Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Nama : Muthi’ah Amalia


NIM : 1052019047
Unit/semester : 2/4
Prodi : PGMI
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Mata Kuliah : Materi FIQIH MI/ SD

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Allah Ghayatuna (Allah Tujuan Kita)
a. Bagaimana mencintai Allah?
Yang pertama ialah kita sebagai hambanya harus mengetahui dan juga tau memahami
cara mengenal Allah SWT,
b. Bagaimana menjadikan Allah sebagai tujuan hidup?
Pentingnya mengenal Allah, sesorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan
hidupnya dan tidak tertipu oleh dunia.

c. Bagaimana mentauhidkan Allah?


Tauhid secara bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang menjadikan sesuatu satu saja.
Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin berkata, “Makna ini tidak tepat
kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu
yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menerapkannya” (syarh Tsalatsatil
Ushul, hal.39).
Secara istilah syar’i makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul,
hal.39). dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang
dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-
orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang bertauhid
hanya menjadikan Allah satu-satunya sesembahan saja.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa yauhid itu tebagi atas 3 bagian
yaitu:
1. Tauhid rububiyyah
2. Tauhid uluhiyyah
3. Tauhid asma wa shifat

Arti tauhid diketahui sebagai ilmu yang mempelajari tentang sifat keesaan Allah.
Dimana Allah itu satu, Dzat yang memiliki segala kesempurnaan dan tidak ada
satupun yang bisa menggantikannya.
Cara mentauhidkan Allah ialah:
 Mendirikan sholat
 Membaca Al-Qur’an
 Selalu bersyukur
 Ingat kematian dan tidak tergiur dengan dunia
 Berdzikir dan mengerjakan ibadah sunnah.

2. Rasulullah Qudwatuna/ Teladan kita


a. Bagaimana meneladani Rasul dalam kehidupan?
Meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan sehari-hari harus dimulai
dengan mengetahui apa saja sifat-sifat yang dimilikinya dan bagaimana perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.
Al-qur’an dan sunnah/hadits, sebagai dua sumber utama ajaran islam, Nabi
Muhammad Saw. dengan menjadikan kedua sumber ajaran ini sebagai landasan
utama dalam sikap dan perilaku Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan sehari-hari.
Rasul adalah manusia yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan sebagaimana manusia
lainnya. Diantara sifat-sifat kemanusiaan yang dimiliki rasul adalah makan dan
minum, serta menikah. Dalam Al-Qur’an juga ditegaskan bahwa semua rasul adalah
laki-laki, tidak ada yang perempuan. Namun, karena tugas risalah adalh tugas yang
sangat berat, maka para rasul dibekali dengan sifat khusus. Sifat khusus yang pasti
dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. maupun para nabi dan rasul yang lain adalah:
1. Shiddiq, yang berarti jujur. Nabi dan rasul selalu jujur dalam perkataan dan
perilakunya dan mustahil akan berbuat yang sebaliknya, yakni berdusta, munafik, dan
yang semisalnya.
2. Amanah, yang berarti dapat dipercaya dalam kata dan perbuatannya. Nabi dan rasul
selalu amanah dalam setiap tindakannya, separti menghakimi, memutuskan perkara,
menerima dan menyamaikan wahyu, serta mustahil akan berperilaku yang sebaliknya.
3. Tabligh, yang berarti menyamaikan. Nabi dan rasul selalu menyampaikan apa sja
yang diterimanya dari Allah (wahyu) kepada umat manusia dan mustahil nabi dan
rasul menyembunyikan wahyu yang diterimanya.
4. Fathanah, yang berarti cerdas atau pandai. Semua nabi dan rasul cerdas dan sellau
mampu berfikir jernih sehingga dapat mengatasi semua permaslahan yang
dihadapinya. Tidak ada satupun nabi dan rasul yang bodoh, mengingat tugasnya yang
begitu berat dan penuh tantangan.
Ada 4 cara meneladani rasul dalam kehidupan sehari-hari:

 Banyak membaca Shalawat Nabi


 Menjalankan sunnah-sunnah Nabi
 Membaca dan mengamalkan Al-Qur’an
 Ta’alluq atau keterkaitan

b. Meneladani dalam ibadah dan dakwah


Cara-cara untuk meneladani Rasulallah Saw. di antaranya adalah sebagai berikut:
 Kita harus selalu bertaubat kepada Allah Swt. atas segala dosa dan
kesalahan yang kita lakukan setiap hari. Sebagai manusia biasa kita harus
menyadari bahwa kita selalu berbuat kesalahan dan dosa baik kepada
Allah maupun kepada sesama manusia. Rasulullah Saw. yang jelas-jelas
tidak memiliki dosa saja selalu memohon ampun (beristighfar) dan
bertaubat kepada Allah. Karena itu, jika kita tidak mau bertaubat kepada
Allah, berarti kita tidak menyadari sifat kemanusiaan kita dan kita
termasuk orang-orang yang sombong.
 Sepadat mungkin kita harus dapat menjaga amnat yang diberikan oleh
Allah kepada kita selaku manusia. Amanat apa pun yang diberikan kepada
kita, harus kita lakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi
amanat tersebut. Karena itu, apa pun aktivitas yang kita lakukan, jangan
sampai kita menyimpang dari aturan-aturan yang sudah berlaku sesuai
tuntunan Alqur’an dan sunnah Nabi. Kita harus berusaha menjaga amanat
ini sebagaimana Rasulullah yang tidak pernah berkhianat walau sekali pun.
 Kita juga harus selalu memelihara sifat jujur dalam keseharian kita. Jujur
merupakan sifat yang sangat mulia, tetapi memnag sulit untuk diwujudkan.
Terkadang orang dengan sengaja untuk tidak berbuat jujur dengan alasan
bahwa jujur akan mengakibatkan hancur. Karena itu, dewasa ini kejujuran
sulit ditemukan ditengah-tengah peradaban manusia yang semakin maju.
Orang berusaha untuk mengasahkan perilaku tidak jujur. Seandainya
kejujuran ini dipelihara dengan baik, maka para penuntut dan pembela
hukum di negeri ini tidak akan terlalu sulit untuk menerapkan dan
mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Kenyataannya,
sebagian besar orang tidak mau berbuat jujur, sehingga seringkali orang
yang jujur malah menjadi hancur (akibat disalahkan). Rasulullah selalu
berbuat jujur tidak hanya kepada para sahabatnya tetapi juga kepada
lawan-lawannya. dan inilah yang merupkan kunci keberhasilan Rasulullah
dalam misi risalah dan kenabiannya.

3. Islam way of life/ islam jalan hidup


Islam sebagai way of life merupakan ajaran yang memberikan petunjuk, arah dan
aturan-aturan (syari’at) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh
kebahagiaan didunia dan akhirat. Salah satu aspek yang iatur dalam islam adalah
aspek muamalat.
a. Bagaimana sistem kehidupan individu, keluarga, masayarakat dan negara?
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, sebagai agama islam yang
disempurnakan oleh Allah SWT, islam mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia. islam mengatur hubungan seorang manusia dengan sang penciptanya
(Alkhalik) yakni tuhan pencipta alam semesta, hubungannya dengan dirinya
sendiri, dan hubungannya dengan individu-individu lain diantara anak manusia.
Islam mengatur hubungan manusia dengan tuhannya dalam berbagai peraturan
tentang kepercayaan dan peribadatan.
Islam mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dalam berbagai
peraturan tentang pakaian, makanan, dan moral atau akhlak.

b. Urgensi ber islam secara kaffaah yang benar?


Kaffah adalah menyeru umat islam agar dalam gerak hidup dan kehidupan
ditujukan untuk sepenuhnya berbakti kepada Allah dengan segala keikhlasan
Islam secara kaffah diterjemahkan oleh sebagian orang dengan kembali ke Al-
qur’an dan hadits, bahkan penerapan hukum islam atau negara islam. Istilah islam
kaffah atau berislam secara kaffah bersumber dari firman Allah yaitu QS: Al-
Baqarah ayat 208.
Menurut bahasa, artinya utuh, integral. Adapun yang dimaksud adalah memahami
dan megikuti islam secara utuh dan menyeluruh, tidak sepotong atau secara
parsial. Fissilmi kaffah (kedaan islam secara menyeluruh) keadaan isam dalam
syari’at-syari’atnya secara utuh.

4. Back to Al-qur’an hadits


Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk mengandung 3 konsep:
Pertama, bahwa Al-Qur’an itu adalah sebuah kitab yang berisikan petunjuk, pedoman
atau pimpinan yang disebut hudan. Orang-orang yang berhasil memperoleh petunjuk
tersebut disebut muhtadin.
Kedua, Al-Qur’an bukan hanya sebagai petunjuk yang mungkin dirumuskan dalam
satu atau dua kalimat, tetapi Al-Qur’an memberikan pula penjelasan atau bayan
mengenai petunjuk itu (Al-Qur’an bi Al-Qur’an).
Ketiga, petunjuk itu sekaligus merupakan kriteria atau tolak ukur atau menilai segala
sesuatu, terutama untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil. Dengan
demikian, Al-Qur’
5. Memahami pergaulan muda mudi menurut islam
Tujuan umum menyadari batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrim.
Tujuan :
 Memahami tujuan dan hakikat pergaulan antara pemuda dan pemudi.
 Memahami batasan-batasan pergaulan antara pemuda-pemudi.
 Termotivasi untuk menjaga batasan-batasan dalam bergaul antara pemuda dan
pemudi.
 Etika bergaul yang baik menurut ajaran islam.
 Hal yang harus dijagaagar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.

6. Ghazwul Fikri
- Memahami tipu daya dari musuh-musuh islam untuk menghancurkan peradaban
dan nilai-nilai budaya masyarakat muslim.
Umat islam kini telah tetipu dan terpedaya oleh musuh-musuh islam, karena silau
pada kekuatan dan kemajuan materi serta konsep-konsep dan pemikiran atau
peradaban asing.
Lalu umat islam memiliki rasa kecendrungan bahkan mencintai dan berkasih sayang
kepada orang-orang kafir yang memusuhi islam dengan menjalin kerjasama dalam
berbagai bidang dan toleransi terhadap keburukan yang mereka mereka lakukan.
Setelah mencintai, umat islam menanti keinginan orang-orang kafir dan mengikuti
petunjuk-petunjuk mereka. Sehingga kemudian betul-betul menyerupai mereka baik
dalam corak pemikiran, perilaku dan tampil fisik.
Dan inilah yang terjadi. Muncul dalam tubuh umat islam orang-orang yang
menyerahkan loyalitasnya kepada orang-orang kafir dan musuh-musuh islam. Mereka
mencintai, menolong, mengikuti dan mendekatkan diri kepada mereka.
Ghazwul fikri (perang pemikiran) akan menyeret seorang muslim kepada al-Hayatul
jahiliyyah (kehidupan jahiliyyah). Dimana sifat, sikap, kondisi, dan perilakunya tidak
sejalandengan nilai-nilai ajaran islam.

7. Roblematika kaum muslimin


a. Memahami potensi umat islam
Manusia menurut agama islam adalah makhluk Allah yang berpotensi.
Terdapat tiga potensi dasar yang melekat pada manusia yang telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Tiga potensi tersebut yaitu, pendengaran (As Sama’a),
penglihatan (Al Abshar) dan hati/pikiran (Al Af’idah).

b. Memahami sebab-sebab kemunduran muslimin


Penyebab kemunduran islam, diantaranya:
- Letak negara-negara islam yang cenderung gersang, sehingga hanya
mengandalkan sungai-sungai besar.
- Kondisi negara-negara islam yang miskin, hal ini mempenbaruhi pertahanan
keamanan sehingga mudah diserang dan dihancurkan.

c. Memahami solusi problematika umat


Sungguh musibah silih berganti menimpa kaum muslimin. Realita ini
mengharuskan kita semua untuk berpikir keras mencari solusi permasalahan.
Banyak analisis yang diberikan beberapa pihak untuk mengidentifikasi problem
yang sebenarnya dihadapi oleh kaum muslimin. Jika identifikasi yang diajukan
tidak tepat, tentu solusi yang ditawarkan juga tidak pas.
Ada yang mengatakan bahwa problema umat Islam yang paling mendasar adalah
konspirasi musuh-musuh Islam yaitu orang-orang kafir dan kemenangan orang
kafir atas kaum muslimin. Pihak pertama ini menawarkan solusi berupa
menyibukan kaum muslimin dengan strategi-strategi orang-orang kafir, perkataan
dan penegasan mereka.

Ada juga yang mengatakan bahwa permasalahan kaum muslimin yang paling
pokok adalah berkuasanya para pemimpin yang zalim di berbagai negeri kaum
muslimin. Sehingga pihak kedua ini menawarkan solusi berupa upaya
menggulingkan pemerintahan yang ada dan menyibukkan kaum muslimin dengan
hal ini.

Di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa masalah kita yang paling pokok
adalah perpecahan kaum muslimin. Oleh karenanya solusi tepat adalah
menyatukan kaum muslimin sehingga kaum muslimin unggul dalam kuantitas.

Ada juga analisis keempat. Analisis ini mengatakan bahwa penyakit akut umat ini
adalah meninggalkan jihad sehingga obat penyakit ini adalah mengibarkan
bendera jihad dan menabuh genderang perang melawan orang-orang kafir.
Oleh sebab itu, obat yang mujarab adalah membersihkan diri kita dan seluruh
umat dari dosa. Sedangkan dosa yang paling berbahaya adalah syirik dan bid’ah.
Demikian pula kita berusaha dengan penuh kesungguhan untuk mengembalikan
umat kepada panduan hidup mereka yaitu Al Qur’an dan sunnah Rasul
sebagaimana pemahaman salaf. Kita habiskan umur dan harta kita untuk
menegakan bendera tauhid dan sunnah dan menghancurkan bendera syirik dan
bid’ah dengan berbagai sarana dan media yang kita miliki.

Jika bendera tauhid dan sunnah telah tegak berkibar dan bendera syirik dan bid’ah
hancur maka saat itu kita berhak mendapatkan janji Allah yaitu kemenangan.

8. Tarbiyah Islamiyah
a. Peserta mengetahui urgensi tarbiyah islamiyah dalam membentuk khairu ummah.
Aspek Internal Ajaran Islam Rasul diutus oleh Allah ke dunia ini adalah untuk
mengeluarkan manusia dari kejahiliyahan, dan menjadikannya sebagai khairu
ummah. Untuk melaksanakan tugas ini, Rasulullah melaksanakan sebuah metode
pendidikan (tarbiyyah) yang bermula dari tilawah, kemudian tazkiyyah, dan
setelah itu ta‟limul kitab wal hikmah.
Aspek Individua. Hakikat setiap jiwa manusia membutuhkan pembinaanb.
Realitas ummat dewasa ini yang terserang virus ghutsai (buih). segi bahasa :
Rabba-yarbu (tumbuh berkembang), rabbiya-yarba (tumbuh secara alami), rabba-
yarabbu (memperbaiki, meningkatkan).secara istilah : memperbaiki sesuatu,
menjaga serta memeliharanya.pengertian cara ideal dalam berinteraksi dengan
fitrah manusia, baik secara langsung (dengan kata-kata) ataupun secara tidak
langsung (dengan keteladanan) untuk memproses perubahan dalam diri manusia
menuju kondisi yang lebih baik. Tarbiyah Islamiyah berarti proses
mempersiapkan orang dengan persiapan yang menyenuh seluruh aspek kehidupan
meliputi jasmani, ruhani, dan akal pikiran. secara ringkas tarbiyah islamiyah
adalah proses penyiapan manusia yang saleh, yakni agar tercipta suatu
keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan.
umum membentuk manusia yang hanya beribadah kepada Allah SWT dan
memakmurkan bumi hanya dengan aturan-aturan Allah baik yang berupa wahyu
atau pun sunatullah, sehingga lahir suasana kehidupan yang islami di bumi ini.
Tujuan khusus dari tarbiyah islamiyah, yaitu:
1. Terbentuknya Tashawur (persepsi) Islami yang jelas.
2. Membentuk Syakhsiyah Islamiyah (pribadi yang Islami).

Muwashofat Tarbiyah Aqidah yang bersih (salimul aqidah) Ibadah yang benar
(shahihul ibadah) Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) Kekuatan jasmani
(qowiyyul jismi) Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) Berjuang melawan
hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) Pandai menjaga waktu (harishun ala
waqtihi) Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) Memiliki
kemampuan usaha sendiri (qodirun alal kasbi) Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un
lighoirihi) Membentuk generasi yang Islami Merupakan kebutuhan manusia
Tarbiyah Islamiyah adalah suatu kewajiban agama. Sarana- halaqoh- Mabit-
Rihlah- Mukhayyam- tatskif.
Dalam tarbiah dengan system halaqoh ini didapatkan kearifan, kejelian, dan
langsung di bawah asuhan seorang murabbi. Sehingga setiap kecenderungan dan
perubahan yang terjadi segera bisa dipantau dan diarahkan oleh murabbi. Sedang
programnya bersumber dari Kitabullah dan sunnah rasul, dengan jadwal yang
sudah diatur. Tarbiah melalui halaqoh merupakan “tujuan yang terkandung dalam
perangkat.‟ Demikian itu karena penyiapan seorang individu secara islami,
pematangan mentalitas, pemikiran, aqidah, dan perilaku merupakan aktivitas yang
memerlukan kesinambungan dan kontinuitas, sekaligus menjadi tujuan abadi.
Kendati sarana ini termasuk perangkat, namun karena kuatnya keterkaitan dengan
tujuan, mengharuskan system ini memiliki kontinyuitas. Hanya sistem halaqoh
yang mampu memantapkan proses penyiapan individu islami secara integral.
Oleh karenanya system ini harus tetap berlanjut, meski daulah islam telah berdiri
karena ia yang akan menjadi penyuplai kebutuhan pemerintahan akan sumber
daya manusia dengan proses yang baik. Taruhlah pemerintah dapat menguasai
system pengajaran dan informasi, namun keduanya tidak akan mampu
mentarbiyah. Meskipun tarbiah yang integral, yang menanamkan dalam jiwa sifat
keutamaan, kesungguhan, dan kepekaan terhadap tanggung jawab memang
berhubungan erat dengan proses pengajaran dan informasi.

b. Peserta mengetahui dampak tanpa tarbiyah islamiyah.


Dampak yang terjadi ialah:
- Kurang berkualitasnya generais dan pribadi muslim yang terbentuk
- Peserta didik akan kurang dalam melakukan kebaikan
- Rasa tolong menolong yang kurang
- Kurang amanah dalam menyampaikan apapun

c. Peserta mengetahuui sarana-sarana dan bekal yang harus dimiliki dalam tarbiyah
islamiyah

Jika ditinjau melalui konsep pendidikan dalam islam, maka tarbiyah


memberikan ruang lingkup tersendiri dalam konteks pemeliharaan Allah SWT
terhadap manusia. Adapun cakupan tersebut terkait pemeliharaan fisikal dan
pemeliharaan syariat dan pengajaran.
- Pemeliharaan fisikal (tarbiyah khalqiyyah) bermakna menumbuhkan
dan menyempurnakan bentuk tubuh serta memberikan daya jiwa dan akal.
- pemeliharaan syariat dan pengajaran (tarbiyah syar’iyyah
ta’limiyyah) yaitu menurunkan wahyu kepada salah seorang diantara
mereka unuk menyempurnakan fitrah manusia dengan ilmu dan amal.
Melalui pendidikan Islam orang dapat memperoleh ilmu, dan dengan ilmu
orang dapat mengenal tuhannya, mencapai ma’rifatullah, peribadatan seseorang
juga akan hampa jika tidak dibarengi ilmu pendidikan Islam. Pendidikan Islam
dipahami sebagai proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai ajaaran Islam
terhadap peserta didik, melalui proses pengembangan fitrah agar memperoleh
keseimbangan hidup dalam semua aspeknya. ( muhaimin,1993:136).
Implikasi penggunaan istilah dan konsep tarbiyah dalam pendidikan Islam
adalah:
• Pendidikan bersifat humoris-teosentris artinya berorientasi pada fitrah dan
kebutuhan dasar manusia, yang diarahkan sesuai dengan sunnah tuhan
“pencipta”.
• Pendidikan bernilai ibadah karena tugas pendidikan merupakan bagian
tugas dari kekhalifahannya, sedangkan pendidikan yang hakiki adalah
allah “rabbul’ alamin”
• Tanggung jawab pendidikan tidak hanya kepada sesame manusia tetapi
juga kepada tuhan’
Dengan demikian, pendidikan islam dapat difahami bahwa” segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya
manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia sentuhnya (insan kamil)
seusai dengan norma Islam.

Anda mungkin juga menyukai