Sebelum mengenal apa itu radiasi elektromagnetik, kita perlu mengetahui pengertian
dari radiasi. Radiasi adalah pancaran energi yang bergerak dalam bentuk gelombang atau
partikel yang berkecepatan tinggi dari sumber radiasi (BATAN, 2008). Perlu diketahui
bahwa, semua benda yang ada di dunia ini memancarkan radiasi, entah itu kecil atau
besar. Oleh karena itu, bisa kita simpulkan bahwa matahari dan bumi juga merupakan
salah satu yang bisa memancarkan radiasi. Radiasi yang dipancarkan oleh keduanya
adalah radiasi matahari dan radiasi elektromagnetik.
Gas beracun yang juga mudah dikenali dari baunya adalah hidrogen
sulfida, yang baunya tajam seperti kentut. Dalam kadar rendah sekalipun gas ini
dapat memicu iritasi pada mata, sementara pada kadar tinggi dapat mengiritasi
saluran penafasan.
Kita kan sudah mengetahui sistem radiasi diserap dan dipantulkan saat
langit cerah dan berawan. Nah,ketika gunung meletus dan mengeluarkan debu,
pasir, kerikil, dia ga cuman memuntahkanny dg hitungan meteran, psti bisa smpe
ratusan meter kan? (ga tau bener apa ga sih). Akibat dari debu dan pasir itu, langit
yangtadinya bersih bisa tertutupi oleh debu dan pasir tersebut. Akibatnya? Proses
pennyerapan dan pemantulan radiasi tidak berjalan dengan baik dan maksimal
seperti pada umumnya. Akibatnya, ketika radiasi tersebut tidak terserap dengan
baik, maka dapat menyebabkan perubahan cuaca. Memang atmosfer selalu
dipenuhi debu, namun apabila debu tersebut sangat banyak maka akan
menyebabkan kekacauan.
3. Kekacauan lain
Pada tau kan kalo pesawat itu terbang di ketinggian 11km? Di lapisan
troposfer. Nah, kekacauan lain yg ditimbulin sama gunung meletus (kasus ini gn.
Merapi),bisa menyebabkan pesawat ga bisa terbang. Kenapa? Soalnya, debu dari
gunung meletus dapat terhisap oleh turbin pesawat. Ketika debu tsb ga sengaja
terhisap, debu itu dapat merusakan turbin tsb karena besarnya partikel2 debunya.
Debu itu juga dapat ngeblock udara normal untuk dapat masuk ke dlm turbin
sehingga dapat menyebabkan mesinnya berhenti secara otomatis.
Ekologi suksesi
Ekologi suksesi: sebuah ekosistem melewati beberapa tahap untuk sampai ke kondisi
klimaks.
•Suksesiprimer terjadi pada tanah yang baru terbentuk
Tahap awal dari suksesi-rumput pantai tumbuh di suatu habitat, membentuk batang di dalam
tanah yang merambat di bawah tanah dan menumbuhkan akar dan daun.
Setelah pasir stabil, semak mulai tumbuh, kemudian spesies pohon yang tahan dengan
kondisi kering, misalnya pines dan hollies, mulai tumbuh.
•Suksesi sekunder terjadi ketika gangguan telah menghilangkan atau mengubah komunitas
yang ada.
Suksesi sekunder dapat terjadi setelah gangguan mengubah suatu komunitas yang ada.Old-
field succession, pada ladang yang ditinggalkan, adalah contoh suksesi sekunder
Suksesi dapat dikatakan sebagai proses atau tahapan untuk mencapai kondisi seimbang dalam
klimaksnya. Pola komunitas tumbuhan dan hewan pada bentang alam merupakan
keseimbangan antara suksesi dan gangguan alamiah atau gangguan buatan manusia
• angin
• kebakaran
• banjir
• pembukaanlahanuntukpertanian
• pembalakan
Tapi dapat dikataka bahwa Bencana Gunung Merapi merupakan salah satu bentuk hambatan
dikarenakan letusan tersebut memengaruhi perubahan ekologi yang ada di sekitar gunung
Merapi tersebut. Yang terjadi setelah meletusnya Gunung merapi adalah suksesi sekunder.
Mengapa? Dikarenakan sebelum terjadinya letusan gunung Merapi, sudah ada ekosistem
yang kompleks dan seimbang. Namun setelah letusan gunung berapi, terjadi perubahan akibat
dari material-material yang dikeluarkan. Seperti lava, lahar, awan panas dan lain-lain yang
dalam jangka pendek merusak bahkan memusnahkan sebagian makhluk hdup yang ada dalam
ekosistem tersebut. Namun jangka panjangnya, material yang dibawa gunung merapi
mebbuat tanah di area gunung tersebut lebih subur, sehingga banyak tanaman yang dapat
tumbuh dengan baik dan menggantikan tanaman-tanaman yang sudah musnah dikarenakan
bencana tersebut. Begitupun hewan, yang berhasil selamat dan mengungsi akan kembali dan
berkembang biak.
Sebenarnya, penyebab peristiwa gempa bumi dan erupsi gunung (termasuk gunung merapi)
sama, yaitu karena adanya aktivitas lempeng tektonik. Lempeng Indo-Australia yang aktif
bergerak ke utara (tepatnya agak ke timur laut) terus mendesak lempeng Euro-Asia (Eurasia)
yang cenderung stabil meskipun ada pergerakan kecil ke tenggara. Akibat tumbukan dua
lempeng di atas maka terciptalah rangkaian gunung api di sepanjang pantai barat dan selatan
Indonesia. Tumbukan lempeng tektonik tidak hanya membentuk perbukitan dan gunung tapi
juga menimbulkan aksi menekan dan menggesek yang menimbulkan energi panas dan
redaman terhadap tekan yang luar biasa. Pada titik tertentu energi redaman tersebut
mencapai puncaknya yang menimbulkan keruntuhan lempeng sekaligus pelepasan energi
redam. Peristiwa inilah yang kita kenal dengan gempa bumi. Sementara energi panas dapat
memicu pembentukan magma dan akan mencari celah diantara bukit-bukit dan terbentuklah
gunung api yang semakin tinggi seiring dengan meningkatnya aktifitas magma di dalamnya.
Maka setiap terjadi gempa tektonik mengindikasikan pelepasan energi yang juga memicu
peningkatan aktifitas magma di dalam perut gunung. Jadi itulah yang menyebabkan adanya
gempa bumi sebelum terjadinya letusan
Gambaran siklus tektonik dapat dilihat pada Gambar 6A dan B. Ketika magma yang datang
dari mantle muncul di tempat pemekaran lantai samudera, maka ditempat itu akan terbentuk
kerak samudera baru. Kerak samudera yang tua akan kembali ke dalam mantle di zona
penunjaman. Dengan demikian, masa hidup kerak samudera lebih pendek daripada masa
hidup kerak benua.
Gambar 6A. Siklus tektonik. Kontak antara magma dengan air laut di zona pemekaran
samudera menunjukkan interaksi antara geosfer dan hidrosfer yang mempengaruhi komposisi
air laut, sementara itu volkanisme menunjukkan kontak antara geosfer dan atmosfer yang
mempengaruhi komposisi udara. Sumber: Skinner dan Porter (2000).
Gambar 6B. Siklus tektonik. Menggambarkan aliran proses dan pergerakan material. Sumber:
Skinner dan Porter (2000).
Fenomena volkanisme dapat terjadi berkaitan dengan mekanisme penunjaman. Ketika kerak
samudera masuk kembali ke dalam mantel dan meleleh kembali, unsur-unsur volatil dari
kerak samudera itu menyebabkan kerak benua di atasnya meleleh. Magma yang terbentuk
muncul ke permukaan sebagai gunungapi. Dengan demikian terjadi penambahan material
baru ke kerak benua. Di pihak lain, aktifitas gunungapi yang mengeluarkan debu dan gas dari
dalam Bumi mempengaruhi komposisi udara. Kondisi ini menunjukkan interaksi antara
geosfer dan atmosfer.
Selain di zona penunjaman, magma dapat muncul di daerah pemekar lantai samudera. Di
daerah pemekaran lantai samudera, interaksi antara kerak samudera dengan samudera di
atasnya mempengaruhi komposisi air laut disekitarnya. Magma yang muncul di zona
pemekaran dan membentuk kerak samudera baru membentuk batuan beku yang panas dan
bereaksi dengan air laut. Unsur-unsur dari dalam batuan yang panas bereaksi dengan unsur-
unsur yang ada di dalam air laut. Ini adalah salah satu cara mantle mempengaruhi komposisi
air laut, dan juga cara yang penting bagaimana material dan proses dari siklus tektonik
berinteraksi dengan siklus hidrologi.
hubungan dengan siklus sulfur dan karbon sepertinya hanya berkaitan dengan material
yang keluar dari gunung merapi.
Sulfur terdapat dalam bentuk organik (pada tumbuhan dan hewan) dan anorganik (dalam
tanah dan air). Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat
dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Kedua gas ini memang berbahaya
khususnya hidrogen sulfida karena seringkali mematikan mahluk hidup di perairan
Karbondioksida itu terdapat di dalam asap yg keluar dari gunung merapi karena pembakaran
material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung sehingga menjadi karbon
dioksida
• Litosfer = Litosfer adalah lapisan kulit bumi paling luar berupa batuan padat.
Litosfer meliputi kerak bumi dan mantel bumi serta memiliki ketebalan ± 30 km.
• Astenosfer = Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat. Astenosfer memiliki sifat
yang lemah, lebih panas dibandingkan denga litosfer, dan lebih dalam dari mantel
bumi.
• Benua = daratan yang sangat luas dan biasa disebut dengan continent. Benua ini
dibagi menjadi daerah yang aktif dan daerah yang tidak aktif. Daerah yang aktif ini
biasa dilihat sebagai gunung sedangkan daerah yang tidak aktif dapat berupa batuan
stabil, contohnya wilayah.
• Adanya gempa yang ditimbulkan oleh gunung merapi membuat retakan-retakan pada
permukaan bumi
• Akibat letusan gunung merapi, bentuk gunung yang semula seperti kerucut akan
menjadi lebih landai seperti bukit
• Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke
litosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian
dalam dinamakan intrusi magma, gejala intrusi magma ialah getaran gempa, suhu
disekitar gunung naik, mata air menjadi kering, binatang disekitar gungung
bermigrasi, dan tumbuhan disekitar gunung layu. Sedangkan, apabila penyusupan
magma keluar permukaan bumi hingga terjadi gunung api disebut Ekstrusi magma.
• Apabila gunung merapi terdapat di dalam lautan, maka erupsi gunung merapi sangat
mempengaruhi kehidupan biota dan ekosistem di lautan, yaitu bahan material
vulkanik yang dikeluarkan dapat mengancam kehidupan biota air sehingga banyak
kematian biota di laut.
TOPIK 2
PENJELASAN SIKLUS NITROGEN (hubungannya dengan kebutuhan pangan dan
kerusakan lingkungan) :
Siklus nitrogen adalah salah satu proses yang penting di alam bagi mahluk
hidup. Walau gas nitrogen tidak bereaksi, bakteri-bakteri dalam tanah dapat
memperbaiki nitrogen menjadi bentuk yang berguna (sebagai pupuk) bagi
tanaman. Dengan kata lain, alam telah memberikan metode untuk memproduksi
nitrogen sebagai unsure yang berguna bagi pertumbuhan tanaman seperti padi-
padian, jagung, dan umbi-umbian yang dikonsumsi oleh manusia sebagai
kebutuhan pangan. Siklus ini lengkap ketika bakteria-bakteria lainnya mengubah
sampah senyawa nitrogen menjadi gas nitrogen. Sebagai komponen utama protein,
nitrogen merupakan bahan penting bagi kehidupan, khususnya tumbuhan. Pada
umumnya derivat nitrogen sangat penting bagi kebutuhan dasar nutrisi, tetapi
dalam kenyataannya substansi nitrogen adalah hal yang menarik sebagai polutan di
lingkungan. Dapat terjadi perubahan global di lingkungan oleh adanya interaksi
antara nitrogen oksida dengan ozon di zona atmosfir. Juga adanya perlakuan
pemupukan (fertilization treatment) yang berlebihan dapat mempengaruhi air tanah
(soil water), sehingga dapat mempengaruhi kondisi air minum yang dikonsumsi
manusia dan berakibat adanya gangguan kesehatan. Khusus di laut, kelebihan
unsur Nitrogen akan mengakibatkan kejadian blooming dapat menimbulkan
tumbuhnya beberapa alga yang beracun bagi kehidupan fauna
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Susunan Ekosistem terdiri atas :
1. Ekosistem Darat
2. Ekosistem Air tawar
3. Ekosistem Air laut
Struktur terdiri dari biotik dan abiotik. Bagian dari faktor biotik adalah komunitas ekologi.
Beberapa spesies berinteraksi di dalam suatu ekosistem. Interaksi individu meliputi
predasi/parasitisme, kompetisi, and simbiosis. Prosesnya melalui jejaring makanan
memperlihatkan proses saling memakan dalam satu tingkatan. Termasuk di dalamnya siklus
elemen kimia dan siklus energi. Perubahannya ekosistem berubah dan meningkat menuju
proses suksesi.
• Dominasi manusia saat ini masih belum merupakan bencana global, walaupun
degradasi lingkungan yang serius sudah terjadi. Sumber daya biologi dan ekologi di
muka bumi akan meningkat dengan baik melalui modifikasi yang dilakukan manusia
menggunakan sumber dari lingkungan sekitar. Perusakan serius muka bumi yang
dilakukan oleh manusia adalah kegiatan modifikasi lahan.
• Ekosistem dapat berupa ekosistem buatan atau alami atau kombinasi dari keduanya.
Konsep ekosistem adalah pusat untuk mengelolasumber daya alam. Kita harus selalu
fokus pada ekosistem dan memastikan bahwa fungsi ekosistem tersebut berkelanjutan.
Jadi kesimpulannya pada dasarnya manusia harus tetap memelihara dan menjaga ekosistem
yang ada di bumi, baik yang alami bahkan berupa buatan sekalipun. Dengan begitu dunia
akan terhindar dari kerusakan alam dan kekurangan pangan jika manusia dapat mengontrol
diri untuk mengelola sumber daya yang ada di bumi. Semua ini adalah berwala dari
kesadaran diri masing-masing tidak bisa dipaksakan. Manusia harus tumbuh rasa pedulinya
terhadap alam ini.
Pada abad ke-19, Charles Darwin mengajukan teori yang menjelaskan munculnya
keragaman biologi. Teori itu dikenal dengan evolusi biologi (biological evolution). Teori
evolusi menjelaskan bahwa perubahan karakter pada suatu populasi diwariskan dari generasi
ke generasi. Perubahan karakter tersebut dapat memunculkan jenis baru (new species). Jenis
baru dapat muncul karena adanya kompetisi sumber daya alam, perbedaan antara satu
individu dan yang lain sebagai akibat adaptasi terhadap kondisi di alam/lingkungan, dan
karena lingkungan selalu berubah maka individu-individu yang telah beradaptasi dengan
lingkungan pun berubah.
Empat proses yang memicu terjadinya evolusi:
1. Mutasi, berasal dari DNA. Informasi kimia dari satu karakter/sifat disebut sebagai gen
(Definisi lain dari gen: suatu segmen dari DNA yang mensintesis protein tertentu).
Total genetik yang menyusun suatu individu atau kelompok (populasi) disebut
genotip. Kemudian ada sel yang membelah, saat sel membelah terjadi ketidak
sempurnaan pembelahan DNA. Saat DNA gagal membelah otomatis akan punya sifat
yang beda. Ini yang disebut dengan mutasi.
2. Seleksi Alam, yaitu suatu proses adaptasi dimana dan siapa yang kuat dia yang
bertahan. Tujuan dari seleksi alam inilah yang mengasilkan keturunan baru yang
adaptif.
3. Migrasi merupakan isolasi geografi yang dapat menimbulkan evolusi divergen
(divergent evolution). Dua populasi dapat berubah sehingga keduanya tidak dapat lagi
saling kawin. Migrasi adalah proses evolusi yang penting yang mencakup daerah luas
dan waktu yang lama. Dan pada akhirnya akan menghasilkan jenis baru.
4. Aliran gen (genetic drift), terkadang perubahan frekuensi genetik populasi terjadi
karena kebetulan –drift ‘Hanyutan gen’ dapat menjadi suatu masalah bagi jenis-jenis
yang terancam punah. Kelompok yang lemah/tidak adaptif (lower fitness traits)
mungkin menjadi dominan dan populasi kecil dapat menurunkan keragaman genetik.
Seperti yang dicontohkan oleh Darwin, yaitu fenomena jerapah dengan leher panjang
dijelaskan bahwa dengan melihat dari sudut pandang adanya variasi. Menurut Darwin,
jerapah pada mulanya ada yang berleher panjang dan ada yang berleher pendek. Jerapah yang
berleher pendek tidak mampu bertahan hidup karena kalah dalam berkompetisi dengan
jerapah berleher panjang untuk memperoleh makanan berupa dedaunan pada pohon yang
tinggi. Akibatnya populasi jerapah berleher pendek menjadi punah dan tinggal populasi
jerapah berleher panjang yang mampu bertahan hidup di lingkungannya.
Dengan demikian, tidak ada individu yang identik, selalu ada variasi meskipun dalam
satu keturunan. Setiap populasi cenderung bertambah banyak karena setiap makhluk hidup
mampu berkembang biak. Untuk berkembangbiak diperlukan makanan dan ruang yang
cukup. Pertambahan populasi tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor pembatas antara lain makanan dan predasi.
Transisi Demografi
Demografi adalah studi tentang penduduk khususnya mengenai kelahiran,
perkawinan, kematian dan perpindahan. Studi ini menyangkut jumlah, persebaran geografis,
komposisi penduduk dan perubahannya dari waktu ke waktu. Demografi terus berkembang,
Methorst dan Sirks membedakan masalah penduduk menjadi 2 yaitu secara kuantitatif dan
kualitatif, namun pendapat ini kurang mendapat dukungan. Adolphe Laundry pada tahun
1937 menyarankan istilah Pure Demography dan idenya mendapat sambutan positif. Pure
demography atau demografi murni/formal adalah cabang ilmu demografi yang bersifat
analisis matematik yang menghasilkan teknik-teknik untuk menghitung data kependudukan.
Setelah itu muncul ilmu-ilmu lain yang berkaitan seperti Social Demography, Demographic
Sociology, Population Studies dll. Pada awal abad 20, tampak bahwa tingkat kematian turun
di berbagai Negara Barat dan tingkat kelahiran juga turun. Kondisi ini menimbulkan teori
demografi yang utama yaitu : Teori Transisi Demografi. Transisi demografi pada dasarnya
mengacu pada perubahan dari satu situasi stationary (saat dimana pertumbuhan penduduk 0)
ke situasi lainnya. Menurut Blacker (1947) ada 5 phase dalam teori transisi demografi,
dimana khususnya phase 2 dan 3 adalah phase transisi.
1. Tahap Stasioner tinggi
Tingkat Kelahiran: Tinggi
Tingkat Kematian: Tinggi
Pertumbuhan Alami: Nol/sangat rendah
Contoh: Eropa abad 14
2. Tahap Awal perkembangan
Tingkat Kelahiran: Tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat Kematian: Lambat menurun
Pertumbuhan Alami: Lambat
Contoh: India sebelum PD II
3. Tahap Akhir perkembangan
Tingkat Kelahiran: Menurun
Tingkat Kematian: Menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan Alami: Cepat
Contoh: Australia, Selandia Baru tahun ‘30an
4. Tahap Stasioner rendah
Tingkat Kelahiran: Rendah
Tingkat Kematian: Rendah
Pertumbuhan Alami: Nol/sangat rendah
Contoh: Perancis sebelum PD II
5. Tahap Menurun
Tingkat Kelahiran: Rendah
Tingkat Kematian: Lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan Alami: Negatif
Contoh: Jerman Timur & Barat tahun ‘75
Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara-
negara berkembang. Bila di Eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan pembangunan
sosio ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-negara berkembang lebih
karena pengaruh faktor-faktor lain seperti: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan
perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan dan lainnya. Dalam ilmu demografi ini,
banyak manfaat yang bisa didapatkan. Tujuan penggunaan demografi ada 4 yaitu:
1) Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
2) Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan
sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
3) Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4) Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
Beberapa aplikasi penggunaan demografi antara lain; kesehatan masyarakat (fertilitas
dan mortalitas), penggunaan tanah (pertumbuhan penduduk, dan distribusinya), penggunaan
sekolah, fasilitas umum (jumlah penduduk, struktur umur, distribusi penduduk), pemasaran,
ketenagakerjaan (jumlah penduduk, struktur umur dan distribusinya)
Jenis-jenis Suksesi:
• Suksesi adalah perkembangan ekosistem yang tidak seimbang menuju ekosistem yang
seimbang.
• Hasil dari suksesi adalah terbentuknya komunitas klimaks, yaitu suatu komunitas
terakhir dan stabil yang mencapai keseimbangan lingkungannya. Ada 3 jenis
komunitas klimaks yaitu hidrosfer, halosen, dan xeroser.
• Suksesi terkait dengan letak lintang, iklim dan tanah yang menetukan komunitas
klimaksnya.
• Suksesi sekunder disebabkan oleh gangguan yang tidak bersifat total sehingga masih
terdapat kehidupan sebelumnya pada ekosistem tersebut. Gangguan pada suksesi ini
terdiri dari gangguan alam angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang
tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
• Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut
kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut kerak
yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik ini
memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih
kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu.
akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan. Bersamaan dengan itu pula hewan
mulai memasuki komunitas yang haru terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena suksesi
komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan. Secara
langsung atau tidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan
sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa
menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah
komunitas klimaks atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan
(bersifat homeostatis).
• Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas
pionir. Kemudian prosesnya berlanjut seperti proses suksesi primer.
• Contoh pola dalam suksesi antara lain: gundukan pasir, rawa, dan lapangan tua.
• Pada pesisir pantai, gundukan pasir terbentuk akibat angin kering yang kuat dengan
arah tegak lurus pantai (secara aktif memindahkan pasir). Gundukan tersebut lalu
terus terbentuk dan rusak (akibat erosi). Setelah itu, tumbuhlah rerumputan yang
membuat jaringan menjadi lebih besar dan kompleks. Rerumputan tersebut nantinya
akan memfasilitasi pertunasan dan pertumbuhan tumbuhan yang besar-besar.
• Gundukan pasir pada daerah gurun terjadi akibat pelapukan mekanik dan kimiawi.
Pelapukan mekanik tergantung pada perubahan gradien temperatur oleh pemanasan
pada siang hari dan pendinginan pada malam hari. Perbedaan temperatur permukaan
batuan pada waktu siang dan malam dapat mencapai 50° C. Pada kondisi seperti ini
batuan secara perlahan akan rekah dan pecah. Butiran tersebut akan terbawa oleh
angin dan diendapkan sebagai gundukan pasir.
• Rawa terdiri atas tanaman-tanaman liar yang mengambang pada permukaan air.
Lapisan tanaman liar yang mengambang tersebut lalu mengumpulkan partikel-partikel
yang tertiup angin untuk menyediakan tanah untuk pertunasan. Sedimen dari aliran
masuk secara perlahan-lahan mengisi rawa dari bagian dasar ke atas (rawa yang telah
tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air). Spesies pohon
yang toleran terhadap air yang tergenang kemudian dapat menginvasi (masuk) dan
terbentuklah ekosistem baru.
• Lapangan tua pada ladang yang ditinggalkan merupakan contoh suksesi sekunder.
• Lahan yang terbengkalai tersebut lalu ditumbuhi oleh tanaman menahun dan tanaman
hijau yang berumur pendek. Tanaman-tanaman tersebut kemudian beradaptasi
terhadap suhu dan presipitasi dalam kisaran yang lebar, diikuti dengan tumbuhnya
spesies hutan seperti tanaman berkayu, pohon dan pinus putih.
• Hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap, yakni: invasi oleh
tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi teradap
tempat tumbuh dan stabilisasi.
Tahapan Suksesi:
• Tahapan suksesi yaitu dimana munculnya suatu tumbuhan yang teradaptasi pada
kondisi yang tidak stabil lalu cenderung untuk stabil pada lingkungan barunya,
awalnya muncul tanaman kecil yang tumbuh dengan cepat dengan cara menyebarkan
biji dan menyebar dengan cepat, lalu tanaman-tanaman besar masuk dan
mendominasi, terbentuklah hutan.
• Spesies suksesional awal (pioner) cirinya yaitu ringan, disebabkan karena binatang
dan angin pada tingkat kompetisi yang rendah.
• Spesies suksesional akhir cirinya yaitu tumbuh dengan perlahan dan hidup lebih lama,
mempunyai biji-bijian yang tersebar dengan buruk tetapi hidup dalam waktu yang
lama.
Bahan bakar masa depan itu merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui. Karena sumber
energi yang tidak dapat diperbaharui jumlahnya semakin menipis, dan menimbulkan efek
lingkungan yang besar (fosil menciptakan emisi gas, nuklir menciptakan radioaktif).
• Pernikahan dini