Anda di halaman 1dari 14

PERAN KEPEMIMPINAN PROFETIK DALAM KEPEMIMPINAN

NASIONAL

Oleh : Rila Muhammad Akbar HMI Cabang Kotabumi

Badko Sumbagsel

ABSTRAK
Kompleksitas situasi dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara
Indonesia saat ini, memerlukan kepemimpinan nasional yang kuat di semua lini.
Para ilmuwan psikologi dan psikolog Indonesia diharapkan dapat berperan aktif
mengambil bagian untuk memperkuat kepemimpinan nasional. Salah satu upaya
yang dilakukan yang melakukan kajian berupa penyusunan konstruk teoritis dan
pengukuran kepemimpinan profetik, yaitu konsep kepemimpinan berdasarkan
nilai moral dan spiritual masyarakat muslim di Indonesia. Hasil penelitian tersebut
telah dijadikan sebagai salah satu acuan bagi organisasi di Indonesia dalam
memilih pemimpin, serta membekali pemimpinnya dengan nilai-nilai moral
kenabian.
Kata kunci : kepemimpinan profetik, kepemimpinan nasional

A. Pendahuluan
Era reformasi dianggap cukup banyak melahirkan pemimpin dan politisi
yang pragmatis dengan wawasan kebangsaan yang rapuh. Pemimpin yang
memiliki sikap kenegarawanan dianggap kurang dan jarang muncul, sehingga
kerinduan akan hadirnya negarawan semakin dirasakan. Kepemimpinan nasional
yang lebih mementingkan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi dan
golongan perlu dihidupkan terus menerus. Hanya dengan perubahan sikap mental
yang demikian itulah jaminan masa depan Indonesia yang lebih adil dan
bermartabat dapat dipastikan. Kajian-kajian mengenai perubahan sikap mental
pemimpin dengan berbagai istilah seperti kepemimpinan yang otentik (authentic
leadership), kepemimpinan transformasional (transformational leadership),
kepemimpinan pelayanan (servant leadership), kepemimpinan spiritual (spiritual
leadership), kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership), dan
kepemimpinan moral (moral leadership) banyak dilakukan peneliti di seluruh

1
dunia akibat permasalahan moral yang dialami para pemimpin. Sebagai contoh di
Amerika Serikat, pasca peristiwa 11 September 2001, yang diikuti dengan krisis
dan sejumlah permasalahan moral lainnya dalam organisasi industri seperti
WorldCom, Arthur Anderson, dan Enron menyebabkan perlunya dilakukan kajian
mengenai pemimpin yang memiliki integritas dan standar moral yang tinggi,
memimpin dengan mengikuti kebenaran dan nurani, serta menunjukkan hubungan
dan nilai yang positif antara pemimpin dan pengikutnya.
Kajian-kajian mengenai kepemimpinan moral di Indonesia umumnya
dilakukan karena adanya permasalahan terkait tindakan tidak etis para pemimpin
organisasi. Indikator permasalahan moral para pemimpin organisasi di Indonesia
antara lain bisa diketahui dari indeks persepsi korupsi yang dirilis setiap tahun
oleh Lembaga Transparansi Internasional. Lembaga Transparansi Internasional,
sebuah lembaga independen yang berpusat di Berlin, Jerman, menilai indeks
persepsi korupsi diIndonesia sejak tahun 1998 sampai dengan 2011 berkisar
antara 1.7 hingga 3.0 (dari skala 0-10). Pada tahun 1998 s/d 2001, dan tahun 2004
Indonesia termasuk 10 besar negara terkorup dari puluhan negara yang disurvey.
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia kemudian membaik dan terus naik menjadi
poin 3 pada tahun 2011, namun masih jauh di bawah Singapura, yang memiliki
indeks 9.3. Artinya 3 pemerintahan Indonesia dipersepsi oleh stakeholder-nya
masih tergolong korup. Data mengenai indeks persepsi korupsi Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 1998-2014


Tahun IPK Rangking Keterangan
1998 2.0 80 dari 85 negara
Indeks bergerak dari angka 0
(sangat korup / highly
corrupt) sampai dengan 10
(sangat bersih dari
korupsi/highly clean)
1999 1.7 96 dari 98 negara
2000 1.7 85 dari 90 negara
2001 1.9 88 dari 91 negara
2002 1.9 96 dari 122 negara
2003 1.9 122 dari 133 negara
2004 2.0 137 dari 146 negara
2005 2.2 140 dari 159 negara
2006 2.4 134 dari 163 negara

2
2007 2.3 143 dari 179 negara
2008 2.6 126 dari 180 negara
2009 2.8 114 dari 180 negara
2010 2.8 110 dari 178 negara
2011 3.0 100 dari 182 negara
2012 32 118 dari 182 negara mulai tahun 2012 pengukuran
2013 32 114 dari 177 negara indeks berubah dari 0 (sangat
2014 34 107 dari 175 negara korup) sampai dengan 100
(sangat bersih dari korup) 100
Sumber : http://www.ti.or.id

Maraknya berbagai tindakan dan praktik korupsi sudah sampai pada titik
jenuh dan memprihatinkan. Ketua Dewan Pengurus Transparansi Internasional
Indonesia mengemukakan bahwa pemberantasan korupsi di Indonesia seakan
berjalan di tempat, stagnan, dan tidak beranjak maju. Gerakan pemberantasan
korupsi memang telah dilakukan, tetapi korupsi tetap jalan terus, corruption as
usual. Meskipun metode pengukuran berubah, namun skor Indonesia masih
termasuk di rendah dan berada dibawah. Hal ini menunjukkan rendahnya prestasi
pemerintahan, organisasi bisnis, dan masyarakat bisnis di Indonesia untuk
memerangi korupsi dibandingkan negara-negara lain. Korupsi merupakan masalah
besar global yang dialami semua negara. Karena itu penting artinya bagi
masyarakat seluruh dunia untuk bertindak bersama-sama menghentikan korupsi
agar kesejahteraan tercapai dan perekonomian tumbuh merata bagi semua warga
dunia.
Berbeda dengan hasil survey yang dilakukan lembaga Tranparansi
Internasional, Badan Pusat Statistik (BPS) mulai tahun 2012 merilis survey
perilaku antikorupsi yang disebut Indeks Perilaku Antikorupsi Indonesia. Survey
ini dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 55 tahun
2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas
PPK) yang menugaskan BPS untuk melakukan survei perilaku antikorupsi.
Survey ini mengukur tingkat permisifitas masyarakat Indonesia terhadap
pengalaman dan kebiasaan masyarakat berhubungan dengan layanan publik yang
terkait dengan perilaku penyuapan, pemerasan, dan nepotisme. Survey dilakukan
terhadap 10.000 rumah tangga di 33 provinsi di Indonesia (Badan Pusat Statistik,
2013). Berdasarkan hasil survey tahun 2012, 2013, dan 2014, diketahui bahwa

3
secara umum masyarakat Indonesia cenderung anti korupsi. Indeks perilaku
antikorupsi secara detail dapat dilihat dari tabel 2.
Tabel 2. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2012-2014

Tahun Indeks Kategori Keterangan


2012 3.55 Anti Korupsi Nilai Indeks bergerak dari 0-5.
2013 3.63 Anti Korupsi 0-1.25 : sangat permisif
2014 3.61 Anti Korupsi 1.26-2.50 : permisif
2.51-3.75 : anti korupsi
3.76-5.00 : sangat anti korupsi
Sumber : Berita resmi statistik tanggal 2013, 2014 dan 2015
Menanggapi perbedaan hasil pengukuran tentang korupsi tersebut,
(mantan) Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang
Widjajanto, mengemukakan bahwa korupsi merupakan permasalahan yang
kompleks, sehingga perbedaan satu angka pun tidak dapat menjelaskan kondisi
secara lengkap. Pengukuran terkait korupsi di Indonesia telah dilakukan antara
lain melalui Indeks Persepsi Korupsi oleh Transparansi International Indonesia,
Survey Perilaku Anti Korupsi oleh BPS, Indonesia Governance Index
(Kemitraan), serta Survey Integritas oleh KPK.
Ditambahkan bahwa penggunaan indeks pengukuran secara bersama dapat
membantu melihat permasalahan tentang korupsi di Indonesia secara lebih
komprehensif. KPK sendiri memiliki survey integritas layanan publik yang
dilakukan secara rutin setiap tahun. Survei dilakukan dalam rangka memberikan
penilaian terhadap integritas layanan yang diberikan oleh lembaga pemerintah
kepada masyarakat. Hasil penilaian merupakan cerminan dari penilaian
masyarakat sebagai pengguna layanan dalam mengelola layanan di lembaga
pelayanan publik seperti Kementerian/Lembaga Negara. Hasil survei kemudian
digunakan sebagai acuan perbaikan integritas dan anti korupsi sektor layanan
publik oleh KPK maupun unit layanan/instansi terkait. Hasil survey menunjukkan
bahwa integritas layanan publik dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014
termasuk dalam kategori cukup baik. Hasil Survey Integritas Layanan Publik dari
tahun 2011-2014 dapat dilihat dalam tabel 3 berikut :

4
Tabel 3. Hasil Survey KPK tentang Integritas Layanan Publik
(diolah berdasarkan laporan Widjajanto, 2014)
Tahun Indeks keterangan

2011 6.49 Indeks bergerak dari skor 0-10


2012 6.41 0 : integritas layanan sangat rendah/buruk

2013 6.80
10 : integritas layanan sangat tinggi/baik

2014 6.7.22

Berdasarkan latar belakang tersebut, para ilmuwan Psikologi dan Psikolog


diharapkan perannya untuk menemukan solusi perbaikan sikap mental dan moral
pemimpin nasional. Usaha untuk membantu dapat diarahkan pada tiga area utama.
Pertama, penemuan jawaban pada bagaimana masalah telah terjadi. Kedua,
penemuan alternatif solusi dengan menyusun bentuk sistem yang transformatif.
Ketiga, membedakan tingkatan individu, kelompok, dan organisasi dengan
melibatkan orangorang dalam sistem itu. Pada area kedua dan ketiga ilmuwan
psikologi dapat berperan aktif mengambil bagian.
B. Kepemimpinan Profetik
Kepemimpinan memiliki makna yang beragam. Para peneliti
mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan perspektif dan dimensi yang menarik
perhatiannya . Meskipun terdapat berbagai definisi, umumnya makna
kepemimpinan dapat diambil intinya, yaitu kemampuan dan proses
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan dalam
bahasa Inggris disebut dengan leadership, berarti kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan dalam bahasa Arab
disebut dengan imamah, khilafah, atau imarah, yang memiliki makna daya
memimpin, atau kualitas pemimpin, atau tindakan memimpin. Imamah berasal
dari kata amma-ya’ummu yang mempunyai arti menuju, meneladani, dan
memimpin. Istilah imam muncul dari kata tersebut, yang memiliki makna
pemimpin atau orang yang memimpin, karena perilakunya bisa diteladani orang
lain. Khilafah berasal dari kata khalafa yang mempunyai arti di belakang dan

5
mengganti. Dari kata tersebut muncul istilah khalifah yang artinya pengganti atau
orang yang menggantikan / mewakili. Pemimpin seringkali disebut dengan
khalifatullah atau pengganti/wakil Allah. Dari kata imarah muncul istilah
ululamri yang bermakna orang yang mempunyai urusan dan mengurus /
mengelola orang lain / organisasi. Berdasarkan pengertian tersebut,
kepemimpinan diyakini sebagai tugas (amanah), ujian, tanggung jawab dari
Tuhan, yang pelaksanaannya tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada para
anggota yang dipimpin, tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pertanggungjawaban kepemimpinan tidak hanya bersifat horisontal formal kepada
sesama manusia, tetapi juga bersifat vertikal-moral, kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sikap dan perilaku pemimpin yang paling ideal, dijadikan teladan paling
utama dalam pandangan ini adalah perilaku yang ditunjukkan oleh para nabi dan
rasul/ prophet, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al-Ahzab ayat
21 :
Sungguh dalam diri rasul Allah kamu dapati teladan yang paling baik jika
kamu mengharap Rahmat Allah, dan (keselamatan) pada hari terakhir, serta
senantiasa ingat Allah
Kepemimpinan profetik diartikan sebagai kemampuan pemimpin untuk
mengendalikan diri dan mempengaruhi orang lain mencapai tujuan bersama
dengan meneladani kehidupan para nabi/prophet. Istilah profetik di Indonesia
diperkenalkan oleh Kuntowijoyo (1991) melalui gagasannya mengenai
pentingnya ilmu sosial transformatif yang disebut ilmu sosial profetik. Ilmu sosial
profetik tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tapi juga
memberi petunjuk arah transformasi dilakukan, untuk apa, dan oleh siapa saja.
Ilmu sosial profetik mengusulkan reorientasi terhadap mode of thought dan mode
of inquiry bahwa sumber ilmu pengetahuan tidak hanya berasal dari rasio dan
empiri, tetapi juga dari wahyu.
menjelaskan bahwa dalam kajian kepemimpinan profetik setiap diri
manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, yaitu memimpin kerja hatinya
(qalbu) sendiri, jiwanya (nafs), akal pikiran, pancaindera, dan jasmaninya. Setiap
pemimpin organisasi berarti memimpin kerja hati nurani anggotanya, kerja jiwa,

6
akal pikiran, panca indera, serta kerja jasmani anggota organisasi yang
dipimpinnya.
Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, artinya memimpin kerja hati
nurani, jiwa, akal pikiran, panca indera, dan jasmani keluarganya. Seorang
perempuan adalah pemimpin dalam rumah suaminya, bermakna memimpin kerja
hati nurani, jiwa, akal pikiran, panca indera, dan jasmani dalam pemeliharaan isi
rumahnya. Kepemimpinan seseorang akan dipertanyakan di hadapan Tuhan.
Kepemimpinan profetik memiliki empat aspek, yaitu sidiq (jujur dan mengikuti
kebenaran nurani), amanah (bertanggung jawab dan terpercaya), tabligh
(berkomunikasi empatik dan efektif), dan fathonah (cerdas karena taqwa).Sidiq
bermakna benar, lurus, jujur, sabar, dan konsisten. Kebalikan dari sidiq adalah
kadzib atau dusta. Pemimpin yang berkarakter sidiq senantiasa jujur kepada
Tuhannya, dirinya sendiri, orang lain, dan alam semesta. Pemimpin tersebut juga
senantiasa mengikuti kebenaran berdasarkan suara hati nuraninya, sabar,
konsisten, dan dapat menjadi teladan bagi orang lain. Pemimpin berkarakter sidiq
tidak suka berdusta, tidak mudah terpengaruh hawa nafsunya, serta tidak
mengutamakan kepentingan pribadi di atas organisasi. Amanah mempunyai arti
dapat dipercaya, setia, profesional, dan penuh tanggung jawab. Kebalikan dari
amanah adalah khianat. Pemimpin yang amanah senantiasa setia kepada
Tuhannya, diri sendiri, dan orang lain. Ia bekerja dengan sungguh-sungguh
dengan berkomitmen kepada Allah, rekan kerja, staf, bahkan konsumen, serta
bersikap adil, karena menyadari bahwa semua tugas akan dipertanggungjawabkan
juga kepada Allah selain kepada organisasi. Tabligh berasal dari kata balagha
yang berarti sampai, menyampaikan informasi seperti adanya. Tabligh dalam
kepemimpinan juga bermakna transparan, open management, serta ber-amar
ma’ruf nahi munkar. Kebalikan dari tabligh adalah menyembunyikan informasi
dan kebenaran. Perilaku pemimpin tabligh antara lain berani menyatakan
kebenaran dan bersedia mengakui kekeliruan. Hal-hal yang benar dikatakannya
benar, hal-hal yang salah dikemukakannya salah. menambahkan bahwa pemimpin
profetik menyatakan keterbukaannya yang sebenarnya kepada Tuhannya, dirinya
sendiri, dan orang lain.

7
Fathonah berarti cerdas dan mampu mengatasi masalah / menjadi problem solver.
Kecerdasan tersebut dibangun dari ketaqwaan kepada Allah. Perilaku pemimpin
fathonah terekspresi pada etos kerja dan kinerja pemimpin yang mampu
memecahkan masalah secara cepat dan tepat. Kebalikan dari Fathonah adalah
sufaha’, berasal dari kata safihun, artinya tidak mampu memahami esensi
kebenaran, tidak mampu membedakan hal yang baik dan buruk, halal dan haram,
haq dan bathil dalam bertindak. mengemukakan bahwa pemimpin yang fathonah
memiliki kecerdasan dalam memfungsikan qalbu, akal pikiran, dan
pancainderanya secara optimal untuk mengatasi masalah.
C. Peran Kepemimpinan Profetik terhadap Kepemimpinan Nasional
Kompleksnya situasi dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia
saat ini, memerlukan kepemimpinan nasional yang kuat di semua lini, baik
pemerintahan, politik, maupun civil society, sehingga mampu menghadirkan
sebuah negara yang kuat. Negara yang kuat dapat mengangkat martabat bangsa
dalam pergaulan antar bangsa, karena memiliki keunggulan daya saing dalam
berbagai bidang. Banyak kriteria yang menunjukkan karakter kepemimpinan
nasional yang kuat. Tetapi diakui, tidak mudah untuk mencapai kriteria
kepemimpinan yang ideal itu. Setidaknya yang bisa diharapkan adalah
kepemimpinan yang memiliki trilogi kepemimpinan yang kuat, yaitu keteladanan,
kemauan kuat, dan kompetensi, agar mampu membangkitkan martabat dan daya
saing bangsa yang lebih bermutu. Berbagai kajian tentang peran kepemimpinan
profetik dalam rangka memperkuat kepemimpinan nasional melalui penelitian,
seminar, workshop, asesmen, dan intervensi individu maupun kelompok dalam
organisasi di beberapa daerah di Indonesia telah dilakukan. Penelitian lanjutan
antara lain dilakukan mengenai hubungan antara kepemimpinan profetik dengan
motivasi kerja pegawai, kepuasan kerja pegawai, komitmen karyawan,
organizational citizenship behavior /OCB serta kepribadian anti korupsi. Tabel 4
menunjukkan beberapa hasil penelitian korelasional antara kepemimpinan profetik
dengan beberapa variabel dalam efektivitas internal organisasi.
Tabel 4. Data Korelasi Hasil Penelitian tentang Kepemimpinan Profetik dan
Variabel dalam Efektivitas Internal Organisasi

8
No tahun peneliti Variabel Reponden Korelasi
(rxy)
1 2008 Setiadi & budiharto KP & motivasi kerja 35 pegawai 0.397**
perguran
tinggi
2 2008 Arifyanto & budiarto KP & keputusan Guru & 0.274*
kerja pegawai
sekolah
3 2009 Fauzan & budiarto KP & komitmen 75 karyawan 0.372**
4 2009 Kuswanto & budiarto KP & OCB 47 pegawai 0.389***
administrasi
PT
5 2012 Kumolohadi & KP & kepribadian 86 pegawai 0.320**
budiarto anti korupsi struktur
pemda
Keterangan :
* : p<0.05 : ** : p<0.01 *** : p<0.001
Berdasarkan data dalam tabel 4 diketahui bahwa kepemimpinan profetik
berhubungan positif dengan motivasi kerja pegawai perguruan tinggi. Motivasi
kerja yang dimaksud adalah motivasi fisiologis, psikologis, dan spiritual. Motivasi
fisiologis dimaksudkan sebagai dorongan fitrah manusia untuk memenuhi
kebutuhan fisik atau jasmaniyah dalam bekerja. Motivasi psikologis yakni sebagai
dorongan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam bekerja yang terkait
dengan kejiwaannya. Motivasi spiritual yaitu dorongan fitrah manusia untuk
memenuhi kebutuhan rohaninya dalam bekerja, mencakup kebutuhan memelihara
diri dari kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan terhadap Allah dalam bekerja.
Kepemimpinan yang dijalankan dengan berlandaskan pada keikhlasan dan
kemampuan intelektual serta spiritual mampu mendorong pegawai untuk
motivasinya. Pemimpin profetik memiliki tanggung jawab dalam mengarahkan
karyawan dan organisasi ke arah yang lebih baik. Tanggung jawab pemimpin ini
dapat memotivasi pegawai untuk ikut pula bertanggung jawab terhadap
keberhasilan organisasi. Karakteristik yang terdapat dalam kepemimpinan
profetik dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis. Hal
tersebut dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai Kepemimpinan profetik juga
berkorelasi positif dengan kepuasan kerja pegawai dan komitmen karyawan.

9
Amstrong (2003) mengemukakan aspek-aspek komitmen organisasi adalah
kepercayaan, yaitu penerimaan dan pemahaman yang kuat terhadap nilai dan
tujuan organisasi, keinginan kuat untuk menjadi bagian dari organisasi, serta
kesediaan untuk menampilkan usaha terbaik. Persepsi terhadap kepemimpinan
profetik atasan mempengaruhi komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Kepemimpinan profetik berkorelasi positif dengan perilaku kewargaan
pegawai/ organizational citizenship behavior/ OCB. OCB adalah perilaku yang
dilakukan oleh pegawai secara sukarela di tempat kerja yang melebihi tugas
pokoknya, namun bermanfaat untuk organisasi, terdiri dari beberapa aspek antara
lain conscientiousness, altruism, civic virtue, sportmanship, dan courtesy.
Conscientiousness adalah dedikasi pegawai yang tinggi terhadap tugas dan
organisasi melebihi standar pencapaian tugasnya. Altruism yaitu perilaku pegawai
yang secara suka rela berinisiatif membantu rekan kerja yang memerlukan
pertolongan. Civic virtue ialah perilaku pegawai yang peduli, terlibat, dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Sportsmanship adalah
kesediaan pegawai untuk menerima keputusan bersama dalam organisasi,
meskipun dalam situasi yang sulit karena perubahan dalam organisasi. Courtesy
adalah perilaku pegawai yang menghormati, menghargai, dan menjaga hubungan
baik dengan rekan kerjanya, sehingga konflik antar anggota organisasi
memungkinkan diminimalisir. Persepsi pegawai terhadap kepemimpinan proetik
atasan berhubungan positif dengan OCB pegawai administratif fakultas pada suatu
perguruan tinggi di Yogyakarta, Kepemimpinan profetik juga berhubungan positif
dengan kecenderungan kepribadian antikorupsi pada pejabat pemerintah suatu
daerah di Indonesia. Hubungan yang signifikan menunjukkan semakin tinggi
kepemimpinan profetik yang dimiliki pemimpin diikuti dengan kecenderungan
kepribadian antikorupsi yang tinggi pula.
Diantara keempat aspek dalam kepemimpinan kenabian, aspek amanah
paling berperan terhadap kecenderungan kepribadian antikorupsi dengan
sumbangan relatif sebesar 15%. Hal ini dapat dimaknai bahwa responden yang
mempersepsi bahwa dirinya bisa dipercaya, profesional, bertanggung jawab, dan
adil, cenderung antikorupsi. Nilai-nilai sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah

10
dalam kepemimpinan kenabian semakin memberikan nuansa yang lebih bermakna
dalam mewarnai kepribadian seorang pemimpin dalam bersikap, mengambil
keputusan, dan melakukan tindakan yang bermoral dalam organisasi, karena
menyadari bahwa jabatan yang diemban adalah titipan/amanah yang akan
dimintakan pertanggungjawabannya oleh Tuhan dan organisasi, baik di dunia
maupun di akhirat. Asesmen mengenai kepemimpinan profetik antara lain
dilakukan sebagai salah satu metode fit and proper test calon rektor sebuah
perguruan tinggi swasta di Indonesia untuk periode kepemimpinan 2008-2013 dan
2013-2018, serta calon direktur rumah sakit swasta di Indonesia tahun 2009. Pada
akhir tahun 2014, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada salah Satu
Kementerian di Indonesia menggunakan skala kepemimpinan profetik sebagai
salah satu alat ukur yang digunakan dalam asesmen kompetensi pegawai terkait
kepemimpinan. Intervensi menggunakan kepemimpinan profetik antara lain dikaji
oleh Andansari dkk (2010), Alawiyah dkk (2012), Kuswanto dan Rasyid (2013),
serta Kumolohadi dan Budiharto (2013). Andansari dkk (2010) menyimpulkan
bahwa intervensi berupa pelatihan kepemimpinan profetik dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah pada karyawan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah di suatu Kabupaten di Jawa Tengah. Alawiyah dkk (2012) menemukan
bahwa intervensi berupa pelatihan kepemimpinan profetik dapat meningkatkan
komitmen mengajar guru Sekolah Dasar Islam Terpadu “H” di Yogyakarta.
Kuswanto dan Rasyid (2013) menyimpulkan bahwa intervensi pelatihan
kepemimpinan profetik dapat meningkatkan kemampuan manajerial karyawan
suatu koperasi jasa keuangan syariah di Sleman. Kumolohadi dan Budiharto
(2013) menyimpulkan bahwa konseling kepemimpinan profetik dapat
meningkatkan karakter anti korupsi pejabat pemerintah daerah X.
D. Kesimpulan
Kompleksitas situasi dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia
memerlukan kepemimpinan nasional yang kuat. Para ilmuwan psikologi dan
psikolog di Indonesia diharapkan dapat berperan aktif mengambil bagian. Kajian
tentang penyusunan konstruk teoritis dan pengukuran kepemimpinan profetik,
dilanjutkan dengan korelasi antara kepemimpinan profetik dengan variabel-

11
variabel terkait efektivitas internal organisasi, serta asesmen dan intervensi
kepemimpinan profetik diharapkan turut berperan dalam memperkuat kinerja
organisasi maupun kepemimpinan nasional.

Daftar pustaka

12
Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam : Interpretasi untuk Aksi. Editor : A.E.
Priyono. Bandung : Mizan

Widjajanto, B. (2014). Pengukuran Korupsi di Indonesia : Trend dan Tantangan


Implikasi Kebijakan Kedepan.

Setiadi, A. dan Budiharto, S. (2008). Hubungan antara Kepemimpinan Profetik


dengan Motivasi Kerja. Prosiding Buku 10. Seminar Nasional IV Universitas
Teknologi Yogyakarta.

Kuswanto, Y.A. dan Budiharto, S. (2009). Hubungan antara persepsi terhadap


Kepemimpinan Profetik Dekan dengan Organizational Citizenship Behavior
Pegawai. Naskah Publikasi Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Munirudin. Said (2014) Bintang Arasy tafsir filosofis-gnostik tujuan HMI

Kumolohadi, R. dan Budiharto, S. (2012). Orientasi Nilai, Kepemimpinan


Kenabian Dan Kecenderungan Kepribadian Antikorupsi Pada Pejabat Pemerintah
Daerah Propinsi “X”

Rifa’i, Muhammad M.Pd managemen organisasi (2013)

Dr. Thoir, Ajid. Sirah Nabawiyah. Nabi Muhammad SAW dalam kajian ilmu
sosial – Humaniora (2014)

Charles J Keating. Kepemimpinan dalam menegeman, rajawali (1995)

Winardi, Kepemimpinan management, rineka cipta (1990)

13
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Islamic Association of University Students)
CABANG KOTABUMI
Jl.Jendral Soedirman Kotabumi Lampung Utara Telp.0812 79065270 - 082280814652

CURICULUM VITAE

1. Nama : Rila Muhammad Akbar


2. Tempat/Tanggal Lahir : pajar bulan, 14 juni 1996
3. Alamat : Kotabumi
4. Pekerjaan : Mahasiswa
5. No.HP : 081279065270

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : N 01 puralaksana Tamat tahun :2008


2. SLTP/MTS : 01 al-ikhlas pajar bulan Tamat tahun : 20011
3. SLTA/Sederajat : N 01 Way Tenong Tamat tahun : 2014
4. S1 / S2 : UMKO Kotabumi Tamat tahun :-

PENGALAMAN ORGANISASI DI HMI


1. Sebagai : Wasekum Bidang PTKP Tahun : 2016-2017
2. Sebagai : Ketum komisariat PTK Tahun : 2017-2018
3. Sebagai :Kabid PA Cabang Kotabumi Tahun Tahun : 2018-2019

PENGALAMAN TRAINING YANG PERNAH DIIKUTI


1. LK I Komisariat STKIP-M Tahun : 2015
2. LK II Cabang Kotabogor Tahun : 2017

PENGALAMAN DI LUAR ORGANISASI

1. Sebagai : Tahun :

Kotabumi, 10 januari 2020

Rila Muhammad Akbar

14

Anda mungkin juga menyukai