawab sedikit tentang masalah E
salam. lantai yang kotor dan S
Membicarakan dengan licin.
keluarga tentang I
O         :           -            Klien
ruangan dan tampak berjalan dengan 
lingkungan yang aman hati –hati  karena lantai
terhadap resiko cedera rumah yang licin.
berhubungan dengan
keadaan pasien. A          :            Masalah
Menganjurkan pasien belum teratasi . Y
untuk istirahat siang.
P          :           A
Pasien dapat tidur Pertahankan rencana
N
dengan nyenyak. tindakan.

Menganjurkan pasien T
dan keluarga untuk I
perawatan diri.

11 Des Salam pembuka, S          :           -            Klien


2015 mengingatkan dengan dapat menjawab sedikit
kontrak yang pertanyaan yang diberi.
disepakati.
O         :           -            Klien
Menjelaskan tujuan tampak serius mendengar D
pertemuan dilakukan. penjelasan perawat.
E
Mengkaji pengetahuan A          :            Masalah
klien tentang kejadian- teratasi. S
kejadian dimasa
P          :            Lanjutkan I
lampau .
rencana keperawatan.
Memberi kesempatan
pada klien untuk
menanyakan atau
tehknik yang belum
jelas (klien mengatakan
lebih ingat dengan
kejadian dulu daripada
yang sekarang,klien
mudah lupa)

Memberi motivasi
kepada keluarga dan
Y
klien.
A
Mengevaluasi tingkat
pengetahuan keluarga N
dan   klien tentang apa
yang yang sudah T
diberikan.  
I
7 Des Kurang Mengucapkan salam S :  Keluarga dan Ny.S
2015 pengetahuan dan menjelaskan hanya dapat
D
mengenai kegiatan hari ini akan menyebutkan tanda dan
penyakit diabetes melakukan penyuluhan gejala dari diabetes E
mellitus tentang diabetes mellitus sering BAK,
berhubungan mellitus. banyak makan dan S
dengan minum.
Menjelaskan pada I
ketidakmampuan
keluarga keluarga dengan leaflet O : Keluarga dan Ny.S
merawat anggota pengertian diabetes tampak memperhatikan
mellitus. saat diberikan
keluarga yang
sakit. penyuluhan dan
Menjelaskan pada mendemontrasikan diit
keluarga dengan leaflet untuk penderita DM.
tanda dan gejala
diabetes mellitus. A : masalah belum
teratasi, klien dan
Menjelaskan pada keluarga masih tampak
keluarga dengan leaflet bingung terhadap
penyebab diabetes penjelasan perawat.
mellitus
P : 
Mendemontrasikan
diityang tepat untuk Anjurkan kepada Ny.S
penderita diabetes untuk beristirahat yang
Y
mellitus cukup.
A
Mendemontrasikan Anjurkan kepada keluarga
testurine dengan dalam memberikan N
menggunakan makanan sesuai diit untuk
glukotest. penderita diabetes T
mellitus.
I

BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah itu penulis menerapkan asuhan keperawatan untuk gerontik dengan gangguan diabetes mellitus
pada Ny. S di Dusun X Percut, Kecamatan Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, mulai 1 Desember - 11
Desember 2015, penulis menemukan celah antara konsep, teori dan ulasan kasus dari tahap penilaian
ke tahap evaluasi, dalam diskusi ini penulis membahas:

4.1. Tahap Penilaian


Tahap penilaian aktivitas pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap pasien.
Wawancara langsung dengan pasien keluarga mampu dan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan,
palpasi, dari hasil penilaian yang dilakukan, penulis menemukan masalah antara teori dengan kasus di
atas, yaitu:

- Studi teoritis menemukan DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia> 60 tahun, tetapi
pada kasus ditemukan usia 64 tahun yang memiliki DM.

- Dalam studi teoritis sejarah masa lalu adalah salah satu pemicu seseorang yang terkena DM, tetapi
penulis tidak menemukannya dalam kasus tersebut.

- Dalam studi teoritis sejarah keluarga adalah faktor gen yang menyebabkan munculnya penyakit, di
mana salah satunya adalah DM. Tetapi penulis tidak menemukan faktor pemicu seperti itu dalam kasus
ini.

  Baca Juga:  Askep MCI Nanda Nic Noc Terbaru

- Dalam penilaian sistem penglihatan teoritis, tes kereta snelen dilakukan untuk menentukan ketajaman
mata pada seseorang yang memiliki kelainan, salah satunya adalah orang tua. Namun, penulis tidak
melakukan tindakan ini dalam kasus kontak karena kurangnya persiapan lengkap alat ketika praktik
pembelajaran lapangan, tetapi penulis hanya melakukan pengamatan untuk menentukan kelainan
ketajaman visual dalam kasus.

- Dalam penilaian teoretis ditemukan penilaian terhadap sistem pendengaran, di mana lansia biasanya
memperoleh data yang merupakan penurunan dalam proses pendengaran, tetapi pada tahap
peninjauan review kasus, penulis tidak menemukan kasus tersebut.

- Dalam proses peninjauan kasus, penulis tidak melakukan penilaian tes gula darah karena penghalang.
Tes kadar gula darah harus dilakukan pada tahap ini karena bertujuan untuk menentukan kadar gula
darah yang tinggi dan rendah pada klien dengan gangguan DM. 

Sedangkan dalam tinjauan teoritik ditemukan bahwa ada tes untuk kadar gula darah dalam menentukan
masalah.
4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan
Secara teori, penulis menegakkan diagnosa yang diambil dari beberapa sumber, ada 15 diagnosa, tetapi
tidak semua diagnosa dalam teori ada dalam kasus dan penulis hanya mengambil 3 diagnosa dari 15
diagnosa yang ditetapkan, karena diagnosa dalam kasus disesuaikan dengan data yang ditemukan
penulis pada kasus ini. Kesenjangan yang ditemukan oleh penulis, yaitu:

- Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan insomnia untuk waktu yang lama, bangun lebih awal
atau bangun terlambat dan menurunnya kemampuan berfungsi ditandai dengan perubahan pola tidur
dan kecemasan yang menua.

- Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskuler yang ditandai dengan
waktu yang dibutuhkan untuk pergi ke toilet setelah waktu yang lama untuk menahan kandung kemih
dan tidak dapat mengontrol pengosongan.

- Proses pemikiran yang rusak terkait dengan kerusakan atau kerusakan pada memori sekunder.

- Terkait secara seksual dengan perubahan struktur / fungsi tubuh yang ditandai oleh perubahan dalam
mencapai kepuasan seksual.

- Kelemahan dalam mobilitas fisik yang terkait dengan kerusakan muskuloskeletal dan neuromular.

- Kelelahan dikaitkan dengan kondisi fisik yang kurang.

- Coping yang tidak efektif berkaitan dengan kepercayaan yang tidak memadai dalam kemampuan
coping, dukungan sosial yang tidak memadai yang terbentuk dari karakteristik atau hubungan.

- Isolasi sosial terkait dengan perubahan penampilan fisik, perubahan kesejahteraan, perubahan status
mental.

- Gangguan harga diri terkait dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan
fungsi seksual.

- Kecemasan terkait dengan perubahan status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
lingkungan, status ekonomi.
- Risiko kesendirian.

- Tekanan spiritual terkait dengan perubahan hidup, kematian atau kematian diri sendiri atau orang lain,
kecemasan, isolasi, kesendirian atau isolasi sosial, kurang sosiokultural

4.3. Tahap Intervensi


Pada tahap intervensi tidak semua intervensi yang ada pada teori penulis terapkan pada intervensi
kasus, karena penulis hanya menemukan 3 diagnosa dari diagnose yang sudah ditegakkan. 

Sehingga penulis hanya dapat mengangkat 3 intervensi dari 3 diagnosa yang ditemukan pada kasus
yaitu:

- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Gangguan system metabolisme (neuropati perifer)
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan.
2. Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
3. Beri perawatan kulit seperti penggunaan  lotion
4. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
5. Motivasi klien untuk menjaga pola makan

- Resiko terjadi cidera berhubungan dengan penurunan penglihatan.


1. Hindarkan lantai yang licin
2. Gunakan bed yang rendah
3. Bantu klien dalam memilih aktivitas sehari-hari
4. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

- Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan Kurang informasi


1. Jelaskan pada klien penyebab diabetes mellitus.
2. Jelaskan pada klien tanda dan gejala  diabetes mellitus
3. Jelaskan pada klien komplikasi diabetes mellitus yang dapat terjadi
4. Jelaskan pada klien cara perawatan pada diabetes mellitus.

4.4. Tahap Implementasi


Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik sesuai dengan rencana
yang disusun menurut diagnose yang telah didapat pada kasus dan disesuaikan dengan intervensi yang
sudah direncanakan. 

Adapun kendala yang dialami penulis saat melakukan implementasi ke rumah klien, yaitu klien sering 
tidak berada dirumah melainkan klien sering pergi ke rumah tetangga-tetangganya dan rumah klien
yang begitu cukup jauh.

4.5. Evaluasi
Pada kasus, tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana keperawatan gerontik
dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien. Pada kasus, semua rencana keperawatan
yang direncanakan  telah berhasil dan dapat dilakukan dengan baik serta masalah pada klien dapat
teratasi dengan baik. 

Dimana klien sudah mampu mengerti tentang penyakitnya, resiko terjadinya cidera, serta sudah dapat
melakukan pencegahan pada kulit maupun luka yang ada pada kaki klien.
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan 
Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes
melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan gangguan diabetes
melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik khususnya  pada Ny.S
dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S  dengan gangguan diabetes
melitus. 

5.2. Saran 
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat mempergunakannya dalam
menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada gerontik.

2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan asuhan


keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di dalam kasus.

3. Bagi Ny.S selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti mengurangi makanan yang
banyak mengandung gula serta tidak melakukan aktivitas yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes Kota Semarang.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.
NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa, Prima Medika,
NANDA.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta:
EGC.
Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int.

Anda mungkin juga menyukai