Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344417399

Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI)

Article · September 2020

CITATIONS READS

0 3,197

4 authors, including:

Herlinda Gustia
Universitas Riau
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Herlinda Gustia on 29 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN KASUS

Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI)

Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI)


Herlinda Gustia Puteri1 Ligat Pribadi Sembiring2
1
Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,
E-mail: gustiaherlinda@gmail.com
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau

Abstrak
Anemia hemolitik auto imun (AHAI) adalah sebuah kelainan pada sel darah
merah yang ditandai dengan kerusakan eritrosit oleh autoantibodi dalam tubuh
seseorang. AHAI biasa terjadi pada penderita-penderita Systemic Lupus
Erythematosus (SLE). Seorang wanita berusia 23 tahun datang dengan keluhan
lemas pada seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Lemas disertai
dengan nyeri sendi, nyeri kepala dan nyeri perut. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan konjungtiva anemis, gusi berdarah dan sariawan, kemerahan pada
wajah, nyeri pada regio epigastrium, limpa di Schuffner 3. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hemoglobin (Hb) 5,9 g/dL, pada pemeriksaan morfologi
apusan darah tepi ditemukan anemia normositik normokrom suspect anemia
penyakit inflamasi kronis dengan hasil coombs test positif. Pasien diterapi dengan
IVFD NaCl 0,9%, methylprednisolone 125 mg/12 jam injeksi dan transfusi PRC.
Pasien dirawat selama sembilan hari di ruang penyakit dalam dan hasil ANA test
positif. Pasien pulang dengan perbaikan kondisi serta kadar Hb mencapai 9,5
g/dL.

Kata kunci: AHAI, SLE, coombs test, ANA test.

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 1


LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN AHAI secara garis besar cukup


Anemia hemolitik auto imun membutuhkan pembuktian adanya
(AHAI) merupakan sebuah kelainan anemia yang disebabkan proses
yang dikarakteristikkan dengan hemolisis dan hasil pemeriksaan
adanya reaksi autoantibodi yang serologis yang membuktikan adanya
diproduksi sistem imun tubuh antibodi anti-eritrosit yang dapat
sendiri yang menyerang langsung terdeteksi dengan direct antiglobulin
sel darah merah sehingga test (DAT).3 AHAI juga sangat erat
mengalami lisis. AHAI kaitannya dengan penyakit SLE.
diklasifikasikan kedalam tiga tipe, SLE merupakan suatu penyakit
yaitu tipe hangat (75%), tipe dingin autoimun heterogen yang
(15%) dan tipe campuran (5%). menyerang multi organ dan
Sedangkan, berdasarkan ada atau memberikan klinis bervariatif sesuai
tidaknya penyakit yang mendasari dengan organ yang terkena. SLE
AHAI dibagi menjadi dua yaitu sendiri mengklasifikasikan AHAI
primer dan sekunder.1 sebagai gejala klinis dari kelainan
Manifestasi klinis dari AHAI hematologis yang umum. Pada
umumnya akan terlihat dalam AHAI oleh karena SLE, gejala
jangka waktu beberapa bulan hingga selain AHAI akan nampak yaitu
tahun, tergantung pada keparahan terdapat gangguan pada organ lain
anemia yang diderita pasien. karena SLE.4
Manifestasi klinis tersebut juga Oleh karena insidensi AHAI pada
dibedakan berdasarkan adanya kasus SLE semakin meningkat dan
penyakit dasar dan derajat hemolisis penyakit ini membutuhkan terapi
yang bergantung pada tipe segera, maka pendekatan diagnosis
autoantibodi. Pasien dengan tipe dan tatalaksana yang benar akan
hangat (IgM dan IgG) dilaporkan memberikan hasil yang signifikan.
cenderung memiliki keparahan
hemolisis yang tinggi dan angka LAPORAN KASUS
mortalitasnya lebih tinggi jika Identitas Pasien
dibandingkan dengan AHAI tipe
Nama : Nn. S
dingin.2 Pendekatan diagnosis
Jenis Kelamin : Perempuan

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 2


LAPORAN KASUS

Umur : 23 tahun matahari (+). BAK dan BAB


dalam batas normal.
Alamat : Tanjung Lebam,
- 4 bulan SMRS pasien pernah
Kubu, Rokan Hilir
mengalami keluhan yang
MR: 01017624 sama dan dirawat selama 4
hari. Pasien mengatakan
Tgl MRS: 24 Juni 2019
telah didiagnosis SLE sejak
Anamnesis 2 tahun yang lalu namun

Keluhan utama pasien tidak melanjutkan


pengobatannya karena
Lemas sejak 3 hari SMRS
merasa kondisi pasien sudah
Riwayat Penyakit Sekarang
baik.

- 3 hari SMRS pasien


Riwayat Penyakit Dahulu
mengeluhkan lemas yang
dirasakan pada seluruh - Darah tinggi (-)

badan. Lemas berlangsung - Kencing manis (-)

sepanjang hari, memberat - Penyakit jantung (-)

ketika beraktivitas dan tidak - Penyakit ginjal (-)

menghilang setelah pasien


Riwayat Penyakit Keluarga
beristirahat. Lemas disertai
dengan demam, nyeri sendi, - Tidak ada keluarga yang

nyeri kepala dan nyeri pada mengeluhkan keluhan

ulu hati. yang sama.

- Pasien juga mengeluhkan - Riwayat darah tinggi (-)

gusi berdarah, sariawan dan - Riwayat kencing manis

mual sehingga nafsu makan (-)

pasien menurun. Keluhan Riwayat Pekerjaan, Sosial,

rambut sering rontok (+), Ekonomi dan Kebiasaan

rasa terbakar dan bercak • Pasien merupakan seorang


kemerahan dikulit yang mahasiswa
timbul karena terkena sinar • Jarang berolahraga (+)

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 3


LAPORAN KASUS

• Merokok (-), konsumsi peningkatan JVP (-) 5+1


alkohol (-). cmH2O.

Pemeriksaan Fisik Umum  Thoraks paru depan


- Inspeksi: bentuk dinding
- Keadaan Umum: Tampak
dada pasien normochest,
sakit sedang
pergerakan dada simetris kiri
- Kesadaran :
dan kanan, penggunaan otot
Komposmentis kooperatif
bantu pernapasan (-).
- TD : 104/85
- Palpasi : vocal fremitus sama
mmHg
kiri dan kanan.
- Nadi : 80 x/menit
- Perkusi: sonor pada kedua
- Suhu : 36,2°C
lapangan paru.
- Pernafasan : 20 x/menit
- Auskultasi: vesikuler (+/+),
- Keadaan gizi
ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- BB : 54 kg
- TB : 155 cm
 Thoraks paru belakang
- IMT :
- Inspeksi: kelainan tulang
normoweight (22,47)
belakang (-).
Pemeriksaan Fisik - Palpasi : vocal fremitus sama
kiri dan kanan.
 Kepala dan leher
- Perkusi: sonor pada kedua
- Mata: konjungtiva anemis
lapangan paru.
(+) sklera ikterik (+), edema
- Auskultasi: vesikuler (+/+),
palpebra (-/-)
ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Hidung: keluar cairan (-)
darah (-)
 Jantung:
- Telinga: keluar cairan (-),
- Inspeksi: ictus cordis tidak
darah (-)
terlihat
- Mulut: sariawan (+) gusi
- Palpasi : ictus cordis teraba
berdarah (+)
di SIK V linea midclavicula
- Leher: pembesaran KGB (-)
sinistra.
pembesaran tiroid (-)

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 4


LAPORAN KASUS

- Perkusi: batas kanan jantung Pemeriksaan Penunjang


linea sternalis dextra SIK IV,  Darah rutin
batas kiri jantung di linea 1. Hb: 5,9 g/dL
midclavicula sinistra SIK V 2. Leukosit: 6.460 uL
- Auskultasi: S1 S2 reguler, 3. Trombosit: 181.000./uL
M2<M1, A1<A2, P1<P2, 4. Eritrosit: 1.700.000/uL
A2>P2, murmur (-), gallop (- 5. Hematokrit: 15,8 %
6. Basofil: 0,6 %
 Abdomen: 7. Eosinofil: 0,3 %
- Inspeksi: perut tampak datar, 8. Neutrofil: 84,4 %
scar (-), venektasi (-), 9. Limfosit: 11,6 %
distensi (-), vena kolateral (- 10. Monosit: 3,1 %
), caput medusae (-)  Kimia Klinik
- Auskultasi : BU (+) 8x/menit 1. Ureum : 42 mg/dL (12.8-
- Palpasi: nyeri tekan 42.8)
epigastrium(+), 2. Creatinin : 0,85 mg/dL
splenomegali (+) Shuffner 3, (0,55-1,30)
ballotement (-).  Kimia Urin
- Perkusi: timpani pada 1. Warna : kuning tua
seluruh regio abdomen. 2. Kejernihan: keruh
3. Protein : Positif (+2)
 Ekstremitas: 4. Glukosa : Negatif
- Atas : Kulit pucat (+) CRT 5. Bilirubin : Negatif
<2 detik, pitting udem (-/-), 6. Urobilirubin: 0,2 Umol/L
sianosis (-), clubbing finger (normal)
(-), akral hangat. 7. pH : 6,0 (4,5-8,0)
- Bawah : Kulit pucat (+) CRT 8. BJ : 1,010
<2 detik, pitting edema (-/-), (1,003-1,030)
sianosis (-), akral hangat. 9. Darah : Positif (+3)
10. Keton : Negatif
11. Nitrit : Positif

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 5


LAPORAN KASUS

 Gambaran Darah Tepi - Ekstremitas atas dan bawah


Kesan: Anemia normositik pucat.
normokrom ec. anemia
penyakit inflamasi kronis  Pemeriksaan penunjang
 ANA Profile: SLE (+) - Anemia
 Direct Coombs Test: (+3) - Neutrofilia
- Proteinuria
Resume
- Hematuria
 Anamnesis
GDT: Anemia normositik
- Lemas pada seluruh tubuh
normokrom ec. anemia
yang berlangsung sepanjang
penyakit inflamasi kronis
hari, memberat ketika
beraktifitas dan tidak - Ana Profile: SLE (+)
menghilang dengan istirahat. - Coombs test: (+3)
- Demam, nyeri pada sendi,
nyeri kepala dan nyeri ulu Diagnosa: Anemia Hemolitik Auto
hati. Imun pada SLE.
- Sariawan, gusi berdarah,
Penatalaksanaan
mual dan nafsu makan
menurun.  Non Farmakologis:
- Rasa terbakar dan bercak - Tirah baring
kemerahan dikulit ketika - IVFD NaCl 0,9% 2000
terkena sinar matahari. cc/hari
- Telah didiagnosis SLE sejak - Transfusi PRC
2 tahun yang lalu.  Farmakologis:
- Methylprednisolon 2x125
 Pemeriksaan fisik mg IV
- Konjungtiva anemis, sklera - Lansoprazole 2x30 mg IV
ikterik, sariawan dan gusi - Ondansentron tab 3x4 mg
berdarah. - Paracetamol tab 3x500 mg
- Nyeri tekan epigastrium, - Sandimun tab 2x100 mg
splenomegali pada Schuffner
3

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 6


LAPORAN KASUS

DISKUSI Manifestasi klinis AHAI tidak jauh


berbeda dengan manifestasi anemia
Diagnosis AHAI dapat ditegakkan
lainnya, pasien akan memberikan
berdasarkan anamnesis,
klinis khas anemia seperti lemas
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pada seluruh tubuh, konjungtiva
penunjang. Pada anamnesis
anemis, kulit pucat, serta pada
didapatkan keluhan utama lemas
anemia hemolitik bisa juga
pada seluruh tubuh sejak 3 hari
didapatkan ikterus dan pembesaran
SMRS. Lemas berlangsung
pada organ retikuloendothelial
sepanjang hari, memberat ketika
sistem (RES) seperti limpa dan
beraktivitas dan tidak menghilang
hepar.5
setelah pasien beristirahat. Lemas
Ikterus dan pembesaran organ RES
disertai dengan demam, nyeri sendi,
disebabkan karena banyaknya
nyeri kepala dan nyeri pada perut.
eritrosit yang terdestruksi masuk ke
Keluhan lain didapatkan adanya
dalam RES sehingga memberikan
gusi berdarah, sariawan dan mual
beban kerja yang lebih berat pada
sehingga menyebabkan penurunan
hepar atau limpa. Hal tersebut
nafsu makan pasien menurun.
menyebabkan tidak optimalnya
Selain itu, pasien juga mengatakan kerja dari organ retikuloendothelial
rambut sering rontok dan ada rasa sehingga timbul gangguan konjugasi
terbakar dan bercak kemerahan pada bilirubin yang berakhir dengan
dikulit yang timbul bila terkena banyaknya bilirubin tak terkonjugasi
sinar matahari. Pada pemeriksaan yang beredar disirkulasi.5
fisik kepala dan leher didapatkan Selain itu pada pemeriksaan
konjungtiva anemis, sklera ikterik, laboratorium didapatkan Hb pasien
sariawan dan gusi berdarah. Pada 5,9 gr/dL, hematokrit 15,8% dan
pemeriksaan abdomen, didapatkan coombs test (+3). Semua pasien
nyeri tekan pada regio epigastrium, AHAI akan memberikan gejala
limpa teraba pada Schuffner 3 dan klinis khas anemia tetapi pada
ekstremitas pucat. AHAI yang disebabkan oleh
penyakit autoimun seperti SLE,
Das et al. melaporkan bahwa
penderita AHAI 66% adalah wanita.

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 7


LAPORAN KASUS

akan memberikan gejala yang glomerulonefritis yang disertai


predominan SLE. penurunan fungsi ginjal yang
progresif.
Pada SLE semua partikel sel
dikenali sebagai antigen, maka
antibodi yang ditemukan pada
pasien SLE sangat banyak, oleh
karena itu pemeriksaan berbagai
antibodi perlu dilakukan,
pemeriksaan tersebut disebut dengan
profil ANA. Akan tetapi, hasil
pemeriksaan antibodi yang positif
tidak selalu sesuai dengan adanya
penyakit autoimun yang terkait
dengan antibodi tersebut karena
Pasien ini didiagnosis SLE karena
beberapa antibodi dapat ditemukan
memenuhi minimal 10 point dari
pada penyakit hati kronik,
kriteria SLE berdasarkan American
keganasan dan infeksi.7
College of Rheumatology (ACR).
Antibodi antieritrosit pada penderita
Akan tetapi pada pasien ini tetap
SLE diketahui sebagian besar adalah
dilakukan profil ANA untuk
IgG (tipe hangat). Patogenesis
6
mengonfirmasi SLE.
terjadinya AHAI pada pasien SLE
Pada pasien ini juga didapatkan
belum sepenuhnya diketahui.
proteinuria dan hematuria sebagai
Beberapa penelitian menunjukkan
pertanda bahwa sudah terjadi
bahwa IgG menyebabkan terjadinya
nefritis lupus (NL) yang merupakan
aktivasi sistem komplemen, reaksi
salah satu manifestasi dari SLE.
diawali dengan aktivasi C1, suatu
Gambaran klinis nefritis lupus
protein yang dikenal sebagai
sangat bervariasi, mulai dari
recognition unit. Protein C1 akan
asimtomatis atau hanya proteinuria
berikatan dengan kompleks imun
atau hematuria ringan sampai
antigen antibodi dan menjadi aktif
dengan gambaran klinis yang berat
serta mampu mengkatalisis reaksi –
yaitu sindrom nefrotik atau

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 8


LAPORAN KASUS

reaksi pada jalur klasik. Fragmen C1 keterkaitan dari SLE sebagai


akan mengaktifkan C4 dan C2 penyebab penurunan ekspresi gen
menjadi suatu kompleks C4b2b (C3 CD55 dan CD59 pada eritrosit
convertase). C4b2b akan memecah penderita yang akan memicu
C3 menjadi fragmen C3b dan C3a. terjadinya AHAI. Protein membran
C3b mengalami perubahan ini merupakan suatu barier
konformasional sehingga mampu pertahanan untuk melawan adanya
berikatan secara kovalen dengan sel mekanisme lisis yang berasal dari
darah merah yang berlabel antibodi antibodi, sebagaimana penjelasan
sehingga mengaktifkan komplemen. AHAI itu sendiri. Jika barier ini
Selanjutnya, C3 juga akan tidak ada maka akan timbul
membelah menjadi C3d, C3g dan penghancuran eritrosit secara
C3c. C3d dan C3g akan tetap progresif.8
berikatan pada mebran sel darah
merah dan merupakan produk final
aktivasi C3. C3b akan berikatan
dengan C4b2b menjadi kompleks
C4b2b3b (C5 convertase). C5
convertase akan memecah C5
menjadi C5a (anafilaktosin) dan
C5b yang berperan dalam kompleks
penghancur membran. Kompleks Pemeriksaan Direct Antiglobulin
penghancur membran terdiri dari Test atau Coombs test merupakan
molekul C5b, C6, C7, C8 dan suatu pemeriksaan yang cukup
beberapa molekul C9. Kompleks ini sensitif adanya AHAI. Coombs test
akan menyisip kedalam mebran sel bertujuan untuk menunjukkan
sebagai suatu aluran transmembran adanya antibodi atau komplemen
sehingga permeabilitas membran pada permukaan eritrosit.
normal akan terganggu. Air dan ion Pemeriksaan ini menggunakan darah
akan masuk kedalam sel sehingga pasien yang dicampur dengan
sel menjadi bengkak dan ruptur.8 antibodi kelinci yang melawan IgG
Selain itu, terdapat adanya atau C3 manusia. Hasil tes positif

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 9


LAPORAN KASUS

menunjukkan adanya aglutinasi anemia yang mengancam nyawa dan


antara antibodi penderita atau umumnya pada AHAI warm type
eritrosit yang diliputi komplemen diberikan ketika Hb kurang dari 5
dengan serum anti-IgG atau anti-C3. g/dL.10
Pada pemeriksaan lebih lanjut akan Pada pasien ini diberikan steroid
dilihat apakah aglutinasinya dengan Methylprednisolon (MP) dengan
anti-IgG (pada AHAI warm type). dosis 2x125 mg. Terapi ini disebut
atau anti-C3 (pada AHAI cold dengan terapi pulse. Terapi pulse
type).9 merupakan terapi dengan dosis yang
sangat tinggi dalam waktu singkat
digunakan pada keadaan yang
mengancam nyawa, induksi atau
pada kekambuhan.11
Penelitian menyebutkan pada 75-
96% pasien AHAI yang disebabkan
oleh SLE akan berespon pada
steroid (1 mg/kg/hari prednison atau
steroid jenis lain yang ekuivalen
dibagi dalam beberapa dosis)
sebagai agen imunosupresan.
Umumnya tubuh akan memberikan
respon 2-3 minggu pengobatan.
Prednison 1 mg/kg/hari merupakan
pengobatan AHAI lini pertama dan
Pendekatan tatalaksana AHAI apabila tidak ada respon terhadap
meliputi tatalaksana nonfarmakologi terapi, pemberian steroid dosis
dan farmakologi. Pada pengobatan tinggi dianjurkan (1000 mg MP).
nonfarmakologi pasien ini, Steroid baru diturunkan dosisnya
diberikan cairan NaCl 0,9% 2000 cc atau di-taperring-off ketika kadar
per hari. Pasien ini juga diberikan hematokrit dalam darah mengalami
transfusi PRC sebanyak 2 unit per peningkatan dan kadar retikulosit
hari. Transfusi dianjurkan pada menurun.11

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 10


LAPORAN KASUS

Pasien juga diberikan terapi 3. Kamesaki T, Toyotsuji T,


lansoprazole dan ondansentron Kaijii E. Characterization of
untuk mengurangi gejala penyerta, direct antiglobulin test-
paracetamol sebagai antipiretik dan negative autoimmune
sandimun (siklosporin) sebagai hemolytic anemia: a study of
immunosuppressant. 154 cases. J American of
Hematology. 2013;88:93-6.
KESIMPULAN 4. Kuhn A, Bonsmann G,
AHAI merupakan salah satu Anders H, Herzer P,
kelainan yang sering ditemukan Tenbrock K, Schneider M, et
pada penderita SLE. Oleh karena itu al. The diagnosis and
penting untuk memiliki pengetahuan treatment of systemic lupus
tentang pendekatan diagnosis dan erythematosus. J Deutsches
penanganan dini untuk kasus ini. Arzteblatt International.
Pada kasus ini, dapat disimpulkan 2015;112(25):423-32.
bahwa penegakkan diagnosis dan 5. Zeerleder S. Autoimmune
penatalaksanaan pada AHAI sesuai hemolytic anemia-a practical
dengan referensi yang telah ada. guide to cope with a
diagnostic and therapeutic
DAFTAR PUSTAKA challenge. J Netherland of
1. Parjono E, Widyawati K. Medicine. 2011;69(4):177-
Anemia Hemolitik 80.
Autoimun. Buku Ajar 6. American College of
penyakit. Jakarta: Pusat Rheumatology. ACR Criteria
penerbitan Departemen Ilmu for Systemic Lupus
Penyakit Dalam Fakultas Erythematosus (SLE). 2017.
Kedokteran Universitas 7. Petri M, Orbai AM, Alarcon
Indonesia; 2006. hal.660-2. GS, Gordon C, Merril JT,
2. Zanella A, Barcellini W. Fortin PRN, et al. Derivation
Treatment of autoimmune and validation of the
hemolytic anemia. J Systemic Lupus
Haemotologica. International Collaborating
2014;99(10):1547-8.

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 11


LAPORAN KASUS

Clinics classification criteria


for systemic lupus
erythematosus. J Arthritis
Rheumatology.
2012;64:2677–86.
8. Sullivan MO, McLean-
Tooke A, Loh RKS.
Antinuclear antibody test. J
American Academy of
Family Physcian. 2013;
42(10):718-21.
9. Alegretti AP, Mucenic T,
Brenol JCT, Xavier RM. The
role of (CD55 and CD59)
complement regulatory
proteins on peripheral blood
cells of systemic lupus
erythematosus patients. J
Brasiliera of Rheumatology.
2009;49(3):276-87.
10. Dhaliwal G, Cornett P,
Tierney LM. Hemolytic
anemia. J American
Academy Family Physcian.
2004;69(11):2599-609.
11. Bashal F. Hematological
disorders in patients with
systemic lupus
erythematosus. J Open
Rheumatology. 2013;7:87-
95.

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 12


LAPORAN KASUS

Follow-up
25/06/2019 28/06/2019
S : Pasien mengatakan badan lemas S : Pasien mengatakan badan lemas
dan nyeri pada sendi dan ulu hati. dan nyeri pada sendi dan ulu hati.
O : TD: 111/69 mmHg, HR: 91x/i, O : TD: 133/80 mmHg, HR: 97x/i,
RR: 20x/i, T: 35,6. Hb: 5,9 gr/dL. RR: 20x/i, T: 36,8. Hb: 5,7 gr/dL.
A : AHAI pada SLE. A : AHAI pada SLE.
P : Methylprednisolon 2x125 mg IV P : Methylprednisolon 2x250 mg IV
Lansoprazole 2x30 mg IV Ketorolac 2x30 mg IV
Omeprazole 2x40 mg IV
26/06/2019
S : Pasien mengatakan badan lemas Sandimun tab 2x100 mg
dan nyeri pada sendi dan ulu hati. Transfusi PRC 2 unit
O : TD: 99/56 mmHg, HR: 87x/i, 29/06/2019
RR: 20x/i, T: 35,6. Hb: 5,9 gr/dL. S : Pasien mengatakan badan lemas
A : AHAI pada SLE. dan nyeri pada sendi dan ulu hati.
P : Methylprednisolon 2x125 mg IV O : TD: 121/79 mmHg, HR: 82x/i,
Lansoprazole 2x30 mg IV RR: 20x/i, T: 36,4. Hb: 5,7 gr/dL.
A : AHAI pada SLE.
27/06/2019
P : Methylprednisolon 2x250 mg IV
S : Pasien mengatakan badan lemas
Ketorolac 2x30 mg IV
dan nyeri pada sendi dan ulu hati.
Omeprazole 2x40 mg IV
O : TD: 110/72 mmHg, HR: 97x/i,
RR: 20x/i, T: 36,8. Hb: 5,5 gr/dL. Sandimun tab 2x100 mg
A : AHAI pada SLE. Transfusi PRC 2 unit
P : Methylprednisolon 2x125 mg IV 30/06/2019
Lansoprazole 2x30 mg IV S : Pasien mengatakan badan lemas

Sandimun tab 2x100 mg dan nyeri pada sendi dan ulu hati.
O : TD: 110/60 mmHg, HR: 72x/i,
Transfusi PRC 2 unit
RR: 20x/i, T: 35,8. Hb: 9,5 gr/dL.
A : AHAI pada SLE.
P : Methylprednisolon 2x125 mg IV
Lansoprazole 2x30 mg IV
Sandimun tab 2x100 mg

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 13


LAPORAN KASUS

1/07/2019
S : Pasien mengatakan badan lemas.
O : TD: 110/65 mmHg, HR: 75x/i,
RR: 20x/i, T: 36,7. Hb: 9,5 gr/dL.
A : AHAI pada SLE.
P : Methylprednisolon 2x125 mg IV
Lansoprazole 2x30 mg IV

2/07/2019
S : Pasien mengatakan badan lemas.
O : TD: 115/68 mmHg, HR: 71x/i,
RR: 20x/i, T: 35,8. Hb: 9,5 gr/dL.
A : AHAI pada SLE.
P : Methylprednisolon 2x125 mg IV
Lansoprazole 2x30 mg IV

3/07/2019
S : Pasien mengatakan badan lemas.
O : TD: 110/70 mmHg, HR: 80x/i,
RR: 20x/i, T: 36,7. Hb: 9,5 gr/dL.
A : AHAI pada SLE.
P : Methylprednisolon 2x125 mg IV
Lansoprazole 2x30 mg IV

4/07/2019
PASIEN BOLEH PULANG.

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 14


LAPORAN KASUS

Lampiran 1
American College of Rheumatology
Criteria for SLE

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 15


LAPORAN KASUS

Lampiran 2
Diagnosis dan Pengelolaan Lupus
Eritematosus Sistemik
REKOMENDASI Perhimpunan
Rheumatologi Indonesia 2011

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Agustus 2019 Page 16

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai